Ujian Taekwondo Jonathan

Yay Sabuk Merah

Hari ini Jonathan ujian ganti sabuk taekwondo. Tidak terasa sekarang sudah sabuk merah. Sistem sabuk Taekwondo yang diikuti Jonathan mulai dari putih-kuning-kuning hijau-hijau-hijau biru – biru – biru coklat – coklat – coklat merah dan sekarang merah. Gak terasa tak jauh lagi tau-tau bakal sabuk hitam. Sistem warna sabuk ini tergantung dari klubnya masing-masing, tapi garis besarnya ya sama.

Jonathan ikut taekwondo sejak kami homeschooling sekitar 2 tahun lalu. Kelas ini menjadi bagian dari pelajaran olahraga selain untuk sosialisasi. Walau ada beberapa teman yang silih berganti, tapi ada juga beberapa teman yang seumuran dengan Jonathan dan latihan di hari yang sama. Biasanya di hari menjelang ujian ganti sabuk, semua anak akan semakin rajin latihan dan jadi lebih sering main juga sebelum pelajaran dimulai. Ujian di adakan di hari yang sama untuk semua siswa dan biasanya diadakan setiap 3 bulan.

Lanjutkan membaca “Ujian Taekwondo Jonathan”

Joshua dan ABC

Belakangan ini, kami mulai jarang ajak Joshua ke mall karena terakhir ke mall suka ga susah diajak pindah tempat, sementara kalau ke mall itu kan gak bisa cuma diam di 1 tempat saja karena biasanya ya ke mall itu buat anter Jonathan taekwondo sambil beli ini dan itu.

Hari ini Joe gak bisa anter Jonathan, jadi saya yang harus anter Jonathan ke kelas taekwondonya. Kelas taekwondonya ini lokasinya di mall Central Airport Plaza, dan ya Joshua gak bisa ditinggal karena di sini kami gak punya orang lain yang bisa dititipin Joshua di rumah.

Tadinya saya sempat mikir, aduh ini Joshua diajak ngapain ya beberapa jam di mall. Ternyata, karena udah cukup lama gak ngemall, malah nemu ada beberapa mainan gratisan yang berubah dan malah jadi bisa bikin Joshua cukup lama bermainnya.

Dari semua mainan yang ada, tema permainan Joshua selalu membentuk ABC dan 123. Mainan di mall tadi juga akhirnya ga jauh-jauh dari membentuk huruf dan angka. Ini saya posting sekalian siapa tau bisa jadi ide ngajakin anak main. Oh ya, semua ini bukan saya yang ajarin tapi, Joshua aja selalu kreatif mainan apa aja dijadikan bentuk huruf dan angka.

bisa tebak Jonathan yang mana?
Lanjutkan membaca “Joshua dan ABC”

Homeschool tahun ke – 3 menggunakan CLE

Hari ini tanggal 1 Juli 2019 kami mulai lagi dengan kegiatan homeschool kami setelah libur selama bulan Juni. Tahun ini Jonathan memasuki tahun ke-3 sekolah di rumah, sebelumnya saya tanyakan juga apakah dia mau kembali ke sekolah saja, tapi jawabannya masih lebih senang dengan sekolah di rumah.

Untuk pelajaran tahun ini, Jonathan sudah masuk ke materi kelas 4 SD. Kami masih memakai kurikulum yang sama dengan tahun-tahun sebelumnya dari CLE. Setelah pengalaman tahun ke-2 kemarin, kali ini mulai lebih gampang untuk mengatur jadwal. Jumlah pelajaran yang kami pakai dari CLE ada 6 pelajaran. Selain ini Jonathan masih belajar piano, Art, Thai dan Taekwondo. Masa liburan di bulan Juni, Jonathan juga belajar berenang lagi. Rencananya pelajaran berenang hanya akan diteruskan selama 6 minggu ke depan.

Lanjutkan membaca “Homeschool tahun ke – 3 menggunakan CLE”

Joshua dan Alfabet

Beberapa waktu lalu, saya menuliskan mengenai kegiatan Joshua bermain tangram yang membentuk huruf dan angka. Sebelumnya dia sudah pernah bermain juga dengan pattern block, tapi saya pikir dia tidak tertarik dengan mainan itu dan beberapa kali saya sudah berniat untuk menjual saja pattern blocknya. Tapi hari ini saya baru menyadari, ternyata saya salah!

