Belajar Piano dengan App

Note: tulisan ini merupakan opini pribadi berdasarkan pengalaman belajar piano menggunakan aplikasi Simply Piano dari JoyTunes, saya tidak dibayar untuk menuliskan ini.

Sejak Jonathan belajar piano di kursus, sebenarnya saya sudah ikut-ikutan belajar piano. Tapi saya gak punya kemampuan memainkan musik sama sekali. Dari dulu takut sama not toge (not balok), dan cuma kenal do re mi karena pernah ikut paduan suara di gereja. Saya gak bisa juga mencari tau lagu itu seperti apa kalau belum pernah dengar sebelumnya, jadi bisa dibilang saya menghapalkan nadanya setelah diajarkan.

Lanjutkan membaca “Belajar Piano dengan App”

Manfaat Ikut Komunitas Spesifik

Dahulu kala (duh kayak mau nulis dongeng) saya mengikuti banyak sekali miling list alumni. Mulai alumni SMA, alumni Kuliah, alumni angkatan dan grup-grup besar lainnya. Bergabung di komunitas online dengan terlalu banyak orang ternyata tidak cocok untuk saya. Bukan saya gak suka bergabung dalam sebuah komunitas, tapi sekarang ini saya menyadari kalau saya lebih suka gabung dengan komunitas yang spesifik.

Sekarang ini, komunitas online yang saya ikutin di Facebook grup ataupuan WhatsApp Grup lebih sedikit dan lebih terarah topiknya, antara lain: komunitas merajut, komunitas menulis, komunitas homeschooling dengan kurikulum yang sama dan juga ga ketinggalan komunitas penggemar kdrama hahaha. Oh ya saya bergabung juga di komunitas orang Indonesia di Chiang Mai karena jumlah kami hanya sedikit di sini dan tentunya supaya gampang kalau ada yang butuh info seputar Chiang Mai.

Lanjutkan membaca “Manfaat Ikut Komunitas Spesifik”

Review App iPusnas

Saya baru tahu ada aplikasi perpustakaan digital punya perpustakaan nasional Indonesia yang bisa diakses melalui aplikasi iPusnas. Waktu ke Perpustakaan Nasional akhir tahun 2018, saya gak melihat ada informasi soal ini (dan mungkin saya aja gak perhatian), padahal kalau melihat dari website dan facebooknya, aplikasi ini sudah ada sejak Agustus 2016. Kalau kata Joe, dia pernah tau soal aplikasi iPusnas ini, tapi koleksi bukunya belum banyak dan tidak ada yang menarik, jadilah kami melupakan aplikasi ini.

Beberapa waktu lalu, dari obrolan di grup KLIP, saya jadi tertarik mencoba aplikasi ini. Saya langsung mendownload dan menginstal di HP Android saya. Ternyata sekarang buku-bukunya sudah ada banyak. Berikut ini opini saya setelah beberapa hari menggunakan aplikasi iPusnas.

Instalasi dan Pendaftaran

Aplikasi ini tersedia untuk handphone Android maupun iOs, ada versi desktop juga untuk Mac dan Windows. Jadi pilihan untuk mengakses perpustakaan cukup banyak. Instalasi di desktop Mac akan meminta kita mengatur security nya sedikit, tapi setelah itu tidak ada masalah.

Pendaftaran bisa menggunakan facebook atau alamat email. Saya sudah mencoba mendaftar dengan Facebook, dan Joe mencoba mendaftarkan dengan e-mail. Setelah pendaftaran, kita diminta lagi memasukkan kata sandi terpisah untuk aplikasi ini. Pendaftarannya sangat mudah, dalam waktu 5 menit saya sudah bisa melihat ada buku apa saja dalam koleksinya.

Lanjutkan membaca “Review App iPusnas”

Nonton Avengers: End Game

Catatan: ini cerita kesan saya menonton film ini dan tidak akan menuliskan spoiler di dalamnya.

