Ide untuk Sarapan

Beberapa pertanyaan yang paling sering muncul tiap malam selain (mau nulis apa ya hari ini), adalah besok mau sarapan apa ya. Sebenarnya kalau mau ikutin kemalasan saya, maunya pagi itu cukup sarapan sereal aja tiap hari, tinggal stok macem-macem sereal dan tuang susu deh. Tapi karena kemalasan itu tidak baik untuk dituruti, maka perlu untuk bikin variasi sarapan demi kesehatan bersama (idealnya ya begitu).

Berikut ini beberapa menu sarapan yang pernah dan masih kami makan setiap paginya. Menunya di rotasi sesuai dengan kondisi ketersediaan bahan di rumah. Beberapa menu sempat populer sekian lama, sampai akhirnya Jonathan bosan. Kadang-kadang, kalau lagi rajin, bisa jadi tiap orang punya menu sarapan yang berbeda.

Menu Nasi

Nasi putih dan lauk telur, bisa telur mata sapi atau telur dadar. Kalau ada daging giling atau steak tuna kaleng, bisa juga telur dadarnya dicampur daging giling atau steak tuna. Pernah juga telur dadarnya diisi irisan wortel dan daun bawang. Belakangan ini tapi Jonathan tidak suka kalau melihat ada sayur di dalam telur dadarnya, jadi ya kalau lagi buru-buru paling makan nasi pake telur dadar plain saja. Waktu yang dibutuhkan untuk menyiapkan sarapan seperti ini tergantung ada nasi sisa hari kemarin atau tidak. Kalau ada nasi sisa, ya nasinya tinggal dipanaskan di microwave, dan berarti waktu yang dibutuhkan hanya untuk mendadar telur. Kalau nasi lagi gak ada ya masak nasi sekitar 15 menit.

Kalau lagi ada bahan, selain dadar telur, saya juga goreng bacon buat tambahan lauk. Oh ya, pernah juga ada masa di mana Jonathan suka makan nasi putih pakai telur orak-arik (scramble egg) dan bacon atau sosis. Semakin banyak bahan tersedia, semakin kenyang deh sarapan paginya (dan tentunya semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk menyiapkannya). Tapi menu paling populer itu ya nasi telur dadar. Karenanya stok telur itu wajib ada di rumah setiap harinya.

telur dadar, telur mata sapi dan telur orak arik, udah kayak restoran aja pesan menu beda-beda

Kalau ada waktu cukup santai dan ada sisa nasi cukup banyak, saya bikin nasi goreng asal-asal plus telur dadar. Kenapa namanya nasi goreng asal-asal? karena ya masaknya emang cuma pakai butter, sayur kalau ada, bacon/sosis/tuna iris kecil-kecil lalu kasih kecap asin dan sedikit kecap manis. Oh ya, bumbunya cuma garam bawang putih andalan. Rasanya kayak apa tuh? walau asal-asal tapi ya rasanya dapat dari isinya dan garam bawang putih plus kecap. Seperti biasa, kalau lagi rajin pakai irisan sayur wortel dan kol, itupun kalau anak-anak lagi gak picky melihat sayur dalam nasi gorengnya.

sosis bentuk octopus

Lauk lain yang juga pernah hits adalah sosis yang di goreng seperti octopus. Ini sih niru dari temennya Joe yang share di FB dan kebetulan Jonathan lihat dan jadi kepingin juga. Sayangnya Joshua tetep belum mau makan sosis, jadi ya paling kalau makan sosis ini untuk Jonathan dan Joe saja.

Menu dengan nasi ini merupakan menu favorit Joe, karena basically dia perutnya perut nasi. Katanya kalau sarapan gak pake nasi rasanya kurang kenyang.

Menu dengan Mie

Menu favorit semua orang di rumah kami itu Indomie Kari Ayam pakai telur, tapi karena tidak baik makan mie instan setiap hari dan keterbatasan persediaan Indomie Kari Ayam, ya..harus realistis, kalaupun lagi punya stock, kami makannya 1 x seminggu saja. Kadang-kadang kalau stok Indomie Kari Ayam sudah habis, ya kami pakai mie instan lokal. Selain ditambah telur kadang-kadang kami tambahkan baso atau bacon atau sayuran hijau.

