Sosialisasi Pemilu 2019 di Chiang Mai

Hari ini, Sabtu 16 Maret 2019, warga Indonesia di Chiang Mai mendapatkan sosialisasi pemilu oleh panitia pemilu luar negeri daerah Bangkok. Walaupun kami jauh dari tanah air, dan jauh dari kedutaan, tidak menghalangi hak sebagai warga negara Indonesia untuk memberikan suara, memilih Presiden dan wakilnya, dan juga memilih anggota DPR untuk Dapil DKI II.

Bapak-bapak panitia PPLN Bangkok dan juga layanan kekonsuleran dari KBRI Bangkok datang ke Chiang Mai dengan 2 agenda utama dan 1 agenda yang ditunggu-tunggu. Agenda pertama yaitu memberitahukan mengenai aplikasi lapor diri WNI di luar negeri dengan nama Peduli WNI dari kementerian Luar Negeri. Berbeda dengan aplikasi lapor diri sebelumnya yang sifatnya lokal dari KBRI Bangkok, kali ini aplikasinya terpusat dari kemlu dan sifatnya untuk seluruh WNI di manapun berada. Tujuan dari adanya aplikasi ini untuk membuat data terpusat mengenai keberadaan WNI yang ada di luar negeri dengan cara melaporkan berdasarkan informasi Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang ada di e-KTP.

Untuk yang sudah pernah daftar diri seperti kami, disarankan tetap mendaftarkan diri lagi melalui aplikasi Peduli WNI ini, karena aplikasi yang lama tidak langsung terhubung dengan aplikasi yang baru ini. Harapannya, semoga saja kedepannya tidak selalu berulang harus daftar diri berkali-kali setiap ganti aplikasi.

Agenda ke-2 yaitu sosialisasi tata laksana pemilu terutama untuk WNI yang bertempat tinggal di wilayah Thailand. Beberapa bulan lalu, sudah pernah ada sosialisasi untuk mengingatkan kami mengecek apakah kami sudah terdaftar untuk pemilu, dan metode pemilihannya bisa lewat pos ataupun datang langsung ke KBRI Bangkok. Untuk kami yang jauh dari Bangkok, tentunya pilihan lewat pos lebih mudah. Tahun ini merupakan tahun ke -3 buat kami menyalurkan hak pilih kami dengan kirim dari pos. Berbeda dengan pelaksanaan 2 pemilu sebelumnya, tahun ini surat suara untuk memilih Presiden dan anggota DPR dikirimkan sekaligus dalam 1 amplop. Sebelumya, pelaksaan pemilihan anggota DPR dan Presiden terpisah tanggalnya, sehingga kami mendapatkan surat suara yang harus dikirmkan kembali 2 kali.

Setelah dijelaskan bagaimana memilih yang baik dan memastikan suara kami sah, dijelaskan juga kalau masing-masing surat suara harus dimasukkan ke amplopnya dalam keadaan di lem. Jadi nantinya akan ada surat suara untuk memilih presiden dan wakilanya dalam 1 amplop yang harus di lem, lalu surat suara untuk memilih anggota DPR Dapil DKI II dalam 1 amplop lain yang juga harus di lem. Nantinya 2 amplop tersebut beserta surat C-6 yang kami tandatangani di masukkan lagi ke dalam amplop besar yang sudah disediakan juga lengkap dengan alamat pengembalian dan perangko. Tentunya amplop terakhir jangan lupa di lem juga dan tinggal masukkan ke kotak pos di Thailand. Nantinya semua surat suara yang masuk sampai tanggal 16 April akan dibuka bersama-sama untuk dihitung pada tanggal 17 April 2019 di KBRI Bangkok. Jadi untuk teman-teman yang sudah punya surat suara dikirim lewat pos, jangan ditunda-tunda untuk mengirimkan kembali lewat pos ke kedutaan ya.

Oh ya, jadi tadi, kami sudah diberikan surat suara dan tinggal coblos dan kembalikan saja lewat pos. Beberapa teman yang baru datang ke Chiang Mai dan ternyata belum pindah terdaftarnya menjadi pemilih luar negeri kemungkinan masih bisa mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan hak pilihnya tentunya dengan menunjukkan e-ktp dan akan di cek statusnya terlebih dahulu.

Foto bersama sebagian warga Indonesia di Chiang Mai dan panitia pemilu yang datang dari Bangkok.

