Gara-gara K-drama

Saya jadi iseng belajar bahasa Korea hehehe, dan saya yakin banyak penonton k-drama yang akhirnya penasaran dan mempelajari huruf Korea dan atau transliterasinya.

Pengalaman dari belajar bahasa Thailand, saya gak mau belajar pake transliterasi saja, karena akhirnya nantinya malah bingung. Awalnya beberapa bulan lalu saya belajar pake Memrise tanpa membaca atau berusaha menghapalkan apa saja huruf-huruf yang ada di bahasa Korea.

Hasilnya? ya kadang-kadang emang masih tebak-tebak doang dan kalau tiap hari dilatih, bisalah ingat cukup banyak. Tapi setelah sekian lama gak latihan, semuanya terbang hilang lagi hehehe.

Sejak Joe rajin ikutin kursus di Coursera, saya akhirnya iseng ikutan juga ambil kursus gratisan bahasa Korea. Hasilnya lumayan, baru seminggu belajar saya sudah bisa ingat semua konsonan dan vokalnya. Terus apakah saya sudah bisa baca dengan lancar? tentu tidak hahaha, tetep aja butuh latihan dan konsentrasi tinggi.

Coursera masih di minggu ke – 4

Dari 5 Minggu jadwal belajar, dalam waktu 8 hari saya sudah menyelesaikan materi untuk 3 minggu, dan sekarang masuk minggu ke-4. Tapi saya sedang kesulitan mengingat angka dalam bahasa Korea, sepertinya butuh ngajakin Joshua buat belajar bahasa Korea biar dia yang review saya tinggal dengerin hehehe.

Setelah mengenal huruf Korea, saya kembali lagi memakai aplikasi Memrise yang lama saya tinggalkan. Dan sejak 12 hari yang lalu, saya masih tetap ingat untuk mengerjakan paling tidak sampai ada day streak nya tercapai.

Memrise sudah 12 hari tidak pernah lupa latihan

Sebenarnya tadinya saya pikir dengan aplikasi Memrise saja saya akan bisa belajar secara natural, tapi ternyata belajar dengan materi yang lebih terstuktur seperti yang ada di Coursera justru sangat membantu untuk awalan sebelum terjun bebas pakai Memrise.

Metode belajar dengan Memrise

Saya cukup suka dengan Memrise, karena kita bukan cuma belajar kata-kata saja, tapi langsung phrase dan bahkan kalimat. Selain itu cara belajarnya gak monoton, setiap sekian kata/frasa kita berganti menu apakah itu melatih mendengar, review klasik, melatih pronounciation kita dan juga ada video mendengarkan orang lokal Korea berbicara. Belajarnya juga gak perlu lama-lama, kita bisa atur target kita setiap harinya mau belajar berapa kata.

Walaupun belum selesai belajarnya, tapi dari sedikit yang sudah dipelajari, saya bisa merasakan belajar bahasa Korea ini lebih mudah dimengerti karena saya sudah bisa bahasa Thai. Ada beberapa bunyi pengucapan dalam bahasa Korea yang tidak bisa dituliskan dalam bahasa Indonesia, tapi saya bisa menemukan padanannya dalam bahasa Thai.

Kalau kamu jadi belajar apa gara-gara nonton k-drama? atau kalau belajar bahasa Korea, pakai app atau sumber dari mana? karena belajar Korea ini cuma iseng doang, semoga saya bisa selesaikan Courseranya. Sekarang ini lagi mentok dan butuh konsentrasi tinggi buat mengerjakan quiz berikutnya hehehhe.

Mars dan Jingle Pemilu

Masih sambungan dari ngumpul sosialisasi pemilu kemarin, pulang ke rumah jadi teringat lagu mars pemilu. Eh waktu nyari di YouTube, ternyata taun 2019 lagunya udah ganti. Lagu yang baru lebih bernada riang gembira, tapi mungkin karena belum biasa, rasanya mars yang lama lebih gampang dihapalin.