Mie Goreng Indomie juga jadi menu favorit berikutnya. Tapi saya merasa menyiapkan mie goreng Indomie ini gak segampang masak mie rebus, ada tahapan mencampur setelah merebus. Di musim dingin mie gorengnya juga cepat sekali dingin. Baru saja selesai mencampur bumbu, mie gorengnya sudah dingin.

Kalau lagi super rajin dan ada waktu lebih, pernah juga saya masak mie goreng pakai mie telur atau bihun jadi bukan mie instan. Tentunya butuh waktu ekstra untuk mengiris sayuran dan merendam mie telu atau bihunnya sebentar. Bumbunya apa? ya pakai garam bawang putih dan kecap saja. Anak-anak belum makan pedas, jadi memang kami jarang makan pakai cabe, apalagi untuk sarapan.

Menu dengan mie yang juga pernah hits di rumah kami adalah spaghetti yang ditusukkan ke sosis, lalu di rebus. Biasanya makannya di siram dengan bumbu spaghetti bolognese dari prego yang di beli botolan atau kalengan. Tapi menu begini jarang saya sediakan belakangan ini karena mulai jarang beli sosis dan Joshua lebih suka bumbu spaghetti carbonara daripada bumbu spaghetti bolognese.

spaghetti sosis

Menu Cereal

Pernah suatu masa, kami hampir setiap hari makan oatmeal muffin untuk sarapan. Walaupun dibentuk seperti muffin, tapi sebenarnya muffin ini 100 persen menggunakan bahan oatmeal yang dicampur dengan pisang, apel atau wortel dan raisin. Ceritanya waktu itu lagi diet hehehe. Sekarang, sesekali saya masak menu ini terutama kalau lagi dikasih pisang 2 sisir sama ibu tukang pijat kami yang punya kebun pisang. Anak-anak suka makan oatmeal pisang begini, tapi supaya anak-anak bisa lebih lancar makannya, saya kurangi oatmealnya dan ditambahkan tepung sedikit. Makannya tentunya disiram susu putih segar. Nyam, sekarang sih bikinnya yang isi 12, kalau isi 6 begini sudah pasti gak cukup hehehe.

Muffin oatmeal ini selain untuk sarapan juga bisa untuk snack sore anak-anak setelah mereka bangun tidur siang dan sebelum jam makan malam. Waktu yang dibutuhkan untuk menyiapkan sarapan ini agak lama, tapi bedanya dengan masak mie goreng atau nasi goreng adalah, saya gak harus stand by depan kompor. Saya butuh waktu sekitar 10 menit untuk mencampur semua bahan dan 25 menit memasak adonan di oven. Hal yang kurang saya suka selesai masak ini cucian piring jadi banyak hehehe.

Selain Muffin Oatmeal, menu sereal favorit tentunya beli sereal dalam kemasan. Mulai dari weetbix, koko krunch, granola, ataupun corn flake. Kadang-kadang saya campur-campur beberapa sereal dan tambahin buah. Makannya bisa pakai yoghurt atau pakai susu putih plain. Khusus Joshua, sejauh ini dia cuma suka koko krunch saja. Jonathan sudah lebih banyak variasi menu sereal yang dia mau, makanya kotak persediaan sereal bisa banyak jenis tersedia di rumah.

yoghurt buah

Pernah juga kami lagi dalam mode diet, di masa itu saya juga lagi rajin bikin yoghurt, jadilah sarapan kami cuma yoghurt dan buah saja. Dipikir-pikir kalau Joe pernah bisa sarapan begini, kenapa sekarang maunya nasi melulu dan ngeluh ga kenyang kalau sarapan sereal atau roti doang ya hehehe.

Saya juga pernah mencoba menyiapkan oatmeal yang di rendam yoghurt semalamam dan dicampur berbagai jenis buah dan chia seed. Sebenarnya enak-enak saja sih sarapan begitu, tapi kadang-kadang emang ada rasa kurang kenyang hahaha.

Menu Roti

Menu roti ini favorit saya karena praktis menyediakannya tinggal beli, oles-oles isi jadi deh. Dulu sering bikin roti di toast lalu di oles dengan jam ataupun butter lalu di taburin ceres.