Agenda yang ditunggu-tunggunya tentunya makan siang bersama hehehe. Setelah mendapatkan penjelasan untuk melapor diri melalui aplikasi Peduli WNI, dan sosialisasi mengenai pemilu 2019, tentunya gak lengkap kalau pulang dalam keadaan lapar hehehe. Setelah makan siang, perut kenyang hati senang, tidak lupa foto-foto dulu di tepi kolam untuk mendokumentasikan dan biar ingat acara ini hehehe.

Mungkin ada yang bertanya-tanya, aman gak tuh surat suaranya? nantinya di Bangkok mereka akan mendata surat suara yang kembali berapa banyak. Harapannya sih kalau kantor pos sini bekerja dengan baik, tentunya gak ada masalah surat suara hilang di kantor pos. Kalau masalah nanti suara kita ketahuan dong? ya nggak juga, karena surat suara kita yang di lem akan dimasukkan ke kotak suara yang dijaga 24 jam dan diawasi dengan cctv. Nantinya surat suara kita dibuka bersama-sama dengan yang lain. Jadi asas kerahasiaan tetap terjaga.

Pemilu di luar negeri akan diadakan serentak hari rabu 1o April 2019. Sedangkan pemilu di Indonesia diadakan 17 April 2019. Mungkin ada yang bertanya-tanya, nanti bisa ada suara ganda dong? untuk hal ini, kalau ketahuan akan ada hukumannya, jadi semuanya akan dicatat berdasarkan nomor induk kependudukan dan bisa ketahuan kalau ada yang curang.

Ayo kita sukseskan pemilu 2019, gunakan hak pilih Anda. Jangan sampai golput karena golput itu bukan solusi dan bukan pilihan. Jangan lupa asas LUBER (Langsung, Umum, Bebas, Rahasia) dalam pemilu, silakan pilih apa yang kamu mau, tapi jangan tanya pilihan saya, karena itu rahasia hehehe.

Finger Counting

Saya baru tahu, kalau ternyata menghitung dengan jari itu ada perbedaan di berbagai negara. Selama ini saya pikir, yang penting jari yang diacungkan itu sesuai dengan jumlah yang disebut. Beberapa hari ini saya perhatikan Joshua kalau menghitung kok 1 acungkan telunjuk , 2 – buka telunjuk dan jari tengah, 3 – jempol, telunjuk dan jari tengah, lah waktu 4, dia melipat jempol dan membuka telunjuk, jari tengah, jari manis dan kelingking. Saya pikir, ribet banget sih, kenapa 4 nya dia gak cuma buka 1 jari manis saja. Ternyata, sepertinya dia menirukan finger counting sistem american sign language.

sumber : https://www.wikihow.com/Count-to-100-in-American-Sign-Language

Waktu iseng-iseng belajar berhitung angka bahasa Korea, saya juga perhatikan mereka memakai jari yang berbeda dengan biasanya yang saya pakai. Dan karena iseng, saya jadi google dan menemukan gak cuma Korea yang beda, tapi juga antara eropa, amerika, jepang dan cina itu juga ada beda sistem penggunaan jari untuk berhitungnya.

sumber: https://www.researchgate.net/figure/Finger-counting-system-in-Korean-Sign-Language-from-the-viewers-perspective-Note-that_fig1_221792959

Ternyata waktu saya menggoogle lebih banyak lagi, ada berbagai riset mengenai finger counting ini. Hal yang mungkin bagi kita biasa saja, ternyata bisa dibahas secara serius hehehe. Bukan cuma jari yang teracung yang dihitung, tapi jari mana yang dlipat atau sisi mana yang ditunjukkan juga bisa berbeda-beda maknanya.

sumber : https://www.researchgate.net/figure/Finger-counting-systems-in-German-German-Sign-Language-DGS-and-Chinese-Domahs-et_fig2_221792959

Jadi kira-kira kalau kamu biasanya menghitung dengan metode jari yang mana? Kalau saya sampai 5 mengikuti cara Chinese, tapi berikutnya mulai 6 ya saya cuma menambahkan tangan 1 lagi dan mengulang 1 sampai 5 di tangan ke-2 untuk menghitung sampai 10. Siapa sangka ternyata kita bisa menghitung sampai lebih dari 5 hanya menggunakan 1 tangan saja.

Buku Baru: Seri Secret Coders

Masih cerita soal buku yang di beli di Big Bad Wolf Desember lalu. Jonathan gak sengaja memilih 1 buku Secret Coders. Sebenarnya beli buku ini awalnya tertarik karena judulnya saja, dan saya malah gak tau isinya berupa komik. Ceritanya mengenai seorang anak usia 12 tahun yang pindah sekolah dan menemukan beberapa misteri yang ternyata bisa dipecahkan dengan pemrograman. Buku ini sejenis pengenalan pemrograman juga buat Jonathan.