Supaya gak lupa, saya akan coba tuliskan di sini lirik Mars Pemilu yang diciptakan oleh Mochtar Embut. Lagu ini masih cukup relevan, walaupun nama kabinetnya sudah bukan kabinet ampera lagi, dan saya sendiri harus ingat-ingat ampera itu singkatan dari amanat penderitaaan rakyat. Jadi kabinetnya dulu mengemban misi untuk mengangkat taraf hidup rakyat lepas dari penderitaan akibat penjajahan sebelumnya.

Pemilihan umum telah memanggil kita
S'luruh rakyat menyambut gembira
Hak Demokrasi Pancasila
Hikmah Indonesia merdeka

Pilihlah wakilmu yang dapat dipercaya
Pengemban Ampera yang setia
Di bawah Undang Undang Dasar 45
Kita menuju ke pemilihan umum

Mars Pemilu yang lama ini dikenal dengan sebutan mars pemilu orde baru. Dulu saya ingat, menjelang pemilu akan sering diputar di TVRI (dulu stasiun tv cuma ada TVRI), makanya sampai hapal seperti hipnotis hehehe. Tapi idenya bagus sih, mengingatkan biar jangan sampai gak ikutan kasih suara.

Untuk Mars pemilu yang baru, saya baca katanya sudah ada sejak orde reformasi, tapi mungkin karena saya sudah lama tidak pemilu di Indonesia, jadi gak tau juga kalau lagunya sudah ganti dan tidak tahu seberapa sering lagunya ini diperdengarkan di stasiun tv atau radio.

Lirik lagu pemilu baru, diciptakan oleh Nortier Simanungkalit.

Pemilihan umum kini menyapa kita
Ayo songsong dengan gempita
Kita pilih wakil rakyat anggota DPR, DPD, dan DPRD

Mari mengamalkan Pancasila
Undang-undang Dasar 45
Memilih presiden dan wakil presiden
Tegakkan reformasi Indonesia

Laksanakan dengan jujur adil dan cermat
Pilih dengan hati gembira
Langsung umum bebas rahasia
Dirahmati Tuhan yang Maha Esa


Selain mars pemilu sekarang ada lagi namanya jingle pemilu 2019, saya juga baru liat hari ini hehehe

Berikut ini liriknya:

Tiba saatnya Indonesia untuk memilih (Yuk Memilih)
Besama datang ke TPS salurkan aspirasi
Langsung Umum Bebas Rahasia Jujur dan Adil
Demi Indonesia Damai Sejahtera
(Ayo !!!)
Kita Memilih untuk Indonesia
Menggapai cita lewat suara kita
Bagimu Indonesia Sukseskan Demokrasi
Jadi pemilih berdaulat Negara Indonesia Kuat
Jadi pemilih berdaulat Negara Indonesia Kuat
Penyanyi : Kikan
Pencipta Lagu : L. Agus Wahyudi M
Aransemen Lagu : Eros (Sheila On 7)

Jadi sekarang, udah bisa ikut nyanyi dan tetap ingat untuk gunakan hak pilih ya!

Males Nerima Telepon

Dulu, jaman nelepon itu harus ke wartel atau pake koin di telepon umum, sering banget rasanya pengen aja gitu iseng nelpon-nelpon. Waktu jaman internet belum ada dalam genggaman, pengen aja gitu rasanya cek e-mail atau sekedar chatting di warnet 30 menit pun jadi. Dulu, jaman video call itu masih harus pake skype, rasanya perlu banget ngajarin ortu buat nyalain skype di komputer rumah dan beli webcam segala. Tapi sekarang, setelah semua tersedia dalam telepon genggam dengan akses internet unlimited 24 jam, rasa pengen itu udah berkurang gak kayak dulu lagi.

Sekarang ini, hampir semua orang sudah bisa mengakses internet dan mengajari mereka video call jauh lebih mudah. Oppung dan Eyang juga udah pada jagoan pake video call dari telepon genggamnya. Terus apakah jadi nelepon orangtua setiap hari? ya nggak juga sih, tapi ya paling tidak jadi lebih mudah sekali seminggu bisa bertatap muka dengan Eyang atau Oppung. Sekedar update singkat. Kalau gak sempat video call, ya minimal bisa kirim pesan singkat via WhatsApp atau aplikasi messenger lainnya, dan sesekali sambil kirim foto atau video anak-anak.