Belakangan bikin French Toast yang super sederhana. Roti di celupkan ke telur, lalu di panggang di atas teflon. Hidangkan setelah di beri lapisan madu atau butter dan ceres (sesuai selera saja). Jonathan paling suka makan french toast dengan susu kental manis dan ceres. Sayangnya Joshua belum suka dengan menu ini. Untuk Joshua biasaya roti di oles butter lalu dikasih ceres atau coklat oles saja.

Waktu ikut kelas coursera mengenai makanan untuk anak-anak, dapat ide juga bikin telur mata sapi di tengah-tengah roti. Lupa namanya apa, tapi kira-kira roti tengahnya di potong, lalu di atas teflon kita bikin telur mata sapi deh di tengah-tengah roti. Jadinya telur berbingkai roti.

Pancake

Menu pancake ini juga butuh waktu untuk menyiapkannya, dan biasanya Joe yang lebih jago masaknya dibanding saya, apalagi kalau mau dibikin bentuk-bentuk seperti di video Nerdy Nummies. Joshua gak suka pancake, jadi kalau bikin pancake akhirnya saya bikin yang biasa saja dan yang makan saya dan Jonathan (karena Joe pun akhirnya makan nasi kayak Joshua).

Nerdy Nummies video membuat Rilakuma Bear pancake

Bubur Sumsum

Menu terbaru yang baru saya pelajari bikinnya itu bubur sumsum. Waktu di Depok, Jonathan sempat sakit dan gak bisa makan apa-apa selain bubur sumsum. Setelah di sini saya belajar masaknya, eh dia gak pernah mau makan bubur sumsum, jadinya saya masak bubur sumsum buat saya dan mama saya yang lagi di sini saja hehehe. Joshua dan Joe juga gak mau makan bubur sumsum, kayaknya karena ada pilihan lain sih, coba kalau ga ada pilihan lain, kemungkinan besar mereka juga akan makan bubur sumsumnya hehehe.

bubur sumsum

Udah sebanyak ini pilihan sarapan, tapi tiap malam kepikiran besok sarapan apa ya? terutama karena ada menu yang butuh waktu untuk menyiapkannya, atau ada menu yang gak bisa dibikin karena gak lengkap bahannya. Kadang-kadang juga karena ga semua makan menu tersebut, rasanya effortnya besar kalau harus menyiapkan lebih dari 1 macam menu.

Menu favorit saya untuk menyiapkannya tentunya yang paling mudah itu sereal, tapi kalau susu lagi habis, otomatisa gak bisa sedia sereal. Menu favorit berikut tentunya bikin mie instan dan telur, tapi kalau ga ada telur ya ga enak bikinnya. Akhirnya makan apapun besok pagi itu memang harus disiapkan dulu bahan-bahannya di hari sebelumnya. Kalau ada ide sarapan yang gampang dan enak (dan bukan tinggal beli), bagi-bagi ide di komen ya.

Cerita Homeschooling Kami

Salah satu manfaat dari homeshooling yang kami rasakan adalah, anak-anak bisa belajar kapan saja dan di mana saja. Seperti sekolah biasa, saya menetapkan jam sekolah setiap harinya dan ada jadwal mingguan. Jam sekolah kami setiap hari selesai sarapan lalu mandi, sekolah dimulai sampai jam 12 siang. Kalaupun belum selesai, bisa dilanjutkan sampai jam 1.30 lalu tidur siang. Dalam prakteknya, ada hari-hari di mana bangun kesiangan lalu tidak bisa menyelesaikan target harian sebelum makan siang. Saya juga menetapkan jadwal hari libur, tapi ya hari libur inipun bisa digeser kalau memang ada keperluannya.

Chiang Mai sekarang ini sedang dingin terutama di pagi hari. Sore hari udaranya cukup enak, matahari bersinar tapi suhu udara tidak terlalu panas. Cuaca yang sangat bagus untuk lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah. Biasanya, kalau memang ada janji main bareng temen di playground, jadwal belajar bisa digeser ke sore dan malam hari, atau ya diliburkan saja hari itu.

