Ide untuk Rencana Belajar Pendidikan Anak Usia Dini

Tulisan kali ini untuk teman-teman yang punya anak usia 5 tahun dan masih ragu-ragu mau daftarin anak sekolah TK atau tidak. Dilemanya memang jelas, kalau tidak kirim anak ke sekolah, berarti harus mikirin sendiri kegiatan untuk anak di rumah. Kekhawatirannya juga bisa dimengerti, kalau tidak ada yang ngasih tugas, berarti mamak harus rajin cari tahu apa yang bisa dikasih buat anak untuk dikerjakan di rumah.

Saya dulu sempat berusaha mengikuti beberapa lesson plan yang saya temukan di internet. Ada banyak sebenarnya dan mereka sangat terperinci memberikan apa saja yang bisa dikerjakan anak setiap harinya. Umumnya kegiatannya diberikan dalam rencana belajar mingguan, dan mereka memberikan banyak lembar kerja yang bisa kita cetak di rumah.

Di Amerika ada banyak sekali yang sudah membuat rencana belajar anak mulai dari umur 2 tahun sampai SMA, jadi memang semua situsnya berbahasa Inggris. Sayangnya belum ada yang membuat berbahasa Indonesia. Saya sendiri tidak mengikuti secara keseluruhan, tapi ada beberapa yang saya cetak dan berikan ke Jonathan dan Joshua.

Kegiatan yang diberikan bukan cuma kegiatan akademik. Situs-situs ini juga memberikan pelajaran rohani, karakter, kemandirian anak dan juga ide bermain sambil belajar.

Hubbard’s Cupboard

Situs ini dibuat oleh keluarga yang menghomeschool anaknya sejak tahun 2007. Mereka membagikan materi secara gratis untuk anak mulai dari umur 4 tahun. Ada tabel kegiatan dan tujuan dari masing-masing kegiatan. Jika dibutuhkan lembar kerja, mereka juga memberikan lembar kerja yang bisa kita cetak sendiri, termasuk lembar kerja mewarnai.

https://www.hubbardscupboard.org/
Lanjutkan membaca “Ide untuk Rencana Belajar Pendidikan Anak Usia Dini”

Google Meet, Bertemu Virtual lewat Video Gratis dari Google

Hari ini, ketika membuka Gmail, saya mendapat notifikasi tentang Google Meet. Ternyata jadi juga Google menggratiskan layanan Google Meet yang sebelumnya hanya tersedia sebagai layanan berbayar.

Akses ke Google Meet dari dalam Gmail

Dulu saya pengguna Google Talk untuk percakapan teks, sebelum kemudian berubah nama menjadi Google Hangout. Tapi karena semua orang yang saya kenal menggunakan WhatsApp, saya juga mulai meninggalkan pemakaian Google Hangout.

Google Hangout dikembangkan menjadi Google Meet dengan kemampuan untuk pertemuan virtual oleh Google yang awalnya merupakan layanan berbayar untuk kantor/bisnis. Sejak akhir April 2020, Google mengumumkan akan menjadikan layanan Google Meet ini gratis untuk semua orang.

Lanjutkan membaca “Google Meet, Bertemu Virtual lewat Video Gratis dari Google”

Nonton Kdrama, Bayar atau Bajak?

Ngomongin nonton film atau serial TV, dari jaman dulu saya sudah tahu ada banyak cara para pemirsa untuk menyalurkan hobi menontonnya. Sejak jaman DVD sampai jaman internet film dan drama tersedia yang resmi maupun bajakan.

Ada yg memilih membeli DVD resmi tapi artinya harus menunggu lama sampai sebuah drama selesai tayang seluruh episode dalam 1 season di TV baru diproduksi DVD nya. Tapi ada juga yang memilih untuk menonton versi bajakannya walaupun kualitasnya kurang memuaskan.

