Chiang Mai Crafts Week 2019

Hari ini 7 Februari sampai dengan hari Minggu, 10 Februari 2019, sedang berlangsung acara pameran kerajinan tangan di Chiang Mai (Chiang Mai Crafts Weeks). Tahun ini merupakan tahun ke -4 diadakannya acara ini. Saya yang walau sudah lama ga main benang dan jarum, sejak pameran tahun ke-2 menyempatkan melihat-lihat. Harapannya sih supaya mendapat motivasi memegang jarum dan benang lagi, dan mengingat harta karun yang sudah 8 tahun ini tidak disentuh.

Denah acara tahun ini, terlihat lebih banyak dari tahun sebelumnya

Pameran hari ini mengambil tempat yang sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Lokasinya cukup dekat dari rumah. Kebetulan hari ini Jonathan ada les 2 jam dan Joshua bisa tidur siang lebih awal, jadi Joshua saya tinggal di rumah sama mbak, dan saya bisa deh melihat-lihat pameran ini dengan tenang tanpa gangguan anak-anak seperti di tahun-tahun sebelumnya.

Entah karena tahun ini saya bisa lihat santai, atau memang event ini tambah banyak peminat, rasanya orang yang berpartisipasi membuka booth lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya. Pengaturan lokasi pameran juga lebih teratur. Yang terasa kurang cuma tempat parkirnya saja. Mungkin karena saya datang di hari pertama, saya pikir yang datang masih akan sedikit, karena toh kami datang di saat jam kerja. Eh dugaan saya salah, malah tadi hampir ga kebagian parkir karena banyak juga loh yang datang siang-siang begini.

Apa saja yang dipamerkan? Kerajinan tangan dari benang dan jarum berupa sulaman, jahitan, quilt, knit dan crochet, recycle bag dan juga leather. Selain itu ada juga glass beads dan marble painting. Hampir setiap booth menawarkan paket workshop, sayangnya ga ada free workshop, jadi tadi saya ga ikutan workshop apapun karena waktunya gak sempat juga.

Melihat benang dan peralatan craft yang dijual di sana, saya jadi ingat dengan tumpukan harta karun yang sekarang ini buat mengaksesnya saja sulit. Tapi ya karena sudah punya, semua yang tadi saya lihat di sanapun masih membuat saya merasakan spark joy hahahaha. Mudah-mudahan tahun ini bisa kembali berkarya dengan benang dan jarum nih.

Review Mesin Kopi Krups XP5210

Sejak di Chiang Mai, saya berkenalan dengan aneka jenis kopi. Dulunya di Indonesia saya hanya ngerti kopi instan. Starbuck baru marak ketika kami sudah akan ke Chiang Mai, dan karena harga Starbucks pada masa itu terasa mahal, saya ga pernah berpikir mencoba aneka kopi yang fresh dari biji kopi yang digiling sendiri. Paling banter dulu minum kopi tubruk hitam dikasih gula yang banyak supaya manis waktu masih di Medan kalau ada acara kumpulan orang batak hahaha.

Tentukan sendiri seberapa kental selera kopi kita.

Di Chiang Mai, ada banyak yang menjual aneka kopi produksi lokal yang fresh dari biji kopi yang baru dihaluskan. Ada yang organik maupun yang sudah dikemas menjadi franchise. Harganya juga variasi dari 35 baht/gelas sampe 200 baht/gelas, tergantung minumnya di mana dan tokonya punya nama atau tidak. Awalnya saya ga merasakan perbedaan rasa kopi murah dan mahal, apalagi kalau kopinya dikasih es yang banyak dan super manis karena dicampur gula dan susu kental manis. Lah biasa juga minum susu instan.

Lanjutkan membaca “Review Mesin Kopi Krups XP5210”

Memperbaiki mainan Dinosaurus ABC

Joshua punya mainan dinosaurus dengan banyak tombol ABC. Mainan ini sudah beberapa kali hilang suaranya, tapi ketika dibongkar belum diapa-apain udah bisa muncul lagi. Tapi akhirnya suatu hari suaranya benar-benar berhenti. Hari ini akhirnya iseng dibongkar lagi.

Joshua memainkan dinosaurus yang sudah diperbaiki

Ternyata agak ribet juga membongkar benda ini, dan ternyata masalahnya sederhana sekali: speakernya rusak. Banyak mainan memakai speaker murahan. Biasanya speaker seperti ini magnetnya akan lepas/bergeser. Lanjutkan membaca “Memperbaiki mainan Dinosaurus ABC”

Music Player dengan Orange Pi Zero

Tujuan proyek ini adalah membuat player musik untuk latihan piano Jonathan. Nomor lagu diinput dengan numeric keypad, audio diputar di speaker yang biasa dipakai di PC, output ditampilkan di LCD 20×4.