Kesalahan saya adalah, salah dalam memberikan pola yang harus ditiru. Joshua tidak tertarik untuk mengikuti pola gambar-gambar, tapi ketika tadi saya berikan 1 huruf A dan a, dia langsung kerjakan dengan cepat. Memang sejak kenal huruf, Joshua menunjukkan ketertarikan terhadap semua jenis huruf (bahkan huruf Thai dan Rusia!). Jadi, bukan Joshua tidak tertarik dengan pattern block, tapi dia tidak tertarik dengan pattern non alfabet.

awalnya meniru dari kertas yang saya print untuk Jonathan dulu
Lanjutkan membaca “Joshua dan Alfabet”

Naik Sepeda

Menurut beberapa sumber yang saya baca di Internet, kebanyakan anak umur 5-6 tahun (kadang kurang) sudah bisa diajari naik sepeda tanpa roda pembantu (training wheels). Tapi tidak semua anak bisa dan tidak semua anak mau diajari. Ini sekedar cerita bagaimana mengajari Jonathan yang agak telat, baru bisa bersepeda tanpa roda pembantu di usia 8 tahun.

Waktu saya baca di Internet, banyak juga orang tua yang bingung: anaknya sudah berusia X tahun (dengan X lebih dari 6), tapi belum bisa naik sepeda, perlukah dipaksa belajar? jawabannya pun beraneka ragam, ada yang bilang ini penting, dan ada yang bilang tidak penting. Tapi ada beberapa hal yang disetujui hampir semua orang:

  • Sepeda merupakan alat transportasi yang praktis, misalnya untuk dalam kampus atau tempat wisata tertentu
  • Bisa naik sepeda akan membantu nanti kalau mau naik motor, dan bahkan ketika naik mobil (belajar memperhatikan jalan dan lalu lintas)

Sejak umur 6 tahun itu sebenarnya Jonathan sudah dicoba untuk naik sepeda tanpa roda pembantu, tapi masih gagal. Masalah utama Jonathan adalah: tidak punya keinginan untuk bisa naik sepeda biasa. Di berbagai forum yang saya baca juga sama, masalah utama adalah: anaknya tidak mau belajar. Selalu ada alasan: panas, pengen pipis, jatuh sedikit bilang sakit lalu minta berhenti, dsb. Setelah dicoba beberapa kali akhirnya saya menyerah. Tahun berikutnya dicoba lagi, hasilnya masih sama, jadi saya menyerah lagi.

Di tahun sebelumnya saya juga pernah menunjukkan beberapa video Youtube tentang belajar naik sepeda. Tapi itupun masih tidak bisa diikuti. Sebagai catatan, tidak semua metode bisa dicoba karena alasan teknis:

  • banyak metode yang butuh tempat dengan karakteristik tertentu. Misalnya: tempat yang cukup landai tapi agak menurun dan luas
  • sebagian menyarankan melepas pedal sepeda, sedangkan tidak semua sepeda bisa mudah dilepas

Terpikir juga: mungkin sepedanya sudah terlalu kecil, jadi kami ganti sepeda, tapi tetap tidak berhasil.

Sekarang sedang masa liburan Jonathan, jadi tanggal 5 Juni lalu kami memutuskan untuk mencoba lagi. Hari pertama dan kedua masih sama: tidak ada niat belajar dan dalam 10 menit Jonathan sudah menyerah. Akhirnya saya suruh sendiri cari video belajar naik sepeda di Youtube yang menurutnya paling gampang.

Alfred Pennyworth: Why do we fall sir? So that we can learn to pick ourselves up
Lanjutkan membaca “Naik Sepeda”

Bawa Anak Potong Rambut

Setiap anak beda-beda, tapi entah kenapa punya anak 2 kalau di bawa potong rambut hasilnya sama susahnya. Waktu kecil, kami sering membiarkan Jonathan gondrong karena setiap di bawa ke tukang cukur pasti nangis-nangis. Udah coba berbagai cara tapi selalu gagal, sekarang kejadian yang sama terjadi dengan Joshua. Akhirnya sekali setahun kami paksa juga bawa dan biarkan anak menangis sambil dipegangin dan dicukur dengan cepat.

Selama 12 tahun di sini, kami selalu pergi ke tukang cukur yang sama di dekat rumah. Tukang cukur ini memang khusus untuk cukur laki-laki, biasanya ya tempat joe cukur rambut. Karena sudah kenal, mereka memaklumi kalau anak kami agak ribut sesekali pas di bawa cukur.

Sejak beberapa waktu lalu, karena sekarang tiap cukur bukan cuma Joe saya tapi juga Jonathan dan Joshua akhirnya saya minta nomor telpon dan kalau mau cukur menelpon dulu (ya, awal-awal mikirnya deket inilah, ngapain nelpon dulu, langsung aja datang hehehe). Tukang cukur ini juga sudah hapal sama kami, jadi kalau nelpon gak perlu sebut nama langsung tau: oh yang mau cukur papanya dan anak 2 ya. Mungkin mereka juga siap-siap bakal ada anak nangis gitu ya hahaa.

udah ga takut suara alat cukur

Oh ya, sampai umur 6 tahun rasanya Jonathan masih suka takut dengan suara alat cukur. Tapi sejak 7 tahun dia sudah mulai berani dan bahkan minta dikeramas segala seperti papanya. Kami pikir, ya kalau dengan begitu dia tidak ketakutan lagi di bawa potong rambut, tidak apa-apa bayar lebih, toh di sini cukur rambutnya bukan di salon mahal.

minta dikeramas juga

Sekarang ini Jonathan berani cukur tapi Joshua masih selalu takut cukur. Joe pergi sama Jonathan saja kalau cukur, lalu Joshua di bawa sendiri di hari lain supaya tidak kelamaan nungguin di tukang cukur. Tentunya sebelum ke tukang cukur, saya yang menelpon biar ga antri lama hehe.