Anak-anak lebih suka belajar tanpa meja
Lanjutkan membaca “Cerita Homeschooling Kami”

Hari Anak di Thailand

Hari Anak di Thailand dirayakan setiap hari Sabtu ke-2 di bulan Januari. Perayaan hari anak di Thailand sudah ada sejak tahun 1955, tapi kami baru mengikuti kegiatan hari anak setelah Jonathan berumur sekitar 4 tahun.

Kegiatan Perayaan Hari Anak setiap Tahunnya di Chiang Mai

Sebelumnya, sepertinya kami kebetulan tidak pernah keluar rumah di hari Sabtu ke-2 bulan Januari, makanya kami gak menyadari mengenai adanya perayaan hari anak ini.

Perayaan hari anak di Thailand cukup meriah, hampir semua pusat perbelanjaan mengusung tema tertentu dan memberikan kegiatan dan hadiah untuk anak-anak.

Kegiatan di Pangkalan Udara Chiang Mai

Kegiatan yang paling ramai dikunjungi di Chiang Mai setiap tahunnya di pangkalan angkatan udara yang lokasinya dekat dengan bandara Chiang Mai.

Kegiatan di sana mulai dari pesawat tempur yang mengadakan show, berbagai panggung pertunjukan dan kesempatan untuk naik ke dalam pesawat tempur dan berfoto di sana.

Tempat-tempat rekreasi dan restoran yang biasanya ramai dikunjungi oleh keluarga dengan anak-anak, biasanya semakin ramai karena pada hari Anak diberikan kesempatan masuk secara gratis untuk anak-anak (orang tuanya tetap harus bayar).

Untuk restoran mereka juga memberikan menu spesial atau bahkan bisa juga makan gratis untuk anak-anak. Intinya di hari Anak, semua orangtua wajib bawa anak-anak keluar rumah karena banyak tempat menyediakan berbagai hal supaya anak-anak bisa bersenang-senang tanpa biaya.

Tahun-tahun sebelumnya kami sudah pernah ke lapangan udara melihat dan berfoto dengan pesawat tempur. Kegiatan di sana benar-benar ramai dan banyak jalannya. Kami juga pernah terjebak macet dari rumah ke mall yang biasanya hanya 10 menit jadi 1 jam karena berangkat kesiangan.

Kegiatan kami di Hari Anak 2019

Hari ini kami sudah tahu kalau kami gak kepingin terlalu capek berjalan jauh tapi ya pingin anak-anak menikmati juga perayaan hari anak di Thailand.

Mwnghibur diri dari kemacetan dengan foto bareng di mobil

Walaupun kami berangkat masih cukup awal (sekitar jam 10.15), tapi lalu lintas sudah cukup macet karena arah mall yang kami tuju sama dengan arah airport di mana kegiatan paling ramai diadakan. Sampai di mall jam 11-an, mall nya juga sudah ramai banget.

Kegiatan di mall Airport Plaza di hari Anak

Tahun ini beberapa mall merayakan hari anak 2 hari. Kami tidak berencana datang lagi besok, tapi mungkin mereka membuat acaranya 2 hari supaya yang anaknya belum puas bersenang-senang bisa datang lagi besoknya.

Tema acara di mall yang kami datangi berjudul “Take Me to the Sea”. Ada panggung pertunjukan yang dihias dengan balon berbentuk seperti aneka binatang laut maupun karang laut.

Pertunjukan putri duyung

Ada juga pertunjukan putri duyung di dalam aquarium besar yang ada di dalam mall, tapi tadi kami cuma lihat dari lantai atas.

Karena lantai dasar sangat ramai, kami memilih untuk melihat-lihat di lantai atas dulu dan makan siang. Salah satu toko tempat biasanya Jonathan dan Joshua bermain lego mengadakan acara permainan sendiri dan relatif lebih sepi.

Tiap lantai ada kegiatan

Kami lebih banyak menghabiskan waktu di lantai atas daripada di lantai bawah. Joshua dan Jonathan bergantian main lego, main puzzle, dan sama-sama dapat hadiah susu, permen dan gelas.

Selesai bermain di atas, kami lihat lantai bawah sudah tidak terlalu ramai. Jonathan cuma mau ngantri untuk mendapatkan cotton candy. Joshua sudah capek jadi dia main-main dengan papanya saja sambil menunggu Jonathan ngantri cotton candy.