Buku yang kami beli di BBW itu hanya buku nomor 2. Waktu kami kembali ke BBW lagi untuk mencari nomor lainnya, kami gak berhasil menemukannya. Akhirnya karena Jonathan sudah baca buku ke-2 itu berkali-kali, kami memutuskan untuk memnbeli buku lainnya dari Amazon.

Lanjutkan membaca “Buku Baru: Seri Secret Coders”

Applikasi untuk Mengenal Huruf Thai

Tulisan ini masih ada sambungannya dengan tulisan-tulisan sebelumnya. Nah kalau misalnya mantap nih mau jalan-jalan atau tinggal di Chiang mai, hal berikut yang perlu diketahui adalah bahasa Thai itu berbeda dengan bahasa Indonesia ataupun bahasa Inggris. Tulisannya bukan dengan alphabet a-z seperti yang kita kenal dan satu hal lagi yang sangat perlu diperhatikan, bahasa Thai itu bahasa yang tonal. Jadi kalau kita mengucapkan sesuatu, nada naik turun suara kita bisa membuat kata yang transliterasinya sama berbeda makna.

Nah supaya familiar dengan huruf-huruf Thai, kalau ada yang mau mengenal 44 konsonan, 32 vokal, tone marks dan angka dalam tulisan Thai, bisa coba donlot aplikasi KengThai. Aplikasi ini ada versi lite yang bisa dipakai secara gratis dan cukuplah kalau mau pengenalan tahap awal. Kalau misalnya punya anak kecil, nah aplikasi ini juga cocok buat anak kecil belajar tracing huruf Thai hehehe. Aplikasi ini tersedia di AppStore untuk iOS maupun GooglePlay untuk Android.

Ada banyak aplikasi untuk belajar bahasa Thai, tapi saya suka dengan aplikasi ini untuk mengenalkan hurufnya dulu. Aplikasi ini juga mengenalkan cara menulis huruf Thai. Berbeda dengan menuliskan alphabet latin, menuliskan huruf Thai ada aturannya, bukan sekedar asal terlihat sama bentuknya. Setiap huruf Thai juga ada namanya dan bunyinya. Kalau sudah bisa mengingat sebagian besar informasi dari game ini, tahap berikutnya baru deh mencoba aplikasi untuk belajar bahasa Thai.

Dulu, waktu saya di awal belajar bahasa Thai, aplikasi ini belum ada. Saya kursus bahasa Thai untuk percakapan saja dan tidak langsung belajar membaca dan menulis bahasa Thai. Kalau saya mengulang dari awal, rasanya saya akan memilih untuk belajar membaca dan menulis langsung sambil belajar percakapannya. Sekarang ini setelah nyaman bisa berbahasa Thai, ada kemalasan tersendiri untuk memaksakan diri membaca dan menulis bahasa Thai, apalagi karena tidak ada kebutuhan.

Joshua dan Jonathan belajar menulis huruf Thai menggunakan applikasi ini, selain juga dengan bantuan poster di rumah dan buku-buku yang bisa di trace yang bisa di beli dengan murah. Dibandingkan aplikasi lain, aplikasi ini antar mukanya lebih besar dan lebih gampang untuk tracingnya. Gambarnya juga cukup menarik dan suaranya cukup jelas untuk ditirukan. Sekarang ini, Joshua sudah bisa mengingat keseluruhan 44 konsonan Thai, tapi karena dia masih belum mengerti konsep menggabungkan konsonan dan vokal, dia belum bisa diajarkan untuk membaca bahasa Thai yang menggabungkan konsonan dan vokalnya.

Setelah belajar mengenal huruf, tahap berikutnya adalah mengenal kata-kata dalam bahasa Thai. Nah untuk ini akan saya tuliskan di posting terpisah. Belajar bahasa itu tidak cukup dengan 1 app atau 1 buku saja. Kunci dari belajar bahasa adalah kita harus menggunakan bahasa itu. Contohnya, walaupun bertahun-tahun sudah bisa berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris, tapi untuk menulis dalam bahasa Inggris, grammar saya masih sering kacau. Untuk bahasa Thai juga vocabulary yang tidak dipakai banyak yang saya lupa walaupun pernah belajar.