Buku pelajaran piano yang dipakai oleh Jonathan disertai CD Audio sebagai musik pengiring, dan CD ini tentunya sudah di-rip dan masuk ke iPad.

 

Sebenarnya memakai iPad ini cukup praktis, tapi seringkali yang terjadi:

  • Lupa di mana menaruh iPad-nya
  • Lupa mencharge iPadnya
  • Terdistract oleh game/app lain di iPad
  • Joshua tiba-tiba datang ingin lagu lain

Lanjutkan membaca “Music Player dengan Orange Pi Zero”

Logic Analyzer

Logic analyzer adalah instrumen untuk melihat dan mencatat state dari sebuah sistem atau sirkuit digital. Penjelasan yang lebih lengkapnya ada di Wikipedia, di posting ini saya hanya ingin membahas kegunaan praktis Logic Analyzer untuk pemula elektronik.

Secara mudahnya: dengan logic analyzer kita bisa melihat di waktu t apakah sebuah signal sedang dalam kondisi on/off (high/low atau 1/0). Dengan software tertentu (atau dengan software buatan sendiri) kita bisa mendecode signal 0/1 menjadi bentuk yang bisa kita mengerti.

Debugging

Bentuk debugging paling sederhana yang bisa dilakukan dengan logic analyzer adalah ini: jika kita mengeset nilai output sebuah pin, benarkah nilainya berubah? mungkin saja kita lupa mengeset mode pin menjadi output, mungkin salah nomor pin karena lupa mengupdate kode (atau mungkin salah modifikasi library milik orang lain).

Sebaliknya kita juga bisa mendebug input: kenapa hasil pembacaan sensor digital tidak terbaca? apakah sensornya memang tidak mengirimkan apa-apa, atau kode yang telah dibuat untuk membaca ternyata masih salah? (salah pin, salah mode, dsb).

Jika kita memakai protokol seperti SPI, I2C, UART, dan memilih decode yang tepat, kita juga bisa melihat apakah data yang kita kirimkan atau yang kita terima sudah benar (misalnya dalam kasus I2C: alamat device mungkin salah).

Selain untuk mendebug data input dan output, kita juga bisa mendebug timing. Dengan software tertentu, kita bisa bisa melihat jarak waktu secara visual.

Selain untuk mendebug sebuah masalah, secara umum logic analyzer ini bisa dipakai untuk belajar. Dengan melihat langsung secara visual signal SPI atau I2C, kita akan lebih mudah mengerti protokol-protokol tersebut. Lanjutkan membaca “Logic Analyzer”

Catatan Elektronik, Pokemon, dan Satellite Receiver

Posting ini sekedar catatan beberapa oprekan beberapa waktu terakhir ini. Topiknya: elektronik (beberapa komponen elektronik yang saya beli), Pokemon (baik versi lama maupun Pokemon Go), dan Satellite Receiver baru saya.

Kadang saya melihat posting lama di blog ini, kadang saya banyak menulis dan kadang jarang sekali menulis. Di bulan ketika jarang menulis, saya kadang lupa apa yang dikerjakan bulan itu, jadi sekarang saya coba rangkum beberapa minggu terakhir.

Elektronik

Saya kadang iseng menambah lampu atau mekanisme lain di mainan Jonathan. Menambahkan suara biasanya merupakan hal yang repot. Beberapa waktu lalu waktu iseng browsing AliExpress, saya menemukan bahwa ada banyak chip melodi, gonggongan anjing, sirine yang dijual dengan sangat murah (1.0-1.7 USD untuk 5-10 chip, jadi harga per chipnya cuma 0.1-0.2 USD). Penggunaan chip ini juga sangat mudah: butuh power (3.0-4.5 VDC), saklar (untuk mentrigger mematikan/menyalakan suara), speaker (langsung saja ke speaker 8 ohm, tanpa perlu sirkuit amplifier apapun). Sebagian chip perlu sebuah transistor tambahan sebagian hanya butuh sebuah resistor.

Lanjutkan membaca “Catatan Elektronik, Pokemon, dan Satellite Receiver”

Kesan pertama CHIP dan PINE64

Posting ini hanya sekedar review singkat, kesan pertama memakai CHIP dan PINE64. Semoga di lain waktu bisa saya buat posting baru yang lebih detail.

Di hari pertama kerja setelah liburan, saya disambut oleh dua paket yang tiba di kantor: Pine64 dan CHIP. Kedua benda ini sudah saya preorder lama sekali. CHIP saya pesan di Cyber monday 30 November 2015, dan PINE64 saya pesan 20 Maret 2016.