Sayangnya saya tidak tahu di mana toko yang menjual cotton candy selain di zoo dan atau di kegiatan-kegiatan anak-anak begini. Kalau saya tahu di mana toko yang selalu menjual cotton candy, pasti saya bujukin Jonathan untuk beli saja daripada ngantri.

Ngantrinya lumayan lama karena entah kenapa semua anak pengen cotton candy dan biasanya gak setiap hari mereka diijinkan makan cotton candy hehehe.

Dipikir-pikir, sebenarnya jadi anak-anak itu paling menyenangkan ya. Mereka sehari-hari tidak punya banyak persoalan dalam hidup. Apalagi kalau masih kecil banget dan belum sekolah, belum ada yang namanya harus bangun pagi supaya berangkat ke sekolah ataupun mengerjakan pr dari sekolah.

Penutup

Kalau udah sekolah tapi sekolah di rumah juga masih cukup enak, asalkan nurut aja pas diajarin sama emaknya hehehe. Anak-anak itu tugasnya bermain sepuas-puasnya, supaya nanti kalau sudah besar bisa lebih fokus untuk mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya dan bukannya main minesweeper atau game online di jam kerja hehehe.

Mari kita berikan anak-anak kesempatan bermain setiap harinya, jangan cuma disuruh ngerjain PR doang (ngingetin ke diri sendiri).

Cerita Tahun Baru 2019

Sejak bolos nulis setelah Natal lalu, rencana untuk update cerita liburan setiap hari jadi makin buyar. Ternyata menulis setiap hari dalam suasana liburan itu agak sulit, apalagi kalau banyak kegiatan di luar rumah seharian, atau kalau anak-anak kurang sehat. Walaupun hari ini sudah hari ke-6 di tahun 2019, masih boleh dong ucapi Selamat Tahun Baru 2019 buat para pembaca blog kami.

Supaya gak lupa, saya mau menuliskan tentang cerita sejak awal 2019 sampai kami pulang ke Chiang Mai. Kalau di update tiap hari mungkin ceritanya akan lebih panjang lagi, tapi ya tulisan ini seperti ringkasan saja hehehe.

Malam Tahun Baru banyak petasan dan kembang api di sekitar rumah eyang. Bahkan lebih banyak dari kembang api dibandingkan di lokasi rumah kami sekarang di Chiang Mai. Untungnya gak sampai bikin Joshua bangun. Jonathan yang tadinya sudah tidur, malah senang terbangun lihat kembang api. Pemandangannya tidak seperti melihat dari condo lantai 18, tapi ya lumayanlah karena kami melihatnya dari lantai rumah eyang.

Tanggal 1 Januari, mama saya datang dari Medan. Senang rasanya karena di bawain kue buatan mama seperti yang biasanya disuguhkan di rumah ketika hari tahun baru di Medan. Walaupun kami ga jadi ke Medan, jadinya merasakan suasana Medan di Jakarta.

Yay, kue tahun baru asli masakan mama saya

Tanggal 2 Januari, dapat kesempatan ketemu dengan beberapa saudara dari bapak saya yang tinggal dan berkunjung di Jakarta. Karena sekarang sudah ada 3 generasi, walaupun pertemuan hanya singkat, terasa sangat meriah. Jadi teringat masa kecil dulu kalau lagi tahun baru di Siantar, wow lebih ramai lagi orang-orangnya. Pertemuannya sangat singkat karena Jonathan kurang enak badan dan perjalanan dari Grand Indonesia ke Depok bakal memakan waktu lebih dari 1 jam dan kalau kemalaman sampainya kami khawatir Jonathan tambah sakit lagi.

Foto dulu sebelum makan dan nyemil-nyemil bareng

Tanggal 3 Januari, karena Jonathan masih belum sehat maka kami ga pergi jauh-jauh. Saya cuma anterin mama saya untuk ketemu inangudanya (adik dari mamanya mama saya) yang rumahnya ada deket rumah eyang. Kami pergi ke sana naik Grab dan cuma 15 menit, lalu pulangnya eh dianterin sama Tulang dan gantian deh berkunjung ke rumah eyangnya Jona.

