Joshua dan Osmo (Newton, Coding, Coding Jam, Detectives dan Pizza Co)

Sejak Joshua main OSMO lagi dan tidak menunjukkan tanda bosan, kami memutuskan untuk melengkapi mainan OSMO kami. Beberapa yang belakangan di beli Osmo Coding Jam, Osmo Detectives dan Osmo Pizza Co. Sebelumnya Joe memprint sendiri untuk Pizza Co nya, tapi jadinya susah menyimpannya. Dengan alasan supaya mainnya lebih enak, akhirnya kami beli juga.

Khusus untuk Osmo Newton, kami tidak membeli creative boardnya tapi hanya menggunakan white board kecil yang ukurannya mirip dengan creative board.

Tulisan ini sekilas review sekaligus biar ingat apa yang sekarang sering dimainkan Joshua.

OSMO Newton

Osmo Newton ini sebenarnya mainnya agak rumit. Jadi kita diminta untuk membuat garis supaya bola yang jatuh terpantul lagi mengikuti hukum Newton. Joshua tapi senang bikin aturan sendiri mengumpulkan bola kecilnya dan somehow dia bisa sampai level 30 an.

Osmo Newton pakai whiteboard biasa
lagi milih mau main apa
Lanjutkan membaca “Joshua dan Osmo (Newton, Coding, Coding Jam, Detectives dan Pizza Co)”

Game Harry Potter: Wizards Unite

Game Harry Potter ini merupakan game terbaru dari Niantic pembuat game Pokemon Go. Karena belakangan mulai jarang main Pokemon Go, iseng deh coba liat Harry Potter. Tulisan ini isinya kesan pertama dari bermain Harry Potter yang baru diinstal beberapa hari. Belum eksplorasi banyak soal game ini, tapi sekilas udah bisa liat kemiripan game ini dengan Pokemon Go.

Secara garis besar, game ini sangat mirip dengan Pokemon Go. Ada banyak terminologi yang bisa diasosiasikan dengan Pokemon Go. Tapi menurut saya, game Harry Potter ini terlalu banyak informasi di awal dan terlalu banyak tulisan yang harus dibaca dan mungkin lebih cocok untuk pemain game yang biasa dengan game di PC. Buat saya yang main game cuma sekedar iseng, game ini agak bikin males mainnya, butuh waktu untuk memahami aturan permainannya. berbeda dengan saya, Jonathan dan Joe sudah lebih dulu main game ini, jadi sekarang ini saya banyak bertanya dengan mereka.

Saya sudah membaca semua buku Harry Potter dan menonton filmnya, tapi saya tidak bisa ingat informasi seperti materi pembuat tongkat sihir ataupun pola yang dibentuk ketika kita menyebutkan metode sihir tertentu. Di game Harry Potter ini kita seperti diajarkan tracing mengikuti pola sihirnya untuk membebaskan objek yang dikutuk yang disebut confoundable (seperti pokemon nya). Di game ini juga ada sejenis pokestop dan pokegymnya. Untuk membebaskan objek yang dikutuk kita harus punya sejenis bolanya yang disebut spell.

Kalau anda penggemar berat harry potter yang sangat mengingat pola-pola yang harus dibentuk dan nama-nama spell yang disebutkan, di dalam game ini ada banyak kata-kata yang mungkin mengingatkan isi bukunya walaupun buat saya ini jadi seperti permainan anak yang sedang belajar tracing lalu dikasih hadiah menempel stiker hehehe.

salah satu pola yang harus diikuti untuk magic spell

Selain terlalu banyak informasi yang harus dibaca, animasi dalam game ini juga sepertinya terlalu berat untuk di HP. Kadang ada kesan HP nya mau hang karena menunggu game dimuat. Tanpa mengerti tujuan mainnya, saya tau-tau sudah di level 5. Kalau di game Pokemon Go, rasanya naik level di awal bisa cepat tapi lama-lama semakin sulit naik level karena butuh point lebih banyak.

Tugas harian game ini juga terlalu banyak dan membutuhkan waktu lama. Misalnya tugas membuat potion: pembuatan potion ini membutuhkan waktu 1 jam lebih. Ya tidak harus ditunggu karena bisa saja aplikasinya ditutup dan akan selesai 1 jam kemudian. Tapi untuk yang langsung ingin melihat potionnya, ada pilihan untuk mengeluarkan koin supaya proses pembuatan potionnya bisa langsung selesai. Dalam banyak hal, game ini juga sepertinya terlalu banyak menawarkan untuk membeli koin.