Oh ya, kalau ada yang punya rekomendasi app atau buku untuk belajar bahasa Thai, silakan tulis di komen ya.

Miskonsepsi Seputar Chiang Mai

Selama beberapa tahun tinggal di Chiang Mai, kadang-kadang ada teman yang bertanya tentang Chiang Mai. Tapi kadang-kadang pertanyaanya salah karena sepertinya pertanyaan itu muncul karena generalisasi yang mereka dengar atau ya memang begitulah biasanya digambarkan mengenai Thailand. Di sini saya mau mencoba menuliskan beberapa hal yang sering disalahpahami tentang Chiang Mai, Thailand.

Diajak Ketemuan di Bangkok

Sebelum saya tinggal di sini, saya termasuk yang kurang mendengar tentang kota ini, padahal kota ini pernah jadi tuan rumah penyelenggaraan SEA Games tahun 1995. Kota ini merupakan kota terbesar di utara Thailand dan jaraknya sekitar 700 km di utara Bangkok ibukota Thailand.

Chiang Mai itu masih jauh dari Bangkok, naik pesawat 1 jam, naik mobil 9 jam, naik kereta api lebih lama lagi. Kota ini gak jauh dari Cina Daratan (sekitar 700 km ke utara Thailand), bahkan beberapa tahun belakangan ini banyak sekali turis dari Cina daratan berdatangan ke Chiang Mai sejak adanya film Cina yang shootingnya di Chiang Mai : Lost in Thailand. Beberapa turis itu bahkan memilih untuk tinggal menetap di Chiang Mai untuk berbagai alasan.

Walau bukan ibukota negara, sekarang ini ada banyak penerbangan langsung dari berbagai negara ke kota ini, sayangnya belum ada yang langsung dari Indonesia. Penerbangan ke Kuala Lumpur, Penang, Singapore, Hongkong, Shenzen, Macau, Hanoi, Yangon, Taipei, Seoul, Kunming, Beijing, Guangzhao, Doha, Xi An setau saya ada setiap harinya (bahkan ada yang lebih dari 1 x).

Dengan banyaknya penerbangan langsung ke Chiang Mai, biaya hidup yang lebih murah dibandingkan Bangkok, dan juga keindahan alamnya, kota ini jadi tujuan banyak orang baik untuk wisata ataupun untuk tinggal.

Banyak Godaannya

Pernah juga ada teman bertanya begini: “Kamu gak kuatir tinggal di sana, katanya wanita-wanitanya agressif, nanti kalau suami kamu digoda orang lokal gimana?” Waktu saya ditanya begitu, saya gak pernah kepikiran atau melihat ada wanita lokal yang seperti dikhawatirkan teman saya. Saya tahu tujuan orang beda-beda datang ke Chiang Mai, ada yang memang datang untuk melihat kehidupan malamnya, nah karena kami bukan orang yang berkunjung ke tempat hiburan malam, saya gak bisa kasih komentar banyak.

Tapi semua itu menurut saya sih tergantung orangnya yang datang, kalau memang hobi ke tempat hiburan malam, nggak hanya di Chiang Mai, di Indonesia juga saya yakin banyak wanita agressif. Kalau di tempat umum, manalah ada wanita yang tiba-tiba godain cowok-cowok. Mereka bahkan udah biasa dengan kehadiran orang asing di sini.

Banyak Ladyboy dan Tomboy

Pertanyaan lain yang juga gak pernah saya pikirkan akan ditanyakan adalah: “Pernah lihat wanita tapi bukan wanita gak? terus kamu gimana ngelihatnya?” Kenapa saya bilang gak kepikiran ada yang bertanya begini adalah, karena di sini lady boy dan tomboy itu ya biasa aja seperti laki-laki dan perempuan.

Mereka bisa bekerja di minimarket ataupun menjadi penari di tempat wisata. Tapi mereka bukan orang jahat, bukan orang yang harus di cela-cela dan bukan orang yang harus dipandang sebelah mata. Mereka juga bukan orang sakit menular yang harus dihindari.

Waktu pertama kali melihat, saya memang agak takjub, kok bisa ya wanita secantik itu ternyata bukan wanita, pastinya mereka melakukan usaha untuk bisa tampil seperti itu, tapi ya lama-lama biasa melihatnya. Jumlah ladyboy dan tomboy gak sebanyak itu juga sih di Chiang Mai sini.