CHIP

Saya pertama kali mendengar CHIP dari Kickstarter yang fenomenal (2 juta dollar), tapi masih agak ragu mendukungnya karena agak mengkhawatirkan. Tapi akhirnya karena penasaran saya beli juga di Cyber Monday. Di Cyber Monday ada diskon CHIP, tadinya 9 USD menjadi 8 USD, jadi saya memesan dua dengan ongkos kirim 6 USD, jadi totalnya 22 USD untuk dua CHIP. Saat ini saya cek di website getchip.com harganya 9 USD belum termasuk kabel composite (5 USD), case (2 USD) dan ongkos kirim. Ketika saya menerima CHIP, di dalamnya sudah termasuk ada kabel composite dan case yang sudah dipasang, jadi saya benar-benar beruntung memesan jauh hari.

20160711_145513

Secara singkat CHIP ini adalah sebuah SBC berukuran mini dengan built in bluetooth, WIFI, NAND flash, USB, dengan RAM 512 MB. SOC yang dipakai benda ini adalah Allwinner R8. Tidak ada slot SD/MicroSD card di CHIP, dan tidak ada konektor Ethernet. Saat ini hanya ada satu model CHIP.

Karena sudah memiliki built in flash storage, maka kita tidak perlu mendownload atau mencari image lalu menuliskannya ke SD Card. Begitu dibuka, kita bisa mencolokkan CHIP ke monitor dan langsung bisa diboot dengan power dari micro USB.

Kendala pertama untuk CHIP adalah: konektor output built in hanya composite, sedangkan monitor komputer saya hanya bisa VGA, HDMI, dan DP. Sebenarnya ada board terpisah untuk menampilkan output CHIP via konektor VGA atau HDMI, tapi harganya mahal untuk VGA harganya 10 USD, dan untuk HDMI harganya 15 USD, lebih mahal dari CHIP itu sendiri. Karena saya pelit, saya tidak membeli keduanya.

Untungnya saya ingat kalo masih punya TV kecil yang tadinya dipakai di mobil (sekarang yang di mobil sudah diganti yang agak besar).

IMG_0920

Karena hanya memiliki satu port USB host, maka saya memakai hub agar bisa memakai mouse dan keyboard sekaligus. Sebenarnya benda ini memiliki bluetooth, jadi teorinya bluetooth mouse dan keyboard bisa dipakai, tapi karena saat ini saya tidak punya keduanya, saya pakai USB saja.

Sebenarnya ada cara lain untuk mengakses CHIP ini, yaitu via USB di komputer, CHIP akan dianggap sebagai serial port dan bisa kita akses dari program terminal yang bisa mengakses serial port seperti Putty, Minicom, Screen dsb. Saya ingin menghubungkan ke monitor karena penasaran seperti apa GUI-nya dan seperti apa proses bootnya.

ttylogin.png

Ukuran NAND flash-nya memang hanya 4GB, tapi yang dipakai OS hanya 528 MB, jadi cukup untuk menyimpan banyak hal tanpa perlu storage external. Kebanyakan SBC lain tidak memiliki built ini NAND (misalnya Raspberry Pi). Di satu sisi memiliki built in NAND ini sangat praktis: tidak perlu download image untuk bisa memulai, tidak perlu membeli SD Card terpisah, performanya lebih bagus dibandingkan SD Card. Tapi di lain pihak memiliki SD Card juga ada kelebihannya: mudah berganti OS (hanya perlu menukar SD Cardnya), kapasitasnya bisa kita beli sesuai keinginan kita.

Built in WIFI dan Bluetooth menurut saya akan sangat berguna untuk berbagai proyek. Salah satu yang kepikiran oleh saya adalah mengubah keyboard apapun menjadi bluetooth keyboard (misalnya mechanical keyboard biasa supaya jadi bluetooth enabled). Port micro USB di board ini sebenarnya adalah port OTG, jadi teorinya benda ini juga bisa mengemulasikan device USB apa saja.

Beberapa hal sudah saya lihat tapi belum dicoba, misalnya untuk melakukan flash ulang kita bisa menggunakan browser Chrome (ada API bagi Chrome Extension untuk bisa mengakses USB sehingga ini dimungkinkan). Ada juga konektor untuk batere dan ada sirkuit built in sehingga baterenya akan dicharge ketika kita mencolokkan micro USB ke CHIP.

Secara singkat, CHIP ini cocok sekali untuk menambahkan kapabilitas IOT pada benda lain. Harganya murah, ukurannya kecil, sudah ada konektivitas bluetooth dan WIFI, dan bahkan bisa menggunakan batere dengan sirkuit charging yang sudah built-in. Secara umum CHIP mendapatkan review yang positif dari banyak pihak, dan cukup cocok untuk pemula. Cocok untuk pemula di sini maksudnya: cara mulai memakainya mudah, komunitasnya cukup besar dan baik.

