Tentang MLM (Multi Level Marketing)

Catatan: Saya tidak anti MLM, tapi ini sekedar opini berdasarkan pengalaman kenapa saya tidak tertarik bergabung dengan MLM (multi level marketing).

sumber dari internet

Siapa yang tidak pernah mengalami dihubungi teman yang sudah lama tidak ada kabar atau ditambahkan jadi teman di sosial media hanya karena ada beberapa teman yang sama lalu kemudian ditawari produk MLM?

Sewaktu kuliah, saya pernah ikutan MLM. Waktu itu saya pakai produknya, awalnya ikutan supaya dapat potongan harga saja. Tapi tentunya, upline tidak pernah membiarkan downline tidak aktif untuk mencari bawahan lagi. Terus ya sempat juga saya jalani walau setengah hati. Tapi usaha untuk menawarkan produk, membujuk ikutan gabung dan kemudian harus membeli supaya tutup poin ternyata tidak semudah itu. Walaupun waktu diajak bergabung dengan harga murah dan sejuta keuntungan lainnya, tapi pada akhirnya banyak juga modal ekstra yang perlu dikeluarkan.

Beberapa hal yang membuat saya berhenti ikutan MLM adalah:

  • Ada terlalu banyak seminar yang katanya perlu diikuti, dan seminar ini tentunya tidak gratis. Kita bahkan disarankan membelikan untuk teman kita yang bisa diprospek untuk menjadi anggota juga.
  • Seringkali untuk mengejar mendapat bonus, akhirnya saya belanja benda-benda yang sedang promosi dengan harapan bisa menjualnya lagi kalaupun tidak saya pakai. Tentunya godaan ini karena ada nilai bonus yang dinominalkan sekian rupiah dan angkanya tentu lebih dari modal yang perlu kita tambahkan supaya tutup poin. Tapi kenyataanya barang-barang tersebut akhirnya terus menumpuk dan tidak berhasil saya jual (emang saya kurang pinter kali ya jualannya).
  • banyak produk yang tadinya saya tidak butuh jadi terasa butuh, dibeli mumpung diskon dan demi kejar poin. Akhirnya saya merasa ini sih namanya menguntungkan produsen saja pada akhirnya. Keuntungan yang ada terasa “semu”.
  • Saya tahu ada banyak yang sudah mendapat penghasilan tetap setiap bulan seperti gaji bulanan, tapi menurut saya untuk sampai ke tahap itu tetap saja butuh waktu dan modal yang lumayan. Mengatur “anak buah” juga dan meyakinkan mereka untuk kejar poin dan merekrut teman-teman baru setiap saat.
  • Misalnya untuk dapat penghasilan yang lumayan itu butuh di tingkat 7 saja, kalau setiap tingkat butuh kaki 2 maka dibutuhkan orang sebanyak 2pangkat 7 – 1 = 127 orang. Atau katakanlah sampai level 6 saja dibutuhkan sekitar 63 orang yang aktif berbelanja dan semuanya tutup poin. Bayangkan kalau setiap orang hanya butuh belanja 1 juta rupiah saja, berapa duit terlibat di dalamnya? Yang jelas yang paling diuntungkan itu yang punya usaha MLM tersebut.
  • Teorinya kita hanya perlu mengatur 2 (atau lebih) bawahan langsung kita saja, prakteknya kalau memang mau dapat target, kita harus mengatur seluruh bawahan. Kita harus tetap menyemangati (memaksa) mereka untuk berbelanja.
  • Untuk sampai ke level di atas 5 itu tidak semudah teorinya. Padahal bonus level 5 itu belum cukup untuk memenuhi kebutuhan bulanan kita. Akhirnya dilemanya setiap bulan antara menjual produk dan mencari keuntungan dari jual produk dan membujuk teman supaya bergabung. Pada akhirnya kerja MLM ini bukan “cuma” selingan tapi jadi kehidupan kita yang mana setiap melihat teman yang terpikir adalah menawarkan produk dan mengajak bergabung.
  • Kadang-kadang produk yang dijual di supermarket sebenarnya lebih murah dan lebih cocok untuk saya, tapi demi kejar poin saya bela-belain pake produk MLM nya.
LevelJumlah orang dengan minimal 2 kaki
11
23
37
415
531
663
7127
8255
9511
101023
112047
124095
138191
1416383

Kalau ada yang sudah berhasil ikut MLM sampai di atas level 7 dan bertahan sampai bertahun-tahun, saya ucapkan selamat. Tapi kalau ada yang masih di bawah dan merasakan apa yang saya sebut di atas, pikirkan kembali apakah sudah siap untuk menjadi sales tetap dari produk MLM yang kamu jual. Hanya sedikit yang bisa sampai ke level atas dengan jumlah orang yang terlibat. Apakah semua produk yang kamu beli untuk tutup poin itu memang sudah paling cocok buat kamu, atau sebenarnya ada rasa keterpaksaan buat membelinya.