Pedesaan Sepi

Ada lagi nih salah satu teman saya bertanya begini: “Chiang Mai itu pedesaan ya? katanya masih banyak sawah dan ladang kayak di pelosok Indonesia?” Nah mungkin di bandingkan kota Bangkok atau Jakarta, kota Chiang Mai ini emang kota kecil, tapi ya gak pedesaan banget.

Banyak fasilitas yang tersedia seperti halnya di kota besar, mall aja sekarang ada 3, tapi memang daerah sekitar Chiang Mai masih banyak hutan dan masih alami, jadi bisa juga kalau mau melihat alam pedesaan datang ke Chiang Mai. Menyetir sektiar 1 atau 2 jam, tahu-tahu kita sudah ada di kaki gunung yang penduduk sekitarnya hidup dari bercocok tanam.

Salah satu daya tarik Chiang Mai itu justru karena fasilitas lengkap seperti kota besar, tapi kalau mau refreshing ke alam terbuka gak perlu jauh-jauh.

Menjadi Digital Nomad

Di kota ini ada banyak digital nomad, ada banyak orang yang bekerja remote atau commuting dari Chiang Mai. Tapi ya untuk tinggal di sini, tetap harus mengurus visa masing-masing.

Ada yang bertanya ke kami begini: “Saya tertarik tinggal di Chiang Mai, gimana caranya?” ya caranya:

  • Kalau punya kemampuan, carilah pekerjaan di sini untuk dapat visa kerja.
  • Kalau punya duit untuk buka bisnis, bisa juga cari tau gimana caranya membuka bisnis di Thailand.
  • Kalau punya anak usia sekolah dan punya penghasilan tetap tanpa bekerja, ya anaknya bisa disekolahkan supaya bisa dapat guardian visa.
  • Bisa juga mencari tau menjadi volunteer untuk mendapat visa volunteer.
  • Beberapa yang banyak dilakukan juga adalah mengambil kelas belajar bahasa Thai selama setahun di tempat yang juga menawarkan visa Edukasi.

Kalau ada pertanyaan lain seputar Chiang Mai, silakan tinggalkan komentar atau kirim pesan ke halaman Facebook kami ya.

Buat yang Ingin Tinggal di Chiang Mai

Banyak orang yang setelah jalan-jalan ke Chiang Mai, jadi tertarik tinggal di Chiang Mai. Setiap tahunnya juga ada mahasiswa dari Indonesia yang mengikuti program perkuliahan di Chiang Mai University. Nah kali ini saya mencoba menuliskan hal-hal yang sering ditanyakan untuk yang berencana tinggal di Chiang Mai.

Pastikan punya Ijin Tinggal

Namanya jadi tamu di negeri orang, kita harus punya ijin tinggal yang legal. Kalau berencana tinggal karena urusan sekolah, biasanya sebelum datang ke Chiang Mai harus urus visa belajar dari Indonesia yang nantinya di konversi di Chiang Mai sesuai dengan lamanya waktu belajar. Sebagai orang Indonesia, kita bisa datang ke Thailand tanpa visa untuk tinggal selama 30 hari, tapi lebih dari situ, kita harus keluar dulu untuk bisa masuk lagi dan dapat ekstra hari. Kalau kita datang tanpa visa, kita tidak akan bisa urus ijin tinggal dari dalam negeri Thailand, jadi mendingan biar ga habis ongkos mundar-mandir, pastikan cari tahu mengenai visa yang sesuai untuk kebutuhan kita yang selanjutnya nanti dikonversi menjadi visa yang lebih lama ijin tinggalnya.

Untuk tinggal menetap di Thailand, kita harus urus Visa setiap tahun dan lapor diri setiap 90 hari ke imigrasi terdekat. Untuk pertama kalinya, jika kita datang ke Thailand sudah jelas akan bekerja di mana atau sekolah di mana, kita bisa urus visa di kedutaan Thailand di Indonesia atau negara lain selain Thailand untuk mendapat ijin tinggal 3 bulan pertama. Setelah kita tiba di Thailand, kita bisa urus supaya bisa mendapatkan ijin tinggal selama 1 tahun. Nah untuk tahun berikutnya, kita bisa urus untuk mendapatkan ijin tinggal 1 tahun dari imigrasi dalam Thailand (tentunya dengan surat-surat yang dilengkapi dari tempat kita bekerja/sekolah).