Setelah bulan lalu nonton Captain Marvel, hari ini cari kesempatan lagi nonton ber-2 doang. Sebenarnya nonton ini merupakan hobi lama sejak jaman masih di Bandung dan sebelum punya anak. Setelah punya anak, gak ada yang bisa dititip dan ada perasaan gak tega ninggalin anak kalau masih kecil di rumah dengan pembantu. Lagian hari Sabtu kan biasanya hari bermain bersama papanya.

Udah dari sejak sebelum hari Rabu, hari releasenya film ini, Joe mulai nanyain mau nonton Avengers gak? Sebenernya sejak nonton Captain Marvel juga udah berniat nonton Avengers tapi belum tau bisa ada kesempatan lagi gak ya. Nah kalau saya sebenarnya gak merasa harus sekarang nontonnya, toh saya gak terlalu mengikuti cerita Avengers dan Marvel Series lainnya, tapi memang menonton di bioskop itu lebih rileks dan lebih bisa dinikmati daripada nonton di rumah sambil mikirin cucian piring dan anak yang sebentar-sebentar minta tolong ini itu.

Setelah menimbang-nimbang kapan waktu yang tepat untuk menonton, saya usul ke Joe, tegain aja ninggalin anak di rumah sama pembantu di hari Sabtu. Toh pembantu kami ini bukan pembantu baru dan dia sudah kenal Joshua sejak masih bayi, dan Joshua juga bisa main sendiri supaya pembantu bisa sambil kerja. Awalnya rencananya Jonathan akan diajak, tapi karena Jonathan tidak menyelesaikan tugasnya di pagi hari, kami tidak jadi mengajaknya.

Dari kemarin udah ngintip-ngintip tiket online untuk film ini. Ternyata penonton Avengers di Chiang Mai sudah gak terlalu banyak, pagi ini juga kami lihat di aplikasi onlinenya masih cukup banyak tempat kosong. Awalnya niat nonton siang sehabis makan siang, tapi karena pembantu bersedia mengurus makanan buat anak-anak, ya udah nonton lebih pagi deh. Berdasarkan aplikasi, kami berangkat jam 9.30 dari rumah dan masih akan dapat tiket untuk nonton jam 10.30 pagi.

Mall di Chiang Mai itu biasanya buka jam 10.30 di hari Sabtu, tapi sepertinya khusus hari ini sudah buka lebih pagi. Film Avengers ini paling pagi mulai jam 9 pagi, lalu ada juga jam 9.30. Tempat parkir tentunya masih banyak yang kosong kalau pagi begini, tapi waktu masuk ke lokasi bioskopnya sudah banyak orang dong hehhehe. Beli tiket dari mesin seperti bulan lalu dan kami masih punya waktu untuk duduk-duduk menunggu film di mulai.

Film ini berdurasi 3 jam, jadi ya kemungkinan akan lapar karena selesainya sudah akan lewat jam makan siang. Kebanyakan orang membeli pop corn dan makanan untuk ganjal perut. Kami sarapan agak siang, jadi optimis gak akan kelaparan hahaha, tapi bakal butuh buru-buru pulang biar bisa nemenin Joshua tidur siang.

Sebagai yang tadinya gak mengikuti semua seri Avengers, saya pikir saya akan sulit mengerti jalan ceritanya. Ternyata, penyajian ceritanya cukup menjelaskan semuanya. Proporsi cerita film ini menurut saya banyak dramanya, tapi bukan drama seperti di kdrama, lebih ke drama kehidupan. Ada bagian di mana kami juga tertawa karena memang ada bagian komedinya. Porsi actionnya tentunya cukup banyak dan cukup seru. Ceritanya berkaitan dengan film Avengers/Marvel sebelumnya

Suasana di studio yang kami tonton juga cukup baik, ada satu bagian di mana kami mendengar seorang anak menangis tersedu-sedu terbawa cerita film, di bagian ini saya masih belum ikutan sedih tapi dalam hati bersyukur gak jadi bawa Jonathan, karena di rumah aja dia sering nangis kalau ada scene sedih, kalau dibawa jangan-jangan dia juga bakal menangis tersedu-sedu. Ada juga bagian di mana semua penonton diam, hening, sepertinya larut dengan jalan ceritanya. Saya bukan orang yang gampang nangis nonton film drama, tapi adalah bagian dimana ada yang gak terasa netes di pipi. Tenang, saya gak akan spoilers apa yang terjadi.