Kesimpulannya buat saya sekarang ini game ini terlalu rumit dan jadi gak bisa dinikmati. Terlalu berat untuk HP dan untuk memenuhi target harian. Game Pokemon Go jauh lebih menyenangkan dan santai bermainnya.

Apakah saya akan berhenti langsung bermainnya? ya nggak juga sih, sesekali akan tetap di cek karena Joe dan Jonathan yang lebih dulu akan membaca informasi tentang game ini dan saya tinggal bertanya hehehe.

Review App: Code-a-pillar

Tulisan ini membahas aplikasi gratis Code-a-pillar yang tersedia gratis untuk Android dan iOS. Catatan: tulisan ini opini pribadi, dan saya tidak dibayar untuk menuliskannya.

Selain main Tangram, sekarang ini Joshua suka main game Code-a-pillar dari Fisher Price. Namanya seperti itu karena aplikasinya bertujuan mengajarkan pemrograman sederhana (coding) dengan memberikan instruksi lurus, belok kanan atau belok kiri ke seekor ulat bulu (caterpillar).

Instruksi cara bermainnya diucapkan oleh ulat bulunya, Joshua bisa dengan mudah mengikutinya. Dalam waktu singkat, Joshua boisa menyelesaikan 13 level yang diberikan di dalam aplikasinya, tapi ya dia tetap senang berlatih untuk mengulangi lagi dari awal.

Lanjutkan membaca “Review App: Code-a-pillar”

Pengenalan Geometri: Pattern Blocks dan Tangram

Ada banyak permainan anak-anak yang mengajarkan anak untuk mengenal bentuk dan menyusun gabungan bentuk yang ada menyerupai bentuk lain yang lebih besar. Permainan ini sebenarnya secara tidak langsung merupakan pengenalan geometri 2 dimensi kepada anak-anak. Ada 2 mainan yang belakangan ini sedang disukai Joshua, yaitu pattern block dan tangram.

Sebelum kenal tangram, Joshua sudah mengenal menyusun puzzle pattern block dan puzzle magnet kayu yang dibeli sejak jaman Jonathan kecil. Pattern block ini ada banyak kepingan dengan berbagai bentuk. Pattern block pertama yang dia mainkan ada 6 bentuk dengan 6 warna, bentuk segitiga hijau, bujursangkar oranye, jajaran genjang berwarna biru, belah ketupat berwarna coklat muda, trapesium merah dah heksagon kuning.

Cara bermain pattern block ini biasanya anak diminta untuk meletakkan kepingan yang sesuai dengan cetakannya. Dulu saya rajin mencari template dari internet, print dan laminating. Karena bentuk dan warna yang menarik, anak-anak senang menyusun kepingan block yang ada di atas cetakan. Permainan ini membutuhkan banyak kepingan bentuk, dan biasanya jadi pekerjaan ektra untuk membereskannya, hehehehe.

sumber: https://www.prekinders.com/pattern-blocks/
Lanjutkan membaca “Pengenalan Geometri: Pattern Blocks dan Tangram”

Memrise: Aplikasi Buat Belajar Bahasa

Catatan: review ini saya tulis berdasarkan opini pribadi, dan saya tidak dibayar untuk menuliskan ini.

Saya menginstal Memrise sudah lama. Jonathan malah duluan makai Memrise baru saya ikutan. Awalnya, Jonathan iseng-iseng pengen belajar bahasa Spanish katanya. Terus belakangan saya ikutan mencoba instal juga untuk melihat ada bahasa apa saja yang ditawarkan dan seperti apa sih Memrise itu.

Bisa belajar banyak bahasa sekaligus

Sekilas, memrise ini seperti flash card saja. Bedanya kalau flash card biasa itu, kita harus menyiapkan sendiri kata-katanya dan tidak ada suaranya. Dengan Memrise, selain menawarkan untuk mengulang-ulang kosa kata, ada bagian latihan mendengarkan, latihan mengucapkan, latihan mendengar orang lokal berbicara, latihan mengeja, dan juga mulai dari level kata sampai menyusun kalimat. Oh ya, kursus yang kita pilih bisa di download secara offline, jadi tidak ada alasan tidak bisa belajar karena kehabisan paket data.