Dianterin sambil kunjungan balasan oleh tulang dan oppung Citanduy Depok

Tanggal 4 Januari, hari terakhir liburan kami. Karena Jonathan masih kurang begitu semangat makan dan terlihat lemas, kami putuskan saya dan anak-anak di rumah eyang saja. Joe pergi sendiri karena ada undangan ke BSD. Siang harinya, kakak saya datang ke rumah eyang. Eh ternyata kakak saya sampai malam ngobrol di rumah Eyang dan ya karena malam terakhir di Jakarta jadilah gak terasa ngobrol sampai malam, apalagi adiknya Joe juga datang dan jadilah makin ramai obrolannya.

Makin malam makin rame

Tanggal 5 Januari, kami pulang ke Chiang Mai. Oppung ikut ke Chiang Mai, yay senangnya. Kami berangkat dari rumah Eyang sekitar jam 10 pagi. Jadwal berangkat jam 1.30 dan tiba di Bangkok jam 5.10 sore. Setelah melewati imigrasi, kami kembali ke ruang tunggu untuk penerbangan berikutnya. Untungnya semua penerbangan sesuai jadwal. Kami berangkat dari Don Mueang jam 7.30 malam dan tiba di Chiang Mai jam 8.30 malam. Karena harus mengambil bagasi ke terminal internasional padahal mendarat di terminal domestik, lalu kembali ke terminal domestik untuk naik taksi, kami baru tiba di rumah menjelang pukul 10 malam.

Walaupun sudah lelah, tapi rasanya senang sekali sampai di rumah. Untungnya udara di Chiang Mai tidak terlalu dingin. Cukup dinginnya untuk tidak meyalakan AC, tapi ya tidak sampai menggigil kedinginan.

Sejak beberapa hari sebelum pulang, Joshua dan Jonathan sepertinya sudah rindu Chiang Mai. Joshua sudah beberapa kali menyebut-nyebut Central Airport Plaza, ini adalah mall yang dekat rumah dan sering kami datangi untuk sekedar makan dan bermain berbagai permainan gratisan yang disediakan di mall tersebut. Jonathan juga sepertinya sudah rindu Chiang Mai, dia gak terlalu selera makan beberapa hari terakhir, dan beberapa kali menyebutkan pengen pulang ke Chiang Mai.

Hari ini 6 Januari 2019, sepulang gereja kami ke Central Airport Plaza untuk makan dan sedikit bermain. Joshua makan dengan lahap dan Jonathan yang sudah beberapa hari susah makan semakin membaik makannya. Selesai makan, kami naik kereta api gratisan. Turun dari kereta api, seperti biasa Joshua pergi ke tempat bermain lego gratisan. Senang rasanya melihat anak-anak langsung adaptasi kembali dengan kota Chiang Mai.

Makan malam di mall sesuai permintaan anak-anak (dan saya yang malas masak)

Pepatah bilang daripada hujan emas di negeri orang, lebih baik hujan batu di negeri sendiri. Tapi sepertinya buat anak-anak, peribahasanya tidak berlaku, karena mereka lahir dan besarnya di negeri orang.

Liburan di Indonesia sudah berakhir, tapi rasanya akan butuh waktu untuk mengembalikan rutinitas kegiatan homeschooling. Rencana awal, tanggal 7 Januari kami sudah akan memulai kegiatan homeschooling, tapi sepertinya, saya perlu menyusun ulang jadwal kegiatan sekolah dengan menambah porsi kegiatan sekolah sedikit demi sedikit selama minggu pertama. Alasannya karena saya juga masih dalam mode liburan haahaha. Saya juga perlu kembali dengan rutinitas sehari satu tulisan.

Kenangan Akhir Tahun – Sambut Tahun Baru 2019

Sudah beberapa hari ga menuliskan tantangan sehari satu tulisan. Hari ini hari terakhir tantangan Desember dan sebelum memulai tahun yang baru, saya ingin mereview 10 tahun terakhir melalui status kenangan dari Facebook.

Banyak hal terjadi dalam 1 hari, apalagi dalam 10 tahun. Saya tetap mengucap syukur kepada Tuhan karena dalam 10 tahun terkahir, Tuhan masih tetap menjaga dan menyertai kami seperti di tahun-tahun sebelumnya.

Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, baru tahun ini kami mendapat kesempatan tutup tahun di Indonesia lagi. Berbeda dengan di Chiang Mai, di sini saya berharap ga ada dentuman petasan ataupun kembang api dan bisa melewatkan malam tahun baru dengan tidur nyenyak hehehe.

Oke kita hitung mundur sejak 10 tahun lalu:

Membaca status kenangan ini, saya jadi ingat dengan pengalaman pindah rumah pertama kali di Chiang Mai. Pindah rumah dari unit studio ke unit yang lebih luas dan lantai yang lebih tinggi. Melihat state rumah yang tadinya kosong lalu kami isi sampai penuh hihihi.

Tahun 2009, tahun di mana saya kehilangan bapak saya, makanya bikin status mengenai kehidupan. Akhir tahun cuma di rumah saja di Chiang Mai dengan memasak kue kering. Tadinya mau niru tradisi di Medan, tahun baru punya suguhan kue kering di rumah, tapi waktu itu masaknya buat di makan berdua doang hehehe.

Akhir tahun 2010, tahun pertama kami jadi orangtua. Tahun penantian sampai lahirnya Jonathan di bulan November. Makanya di tahun berikutnya 2011 juga statusnya ga jauh-jauh dari Jonathan hehe.

Akhir tahun 2011, harapannya Jonathan sudah besar dan saya sudah bisa kembali ke hobi jahit dan craft lainnya. Kenyataanya sampai sekarang mesin jahitnya bahkan belum masuk servis hahaha. Semoga ya 2019 dilaksanakan hehehe.

Tahun 2012 dan 2013 sepertinya saya sedang malas update status di FB, atau mungkin update statusnya di 1 Januari hari berikutnya. Jadinya ga ada jejak kenangan deh. Tapi saya ingat, tahun-tahun tersebut kami merayakan natal dan tahun baru di Chiang Mai dan ga pulang ke Indonesia.

Akhir tahun 2014, kami liburan bareng satu keluarga Indonesia di Chiang Mai lainnya yang sama-sama jagain Chiang Mai di akhir tahun. Tahun ini bisa dibilang liburan terakhir kami sebelum jadi family of 4. Saat liburan ini saya sedang hamil anak ke-2. Kalau hamil pertama saya gak kemana-mana, hamil ke-2 berani sedikit jalan di area yang cukup curam begini hehehe.

Akhir tahun 2015, kami liburan bareng teman Jonathan dari daycare yang mana mamanya jadi teman saya juga. Kami naik kereta api dari Chiang Mai ke Lampang biar Jonathan pernah naik kereta api hahaha. Waktu itu, Joshua baru 6 bulan, dan cukup menikmati perjalanan singkat yang inti perjalanannya cuma naik kereta api, naik delman, duduk ngopi dan pulang lagi ke Chiang Mai hehehe.

Sejak akhir tahun 2016 yang lalu, Joe terinspirasi buat bikin skrip 1 foto 1 hari selama 1 tahun, untuk melihat review hal-hal yang terjadi. Tahun lalu, walaupun saya tidak posting khusus juga di FB, kami juga ada video review 1 tahun dan untuk tahun ini sedang dikumpulin ama Joe. Besok saya akan posting review foto-foto setahun sejak tahun 2016, 2017 dan 2018.

Gak terasa ya, saya sudah bertambah tua 10 tahun. Mulai dari rajin ngeblog, lama ga ngeblog dan tahun ini kembali lagi berusaha aktif menulis blog. Banyak target di tahun 2018 yang belum berhasil di lakukan, tapi ya tentunya tidak menyerah dan akan mencoba lebih baik lagi di tahun 2019. Setelah bertahun-tahun kami merayakan Natal dan Tahun Baru di Chiang Mai, akhirnya tahun ini bisa menghabiskan hari-hari menjelang akhir tahun 2018 dengan keluarga Joe. Rencana semula kami akan ke Medan juga, tapi mama saya bersedia datang ke Depok untuk merayakan tahun baru bersama kami di Depok.

Selamat menyambut tahun baru buat kita semua. Semoga tahun 2019 kita semua tetap dalam lindungan Tuhan, diberikan kesehatan dan juga kesuksesan dalam menyelesaikan apa yang kita rencakan untuk dilakukan di tahun 2019. Tuhan memberkati kita semua.

