Kenangan Masa SMU

Posting ini tidak akan membahas banyak hal waktu sama masih SMU. Posting akan membahas kisah cinta saya, cinta pada programming. Saya belajar komputer kali pertama kelas 2 SMP, tahun 1994. Waktu itu saya ikut kursus DOS, Wordstar dan Lotus 123. Nama tempat kursus saya waktu itu adalah Linggar jati, di dekat pertigaan jalan raya bogor ke arah Cibubur. Dari segi komputer dan pengajar, tempat itu sangat biasa, yang luar biasa adalah: semua siswa boleh belajar di luar jam kursus, dan bahkan jika ada kursus lain pun boleh menggunakan komputer yang di belakang (jika tidak dipakai), asalkan tidak menganggu yang lain.

Di situlah saya belajar sendiri memprogram dalam bahasa BASIC. Buku pegangan saya cuma buku panduan ujian bahasa BASIC. Bukunya tidak punya teori, cuma soal pilihan ganda dan kunci jawaban saja. Ternyata buku semacam itu mudah untuk dipelajari, misalnya ada pertanyaan “Fungsi LEFT$ berguna untuk?”, lalu saya cari jawabannya, misalnya “mengambil N karakter terkiri”, nah dari situ saya tahu apa gunanya fungsi LEFT$. Setahun kemudian ayah saya membelikan Apple II/e (komputer tua yang dibeli karena bapak saya tidak mengerti soal komputer, dan kebetulan ada yang menjual murah). Saya banyak memprogram BASIC di komputer itu, tapi sayang dalam beberapa bulan komputernya mulai rusak, dan saya tidak punya lagi arsip program-program lama saya.

Tanggal 10 Januari 1997, kelas 2 SMU saya dibelikan PC pertama saya: Pentium 120 Mhz, Ram 16 Mb, harddisk 1 GB. Itulah dimulainya petualangan memprogram. Hari ini saya menemukan beberapa program yang saya buat waktu itu. Melihat program-program tersebut, aneka hal muncul di pikiran saya:

  1. Melihat sebagian program, saya berpikir: wah kok saya dulu goblok banget ya, kan ini mestinya bisa begini
  2. Melihat sebagian program lain saya berpikir: wah hebat juga ya, dulu saya bisa ngerti ini, padahal cuma belajar sendiri
  3. Wah kok dulu kepikiran ya bikin program ini
  4. Ngapain coba bikin program ini, gak ada gunanya
  5. Wah ternyata dulu saya fans Sailor Moon
Lanjutkan membaca “Kenangan Masa SMU”

Harta Karun buat merajut

Akhirnya, sampai juga harta karun yang ditunggu-tunggu selama seminggu ini. Dengan perjuangan yang cukup panjang, keringat dan airmata (hiperbola mode on), akhirnya benang yang tak dapat dibeli di Chiang Mai ini sampai juga ke Chiang Mai.

Ini dia harta karunnya :

Benang dari Craft and Me

Alkisah sejak mulai rajin merajut, setelah memboroskan beberapa Baht untuk membeli benang di toko Import di sini, akhirnya memutuskan beli benang secara online dari Craft and Me, Indonesia saja. Harga beli di Indonesia memang jauuuuh lebih murah daripada benang import dari eropah atau amerika, tapi tetap yang harus dipikirkan ongkos kirim dan pajak.
Begini perjalanan sang benang hingga sampai ketanganku. Dari mbak Thata di Surabaya, benang diberangkatkan dengan bis malam ke Jakarta, karena kalau pake TIKI ongkos kirimnya aja udah seperberapa benang….., Lalu dari Jakarta, dikirim pake EMS ke Chiang Mai. Well, harus diakui, ongkos kirimnya agak bikin sakit hati, karena ongkos kirim EMSnya hampir sama dengan biaya beli benangnya. Oke jadi ceritanya harga benang jadi 2 kali lipat.

Udah nih, kirain tinggal duduk manis nungguin benang sampai ke rumah. Ternyata… Lanjutkan membaca “Harta Karun buat merajut”

Main Game itu bahaya!!!

Gak percaya? Coba baca berita-berita ini:

Nah, buat yang suka main game, hati-hati ya, jangan sampe membunuh atau dibunuh orang, dan tanyakan pada dirimu sendiri, berapa jam kamu kuat main game tanpa henti (hehehe, emangnya mau mecahin Guiness World record, orang yang paling lama main game sampai meninggal).

Banyak Maunya

Seminggu ini tanpa sengaja gue kembali melakukan blogwalking. Kalau biasanya cuma buka situs-situs yang terdaftar dalam rssfeed saja, kali ini gue bener-bener melompat dari 1 blog ke blog yang lain, dan tanpa sengaja menemukan sekumpulan blog teman-teman lama. Dan hari ini juga salah satu hari membaca update-an blog teman yang blognya terakhir gue kunjungi kira-kira setahun yang lalu. Jadi teringat masa di mana gue bisa mengupdate blog sehari beberapa kali, masa di mana gue mengencourage temen-temen gue buat nulis di blog untuk bisa tau kabarnya tanpa harus bertanya : apa kabar lu? . Kemana perginya masa-masa itu?

Well, awalnya emang karena gue beneran sibuk, terus lama-lama rada malas memberitakan pada dunia apa yang terjadi. Belum lagi kadang-kadang yg pengen ditulis itu isinya protes terhadap orang-orang tertentu yang kalau dia sampai baca bisa menimbulkan konflik. Oke, emang masih banyak hal lain yang bisa ditulis selain hal-hal yang mungkin menyinggung orang lain, tapi waktu di depan komputer pikiran masih terfokus pada hal tersebut, mana mungkin bisa menuliskan tentang hal lain?? Akhirnya yang biasanya terjadi adalah, saya hanya ngobrol dengan Joe.