Kalau misalnya pengen tinggal di Thailand, tapi sudah masuk usia pensiun, ada juga pilihan untuk mendapatkan ijin tinggal yang namanya retirement visa. Atau misalnya kita ke Thailand karena ingin menyekolahkan anak dan sambil santai-santai saja tinggal di Chiang Mai, kita bisa mengurus visa edukasi untuk anak (dari sekolah di mana anak terdaftar), lalu kita orangtua jadi dependen terhadap visa anak. Masalahnya dengan visa edukasi anak ini, 1 anak hanya bisa memberikan ijin tinggal kepada 1 orangtua. Jadi kalau punya anak cuma 1, salah satu orangtuanya ga bisa dapat visa dependen deh. Tapi kalau punya 2 anak, masalah jadi beres hehehe.

Masalah visa ini gak bisa saya jelaskan detail karena peraturannya bisa berubah-ubah. Tapi secara umum ya kalau mau tinggal lama di Thailand, caritau dulu bagaimana persyaratan untuk urusan visa, supaya gak mondar-mandir juga harus keluar dari Thailand mengurus visanya.

Tinggal di Apartemen vs Rumah

Di Chiang Mai banyak apartemen studio ataupun 1 atau 2 kamar. Waktu awal kami datang ke Chiang Mai, karena cuma berdua saja, kami cukup dengan tinggal di apartemen studio, tapi lama-lama ya dengan adanya anak, tinggal di rumah lebih enak. Biaya tinggal di apartemen juga relatif lebih mahal. Dengan harga sewa yang sama, kita bisa dapatkan kontrakan rumah yang lebih lega ukurannya dan bahkan kadang plus halaman. Tapi semuanya kembali kebutuhan kita, kalau misalnya tinggal sendiri dan masih single, ada juga banyak kamar kontrakan seperti kost-kostan dengan harga mulai 2000 baht/bulan. Di sekitar kampus Chiang Mai University selain banyak kontrakan kost-kostan juga ada banyak berjualan makanan yang harga mahasiswa.

Tinggal di apartemen itu kita merasa aman, tapi umumnya di apartemen kita tidak bisa memakai kompor gas, harus pakai kompor listrik/induksi. Selain itu, apartemen di Chiang Mai juga tidak mengijinkan memelihara hewan peliharaan apapun. Biaya listrik dan air juga hitungannya lebih mahal daripada tagihan listrik dan air di rumah.

Biasanya, menentukan lokasi tinggal berdasarkan apa kebutuhan kita juga. Misalnya untuk anak sekolah di lokasi tertentu, bisa cari rumah atau apartemen di daerah sana. Di sini, kontrak rumah itu bisa bikin perjanjian untuk setahun tapi dibayar bulanan. Bisa juga bikin kontrak untuk 3 bulan. Semakin singkat masa perjanjiannya biasanya akan semakin mahal harganya. Kalau masih single, ada banyak hotel backpacker yang biayanya mulai dari 150 baht/hari.

Untuk yang berencana tinggal lama di Chiang mai, pastikan memiliki kendaraan seperti motor atau mobil. Di Chiang Mai sistem transportasinya belum bagus, jadi untuk mempermudah kemana-mana sebaiknya punya kendaraan sendiri (dan pastikan punya surat ijin mengemudi yang masih berlaku). SIM dari Indonesia bisa dipakai di awal, tapi kalau mau tinggal lama, ada baiknya segera urus SIM lokal Thailand dengan cara mengikuti ujian di sini. Ujiannnya bahasa Inggris kok, jadi gak usah kuatir, dan waktu yang dibutuhkan gak lebih dari 1 hari. Kalau gak mau ikut ujian, kita bisa urus SIM Internasional dari Indonesia, lalu di Chiang Mai nantinya tinggal di konversi saja menjadi SIM lokal.

Biaya Hidup

Selain biaya kontrakan rumah/kamar, dan setelah punya kendaraan yang biayanya lebih murah daripada naik taksi ke mana-mana, biaya yang perlu dipikirkan tinggal masalah makan. Untuk biaya makan, orang lokal umumnya lebih sering beli daripada masak sendiri.

Biaya makanan 1 porsi mulai dari 30 baht. Kalau mode hemat berarti 1 hari 100 baht, tapi ya masa sih makannya ga variasi hehehe. Kalau mau lebih hemat lagi, ya selalu bisa belanja ke pasar dan masak sendiri. Harga bahan makanan di sini masih lebih murah daripada di Jakarta. Bisa juga masak nasi doang di rumah dan belanja lauk yang sudah di masak di pasar hehehe.