Saya tidak bilang MLM itu jelek atau tidak akan berhasil. Saya cuma mau bilang, MLM itu sama saja dengan bisnis apapun. Butuh totalitas juga menjalaninya kalau mau berhasil mendapatkan penghasilan yang stabil. Jadi jangan pernah bergabung dengan MLM karena berpikir ini passive income, cuma nawarin produk dapat bonus ini itu. Jualan MLM itu lebih sulit daripada buka warung kopi! Kalau buka warung, pembeli yang datang ke kita. Kalau produk yang kita jual memang barang yang dicari banyak orang, kita gak perlu ngiklan karena sudah ada yang mengiklankan buat kita. Kalau lokasi warung kita strategis seperti di kantin kampus, yakinlah setiap hari pasti ada yang beli, apalagi kalau tidak ada saingannya. Keuntungan berjualan di warung jelas, semakin banyak laku semakin banyak hasilnya, tapi kita harus keluar modal juga buat stok, tapi kalau hari libur mungkin penjualan menurun.

Kalau mau bergabung dengan MLM, pastikan produk yang dijual ini banyak dipakai orang. Jaman sekarang ada banyak sekali jenis MLM yang menjual multivitamin, suplemen diet, kosmetik, alat kecantikan ataupun alat dan produk rumah tangga. Bahkan dulu sepertinya ada yang model jualan pulsa dengan MLM. Kalau sekarang saya butuh membeli sesuatu produk yang dijual oleh MLM, saya memilih untuk membujuk penjualnya memberi diskon daripada gabung jadi anggota, biasanya sih berhasil hehehe.

lebih lanjut tentang MLM…

Pengalaman Belanja di Tokopedia

Jaman sekarang ini belanja online sudah jadi hal biasa. Penyedia jasa untuk berbelanja online ini juga ada banyak, kita tinggal pilih saja. Dari sekian banyak yang ada, saya baru sekali ini mencoba belanja online di Tokopedia, di pesan dari sini untuk di kirim ke alamat Indonesia.

Kenapa milih Tokopedia? gak ada alasan khusus sih, namanya juga pengen nyoba aja hehehe. Ceritanya saya lagi nitip bawain kopi Aroma ke temen yang lagi pulang ke Indonesia untuk di bawakan ke Chiang Mai. Tapi si Kopi Aroma Bandung ini tidak dijual bebas di toko/swalayan, tokonya cuma ada di Bandung dan mereka tidak melayani penjualan secara online. Satu-satunya cara ya akhirnya mencari dari toko online.

Waktu mulai pencarian, ada banyak sekali toko online, akhirnya saya memilih toko online yang lokasinya di Bandung dan rating/jumlah pesananya paling tinggi. Kenapa saya pilih yang di Bandung? karena kopi aromanya dari Bandung, harapannya sih biar stoknya juga lebih murah.

Karena ini kali pertama memesan di Tokopedia, saya belum punya user-id. Untungnya, pendaftarannya sangat mudah, saya bisa login menggunakan Facebook saja.

Berikutnya ya cari barang, masukkan ke dalam keranjang belanja dan bayar. Untuk pembayaran ada banyak pilihan, untuk kami yang jauh bisa melalui internet banking dan proses pembayaran dengan internet bankingnya juga cukup mudah.

Ada notifikasi dalam setiap langkahnya

Berikutnya setelah pembayaran, saya mendapatkan notifikasi mulai dari menunggu konfirmasi, pesanan di proses, sedang dikirim, sampai akhirnya sampai tujuan. Saya memesan tanggal 12, diproses dan dikirim tanggal 13, hari ini sebelum jam 12 siang sudah sampai ke tujuan. Sempat kuatir telat sampai, karena tulisannya paket akan sampai 2 – 4 hari sejak dikirim, ternyata cukup cepat juga.

dipesan tanggal 12, selesai tanggal 15

Setelah barang diterima, kita diminta untuk memberi informasi kalau transaksi sudah selesai. Kalau ada komplain tentang barang yang dikirim, kita bisa mengadu ke Tokopedianya sebelum transaksinya selesai. Dengan adanya jaminan dari pihak Tokopedia ini, kita tidak perlu kuatir sudah transfer tapi barang tidak diterima.

kalau tidak kita klik selesai, nantinya akan ada proses otomatis untuk menutup transaksi

Di Thailand sendiri, kami sudah pernah mencoba memesan di shopee dan lazada lokal sini dan semua baik-baik saja transaksinya.

Saya pernah baca pengalaman teman saya berbelanja langsung ke “toko di medsos”, sudah transfer duit tapi barang tidak kunjung datang. Waktu di komplain, penjualnya menghilang atau selalu menghapus komentar kalau kita tulis di wall mereka.

Kalau dibanding-bandingkan harganya, memang toko di medsos kadang harganya bisa terlihat murah banget, tapi dengan adanya kemungkinan penipuan, lebih baik berbelanja di platform yang ada jaminan seperti Tokopedia ini.