Sebelumnya, saya pernah baca peringatan dari yang udah nonton untuk siap-siap bawa tissue waktu nonton film ini, tapi saya gak percaya. Saya pikir: ah emang apaan sih, ini kan cerita action, film superhero, masa pake tissue segala. Tapi ya ternyata sedia tissue lebih baik daripada nantinya kacamata jadi buram seperti yang terjadi dengan saya hahaha.

Ada banyak hal yang bisa direnungkan dari film ini, mengenai memilih, merenungkan kegagalan masa lalu move on, mengenai pengorbanan, mengenai menjadi diri sendiri, mengenai teamwork dan mengenai percaya pada ilmu pengetahuan.

Setelah menonton film ini, saya kagum dengan para penulis cerita superheroes ini, mereka bisa aja membuat jalinan cerita dari sekian banyak film yang tersebar sekian tahun dan diakhiri dengan 3 jam saja. Para pemainnya juga untungnya masih pada hidup ya, kalau nggak kan aneh misalnya tiba-tiba yang jadi iron man nya bukan yang dulu lagi. Saya juga jadi ngerti, kenapa penting banget buat Joe kemarin nonton Captain Marvel, karena memang ada hubungannya dengan End Game ini.

Nah setelah semua cerita diselesaikan di film ini, sekarang waktunya mencari film-film Marvel sebelumnya dengan urutan yang benar untuk mereview kembali jalan ceritanya dan mengingat kembali nama-nama tokohnya. Karena seperti halnya di film itu ada bagian yang bertanya: kamu siapa? dan dijawab kamu akan tahu nanti, naaah saya juga lupa tokoh itu siapa hehehee, tapi ya gak mengganggu sih, tetap bisa menikmati sampai selesai.

Oh ya, kalau anaknya masih kecil dan bisa dititip sebaiknya anak gak usah dibawa nonton supaya lebih bisa menikmati filmnya selain gak mengganggu penonton lain Film ini walaupun saya sebut banyak drama, akan jauh lebih menarik ditonton di bioskop, karena bagian berantemnya tentunya lebih enak dilihat di layar lebar. Kalau misalnya masih ragu-ragu mau nonton atau nggak, misalnya diajakin pasangan buat nonton jangan ragu lagi deh, ini kesempatan baik untuk date nonton berdua doang hehehe.

Belajar Bahasa Korea

Tulisan ini update dari tulisan sebelumnya mengenai belajar bahasa itu proses dan juga merupakan akibat tidak langsung dari gara-gara kdrama hehehe. Saya pikir, saat ini saya sudah akan menyerah dan berhenti kebiasaan baik untuk memakai Memrise dan Coursera. Ternyata ya semakin banyak kosa kata yang kita tahu, semakin kita mengenali hangeul dan semakin mengerti kenapa ada perubahan bunyi dalam pengucapan bahasa Korea, semakin jadi sayang aja kalau ditinggalkan hehehe.

49 hari belajar tiap hari menggunakan Memrise

Tanpa terasa, hari ini sudah 49 hari saya tidak pernah bolos menggunakan Memrise dengan target belajar kata-kata baru dan review kata-kata yang lama. Korean level 2 di Memrise totalnya ada 23 bagian dan sekarang saya sudah hampir selesai bagian 21. Sedikit lagi menuju Korean level 3 di Memrise. Belajar di Memrise ini enaknya sedikit-sedikit dan kalau lupa ya gak apa-apa.

Kemarin saya menyelesaikan kursus yang saya ambil di Coursera. Kursus Learn to Speak Korean 1 ini dirancang untuk dipelajari selama 6 minggu. Jadwal minggu ke-6 itu harusnya 13 Mei, tapi saya sudah selesai duluan heheheh. Bagusnya belajar Coursera sambil belajar Memrise adalah, di Memrise saya banyak belajar kosa kata dan sedikit grammar, tapi di Coursera saya jadi lebih banyak belajar grammarnya, walaupun diajarkannya untuk percakapan sehari-hari (berbelanja, memesan makanan, menanyakan lokasi, nama-nama makanan, menyebutkan harga). Sayangnya di Coursera cuma ada 2 kursus saja untuk belajar bahasa Korea, mereka belum selesai mempersiapkan kelanjutan dari Learn to Speak Korean 1.