Gimana untuk biaya rekreasi? tergantung rekreasi apa, kalau mau ke taman kota ya gratis buat olahraga, hangout sama temen atau anter anak main-main. Kalau mau duduk-duduk ngopi, di Chiang Mai ada banyak coffee shop yang harganya bervariasi mulai dari 35 baht/cup sampai di atas ratusan. Starbuck juga ada beberapa di Chiang Mai, tapi kami lebih memilih membeli kopi produksi lokal. Harga nonton bioskop relatif lebih mahal dibanding harga di Indonesia, tapi kalau gak salah kalau hari Rabu bisa nonton cuma 100 baht saja. Sudah lama gak ke bioskop, perlu cek lagi buat memastikan masih ada gak promosi 100 baht itu. Semua bioskop di Chiang Mai setau saja bisa dipesan online, jadi ya ga ada alasan kehabisan tiket.

Lain-lain

Saat ini komunitas orang Indonesia di Chiang Mai masih sedikit dan tidak sampai 100 orang, karena banyak yang silih berganti datang dan pergi. Kalau ingin bertemu dengan teman-teman dari Indonesia lainnya, bisa tinggalkan komen di sini atau kontak kami di facebook page kami.

Buat yang Mau Berkunjung ke Chiang Mai

Sebenarnya sudah banyak menulis mengenai Chiang Mai, tapi ini saya mau mencoba menuiskan hal-hal mengenai Chiang Mai siapa tahu ada yang lagi bingung mau ke mana dan kepikiran mengunjungi Chiang Mai.

Chiang Mai itu di Mana?

Chiang Mai ini kota di utara Thailand, letaknya di kelilingi oleh perbukitan, dan jauh dari pantai. Jadi kalau mau liburan ke pantai, pastinya jangan cari di Chiang Mai hehehe. Kota ini merupakan kota terbesar di Utara Thailand, tapi sangat berbeda di bandingkan Bangkok.

Chiang Mai masih sekitar 3 jam perjalanan lagi untuk ke daerah perbatasan Thailand dengan negara Laos dan Myanmar. Selain bahasa Thailand, penduduk di sini kebanyakan berbahasa daerah juga (ya samalah kalau ke Bandung banyak yang bahasa Sunda bukan bahasa Indonesia doang). Tapi karena banyaknya orang asing tinggal di kota ini, gak usah kuatir kalau gak bisa bahasa Thailand, modal bahasa Inggris juga cukup kok untuk ke sini, kalau beruntung bisa ketemu orang asing yang sudah bisa berbahasa Thai, jadi bisa gampang nanya-nanya nya hehe.

Dari Indonesia sekarang ini belum ada direct flight langsung ke Chiang Mai, tapi ada banyak cara ke sini. Setelah sampai ke Bangkok, bisa naik pesawat sekitar 1 jam lagi atau naik bis malam (10 – 12 jam) atau kereta api (12 – 15jam). Alternatif lain, selain dari Bangkok, bisa juga dari Kuala Lumpur atau Singapur (ada pesawat yang transit di hari yang sama dan langsung ke Chiang Mai).

Kapan Waktu Terbaik ke Chiang Mai

Sepanjang tahun ada macam-macam festival yang menarik untuk dilihat dan menjadi alasan mengunjungi Chiang Mai, tapi tentunya tergantung juga dapat jatah liburnya kapan dan mau berapa lama di Chiang Mai. Chiang Mai memiliki musim panas (Maret – Agustus), musim hujan (September – November) dan musim dingin (Desember – Februari). Selama 12 tahun ini, musimnya kadang agak bergeser sedikit, November kadang sudah dingin kadang belum, Desember kadang masih hujan, dan Maret pagi-pagi masih dingin. tapi yang pasti April pasti panas banget dan Januari udaranya dingin. Musim dingin di sini itu gak ada salju dan ga ada hujan, jadi ya cuacanya menyenangkan buat jalan-jalan tanpa gangguan.

Biasanya turis paling banyak datang ke Chiang Mai itu di bulan Desember atau Januari awal. Tidak disarankan datang sekitar Februari sampai awal April karena di masa itu tingkat polusi udara sedang tinggi dari pembakaran ladang sisa panen di daerah utara Thailand dan juga dari negara tetangga. Biasanya polusi ini akan berakhir menjelang festival air Songkran / Tahun baru Thailand sekitar tanggal 14 dan 15 April. Tapi ya kalau datang bukan untuk festival air, lebih baik datang di awal Januari, saat udara sedang adem.