Anyway, bukan hal-hal itu yang mau ditulis, belakangan ini Joe lagi demen mengutak utik gadget nya. Terus kepikiran, kayaknya kami bukan tipe orang yang bisa hidup di Era permian (tau kata ini gara2 Primeval) tapi lebih punya khayalan hidup di rumah yang pintar. Lanjutkan membaca “Banyak Maunya”

Lessons From The Past

Ngapain sih orang belajar mengenai Dinosaurus dan mahluk pra sejarah lainnya? Ngapain sih belajar mengenai perilaku hidup mereka, cara mereka berburu, dan lain-lain?

Seminggu ini kami nonton serial Primeval. Serial ini bercerita mengenai adanya anomali yang menyebabkan mahluk dari era lain muncul ke masa saat ini. Untungnya tokoh utamanya sangat terobsesi pada mahluk-mahluk pra sejarah, jadi pengetahuannya bisa membantu mengatasi mahluk-mahluk tersebut.

Nah pelajaran yang bisa dipetik dari film itu adalah: Sebagian orang perlu belajar mengenai kehidupan pra sejarah supaya kalau ada anomali yang menyebabkan mahluk pra sejarah datang ke era kita, mereka akan bisa mengatasinya.

My Gadgets

Dulu sejak belajar komputer kali pertama (kelas 2 SMP), aku dah pengen banget punya komputer. Karena dulu masih bukan orang yang mampu, bapak belum bisa beliin komputer. Sekitar kelas 3 SMP, ada suatu peristiwa. Ada seorang pria yang pulang lebih awal dan mendapati istrinya selingkuh, mereka pun segera menjual semua barang mereka saat itu jgua, dibagi dua lalu cerai, termasuk juga sebuah komputer. Bapak yang melihat ada komputer dijual murah, Rp 300 rb, langsung membeli. Komputer itu ternyata adalah Apple II/e. Memorinya cuma 64 kb, dengan disket 5.25″.

Itu komputer pertamaku, dan aku belajar banyak dari situ. Mengingat tidak ada info mengenai Apple II/e, aku ngoprek semuanya sendiri. Misalnya untuk tahu aneka perintah Basic yang spesifik ada di Apple II/e (HGR, PLOT, dll), aku men-dump isi memori dengan PEEK, dan memfilter karakter ASCII yang printable. Aku belajar banyak sekali dari komputer itu, sampai akhirnya rusak dan gak bisa diperbaiki. Sebelum rusak total, yang rusak adalah floppy drivenya. Dan aku masih tetep memakai komputer itu beberapa bulan, memprogram BASIC (dan setiap kali dimatikan, besoknya aku tulis ulang programku, karena gak bisa disave).

That was the old days. Sekarang aku punya banyak device yang bisa dioprek. Nah sekarang aku mau memperlihatkan benda-benda di mejaku dan benda-benda yang dibawa tiap hari, dan apa aja yang aku oprek.
Lanjutkan membaca “My Gadgets”

Tempe

Tempe (atau Tempeh kalo ditulis dalam bahasa Inggris) adalah makanan khas dari pulau Jawa. Di Chiang Mai ini kami makan tempe goreng baru dua kali. Yang pertama waktu beli di Bangkok (salah satu jemaat di gereja ada yang jual tempe), dan yang kedua kali adalah minggu ini waktu Risna berhasil bikin tempe sendiri (dari kedele + laru). Di Chiang Mai ini nggak ada yang jualan tempe, jadi karena malas dan mahal pergi ke Bangkok, Risna memutuskan untuk membuat tempe sendiri. Petunjuk pembuatannya bisa dibaca di blog masakan Risna. Sebenarnya kemarin waktu pulang liburan, Risna sudah berguru ke ibuku mengenai cara membuat tempe, tapi belum sempat dipraktikkan di Indonesia. Nah karena kurang yakin, kami mencari dulu info di Internet mengenai tempe ini.

Ternyata banyak sekali resource di Internet mengenai tempe. Artikel wikipedia mengenai tempe ternyata cukup bagus. Ada perusahaan di belgia yang menjual ragi tempe (tempeh starter kit). Ada beberapa buku berbahasa Inggris (yang tidak dikarang oleh orang Indonesia) yang membahas tempe. Dan bahkan tempe sudah banyak ditemui di Eropa dan Amerika untuk para vegetarian sebagai pengganti daging. Bahkan ada artikel di Motherearth dari tahun 1977 yang membahas mengenai cara membuat tempe.

Selain artikel-artikel berbahasa Inggris, kami juga menemukan sebuah file PDF menarik dari website SMK 1 Nabire mengenai langkah lengkap pembuatan tempe, bahkan juga ragi tempe. Penjelasannya lengkap, dilengkapi gambar dan dasar teori. Contoh teori misalnya: tahukah kamu kalau jamur yang tumbuh di tempe itu berbeda-beda di berbagai wilayah? sehingga rasa tempe pun berbeda meski yang paling terkenal adalah Rhizopus oligosporus. Sekarang saya mengerti kenapa Ibu saya selalu bilang kalau tempe Jakarta dengan tempe Solo rasanya beda (di Solo jamurnya adalah R. oryzae dan R. stolonifer, di Jakarta Mucor javanicus, Trichosporum pullulans dan Fusarium sp.).

Setelah lama nggak makan tempe, sekarang jadi semakin menyadari bahwa tempe itu makanan yang sehat, enak, dan ternyata tempe sudah dihargai di seluruh dunia.