Review Buku: Catatan Harian Menantu Sinting

Ini salah satu buku genre MetroPop yang tidak sengaja saja temukan di ipusnas. Setelah selesai baca, saya baru tahu kalau buku ini awalnya juga dimulai dari wattpad. Saya tertarik membacanya karena kisahnya tentang wanita Batak menikah dengan orang Batak dan pernah tinggal serumah dengan mertua perempuannya yang pastinya orang Batak juga. Setelah mereka pisah rumah, mertuanya masih rajin juga datang ke rumah mereka, jadilah kerunyaman menantu dan mertua berkelanjutan, apalagi dengan penantian 8 tahun menunggu punya anak, jadilah mertuanya tambah bikin kesel dengan tuntutan supaya cepat-cepat punya anak dan segala mitos seputar orang hamil.

Penulisnya juga orang Batak

Saya tidak kenal sih dengan penulisnya, dan kurang tahu juga apakan ini berdasarkan kisah nyata. Tapi ya, mungkin buat yang tinggal sama mertua bisa merasakan beberapa hal terjadi juga. Saya walau Batak tidak menikah dengan pria Batak dan tidak pernah tinggal dengan mertua, kebetulan mertua saya juga baik-baik saja. Walau kami agak lama punya anak, mertua saya gak jadi mengesalkan nyuruh cepat-cepat punya anak. Di satu titik sebelum 50 halaman membacanya, saya merasa banyak bagian cerita yang kurang lucu karena terlalu berlebihan.

Secara umum ceritanya lucu, dialog-dialog ala Batak dengan bantuan footnote yang banyak cukuplah buat pembaca non batak mengerti, walaupun saya yakin kelucuannya akan terasa berkurang ketika harus mengecek maksud dari kata ‘apa’ yang terlalu banyak digunakan mertua si Minar. Tapi bagian yang bikin saya agak malas-malasan menyelesaikan buku ini adalah terlalu banyak bagian vulgar yang sebenarnya bisa saja dihilangkan tanpa mengurangi kesan kalau mertua si Minar ini sungguh luar biasa nyentrik dan cepat menghabiskan stok sabar menantu. Setelah selesai membaca, waktu saya mencari tahu lebih lanjut tentang buku ini, ternyata ada rating 21+, jadi ya… salah saya sendiri gak cari tahu tentang bukunya sebelum membaca ya. Buku ini cuma 231 halaman, tapi butuh beberapa hari menyelesaikannya. Beda dengan buku Resign! dan Kupilih Jalan Terindah Hidupku yang buat saya lebih bikin penasaran dan bisa selesai dalam waktu 1 hari 1 buku.

Daftar isi

Kalau dilihat dari daftar isinya, sebenarnya judulnya bukan menantu sinting, tapi mertua yang bikin menantu sinting. Tapi ya, saya bisa mengerti kalau lebih sopan judulnya menantunya yang sinting daripada mertuanya.

Beberapa bagian dalam buku ini juga memberikan gambaran kelakuan orang Batak, misalnya pentingnya anak laki-laki buat orang Batak, penamaan yang berubah setelah mempunyai anak atau cucu, beberapa perubahan cara menyebut nama kalau terlalu susah di lidah menjadi ucok dan butet. Penjelasan tentang sapaan di keluarga Batak juga ada di buku ini. Untuk orang yang bukan Batak, selesai membaca buku ini kemungkinan bertambah kadar kebatakannya dengan huruf e tajam di sana sini.

Sebenarnya saya kurang suka menulis kritik, tapi ya mungkin ini namanya opini ya. Walaupun banyak yang memberikan pujian lucu dan kocak, tapi buat saya buku ini kurang direkomendasikan, apalagi kalau gak biasa dengan istilah Batak. Saya menuliskan ini siapa tahu ada yang berharap banyak dari buku ini dan ternyata gak sesuai dengan harapan. Hal-hal yang bikin saya kurang cocok itu antara lain:

  • saya gak menemukan si Minar ini boru apa. Padahal di dalam cerita, ada nama lengkap Sahat dan Mamaknya. Mungkin saya yang kelewat?, gak penting? ya pentinglah biar tau Minar ini asli Batak atau pura-pura Batak (hahaha apaan sih komentar gak penting juga).
  • Terlalu banyak generalisasi tentang orang Batak di buku ini. Saya kuatir kalau ada orang non batak mau nikah dengan orang Batak jadi keburu salah paham dan ambil asumsi yang salah. Misalnya nih ya tentang orang Batak makan daging anjing, ya… walaupun itu fakta, tapi saya gak pernah melihat ada orang Batak yang tiap lihat anjing hidup langsung menetes air liurnya dan pengen masak langsung itu anjing. Kalau udah terhidang aja kali di meja makan baru di makan.
  • Mertua si Minar ini ceritanya tinggal di Jakarta, kayaknya sejauh saya mengenal orang-orang Batak yang tinggal di Jakarta ataupun Bandung, mereka udah lebih modern dan ngomongnya udah gak Batak kali. Entahlah ya, kalau ternyata saya aja yang udah kurang banyak bergaul dengan orang batak. Tapi saudara-saudara saya yang Batak ada banyak banget tinggal di Jakarta, dan mereka udah gak kentara lagi loh bataknya kalau ngomong bahasa Indonesia.