Sekarang ini sudah bukan jaman DVD, teknologi para pembajak juga makin canggih. Tapi yang banyak tidak diketahui oleh pemirsa, kalau memang suka menonton, lebih baik cari versi berbayar daripada versi bajakan.

Beberapa alasan kenapa sebaiknya tidak mencari dari sumber ilegal (selain masalah etika dalam menghargai hasil karya orang lain):

  • Kualitas gambar tidak selalu bagus untuk dilihat.
  • Ada film yang tidak sinkron antara suara dan gambar, hal ini mengganggu kenyamanan menonton.
  • Subtitle film bajakan juga sering memberi makna yang salah atau tidak enak dibacanya.
  • Ada kemungkinan file bajakan yang didownload disusupi virus atau malware.
  • Menonton streaming dari website ilegal juga banyak jebakan iklan yang mengarah ke situs-situs porno.

Ada banyak cara menonton Kdrama yang legal. Bisa gratis atau membayar dengan jumlah yang sebenarnya tidak terlalu mahal dibandingkan mahalnya membayar kuota internet. Sebelum memutuskan mau menonton dari web streaming yang mana, pastikan Anda punya kuota internet yang lebih dari cukup.

Lanjutkan membaca “Nonton Kdrama, Bayar atau Bajak?”

Thailand 11 Hari Tanpa Transmisi Lokal dan Rencana Songkran di Bulan Juli

Sudah 11 hari ini, angka pertambahan pasien Covid-19 di Thailand bukanlah transmisi lokal. Beberapa yang terdeteksi positif berasal dari warga negara Thailand yang baru kembali dari luar negeri sebagai bagian repatriasi.

Sejak awal bulan Mei 2020, setelah sempat beberapa kali tidak ada pertambahan kasus baru, rata-rata penambahan pasien positif itu di bawah 10 orang. Kemarin, ada lonjakan pasien baru sebanyak 17 orang, tapi semuanya berasal dari orang yang kembali dari luar negeri dan bukan transmisi lokal.

Sejak tidak ada transmisi lokal dan dibukanya berbagai hal di dalam negeri Thailand, jalanan di Chiang Mai mulai macet. Orang-orang mulai banyak yang beraktivitas di luar rumah.

Lanjutkan membaca “Thailand 11 Hari Tanpa Transmisi Lokal dan Rencana Songkran di Bulan Juli”

Ngobrolin Kdrama: Mulanya Biasa Saja

Tulisan hari ini mau cerita kenapa sih nonton drakor, dan mulai kapan jadi drakorian alias suka nonton drama korea.

Jawaban singkatnya sih, mulanya biasa saja, drama Korea itu awalnya sama saja dengan semua film yang saya suka tonton. Saya dan Joe dari dulu memang suka menonton film dan serial TV, makanya kami memutuskan untuk berlangganan Netflix. Nah karena ada Netflix, mulailah saya melihat-lihat ada apa saja di sana. Tidak terpikir untuk menonton drama Korea, karena saya tahu kalau drama Korea itu bisa bikin ketagihan.

Lalu, tidak sengaja saya membaca berita kalau drama Taiwan “Meteor Garden”, akan dibuat remakenya. Teringat masa Meteor Garden(2001) yang juga ditayangkan di TV Indonesia. Waktu itu, saya dan teman-teman di kos menonton bareng setiap minggunya. Ah masa-masa itu, bikin kangen dengan teman-teman kos jadinya.

Serial Meteor Garden itu tidak ada di Netflix, tapi saya jadi ingat kalau cerita Meteor Garden ini ada versi Jepang dan Korea juga. Nah kebetulan sekali, di Netflix ada Boys Over Flowers (2009), versi Korea dari Meteor Garden.