Kalau ingat masa-masa sebelumnya, nanya ke orangtua lain kok anaknya gak masalah di bawa cukur, gak kebayang akhirnya Jonathan bisa duduk sendiri di tukang cukur walaupun menunggu sampai dia agak besar. Ya ada hal-hal yang akhirnya tidak jadi masalah setelah anak tumbuh besar, apalagi kalau anaknya tipe suka meniru papanya hehehe. Nah sekarang ini kami berusaha kasih tunjuk foto-foto dan video Jonathan cukur. Awalnya kami juga pernah bawa Joshua melihat papa dan kakaknya cukur, tapi Joshua tetep saja belum mau cukur dengan sukarela, akhirnya ya Joshua akan lebih sering gondrong sekarang ini hehehe.

Saya gak punya tips bagaimana membawa anak cukur supaya mereka mau cukur dengan sukarela selain: tunggu saja, pada waktunya mereka akan mengerti dan gak akan takut lagi potong rambut. Setelah anak bisa diajak ngobrol, mereka mungkin gak langsung berani, karena Jonathan sudah mengerti dari sejak sebelum 6 tahun, tapi pada saat waktunya dicukur, dia masih takut. Yang bisa kita lakukan ya kasih contoh, kasih pengertian, temani dan tunjukkan kalau cukur itu hanya sebentar dan toh setahun paling banyak 3 kali ke tukang cukur. Kalau rambut anaknya keriwil, setahun 2 kali juga cukup hehehe.

Review: Domino Train Toy

Beberapa waktu lalu, Joe liat mainan domino train toy, terus tertarik beli. Seperti biasa, yang suka pengen beli mainan itu papanya, mamanya bagian melarang hehehe. Tapi pas Joshua liat, eh dia jadi belajar konsep membariskan dan menjatuhkan mainan. Mainan apa aja yang bisa diberdirikan dia susun berbaris, terus berusaha dia jatuhkan seperti efek menjatuhkan domino. Joshua gak spesifik minta mainan, tapi ya karena liat dia seneng mainan begitu, akhirnya saya setuju beli mainan Domino train toy ini.

balok-balok disusun seperti domino, terus dijatuhkan

Tanggal 4 Juni Joe pesan mainannya dari aliexpress, dan hari ini mainannya sampai. Jonathan dan papanya mencoba mainannya langsung. Train toynya tentu saja butuh batere supaya bisa jalan. Kepingan dominonya pesan yang 60 keping. Lumayan sih trainnya gak berisik. Menjalankan kereta dan menjatuhkan dominonya cukup fun, tapi memasukkan domino ke tray susunan kereta api nya harus satu persatu dan agak repot.

toy train menyusun domino
domino dijatuhkan

Joshua juga senang banget liat toy trainnya menyusun dominonya, tapi kadang dia ga sabar untuk menyusun dominonya ke dalam tray jadi dia memilih untuk memberdirikan sendiri dominonya, lalu menjatuhkannya. Dia juga menyusun dominonya berdasarkan warna yang sama, atau kadang menyusun dominonya seperti huruf dan angka.

Joshua udah mainan domino nya beberapa jam hari ini. Dia selalu begitu, kalau ada mainan baru rajin banget mengeksplorasi dan menciptakan sendiri apa yang bisa dilakukan dengan mainan itu. Sebenarnya salah satu alasan saya awalnya melarang membeli mainan ini adalah: kepingannya ada terlalu banyak, dan repot membereskannya. Tapi tadi sih, saya ajak beresin dia mau beresin. Ya semoga aja tetep begitu ya. Kalau Joshua gak beresin, papanya dah janji akan bantuin beresin hehehe.

Untuk mainan seharga sekitar 15 USD termasuk ongkos kirim, mainan ini cukup fun dan bukan cuma untuk Joshua, Jonathan, papa dan saya juga senang juga menyusun dominonya. Paling senang sih emang pas menjatuhkan dan kalau sukses semua jatuh tanpa berhenti.

Plusnya mainan ini bisa dimainkan sendiri atau sama-sama karena kepingannya cukup banyak. Untuk sekarang ini saya biarkan saja Joshua menyusun kepingannya tidak selalu bisa dijatuhkan sekaligus. Minusnya, mainan ini butuh waktu buat menyusun ke tray kereta, dan juga buat beresinnya hehehe.