Tapi ya sekali lagi, namanya juga review saya ini sifatnya opini, apa yang kurang pas buat saya bisa jadi lebih dari cukup buat yang lain. Kalau mau mencoba melihat sedikit isi dari buku ini sebelum repot-repot minjam di ipusnas ataupun membelinya, bisa baca sebagian isinya di wattpadnya. Untuk membacanya bisa dari browser tanpa harus login kok.

Sepertinya cukup dulu baca buku genre MetroPop nya, mau cari buku anak-anak dululah di ipusnas. Kalau ada yang punya rekomendasi, tuliskan di komentar ya.

Kesadaran Penggunaan Plastik di Chiang Mai

Sejak bulan Agustus ini, saya mulai merasakan kalau kampanye untuk mengurangi penggunaan plastik semakin digiatkan di Chiang Mai. Mungkin buat sebagian orang hal ini sudah mereka mulai sejak bertahun-tahun sebelumnya, tapi sebagian besar orang masih tidak merasa perlu repot mengurangi penggunaan plastik (termasuk saya).

Saya lihat kampanye mengenai kesadaran lingkungan ini memang harus berupa kebijakan pemerintah, karena kalau dari kelompok perorangan efeknya sangat kecil dibandingkan masalah sampah yang sudah ada sekarang ini.

Waktu berbelanja di makro saya menemukan ada sedotan yang ramah lingkungan 100 persen akan terurai, ada juga sedotan kertas, tapi waktu dibandingkan harganya, sedotan plastik biasa harganya memang jauh lebih murah. Tidak heran kalau sebagian besar rakyat kecil akan tetap memilih menggunakan sedotan biasa.

Di toko besar seperti Robinson, mereka memberikan pilihan: kalau kita belanja tanpa menggunakan kantong belanja, kita diberikan 10 point membership – yang nantinya kalau dikumpulkan bisa menjadi kupon potongan harga ataupun lucky draw.

Pengumuman mulai 1 Agustus, belanja di Robinson tidak memberikan kantong plastik lagi

Hari ini waktu saya belanja ke minimarket 7 Eleven, untuk pertama kalinya saya ditanya: mau pakai plastik atau tidak? tapi karena tadi saya cuma bawa tas kecil dan belum membiasakan diri bawa kantong belanja sendiri, saya masih mengiyakan menggunakan plastik. Di 7 Eleven, saya tidak harus membayar untuk plastiknya, tapi saya jadi ingat waktu kami ke Hong Kong tahun lalu, kalau menggunakan kantong plastik harus bayar. Tadinya saya berniat beli di 7 itu sekalian, tapi saya tidak lihat mereka menjualnya (atau mungkin udah habis diborong orang yang belanja sebelum saya).

Sebenarnya, ada banyak cara untuk membantu mengurangi menambah sampah plastik, salah satunya dengan membawa kantong belanja sendiri. Tapi ya selama kita tidak harus bayar biaya kantong plastik, ada kemungkinan saya akan tetap lupa bawa kantong plastik sendiri (ini salah satu contoh harusnya dibikin aturannya).

Saya ingat, di Indonesia pernah diberlakukan aturan kalau kita harus membayar kantong plastiknya, tapi pada akhirnya aturan itu mungkin bikin orang malas belanja ke situ dan akhirnya minimarket itu mengalah dan tetap menyediakan kantong plastik secara gratis.

Selain masalah kantong belanja, salah satu yang bisa mengurangi penggunaan sampah plastik adalah membawa botol minuman sendiri daripada membeli minuman kemasan botol. Dulu saya ingat juga, ada 1 tempat jualan es kopi yang memberikan stamp untuk orang yang membeli kopi dengan membawa gelas sendiri, dan akan memberikan gratis 1 gelas setelah membeli 10 gelas. Tapi ya saya juga bukan orang yang bawa-bawa gelas kopi sendiri. Tapi biasanya gelas plastik es kopi yang saya beli waktu sampai di rumah tidak langsung saya buang, tapi saya cuci dan siapa tau bisa digunakan lagi.

Pelajaran hari ini adalah:

  • saya harus melatih diri bawa-bawa tas belanja sendiri kalau mau ke minimarket/belanja.
  • saya ga perlu beli es kopi lagi supaya ga nambah sampah plastik kecuali saya lagi bawa tumbler sendiri
  • meneruskan kebiasaan bawa botol minuman sendiri
  • kalau beli lauk, perlukah saya bawa rantang/lock n’lock? hahaha ntar tukang jualannya masukin ke plastik sebelum masukin ke rantang pula
  • oh ya, walau agak lebih mahal dari sedotan biasa, akhirnya saya membeli sedotan plastik yang ramah lingkungan, klaimnya terurai dalam 180 hari (nanti bisa dicoba dibuktikan). Udah punya sedotan bambu sebenernya, tapi rasanya kurang sip memakainya haha.