Lanjutkan membaca “Ngobrolin Kdrama: Mulanya Biasa Saja”

Review Marbotic Smart Letters – Huruf Kayu Buat Layar Sentuh

Mainan Marbotic ini kami beli bulan Februari lalu. Awalnya Joshua melihat vide nya di YouTube. Terus dia sering minta dibeliin. Saya merasa mainan huruf dan angka Joshua sudah cukup banyak, sudah ada OSMO juga. Tapi akhirnya, kami belikan juga. Alasannya, OSMO itu dulu dibeli untuk Jonathan, sedangkan Joshua belum pernah dibelikan mainan seperti ini. Joe juga penasaran aja gitu pengen tau cara kerjanya hehehe.

Kami membeli Marbotic Smart Letter dan Marbotic Smart Number saja dari ebay Australia karena situs resminya tidak mengirim barangnya ke Thailand. Waktu itu harganya sekitar 2.606 THB termasuk ongkos kirim. Kami mendapatkan harga cukup murah dibandingkan harga situs resminya karena walaupun barangnya baru, mereka menjualnya sebagai kategori barang bekas. Seingat saya, tidak sampai seminggu sejak dipesan, barangnya sudah sampai.

Hari ini saya akan menuliskan tentang Marbotic Smart Letters saja. Lain kali saya akan menuliskan tentang Marbotic Smart Numbers.

Packaging dan Bentuk Fisiknya

Packagingnya bagus

Marbotic Smart Letters dikemas dalam kotak yang besar. Setiap huruf disusun dengan rapi dan ada 3 tingkat untuk menyimpannya. Setiap huruf ukurannya cukup besar dan ada pegangannya untuk nantinya anak bisa menempelkannya di atas layar tablet.

Kayunya bagus dan terlihat kokoh. Karena hurufnya ukuran besar, mainan ini bisa dimainkan mulai dari 2 tahun, tapi ya kalau tidak mau anak sering-sering terpapar layar gawai mungkin bisa ditunda sampai 4 tahun (Joshua umur 4.5 tahun saat kami beli mainan ini).

Lanjutkan membaca “Review Marbotic Smart Letters – Huruf Kayu Buat Layar Sentuh”

KMovie: “Time to Hunt” (2020) – Penjahat Amatir Mimpi Pensiun di Pantai

Hari ini, saya akan menulis review film Korea lagi. Ini merupakan topik pertama dari tantangan 30 Topik Kokoriyaan bareng teman-teman di group Drama Korea dan Literasi. Film “Time to Hunt” ini baru release April 2020 di Netflix, jadi masih relatif baru.

Berbeda dengan dua film yang pernah kami review bareng sebelumnya yang bertema komedi, film ini genrenya mirip-mirip film Amerika. Netflix memberi rating 18+ untuk film bergenre crime, gangster, heist and gritty movie karena ada banyak adegan kekerasan dan bahasa yang tidak sesuai dengan anak-anak.

Poster Time To Hunt (Source: wikipedia)

Film ini pertama kali ditayangkan tanggal 22 Februari 2020, di acara 70th Berlin International Festival. Film ini juga merupakan film Korea pertama yang masuk seleksi Berlinale Special section. Akhir April 2020, film ini release di seluruh dunia melalui Netflix.

Ceritanya

Cerita di mulai ketika 3 sekawan bertemu dengan temannya yang baru keluar setelah 3 tahun di penjara. Teman yang baru keluar dari penjara ini ternyata seperti pemimpin mereka dalam melakukan kejahatan seperti pencurian. Dia mengorbankan dirinya tertangkap ketika mereka ber-4 mencuri bersama.

Si pemimpin yang baru keluar dari penjara ini bercerita tentang mimpinya untuk pensiun dari dunia kejahatan. Dia ingin memiliki resort di Kenting Beach, Taiwan yang memiliki pantai berwarna hijau seperti di Hawaii. Tapi untuk itu tentunya dia butuh modal, katanya dengan modal 200 ribu USD, dia bisa mendapatkan 8 ribu USD perbulan (atau perhari ya), intinya sih gak perlu kerja repot-repot lagi tinggal menikmati hasil deh.

Lanjutkan membaca “KMovie: “Time to Hunt” (2020) – Penjahat Amatir Mimpi Pensiun di Pantai”