Saya mulai iseng belajar Korea pakai Memrise beberapa bulan lalu. Memrise ini bisa digunakan secara gratis, tapi ada beberapa fitur yang dibatasi untuk versi gratisnya. Karena melihat saya dan Jonathan waktu itu cukup rajin, akhirnya kami memutuskan untuk membayar subscription Memrise ini. Pertimbangannya, dengan 60 USD per tahun, bisa belajar beberapa bahasa sekaligus, jauh lebih murah daripada pergi ke kursus bahasa. Sekarang ini ada penawaran lifetime subcription dengan biaya 100 USD, tapi kami belum membeli yang lifetime subscription.

Lanjutkan membaca “Memrise: Aplikasi Buat Belajar Bahasa”

Applikasi untuk Mengenal Huruf Thai

Tulisan ini masih ada sambungannya dengan tulisan-tulisan sebelumnya. Nah kalau misalnya mantap nih mau jalan-jalan atau tinggal di Chiang mai, hal berikut yang perlu diketahui adalah bahasa Thai itu berbeda dengan bahasa Indonesia ataupun bahasa Inggris. Tulisannya bukan dengan alphabet a-z seperti yang kita kenal dan satu hal lagi yang sangat perlu diperhatikan, bahasa Thai itu bahasa yang tonal. Jadi kalau kita mengucapkan sesuatu, nada naik turun suara kita bisa membuat kata yang transliterasinya sama berbeda makna.

Nah supaya familiar dengan huruf-huruf Thai, kalau ada yang mau mengenal 44 konsonan, 32 vokal, tone marks dan angka dalam tulisan Thai, bisa coba donlot aplikasi KengThai. Aplikasi ini ada versi lite yang bisa dipakai secara gratis dan cukuplah kalau mau pengenalan tahap awal. Kalau misalnya punya anak kecil, nah aplikasi ini juga cocok buat anak kecil belajar tracing huruf Thai hehehe. Aplikasi ini tersedia di AppStore untuk iOS maupun GooglePlay untuk Android.

Ada banyak aplikasi untuk belajar bahasa Thai, tapi saya suka dengan aplikasi ini untuk mengenalkan hurufnya dulu. Aplikasi ini juga mengenalkan cara menulis huruf Thai. Berbeda dengan menuliskan alphabet latin, menuliskan huruf Thai ada aturannya, bukan sekedar asal terlihat sama bentuknya. Setiap huruf Thai juga ada namanya dan bunyinya. Kalau sudah bisa mengingat sebagian besar informasi dari game ini, tahap berikutnya baru deh mencoba aplikasi untuk belajar bahasa Thai.

Dulu, waktu saya di awal belajar bahasa Thai, aplikasi ini belum ada. Saya kursus bahasa Thai untuk percakapan saja dan tidak langsung belajar membaca dan menulis bahasa Thai. Kalau saya mengulang dari awal, rasanya saya akan memilih untuk belajar membaca dan menulis langsung sambil belajar percakapannya. Sekarang ini setelah nyaman bisa berbahasa Thai, ada kemalasan tersendiri untuk memaksakan diri membaca dan menulis bahasa Thai, apalagi karena tidak ada kebutuhan.

Joshua dan Jonathan belajar menulis huruf Thai menggunakan applikasi ini, selain juga dengan bantuan poster di rumah dan buku-buku yang bisa di trace yang bisa di beli dengan murah. Dibandingkan aplikasi lain, aplikasi ini antar mukanya lebih besar dan lebih gampang untuk tracingnya. Gambarnya juga cukup menarik dan suaranya cukup jelas untuk ditirukan. Sekarang ini, Joshua sudah bisa mengingat keseluruhan 44 konsonan Thai, tapi karena dia masih belum mengerti konsep menggabungkan konsonan dan vokal, dia belum bisa diajarkan untuk membaca bahasa Thai yang menggabungkan konsonan dan vokalnya.

Setelah belajar mengenal huruf, tahap berikutnya adalah mengenal kata-kata dalam bahasa Thai. Nah untuk ini akan saya tuliskan di posting terpisah. Belajar bahasa itu tidak cukup dengan 1 app atau 1 buku saja. Kunci dari belajar bahasa adalah kita harus menggunakan bahasa itu. Contohnya, walaupun bertahun-tahun sudah bisa berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris, tapi untuk menulis dalam bahasa Inggris, grammar saya masih sering kacau. Untuk bahasa Thai juga vocabulary yang tidak dipakai banyak yang saya lupa walaupun pernah belajar.