Masih banyak sebenarnya yang bisa dilakukan, tapi yang penting mulai dari diri sendiri walau sekecil apapun. Nantinya semoga ada kebijakan dari pemerintah masing-masing negara untuk mengurangi penggunaan plastik secara menyeluruh. Kira-kira mana yang lebih efektif: menyuruh kita membayar lebih untuk penggunaan plastik, atau memberikan reward kalau kita tidak menggunakan plastik? Silakan tuliskan pendapat kamu mengenai tips mengurangi penggunaan plastik dari diri sendiri.

Aplikasi Wattpad untuk Hobi Menulis dan Baca

Apa sih Wattpad? Wattpad ini sejenis social media untuk orang-orang yang mencari bahan bacaan ataupun suka menuliskan cerita. Bedanya dengan social media lain apa? Biasanya orang membuka wattpad dengan 2 tujuan: mencari bacaan atau menuliskan cerita.

Bacaan jenis apa? cerita seperti apa? Bisa apa saja. Cerita pendek, cerita bersambung, kumpulan cerita, ataupun artikel nonfiksi. Banyak penulis pemula yang memulai menulis di wattpad dalam bentuk cerita bersambung. Biasanya tulisan yang sudah diterbitkan di wattpad bisa di baca oleh pengguna wattpad lainnya. Kalau ternyata banyak yang suka mengikuti ceritanya, bisa jadi di saat tulisan selesai sudah ada penerbit yang bersedia menerbitkannya. Novel Metropop Resign! yang saya tuliskan kemarin juga salah satu buku yang awalnya dituliskan di wattpad.

Beberapa contoh kategori cerita, masih banyak kategori lainnya

Biasanya cerita-cerita yang belum selesai itu bisa kita komentari. Kalau kita mengikuti suatu cerita, kita bisa set supaya mendapatkan notifikasi ketika penulis menambahkan bagian baru dari ceritanya. Tapi banyak juga cerita yang tak kunjung selesai dan pembaca hanya bisa kecewa.

Saya tahu mengenai aplikasi ini sudah lama. Dulu cuma iseng mencoba membaca cerita yang direkomendasikan oleh aplikasi. Cerita kita bisa direkomendasikan kalau mendapat banyak respon dari pengguna lain berupa jumlah pembaca, ataupun menambahkan cerita kita ke daftar bacaan mereka. Untungnya cerita yang saya ikuti itu akhirnya selesai juga dan kabarnya dijadikan buku dengan menambahkan 1 bab baru setelah bab yang diterbitkan di wattpad. Setelah bukunya diterbitkan dalam bentuk fisik, tulisan di wattpadnya juga dihapus.

Daftar buku yang kita baca

Kebanyakan cerita bisa dibaca dengan gratis, tapi ada juga cerita yang untuk membacanya kita harus membayar. Saya belum pernah mencoba membaca cerita yang harus bayar jadi kurang tahu detailnya. Tapi kalau dilihat dari jumlah pembacanya, wow banget ada yang sampai dibaca 3 juta pengguna lainnya.

Cerita yang banyak dibaca orang bisa direkomendasikan ke pengguna lain

Salah satu contoh cerita nonfiksi yang saya temukan ketika iseng mencari hari ini ternyata buku tentang belajar bahasa Korea. Menurut penulisnya, dia hanya mengumpulkan tulisannya dari berbagai sumber dan kredit tetap ke penulis asli. Mungkin ini kira-kira sama dengan yang saya lakukan menulis seri belajar bahasa Thai di blog ini. Hmmm apa saya juga ikutan memindahkan sebagian ke wattpad ya hehehe.

Wattpad ini bisa diakses melalui browser dan ada aplikasinya juga untuk android dan iphone. Kalau kita sudah install aplikasi ini di HP kita, kita bisa mendownload cerita yang ingin kita baca ataupun menuliskan cerita kita secara offline juga.

Apakah wattpad ini hanya untuk orang yang suka menulis? kalau menurut saya wattpad ini justru lebih banyak pembacanya daripada penulis. Tapi ya cerita di wattpad ini banyak juga fanfiction dari cerita film atau buku yang ada. Kalau suka membaca berbagai cerita dan punya banyak waktu untuk itu, bisa juga coba cari-cari bacaan di wattpad. Kalau gak puas dengan akhir sebuah cerita juga bisa saja menuliskan versi cerita sendiri di wattpad hehehe.

Tapi seperti halnya dengan media sosial lainnya, tulisan yang kita tulis di wattpad ini bisa jadi suatu hari akan hilang kalau layanannya ditutup dan kita tidak punya salinannya. Dengan alasan ini, untuk sekarang saya memilih menulis di blog ini saja dulu. Mungkin kapan-kapan kalau sudah mulai bisa menulis fiksi bisa mencoba untuk menulis di sana.