Kelemahan CHIP adalah jika kita butuh sesuatu yang ekstra maka harganya akan menjadi cukup mahal. Contoh: jika butuh ingin dihubungkan ke TV melalui HDMI maka kita perlu menambah 15 USD lagi. Jika ingin dihubungkan ke beberapa USB maka perlu hub (contohnya jika storage tidak cukup maka perlu USB disk atau USB Card reader + memory card-nya).

Jika keperluannya untuk menonton film atau sebagai media center, maka pasti butuh HDMI, jadi harganya minimal 9 USD (chip) + 15 USD (HDMI adapter) = 24 USD. Dengan 11 USD ekstra Anda bisa membeli Raspberry Pi terbaru dengan RAM 1 GB dan sudah quad core, memiliki WIFI dan Bluetooth, dan memiliki 4 port USB.

Saya sedang mempelajari lebih lanjut dan mempertimbangkan apakah akan membeli PocketCHIP atau tidak (saat ini sedang promo, 49 USD, harga biasanya 69 USD). PocketCHIP ini adalah casing berupa layar dan keyboard CHIP yang bisa dikantongi. Benda ini cukup unik karena SBC yang lain tidak menawarkan solusi seperti ini.

PINE64

Device berikutnya yang saya test adalah PINE64. SBC ini muncul di kickstarter dan cukup sukses (1.7 juta USD terkumpul). Review awalnya cukup negatif, tapi saya sudah terlanjur pesan. Alasan utama membeli benda ini adalah karena saya ingin bereksperiman dengan assembly ARM64 (board yang lain waktu itu masih sangat mahal). Dari jumlah yang dikumpulkan di kickstarter (yang artinya banyak orang memiliki benda ini), saya berharap bisa terbentuk komunitas yang kuat seperti Raspberry Pi.

Sebagai catatan: saat ini meski belum didukung resmi, Raspberry Pi 3 sudah bisa menjalankan Linux ARM64. Jadi jika ingin sekedar belajar ARM64, Raspberry Pi3 juga bisa dipakai.

Ada beberapa opsi PINE64, memorinya bisa 512 MB, 1GB atau 2GB, dan apakah kita ingin ekstra WIFI/Bluetooth (semuanya memakai SOC Allwinner A64). Versi 1G dan 2GB memiliki ethernet gigabit (keduanya ini disebut juga PINE A64+). Karena tujuan saya ingin belajar di sisi software, saya pilih RAM terbesar yaitu 2GB, dengan harga 29 USD (RAM yang terkecil 512 MB cuma 15 USD). Saya beli juga modul WIFI/Bluetooth (+10 USD), karena mungkin nanti berguna. Ongkos kirimnya cukup mahal: 12 USD ke Thailand.

20160711_101658

Ketika saya membuka kotaknya, kesan pertama saya adalah: wow besar sekali ukurannya, lebih besar dari SBC lain yang saya punya. Dengan ukurannya yang besar, jelas ini kurang cocok untuk IOT, lebih cocok di taruh di atas meja sebagai server, media player atau desktop. Ternyata opsi WIFI/BT diberikan dalam bentuk board yang perlu kita pasang (sangat mudah, tidak mungkin terbalik).

IMG_0921

Untuk testing, saya mendownload Debian tanpa desktop. Saya tidak berharap akan langsung sukses mengingat review awal cukup jelek, tapi ternyata booting bisa lancar dan langsung muncul pesan boot di layar via konektor HDMI. Ini berbeda dengan ketika saya mencoba Orange Pi, kadang booting berhasil tapi tidak tampil apa-apa di layar walau bisa diakses via jaringan.

pine64

Saya baru mencoba benda ini sebentar sekali, jadi belum bisa berkomentar banyak. Kesan pertama: benda ini cepat, konektornya ada banyak selain baris konektor kompatibel dengan PI, ada baris konektor ekstra yang diberi nama Euler, ada konektor headphone, IR Receiver dan bahkan bisa memakai batere seperti CHIP juga.

Sesuai dengan tujuan utama: untuk mengetes software Arm64 bit, saya bisa dengan mudah mengcompile dan mendebug hello world seperti pada umumnya di platform lain.

arm64

Ada banyak yang belum saya test di PINE64 (dan saya tidak tahu apakah akan segera saya test atau tidak). Contoh hal-hal yang bisa ditest: Android di PINE64, memutar video di Pine64, GPIO, dsb. Yang jelas untuk saat ini saya hubungkan saja benda ini ke jaringan supaya bisa saya akses dan pelajari kapan saja.