Dari kursus di Coursera, saya jadi menyadari kenapa bahasa Korea kedengaran gitu-gitu aja. Walau saya belum bisa mengingat semua rules nya, saya bisa bilang kalau di bahasa Korea itu kata dasar bisa punya banyak akhiran yang berbeda-beda, ada akhiran -aya, -oyo, -haeyo, -yeyo, -e, -a, -eso, -nen, -ren, -ka, -i, dan banyaklah mungkin yang saya belum tau juga hehehhe. Walaupun dah selesai kursus coursera dan menyelesaikan semua quiz dengan baik, tetep aja ya quiz itu tidak mewakili seluruh pelajaran yang ada. Karena tetep aja menurut saya quiz nya terlalu mudah dan cuma 3 – 6 pertanyaan sederhana dan bisa diulang berkali-kali tanpa penalti hehehehe.

Nah sekarang setelah selesai Coursera, rencananya saya masih akan meneruskan kebiasaan baik untuk belajar Korea ini. Di internet ada banyaaaaak sekali sumber-sumber belajar gratis ataupun berbayar, tapi saya tetep belum mau bayar (cukup bayar Netflix dan Apple Music aja), karena untuk belajar bahasa Korea ini saya gak mau ada perasaan terpaksa, saya mau tetap fun. Saya pilih 1 kursus gratisan dari Internet yang menyediakan podcast (mp3) dan file pdf nya. Mereka juga ada channel YouTube nya. Situs yang saya pilih untuk belajar namanya Talk To Me in Korean.

Situs Talk To Me in Korean ini punya banyak kursus gratisan. Kursus Grammarnya aja ada 9 level. Ada kursus Learn Korean with a Web Drama juga. Nah saya mulai dari awal lagi, sekalian mereview. Pelajaran Korean Grammar level 1 ini terlalu mudah, tapi memang mereka memulai dari kata paling sederhana dan ditambahkan sedikit demi sedikit. Untuk pelajaran belajar dari web drama saya belum dengar, tapi pastinya masih sejalan dengan niat awal belajar bahasa Korea biar bisa nonton Kdrama tanpa subtitle hehehe.

Oh ya, tulisan ini opini pribadi, saya memilih situs ini juga karena gratis dan sepertinya kurikulum mereka cukup jelas langkah-langkahnya. Waktu belajar Coursera kemarin sebenarnya saya agak kewalahan karena diberi fakta terlalu banyak dan akibatnya walau tahu tapi gak semua bisa saya ingat. Model belajar saya butuh banyak repetisi, jadi ya mari kita belajar dari awal lagi, kan katanya lancar kaji karena diulang. Kalau ada yang mau menyarankan situs belajar bahasa Korea gratisan, tulis di komen ya, buat pelajaran berikutnya hehehe.

Ada yang mau ikutan belajar bahasa Korea bareng saya? Kata Joe sih kalau saya tetap konsisten belajar bahasa Koreanya dan berasa ada progress, kalau ada rejeki siapa tau bisa jalan-jalan ke Korea hehehe. Eh tapi, sejak banyak belajar bahasa Korea ini frekuensi menonton kdrama berkurang, soalnya waktunya kepake buat belajar plus buat nulis di blog soal per-Korea-an ini hehehhee. Gak apa lah ya, belajar dikit-dikit lama-lama jadi bukit. Doain aja semoga saya tetap semangat. Kalau masih semangat pasti akan ada update lagi di blog ini.

Belajar Bahasa itu Proses

Sejak beberapa minggu lalu, saya pernah nulis kalau saya mulai rutin belajar bahasa Korea. Kali ini mencoba disiplin melakukannya sedikit setiap hari. Tanpa terasa, sudah 26 hari saya tidak pernah bolos mereview kosa kata bahasa Korea di Memrise.