Oh ya, kalau kamu rajin menulis di wattpad, bisa tulis di komentar supaya bisa dikunjungi.

Baca buku: Resign!

Gara-gara baca buku jadi bolos nulis, ini sih jelas alasan yang dicari-cari, padahal penyakit malas nulis datang lagi karena keseringan bolos. Harus mulai rutin lagi nulis biar gak kebawa malasnya. Hari ini saya akan menuliskan tentang buku yang sebenarnya saya baca sebelum buku Kupilih Jalan Terindah Hidupku.

Buku Resign! di aplikasi ipusnas

Terakhir kali baca buku kategori MetroPop itu rasanya sebelum ke Chiang Mai, baca buku karya teman kuliah, udah lama banget ya. Nah beberapa hari lalu baca review buku ini dari salah satu anggota grup KLIP dan jadi teringat mencari di aplikasi ipusnas dan ketemu. Langsung deh pinjam dan baca 1 hari selesai.

Daftar isinya agak salah nih di aplikasinya

Buat yang mencari bacaan untuk berhenti dari nonton kdrama, buku ini boleh dicoba dibaca. Kisahnya mengambil tempat di sebuah kantor konsultan di Jakarta. Jangan bayangkan akan ada pembahasan detail tentang apa yang mereka kerjakan, yang ditunjukkan lebih ke tingkat tekanan batin dari para anak buah menghadapi tuntunan deadline pekerjaan plus bos yang sering meminta review berkali-kali sampai sempurna.

Kelakuan bos yang bikin anak buah tertekan batin ini sebenarnya membuat anak buah pengen resign saja. Tapi urusan resign ini gak mudah, karena si bos punya radar kalau ada anak buah minta ijin dengan berbagai alasan apapun pasti bos tau dan menggagalkan proses interview mereka. Merekapun bikin kompetisi berlomba untuk duluan resign.

Ceritanya dibumbui dengan kisah cinta ala-ala kdrama. Kenapa saya bilang ala kdrama? karena seperti di kdrama ada klise di mana dari 2 tokoh yang seperti kucing dan anjing ternyata malah jadian. Prosesnya lebih cepet sih dari drama, gak nunggu 16 episode haha.

Oke daripada jadi spoiler, lebih baik berhenti memberitahu resensi ceritanya. Buku dengan 288 halaman ini dituliskan awalnya di media wattpad. Wattpad itu apalagi? Ini kapan-kapan deh dituliskannya ya. Kalau mau tau bisa langsung klik aja buat baca penjelasannya.

Kalau melihat dari jumlah pembaca di aplikasi ipusnas saja sudah lebih dari 1000 orang, saya yakin yang beli buku ini juga cukup banyak. Buku ini mungkin ceritanya terlalu spesifik dengan masa ini, tapi ya genre metropop umumnya seperti itu, berbeda dengan genre fantasi seperti Harry Potter, Narnia ataupun kisah detektif Agatha Christie yang ceritanya masih tetap menarik dibaca walau sudah lama terbitnya. Eh mau ngomong apa sih saya sebenarnya? Maksudnya ya kalau mau bacaan hiburan lumayanlah buku ini. Tapi kalau dibacanya 20 tahun mendatang, saya gak yakin masih bakal ada taxi online nggak hehe.

Ada istilah di buku ini yang baru buat saya, seperti halnya kacung kampret yang disingkat dengan cungpret, atau singkatan MT untuk Makan Teman. Dulunya saya tau istilah kacung ataupun makan teman, tapi ya gak disingkat begitu. Dialog dalam buku ini juga banyak menggunakan bahasa Inggris, dan memang jaman sekarang sudah biasa dalam percakapan sehari-hari bercampur memakai bahasa asing. Penggunaan taxi online dan memesan makanan juga menunjukkan ceritanya berlangsung di masa setelah ada taxi online.

Daya tarik buku ini buat saya sih dialog-dialognya yang lucu. Gaya bahasa anak buah yang pengen melawan bos tapi harus menahan diri, ataupun gaya bahasa gossip dengan teman kantor di saat makan siang ataupun menggunakan media online chat.

Saya pernah kerja di kantor, tapi kantor saya tekanannya gak kayak di buku ini, bos nya juga baik-baik hehehe. Tapi ya gaya bercerita penulis bisa diikuti dan cukup membuat saya menyelesaikan bukunya dengan cepat. Untuk pekerja kantoran yang sering lembur mungkin bisa lebih membayangkan situasinya dan akan ikut-ikutan sebel dengan tokoh bos nya.

Jadi kesimpulannya, bukunya direkomendasikan gak nih untuk dibaca? ya kalau mencari bacaan ringan untuk dibaca sambil nunggu atau di perjalanan di tengah kemacetan, daripada bengong lumayanlah buku ini bisa dicoba baca. Kalau mau lihat apakah bakal suka atau nggak, bisa baca dari aplikasi ipusnas.