Oh ya, kalau ada yang punya rekomendasi app atau buku untuk belajar bahasa Thai, silakan tulis di komen ya.

Fishing Game

Mainan ini umurnya udah 6 tahun (dari april 2013), dulunya dibelikan sama temennya Joe buat Jonathan. Waktu itu Jonathan masih berumur 2 tahunan dan mainan ini untuk anak 3 tahun ke atas. Nah kebetulan, sebelum ke Bandung kami sudah beli mainan serupa yang lebih kecil di Depok, tapi karena mainan ini lebih besar, tentunya kami bawa ke Chiang Mai dan masih awet sampai sekarang dan bisa dimainkan sama Joshua juga.

bisa main bareng

Dulunya, mainan ini banyak saya simpan, sesekali dikeluarkan dan setiap dikeluarkan dimainkan sampai baterenya habis. Setelah batere habis, karena gak ada suaranya Jonathan bosan. Sebelum ikan-ikannya hilang, saya rapihkan dan simpan kembali ke dalam kotaknya dan masukkan lemari hahaha.

Setelah ada Joshua, mainan ini sudah beberapa kali dikeluarkan juga. Jonathan juga masih suka memainkannya. Waktu Joshua masih kecil banget, dia senang mendengarkan musiknya dan kebanyakan Jonathan dan papanya yang main pancing-pancing ikan. Mainan ini gak terlalu mudah dimainkan, karena harus nunggu ikannya terbuka mulutnya baru bisa dipancing. Tapi mainan ini cukup seru karena kadang-kadang sudah kepancing eh lepas lagi. Mainan ini bisa dimainkan sampai 30 menitan, sebelum akhirnya bosan dan beralih ke mainan lain.

jangan buang kotaknya, supaya mainannya tidak ada yang hilang

Setelah 6 tahun, karena kami kadang-kadang lupa mengeluarkan baterenya ketika menyimpan, tempat baterenya mulai berkarat. Setelah dibersihkan sama Joe, masih bisa dimainkan dan berjalan dengan baik. Ikan-ikannya juga masih utuh jumlahnya, walau kadang-kadang mulut ikannya ada yang gampang lepas, tapi ya masih bisa dipasang kembali. Pancingnya dari 4 sekarang tersisa 2, sepertinya ada yang patah dan ada juga yang dibuang-buang dan waktu membereskan gak ketemu jadi ya masih ada 2 masih bisa main berdua, jadi cukuplah.

Sekarang ini, Jonathan dan Joshua kadang berebutan juga mainnya. Tapi karena ini mainan untuk 3 tahun ke atas, saya kasih pengertian ke Jonathan kalau ini bukan mainan Jonathan lagi tapi udah jadi mainan Joshua. Untungnya Jonathan mau ngerti dan mungkin dia senang juga dianggap anak besar. Kalau mereka mulai rusuh dan gak mau akur, mainannya saya simpan.

Setelah bosan mancing, biasanya Joshua mulai memainkannya dengan menyusun ikan-ikannya menjadi huruf-huruf. Joshua memang sangat rajin menyusun semua benda jadi huruf dan angka. Tapi biasanya dia akan membiarkan mainannya berbunyi, dan dia sibuk menyusun dari A sampai Z, lalu angka sampai bosan.

apapun mainannya, pasti disusun jadi huruf sama Joshua

Kadang-kadang mereka ingat untuk mematikan mainannya, tapi ya untungnya bunyi mainan ini tidak terlalu kencang. Baterenya memakai batere kecil AAA 3 biji. Sekali ganti batere, mainan ini bisa dimainkan sekitar seminggu. Setelah seminggu saya simpan dan keluar lagi kalau dicariin hehehe.

Mainan ini cukup bagus untuk melatih kesabaran memancing. Tapi kalau gak sabar memancing, ya bisa juga kayak Joshua dipakai untuk menyusun huruf, angka dan bentuk-bentuk. Dulu saya pakai juga untuk mengenalkan warna dan menghitung jumlah ikan yang berhasil dipancing. Ada yang anaknya punya mainan ini? kira-kira anaknya suka mainkannya seperti apa?