Komunikasi dengan keluarga besar sih ya seperti biasa ya, kalau telepon tiap hari juga ya mau ngobrolin apa. Paling sekarang ini kebanyakan keluarga itu ada group chat nya. Biasanya sesekali akan ada berita-berita keluarga dan gak tiap hari juga selalu ramai. Saya tidak bergabung dengan group keluarga yang terlalu besar, saya cuma gabung di grup keluarga kakak beradik dan orangtua saja.

Cerita awalnya kepanjangan ya dan belum nyambung sama judul. Saya cuma mau cerita, sejak gampangnya terhubung dengan banyak komunitas, saya cenderung tidak suka nerima telepon, apalagi misalnya bukan dari orang yang saya benar-benar kenal. Saya lebih suka obrolan itu tertulis. Alasannya sih biar bisa sambil mengerjakan hal lain (misalnya sambil ajak main atau ngajarin anak belajar). Alasan lainnya ya, kalau di telepon itu bisa lupa point-point percakapannya dan gak bisa sambil mencari informasi yang dibutuhkan. Kalau misalnya chat kan bisa sambil mencari informasi di google dan kemudian membagikan informasi yang ditemukan. Selain itu kalau chat itu gak harus di jawab langsung. Kadang-kadang sebagai ibu, saya harus sambil antar jemput anak, atau nungguin anak di tempat kursus. Rasanya gak enak aja gitu teleponan di mana ada banyak orang juga lagi pada diam-diaman hehehe.

Nah, waktu saya cerita ke Joe, kenapa ya saya kok sekarang malas terima telepon apalagi kalau gak kenal. Eh Joe bilang ya wajarlah, untuk hal-hal yang gak urgent, mendiskusikan sesuatu itu lebih baik dengan tulisan, baik e-mail ataupun chat. Setidaknya jadi ada arsip percakapannya dan bisa dibaca kembali untuk menyimpulkan point-point yang dibutuhkan. Malah kata Joe, kadang-kadang malah kalau menyangkut komunitas, lebih baik dilakukan secara tertulis di group baik itu group mail ataupun group chat, jadi ya semua anggota bisa baca dan gak harus di update satu persatu.

Saya tahu, untuk beberapa urusan, misalnya membatalkan janji karena ada urusan lain yang lebih penting secara mendadak, pastinya harus nelepon daripada kita kirim e-mail atau chat yang kemudian ternyata orangnya gak baca dan menunggu-nunggu kita tanpa kabar. Tapi jangan salah, saya masih suka juga sesekali menelpon teman yang sudah lama gak berkabar untuk janjian ketemuan misalnya. Walaupun misalnya janji ketemuannya besok, ngobrol di teleponnya bisa agak lama juga walau gak urgent hehehe. Kalau kamu bagaimana? lebih suka selalu nelepon saja atau pake tulisan chat/e-mail untuk komunikasi di komunitas?

Happy Ending?

Realita hidup ini gak selalu semua berakhir dengan bahagia. Tapi tentunya kalau nonton film atau baca fiksi yang endingnya ga bahagia, rasanya kok ga enak ya. Padahal bisa saja kita teruskan sendiri ceritanya berdasarkan imajinasi kita dan semuanya bisa berakhir sesuai maunya kita. Tapi itukan beda dan ga seru, mau refreshing gak pake mikirin ending sendiri ah, mau terima yang pasti-pasti aja. Dalam hidup ini juga mana ada sih yang tau pasti apa yang terjadi besok hari, tapi kadang kita bisa prediksi apakah besok hujan atau tidak berdasarkan berbagai faktor yang bisa diukur di alam ini.