Kemarin, akhirnya saya menyelesaikan kursus bahasa Korea pertama yang saya ikuti di Coursera. Walau udah selesai banyak modul, tapi saya merasa belum terlalu bisa nonton kdrama tanpa subtitle. Saya masih kurang latihan hehehe.

Coursera yang saya ambil kursusnya harusnya 5 minggu, tapi saya selesaikan dalam waktu kurang dari 5 minggu. Menurut saya quiz nya terlalu gampang dan bisa ditebak jawabannya. Jadi lulus 100 persen bukan berarti saya udah menguasai materi 100 persen.

Quiznya juga bisa diulang mengerjakannya walaupun dibatasi 3 kali mengulang sebelum menunggu beberapa jam untuk mencoba lagi. Kalau ada jawaban yang salah, bisa ambil quiz ulang, saya bisa mengganti jawaban dengan pilihan yang lain dan jadilah quiznya bisa lulus 100 persen. Kuisnya tidak di random ulang. Jumlah pertanyaannya juga antara 5 – 7, sangat mudah untuk mengingat apa saja jawaban kita sebelumnya.

Tapi apalah arti lulus 100 persen, kalau kenyataanya tetap gak mengerti materi ataupun gak bisa membaca hangeulnya. Tidak mengerti partikel atau akhiran apa yang harus dipakai untuk mengubah kata dasar menjadi kata kerja ataupun kata lainnya. Pada akhirnya walaupun perlu untuk lulus, tapi lebih perlu pengertian kita sebagai hasil belajar.

Belajar dari coursera ini menambah wawasan beberapa bentuk grammar bahasa Korea, tapi kadang-kadang ada bagian yang seperti melompat dan kurang banyak contoh. Tapi ya itu tugas saya untuk lebih banyak berlatih kalau memang mau bisa fasih bahasa Korea.

Target belajar bahasa Korea supaya bisa nonton kdrama tanpa subtitle masih jauh banget, kosa-kata saya masih sangat sedikit. Kemampuan membaca hangeul juga masih ga berbeda dengan kemampuan membaca bahasa Thai. Ada kalanya saya merasa malas membacanya karena merasa aduh ini apaan sih! Terus akhirnya nebak hahaha.

Mumpung masih semangat belajar bahasa Korea, saya memilih untuk melanjutkan kursus lain dari Coursera dan rencananya mau coba belajar dengan kursus gratisan yang ada di YouTube juga.

kursus berikutnya

Kalau baca dari deskripsinya, kursus berikutnya ini harus sudah terbiasa dengan alphabet Korea. Kursus sebelumnya cukup jelas memberi dasar mengenali dan membaca hangeul.

Saya belum berniat membeli buku atau belajar grammarnya secara serius, karena saya tahu kelemahan saya dalam belajar bahasa itu di grammar. Kalau dikasih terlalu banyak terminologi grammar saya merasa eneg duluan. Lagipula saya merasa belajar iseng begini lebih fun daripada pake target tinggi-tinggi hehehe.

Metode belajarnya sejauh ini ya, memakai aplikasi Memrise dengan target mengingat 15 kata per hari. Mengerjakan coursera kalau lagi rajin asal gak sampai lewat batas waktu pengerjaannya. Biasanya saya mengerjakan coursera kalau lagi menunggu Jonathan di tempat kursus.

Gak terlalu ambisius kan targetnya. Oh ya, karena buat saya belajar bahasa itu proses dan latihan, jadi kadang-kadang memang butuh repetisi berkali-kali sampai bisa mengingat makna kata ataupun grammar sebuah kalimat.

Untuk belajar menggunakan coursera, ada aplikasinya di android maupun iphone. Pelajarannya juga bisa di download, jadi bisa belajar secara offline. Jadi bisa dibuka di mana saja. Materi yang diberikan juga video-video singkat sekitar 10 – 15 menit. Selain video, ada file pdf yang merupakan ringkasan dan soal latihan dari materi yang diberikan. Lalu setiap 1 materi biasanya diberikan quiz kecil.