Oh ya, sekedar pemberitahuan, aplikasi ipusnas ini isinya banyak sekali. Buku-buku dari jaman Lupus, Olga Sepatu Roda, Lima Sekawan, Agatha Christie juga ada. Tapi sayangnya, aplikasi ini masih agak bermasalah dan sering ketutup sendiri. Tips nya sih cuma sabar aja dan coba instal ulang aplikasinya hahaha. Kemarin malah pernah servernya yang bermasalah dan saya ga bisa download buku sama sekali. Ya namanya juga gratisan ya, jadi sabar aja dan semoga aplikasinya diperbaiki oleh ipusnas untuk meningkatkan minat baca masyarakat.

Review Buku: Kupilih Jalan Terindah Hidupku

Sudah 2 hari bolos nulis blog, ceritanya di grup KLIP ada yang share novel tentang dunia kerja, terus ternyata bukunya ada di app ipusnas. Ternyata karena ceritanya menarik, keterusan baca deh. Buku 200 an halaman selesai 1 hari (biasanya baca buku 1 bulan gak selesai haha). Tapi emang buku yang dibaca novel bahasa Indonesia jadi lebih cepat bacanya. Saya lupa terakhir baca novel bahasa Indonesia itu kapan.

Cover buku di aplikasi ipusnas

Kemarin, mbak Erna teman di grup menulis KLIP kasih tahu kalau bukunya yang baru terbit November 2018 lalu ada di ipusnas juga. Beberapa waktu lalu ada acara giveawaynya tapi gak bisa ikutan karena ntar pasti susah ongkir, terus mikirnya ntar aja nyari pas pulang. Tertarik beli karena kami di grup dapat cerita proses penulisan buku sampai terbit itu berapa lama dan bagaimana. Nah, waktu dikasih tau ada di ipusnas, saya langsung pinjam biar gak kehabisan stok.

Pengalaman baca di hari pertama, baca e-book di layar hp itu sungguh menyiksa. Jadi buat baca buku ini saya pinjam ipad Joe biar puas layarnya hehehe. Ternyata bacanya lebih cepat dari buku sebelumnya (buku sebelumnya ditulisnya besok aja ya). Saya mulai baca buku ini jam 3.30 sore waktu nungguin Jonathan les, eh waktu Jonathan selesai les udah selesai hampir setengahnya. Pulang ke rumah harus sediakan makanan dan makan malam dulu. Padahal hati ini penasaran. Selesai makan dan beberes semuanya, baru bisa baca lagi. Buku setebal 200 an halaman ini selesai hari itu juga. Bangga dengan diri sendiri tiba-tiba rajin baca hahaha.

Ah kebanyakan pengantar belum sampai ke review buku deh. Buku ini awalnya saya pikir kisah nyata, tapi waktu baca nama tokohnya loh kok namanya Mia bukan Erna. Terus baru menyadari kalau ini fiksi. Ceritanya diawali tentang seorang wanita bernama Mia yang punya tanggung jawab di kantor dan punya 2 anak di rumah. Walau saya tidak punya masa galau harus memilih pekerjaan dan anak, tapi saya bisa melihat kalau cerita ini bukan fiksi yang mengada-ada. Cerita ini bisa jadi kisah nyata kehidupan seorang wanita bekerja yang juga merangkap sebagai ibu muda. Mungkin bukan kisah nyata penulis, tapi bisa jadi kisah nyata seseorang deh.

Awal buku penuh drama

Setengah buku pertama bercerita drama suka duka dan perjuangan seorang ibu muda. Kegelisahan hati antara tanggung jawab di kantor dan di rumah. Keharusan memilih antara karir di kantor atau mengasuh anak, ditambah dengan bumbu salah paham dengan mama yang bantu jagain anak dan rasa cemburu karena anak sulung lebih dekat dengan neneknya, dan drama semakin lengkap dengan mbak yang ijin mudik dan tak kembali karena memutuskan kawin di kampung.

Kegalauan seorang Mia ini bukan hal yang baru dikalangan ibu-ibu muda. Dilema karena tidak ada yang menjaga anak-anak di rumah dan keinginan untuk tetap berkarya di kantor terutama juga untuk membantu kebutuhan finansial keluarga.

Kesalahpahaman dengan ibunya yang akhirnya ngambek dan ga mau tinggal di rumahnya dan tidak adanya mbak yang membantu mengurus rumah, akhirnya membawa Mia menetapkan hati untuk memilih meninggalkan kantor dan fokus dengan keluarga.

Mungkin buat yang belum mengalami, atau buat yang tidak pernah mengalami, akan berpikir: ah enak ya berhenti kerja, di rumah kan gak ngapa-ngapain. Tapi buat saya yang kebagian jatah ngurus anak di rumah sepanjang hari, cerita tentang Mia ini sangat nyata. Mia yang biasanya kerja di kantor, udah jadi supervisor, tiba-tiba di rumah seharian ngurusin 2 anak tanpa mbak dan tanpa siapa-apa. Suaminya bantuin gak? Bantuin juga tapi dalam cerita ini suaminya kasih syarat kalau apapun keputusan Mia, rutin sang suami tidak akan berubah, termasuk bangun siang di akhir pekan. Waktu baca ini dalam hati saya pengen nimpuk tuh suaminya bilang: lah elu kerja Senin-Jumat terus minta santai di akhir pekan, terus istri lu kapan istirahatnya? lu kata istri lu kacung? hahaha. Tapi emang kenyataanya banyak kok suami yang begitu (untungnya Joe gak gitu dan saya masih ada mbak walau part time hihihi).