Apa yang bisa di lihat di bulan Januari? kalau beruntung bisa lihat bunga sakura sedang mekar. Kalau datangnya di minggu ke – 2 Januari bisa melihat perayaan hari anak di Thailand, di mana hari itu banyak tempat memberi gratisan untuk anak-anak. Bisa jalan-jalan ke kuil-kuil sekitar Chiang Mai sambil menikmati udara sejuk. Dan kalau datangnya minggu pertama Februari, bisa melihat festival bunga yang diadakan akhir pekan pertama di bulan Februari setiap tahunnya.

Kalau datang Maret gimana?gak ada apa-apa kecuali polusi udara hehehe, tapi pernah juga sih sepupu kami datang ke sini akhir Maret, dan beruntung ada hujan sebelum mereka tiba, jadi polusi udaranya minggir dan mereka bisa jalan-jalan melihat Chiang Mai. Tapi ya jangan ambil resikolah, kecuali udah beli tiket hahaha.

April seperti saya sebutkan sebelumnya ada festival air Songkran. Biasanya hari siram-siraman ini berlangsung beberapa hari, puncaknya biasanya sekitar tanggal 14 dan 15 April. Kalau mau main-main air ya jadwalkan datangnya sekitar hari Songkran.

Antara Mei sampai Oktober, biasanya sepi turis. Tidak disarankan juga ke Chiang Mai karena sering ada hujan dadakan. Gak seru kalau jalan-jalan terus kehujanan tiba-tiba, dan kemudian tiba-tiba panas terik lagi. Udaranya juga masih cukup panas walaupun hujan. Kami tiba pertama kali di Chiang mai sekitar bulan Mei, waktu itu masih banyak sekolah libur dan kami pikir kota ini sepi sekali, ternyata tak lama kemudian kotanya ramai lagi. Libur akhir tahun ajaran untuk sekolah di sini untuk sekolah Thai antara Maret sampai pertengahan Mei, sedangkan untuk sekolah Internasional liburan itu awal Juni sampai akhir Juli, jadi memang antara Mei sampai Agustus banyak yang liburan dan mengurangi isi kota Chiang Mai. September dan Oktober banyak hujan, jadi tetap gak seru deh liburan ke Chiang Mai di bulan-bulan itu.

Di bulan November ada festival Loy Kratong dan Yi Peng. Nah ini juga menarik untuk di lihat. Tiap tahun tanggalnya bisa berubah, tergantung kapan bulan purnamanya. Kalau berenacana ke Chiang mai untuk melihat festival ini, bisa cek dulu kapan festival ini akan diadakan tepatnya. Kadang-kadang bulan November udaranya udah cukup dingin, kadang-kadang masih agak panas, tapi karena festival Loy Kratong dan Yi Peng ini biasanya dirayakan malam hari, lebih baik bawa baju hangat yang tidak terlalu tebal untuk persiapan.

Hal-hal lain yang perlu diperhatikan

Penduduk Thailand mayoritasnya beragama Budha. Makanan Halal agak sulit ditemukan, tapi ada beberapa restoran Halal di Chiang Mai, jadi gak usah kuatir juga. Ada banyak pilihan makanan vegetarian juga dan seafood dan semua bisa dibeli dengan harga yang terjangkau. Makanan di Chiang Mai ini cukup standar harganya baik di food court mall maupun di luar mall.

Di Chiang Mai belum banyak angkutan umum, untungnya sekarang sudah ada taksi Grab. Untuk rute tertentu sudah ada bis trayek tapi karena saya belum pernah naik jadi belum bisa cerita banyak. Kalau rencana mengunjungi Chiang Mai sekitar seminggu, bisa mempertimbangkan menyewa motor atau mobil. Surat Ijin Mengemudi kita dari Indonesia bisa dipakai kok di Thailand sini, tapi jangan lupa untuk selalu pakai helm kalau naik motor dan taati rambu yang ada biar gak berurusan sama polisi.

Mata uang rupiah biasanya tidak laku untuk ditukarkan di money changer di Thailand. Sebaiknya bawa dollar, atau tarik tunai dari mesin ATM sini juga bisa. Dari hasil mencoba beberapa bank, nilai tukar yang paling baik kalau menarik dana dari ATM Bangkok Bank. Setiap penarikan dari atm akan dikenakan biaya sekitar 220 baht, dan jumlah lembaran maksimal yang bisa ditarik itu tergantung limit harian dan isi rekening kamu hehehe.

Udah segitu dulu, besok-besok kalau ada yang ketinggalan akan ditambahkan lagi.