Dipikir-pikir, saya sebenernya telat buat belajar bahasa Korea. Saya ingat, dari jaman saya kuliah, teman-teman saya udah pada rajin nonton kdrama dan tertarik buat belajar bahasanya. Tapi ya, baru sekarang sih punya waktu nonton kdrama, jadi aja baru sekarang tertarik belajar bahasanya hehehe.

Ada yang mau belajar bahasa Korea bareng dengan saya? biasanya kalau ada temannya, yang iseng-iseng begini jadi lebih seru. Biasanya yang tertarik belajar bahasa korea ini karena nonton kdrama atau pengen dengerin lagu-lagu kpop.

Mengembalikan Hobi Lama

Sebelum punya anak, saya sempat rajin merajut dan belajar jahit. Sejak Jonathan lahir, entah kenapa hobi merajut dan menjahit itu menguap terbang hilang. Mungkin karena saya kurang suka meninggalkan pekerjaan rajutan terlalu lama, akhirnya saya enggan untuk memulai. Beberapa kali mencoba mengembalikan mood, tapi ya akhirnya cuma browsing-browsing pola dan gak mulai juga.

Saya tahu punya anak bukan alasan untuk berhenti berhobi, tapi punya banyak rajutan yang gak kunjung selesai tidak membuat saya jadi rileks malah jadi senewen, maka akhirnya saya tinggalkan saja hal-hal yang bikin senewen. Hobi itu untuk dinikmati, bukan bikin jadi senewen toh hehehe.

Sekarang ini anak-anak sudah mulai besar. Saya merasa sudah waktunya saya punya waktu lagi untuk hobi saya. Anak-anak juga sudah mulai terbiasa bermain sendiri, asal mereka ga mainin benangnya sampai kusut, teorinya saya sudah bisa mulai merajut lagi.

Selama bertahun-tahun, benang dan jarum rajutan masih tersimpan rapi dan di bawa pindah rumah beberapa kali. Tahun ini saya mau kembali merajut lagi. Sepertinya kalau tahun ini masih gagal kembali merajut, harta karun merajutnya bisa di hibahkan saja ke orang-orang yang masih suka merajut.

Saya sudah menemukan komunitas merajut di kota ini, komunitasnya mengadakan pertemuan sekali seminggu dan kebetulan di hari yang sama dengan jadwal Jonathan les. Rencananya sesekali saya mau ikutan datang ketemu, supaya semangat berkaryanya tetap ada.

Selain mencari komunitasnya, kemarin saya memaksa diri untuk memulai mengerjakan hal yang kecil dan bisa selesai sekali duduk. Sambil nonton serial MacGyver, akhirnya selesai juga rajutan bunga rose. Rencananya nanti bunga ini akan ditempelkan di bandana, tapi bandananya belum dibikin hehehe. Sekarang lagi nyari-nyari motif bandana, dan udah dapat beberapa pattern yang bisa ditiru.

Setidaknya, hobi merajut ini bisa kelihatan hasilnya daripada hobi nonton film korea hahaha. Mending kalau nonton koreanya menghasilkan tulisan review, sejauh ini saya masih terlalu malas mereview film-film korea yang sudah saya tonton. Kalau dikombinasikan, bisa juga nonton kdrama sambil merajut hahaha.

Ngomongin kdrama dan merajut, saya ingat di salah satu kdrama yang saya tonton, si cowo merajut syal pink waktu dia sakit. Terus setelah dia sembuh dan mereka ketemu, syalnya dikasihin ke cewenya, dan diujung syalnya ada gulungan benang yang berisi cincin melamar si cewe. Ayo ada yang ingat ini kdrama yang mana? bisa jadi undian berhadiah nih. Hmm sayangnya saya jauh di Thailand, kalau nggak saya kasih hadiah benang deh hehehhe.

Kalau ada yang mau lihat tulisan lama soal hobi lama saya, bisa lihat di blog saya yang ini. Blognya udah gak pernah diupdate lagi. Mungkin nanti kalau udah banyak rajutannya baru deh diupdate lagi di sana.