Setelah menjalani drama demi drama menjadi ibu rumah tangga tanpa pengalaman mengurus rumah tanpa asisten, Mia mulai tergoda untuk kembali kerja lagi saja karena katanya masih dibutuhkan di kantor. Di saat itu Mia mendapat mimpi sekaligus pencerahan. Mau tau pencerahannya apa? baca bukunya hahhaha.. gak mau spoiler.

baca sampai habis, terutama bagian rumus mengurus rumahtangga

Setelah mendapat pencerahan, dari bagian tengah ke akhir cerita, buku ini banyak ilmunya. Bukan berarti nggak ada drama lagi, tapi ya udah punya banyak bekal menghadapi dramanya. Dengan cara yang tidak membosankan, tips mengenai mencuci piring, menjemur pakaian, menyetrika baju diceritakan dalam buku ini. Kedengarannya sepele ya, tapi tips itu untungnya saya sudah pelajari dari mama saya jaman masih remaja. Tapi walaupun tips-tips tersebut bukan hal baru buat saya, saya yakin banyak ibu-ibu muda yang mungkin belum tahu tips tersebut. Penyajian tipsnya juga menarik, bukan dalam bentuk bullet poin presentasi hahaha.

Di bagian akhir buku ini, Mia merumuskan kehidupan keluarga seperti organisasi kantor. Nah bagian ini saya suka banget. Kalau bagian ini saya yakin hasil perenungan mendalam penulis di saat malam-malam bergadang sambil ngurus bayi hehehe.

Buku ini saya rekomendasikan dibaca oleh para wanita baik yang masih single ataupun sudah menikah, sudah ataupun belum punya anak supaya ada gambaran hari-hari mendatang itu seperti apa. Buku ini juga penting untuk dibaca untuk para suami, supaya lebih dapat gambaran apa yang dihadapi istri sepanjang hari dengan anak.

Untuk ibu-ibu muda yang sedang galau antara tetap bekerja kantor atau mengurus anak di rumah, buku ini juga bisa dibaca bersama dengan suami untuk membuat kesepakatan sebelum memutuskan berhenti bekerja. Yang jelas, apapun keputusannya, seorang ibu butuh sistem pendukung supaya bisa tetap bekerja kantor atau bekerja urus rumahtangga. Sukur-sukur, suaminya gak kayak suami Mia dalam cerita ini yang gak mau berubah rutin hanya karena Mia berhenti kerja. Padahal kan Mia biasanya ada asisten, nah ini gak ada mbak pula (tetep aja saya protes bagian itu hahaha).

Haduh jadi panjang nih review atau curhat sih? hahaha. Saya sih kesimpulannya suka dengan buku ini. Jarang menemukan buku tentang ibu rumah tangga dalam bentuk novel dengan berbagai percakapan yang saya bisa bayangkan kejadiannya.

Semoga ya, bagian terakhir buku ini jadi kenyataan buat penulis buku. Buku ini kalau difilmkan juga bisa jadi edukasi buat ibu-ibu rumahtangga dan sistem pendukungnya. Hal penting lain juga dalam buku ini diceritakan bagaimana pentingnya komunikasi dengan pasangan dan juga punya kemandirian ekonomi.

Saya sendiri gak mengalami dilema seperti Mia. Sebelum anak pertama lahir, kami dengan sadar memutuskan kalau saya harus berhenti kerja. Tinggal di negeri orang tanpa keluarga yang bisa dititipkan ataupun betapa tidak enaknya kalau harus punya pengasuh orang Thai, bisa-bisa anak kami jadi orang Thai. Saya lebih beruntung dibandingkan Mia, keputusan yang kami ambil berdua didukung penuh dengan Joe, dan Joe bukan tipe yang bilang: rutin saya tidak berubah ya. Waktu anak-anak masih bayi, ada hari-hari di mana saya bangun siang dan Joe yang sediakan sarapan hehehe. Prinsipnya punya anak berdua kita urus berdua dong. Setelah anak besar, ya kalau saya bangun siang, paling sarapannya jadi pada kesiangan hahahhaa.

Kesimpulannya buku ini saya rekomendasikan untuk dibaca semua orang yang sedang galau menghadapi kerjaan rumah yang tak kunjung selesai, ataupun kegalauan antara pilihan rumah dan kantor. Semua drama akan berlalu kalau kita tahu caranya. Mungkin judul lain buku ini adalah: Yang perlu diketahui sebelum terjun bebas jadi ibu rumah tangga.