Pesan di perlintasan kereta api

Para pengguna Jalan raya, saat ini Anda berada di perlintasan kereta api. Perlu Anda ketahui bahwa palang pintu perlintasan bukan alat pengamanan utama tetapi hanyalah alat bantu peringatan, bahwa Anda akan melewati perlintasan kereta api.
Di tempat lain masih banyak perlintasan yang tidak dijaga dan tidak berpintu, untuk itu berhati-hatilah setiap akan melewati perlintasan kereta api, patuhilah rambu-rambu lalu lintas yang ada.

Sampai saat ini telah banyak korban meninggal dunia sia-sia karena kelalaian dan ketidak displinan ketika melalui perlintasan kereta api.

Terima kasih atas kedisiplinan Anda dalam berlalu lintas.
Semoga selamat sampai tujuan.
Pesan ini disampaikan oleh PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasi II Bandung.

Mana yang lebih menyedihkan?

Cerita dari adikku

Dalam sebuah sidang skripsi di sebuah Universitas di Jakarta.
Sekjur: ‘Kamu tahu situs 17tahun.com?’
Mahasiswa: ‘nggak tahu pak’ (padahal dia cowok)
Sekjur: ‘bener nggak tau?’
Mahasiswa: ‘nggak tau pak’
Sekjur: ‘Nanti kamu cari tahu ya setelah sidang ini. Tulisan di 17tahun.com itu jauh lebih bagus dari tulisan kamu, titik komanya jelas, jadi saya bisa enak bacanya. Tulisan kamu ini parah cara penulisannya, tanda bacanya nggak karuan, apalagi cara penyampaian idenya.’

Mana yang lebih menyedihkan? bahwa tulisan mahasiswa itu jelek, atau sekjur yang suka baca 17tahun.com?

Long Weekend, Long Story.

Weekend panjang ini bermula dari tanggal 17Agustus sampai tanggal 21 Agustus. Sebagai seorang yang mengalami libur setiap hari, gue tidak memiliki rencana khusus untuk berlibur atau traveling kemanapun. Weekend panjang biasanya dinikmati oleh pekerja-pekerja yang biasa stress setiap hari dari jam 9 – 5 sore. Tetapi ternyata, beberapa sepupu dari ibukota datang ke Bandung. Walaupun gue ga tau jalan, gue terpilih sebagai penunjuk jalan untuk tour outlet dan memburu makanan (untungnya bukan memburu hantu heheh).

Ada banyak cerita yang terlintas di kepala melihat kegilaan orang-orang yang berbelanja di outlet. Melihat mereka yang kalap membeli ini itu. Melihat begitu banyaknya orang berada di outlet, di tempat makan, di jalan yang juga macet dengan mobil-mobil berplat B selain D (mungkin mengantar tamu yang berkunjung), melihat begitu banyak orang yang memanfaatkan kedatangan turis domestik dengan berjualan makanan yang menjadi oleh-oleh Bandung. Lanjutkan membaca “Long Weekend, Long Story.”

Beres-beres

Satu langkah itu sudah dilakukan, sebenernya belum bener-bener selesai, ada beberapa hal yang masih harus dibenahi. Tapi…setidaknya badai besarnya sudah berlalu. Sekarang tinggal beres-beres sisa badai 😀

Udah tau sih rasanya pasti menyenangkan, tapi tetep aja mau bilang: Jadi gini toh rasanya, hehehhee….

Next question: setelah ini apa? banyak lah, ga usah skrg di jawab. 🙂 Mendingan beresin semuanya dengan tenang dan mulai melakukan to do list yg dari dulu terhambat. 😀

Evaluasi lagi…

Barusan teringat untuk melihat lagi situs evaluasi yang saya sebutkan dalam posting sebelumnya. Ternyata ada banyak sekali orang yang komentar/memberi masukan untuk tidak menampilkan IPK maupun IP Semester detail setiap mahasiswa. Mungkin karena saran tersebut atau mungkin juga yang kemarin itu memang kesalahan teknis. Sekarang jika kita melihat informasi di sana tanpa login nilai IPK maupun IPSemester sudah tidak bisa dilihat lagi. Entahlah jika melihatnya setelah login, saya tidak punya username untuk login sih.

Tinggal selangkah lagi

Kemarin akhirnya kaki ini maju selangkah, setelah selama ini berlari ditempat ataupun terseok-seok berusaha mengangkat kaki untuk melangkah. Sekarang tinggal 1 langkah lagi untuk mencapai garis finish. Untuk mencapainya harus bisa melangkahkan kaki ini dengan mantap dan tanpa keragu-raguan maupun merasa berat untuk melangkahkannya. Satu langkah berarti setelah itu memulai lintasan yang baru. Kalau dipikir-pikir, kok hidup ini jadi kayak lintasan lari yang tidak ada habis-habisnya. Ada aja lintasan yang harus ditempuh disaat kita menyelesaikan lintasan sebelumnya. Ya iyalah ya, itu namanya hidup, kalau lintasan hidupnya abis itu namanya ga hidup lagi. Ah jadi ngelantur…Selangkah lagi, langkah yang menentukan untuk menyelesaikan lintasan yang satu ini.

Evaluasi berbasis nilai

Beberapa hari yang lalu saya diberitahukan seseorang mengenai sebuah situs yang berisi nilai -nilai mahasiswa perguruan tinggi se Indonesia. Sebenarnya bukan nilai detail, tapi kita bisa melihat dengan bebas (tanpa login) IP Semester dan IPK mulai dari semester 1 tahun 2002/2003 sampai nilai semester lalu. Mungkin belum banyak yang tahu mengenai situs itu, tapi mungkin juga sudah banyak. Dari komentar yang masuk ke situs itu, ada yang pro dan ada yang kontra mengenai mudahnya setiap orang melihat nilai orang lain.

Reflek pertama adalah melihat nilai sendiri (kebetulan masih mahasiswa), ada. Lalu saya berpikir, kira-kira apa gunanya nilai ini dipajang di internet?. Judulnya sih Evaluasi Program Studi Berdasarkan Evaluasi Diri, hmm…berarti situs ini ditujukan untuk mengevaluasi program studi yang ada di tanah air. Tapi…apa perlu sampai detail setiap mahasiswanya bisa dilihat nilainya? bahkan status lulus, keluar dan drop outnya juga bisa dilihat dari profil mahasiswanya. Evaluasi yang berdasarkan nilai-nilai mahasiswanya.

Memang, sampai saat ini, nilai merupakan parameter tunggal untuk mengevaluasi pendidikan. Buktinya, pelajar yang mengikuti ujian nasional, ditinjau kelulusannya berdasarkan nilai tertentu. Efek dari evaluasi berdasar nilai adalah semua pelajar dan mahasiswa akan berusaha supaya nilainya baik. Apalagi mungkin sekarang dengan dipajangnya nilai di internet, semua orang bisa tahu nilainya. Seingat saya, dulu..di kampus saya, membicarakan atau membandingkan nilai adalah sesuatu yang dianggap sakral, banyak yang merahasiakan nilai totalnya walaupun nilai permata kuliah bisa dengan mudah diperoleh di papan pengumuman. Pembagian kertas ujian juga diminta untuk tertutup oleh mahasiswa (mungkin malu supaya temannya tidak tahu). Lalu dengan adanya situs seperti ini, tidak ada lagi kesempatan untuk menutupi kebenaran (walaupun mungkin ada yang bilang nilainya tidak valid dan bukan yang terakhir). Lanjutkan membaca “Evaluasi berbasis nilai”