Aduh ini mau ngomongin apa sih, pasti langsung nuduh saya mau bahas drama korea ya? Hahahaha, ya dan tidak sebenernya, mau ngomongin film seri aja secara umum. Walaupun awalnya nulis ini karena mikirin beberapa generalisasi dari film-film yang saya tonton terutama beberapa kdrama yang belakangan ini jadi tontonan saya.

Untuk genre romantis, happy ending itu jelas kalau akhirnya setelah lika liku kisah cinta naik turun, akhirnya mereka hidup bahagia selamanya, walaupun biasanya dalam setiap kisah cinta akan ada tokoh yang jadi orang ke-3 atau ke-4 yang kurang beruntung mendapatkan versi bahagianya. Minimal harus ada kejelasan bahwa mereka akan bersama, bukan dikasih hint doang kayak endingnya Alhambra hehehe.

Untuk genre horror, happy ending itu tentunya kalau tokohnya ada lebih dari 1 yang selamat. Film-film Holywood biasanya diawalin dengan sekelompok orang yang terisolasi dan pada akhir episode hanya 1 atau 2 yang masih hidup. Lah yang lain kemana? ya namanya horror, pastilah yang lain ga selamat jadi korban mahluk yang mengejar-ngejar yang hidup. Mahluknya bisa berupa mahluk imajinasi atau orang super jahat kayak film Saw.

Untuk genre action, happy ending itu kalau anak mudanya berhasil mengalahkan orang jahatnya. Kalau orang jahatnya yang menang, pasti penonton merasa kecewa. Misalnya kalau film Superman VS Batman gimana dong? emang yang mana yang anak mudanya? pasti deh ada yang kecewa dengan endingnya film itu.

Ada genre apalagi ya, oh science fiction, happy ending itu kalau penjelasan ilmiahnya masuk di akal kita dan berhasil membantu tokoh utama menyelesaikan misinya. Dulu ngikutin serial Fringe, ini ceritanya sempat agak kesana kemari gak jelas, eh tau-tau akhirnya nyambung lagi dengan season awal dan semua diselesaikan, padahal tadinya udah sempet males ngikutinnya.

Entah kenapa, mau itu buku atau film, ada kecenderungan kita ingin melihat sesuatu berakhir dengan bahagia. Walau begitu, ada juga beberapa series yang membuat penonton berpihak ke orang yang melakukan kejahatan. Ini sih biasanya ada penjelasan yang merasionalkan kejahatannya, dan secara gak langsung penonton akan pro sama kejahatan yang dilakukan sama pemeran utamanya.

Siapa yang pernah tau serial Dexter? pernah ga waktu nonton serial itu ikut deg-degan waktu identitasnya hampir terbongkar? padahal kalau beneran ada di dunia nyata, Dexter itu orang jahat loh apapun alasannya. Buat yang belom pernah nonton atau tau Dexter, silakan google heheh, terlalu panjang buat saya jelaskan di sini.

Ada yang inget serial Prison Break? nah saya tanyakan, kira-kira apakah kalau ada napi yang kabur dari penjara kita akan merasa senang? atau kita malah jadi kuatir. Gimana dengan serial Breaking Bad? ikut senang ga dengan endingnya? atau kasihan dengan nasib tokoh utamanya setelah dia hampir ketahuan berkali-kali?

Pada akhirnya semua kembali ke persepsi dan imajinasi kita. Karena hidup ini adalah proses, kita yang menentukan apakah sejauh ini hidup kita happy atau gak. Konflik dan masalah akan selalu ada, tapi bukan berarti kalau lagi banyak masalah hidup kita lagi ga happy. Kebahagiaan itu pilihan, nonton serial yang endingnya selalu happy juga pilihan hahaha. Maaf kalau tulisan ini terasa agak random.

Payload XSS non latin

Tadi saya melihat ada yang sharing payload XSS yang hanya menggunakan karakter dalam Hangul (alfabet bahasa Korea), tanpa huruf latin. Biasanya payload butuh huruf latin karena berbagai fungsi (termasuk fungsi “alert”) butuh karakter latin. Di tulisan ini saya akan menjelaskan cara kerja payload ini lalu membuat versi dengan aksara Jawa.

Payload utamanya seperti ini:

([,하,,,,훌]=[]+{},[한,글,페,이,,로,드,ㅋ,,,ㅎ]=[!!하]+!하+하.ㅁ)
[훌+=하+ㅎ+ㅋ+한+글+페+훌+한+하+글][훌](로+드+이+글+한+'(45)’)()

Lanjutkan membaca “Payload XSS non latin”

Lenovo Thinkpad X230

Minggu lalu karena kombinasi beberapa hal, saya memutuskan ingin membeli Thinkpad bekas dan ngoprek FreeBSD di laptop itu. Laptopnya dipesan hari Minggu dan sampai hari Rabu siang lalu. Saat ini laptop ini sudah berhasil: diganti SSD-nya, ditambah RAM-nya, diinstall Coreboot (software open source pengganti BIOS), dan sudah diinstall FreeBSD 12 dengan segala setting yang membuat semuanya berjalan normal.

Kalau dipikir-pikir sebenarnya nggak ada alasan yang kuat untuk harus beli laptop dan install FreeBSD, cuma seneng aja ngoprek di hardware langsung. Sekitar 10 tahun yang lalu saya pernah ngoprek FreeBSD, di Virtual Machine. Porting kernel ARM untuk NAS yang dulu saya miliki. Dibandingkan virtual machine, ngoprek langsung di hardware punya tantangan sendiri.

Lanjutkan membaca “Lenovo Thinkpad X230”

Jalan-jalan itu…

Pepatah berkata: jauh berjalan banyak dlihat, lama hidup banyak dirasai. Gak berasa sudah hampir sebulan mama saya liburan di Chiang Mai dan dengan alasan ada mama saya, kami juga jadi banyak berjalan-jalan melihat ini dan itu diseputar Chiang Mai. Beberapa tempat sebenarnya sudah pernah dikunjungi oppung sebelumnya, tapi kami juga mencari alasan untuk mengunjungi beberapa tempat yang jarang kami kunjungi dan belum pernah dikunjungi oppung sebelumnya.

Jalan-jalan bawa anak-anak itu gak selalu mudah, apalagi kalau anaknya masih belum ngerti diajak foto dan lebih suka bagian jalannya doang dan seperti gak kenal capek. Dipikir-pikir untuk anak-anak, pergi ke tempat baru dan pergi ke tempat yang mereka sudah biasa datangi tidak terlalu berbeda, tapi kalau saya perhatikan, di tempat yang baru mereka lebih aktif dan lebih tak kenal capek, rasa ingin tahu masih tinggi, jadi ya mungkin pengen tahu di mana ujung jalannya hehehe.

Untuk anak berumur 8 tahun, mungkin sudah lebih mudah. Misalnya waktu diberitahu fakta soal bunga Sakura hanya berkembang 2 minggu dalam setahun dan hanya ada ketika musim dingin, fakta itu jadi diingat dan menjadi seperti pengetahuan baru untuk dia. Pengalaman melihat bunganya mungkin biasa saja, tapi kalau ditanya bunganya warna apa, pasti dia ingat. Tapi kalau diajak foto dengan latar bunga-bunga, atau ketika jalan di canopy walk dengan latar belakang dinding kaca bening, ya tetap aja susah buat mendapatkan foto yang bagus.

Sejak teknologi HP makin canggih dan kamera di HP juga makin bagus, sepertinya jalan-jalan itu merupakan kegiatan foto-foto. Masalah apakah fotonya akan dipamerkan atau cuma untuk dilihat kembali sebagai bagian dari memory itu masalah berikutnya. Rasanya memang ingatan kita ini sudah terbatas dan tentunya lebih mudah kalau mengingat suatu peristiwa itu dilengkapi dengan foto-foto.

Jadi nanti mungkin pepatahnya bisa diganti dengan jauh berjalan banyak ambil foto untuk dilihat-lihat kemudian hari jadi kenangan dan bisa mengingat kembali apa yang pernah dirasakan hehehhe.