Selamat Natal 2018

Selamat Natal 2018 buat kita semua. Tahun ini kami merayakan Natal di Depok. Terakhir kali Natalan di Indonesia juga di Depok rasanya tahun 2007. Sudah hampir lupa suasana natalan di Depok, tapi ya kebiasaanya ternyata belum berubah.

Tahun ini kami ga ke gereja tanggal 25 Desember. Tadi pagi hujan dan sorenya anak-anak masih tidur. Pertimnbangan lain, besok kami akan ke gereja untuk menghadiri kebaktian babtisan salah satu ponakan, jadi ya besok aja ke gerejanya hehehe. Akhirnya sejak sampai di Indonesia, untuk pertama kalinya kami bisa di rumah saja di hari Natal ini.

Kebiasaan hari Natal di lingkungan rumah eyangnya Jonathan masih sama dengan belasan tahun silam. Sejak pagi eyang girl (eyang ti) udah sibuk menyiapkan suguhan makanan berat untuk tamu yang akan datang. Siang hari adik-adik Joe datang berkumpul di rumah sekalian kesempatan anak-anak main bareng. Dan sore hari, tetangga yang tidak merayakan Natal datang berkunjung ke rumah untuk sekedar mengucapkan selamat merayakan Natal dan menikmati suguhan makan malam yang disiapkan eyang.

Dulu di Medan, saya ingat kebiasaanya berbeda dengan di Depok. Tamu-tamu datang ke rumah itu bukan hari Natal, tapi setelah Tahun Baru. Saya gak tahu sekarang ini gimana di Medan. Setahu saya, mama saya masih menyiapkan suguhan kue-kue kering untuk tamu yang datang mengucapkan selamat Natal dan Tahun Baru.

Kalau di Chiang Mai, hari Natal itu bukan hari libur kerja. Jadi biasanya Joe akan ijin setengah hari supaya bisa ke gereja. Kalau di Indonesia hari Natal itu hari libur, dan gereja-gereja dipadati jemaat yang mau beribadah, karena kebanyakan orang yang jarang gereja sekalipun akan bela-belain buat ibadah Natal. 

Di Chiang Mai, walaupun hari Natal tidak libur, tapi hari Natal itu bukan hanya milik orang beragama Kristen. Setiap tahunnya selain banyak hiasan dan lagu-lagu Natal di Mall, tetangga rumah yang punya pohon cemara juga menghias pohonnya seperti hiasan pohon Natal. Hari Natal ini sudah jadi budaya, seperti halnya juga Loy Kratong yang awalnya merupakan kegiatan berdoa buat umat Budha, tapi diadaptasi menjadi hari yang diramaikan bersama (dan bukan hari libur juga).

Lain padang lain belalang. Lain lubuk lain ikannya. Walaupun mungkin berbeda-beda cara orang di berbagai tempat merayakan hari Natal, tapi saya sekali lagi ingin mengucapkan selamat Natal buat kita semua yang merayakannya dan selamat menyambut tahun baru 2019.

Grab atau Go-Jek?

Liburan kali ini, kami banyak memanfaatkan jasa Grab dan Go-Jek untuk bepergian. Awalnya karena di Chiang Mai cuma ada Grab, kami lebih sering prefer naik Grab, tapi ternyata dari pengalaman ke puncak dan ke Bogor hari ini, entah kenapa supir Go Car lebih mau untuk menerima pesanan perjalanan ke tempat yang jauh.

Beberapa hari lalu, saya sudah mencoba memesan makanan dengan Grab Food dan ada sedikit masalah, mulai dari restoran yang tidak ditemukan, lalu restoran yang menu tidak update sehingga harus ubah pesanan dan juga restoran yang udah dijelaskam lewat telepon tapi masih salah memberikan pesanan. Hari ini, kami mencoba memesan makanan dengan Go Food. Pesanan kali ini sih mencari sate padang, dan ternyata walau biaya antarnya lebih mahal (10 ribu rupiah), tapi semua berjalan mulus dan gak sampai 30 menit pesanan sudah datang.

Acara dari GO-JEK di perpustakaan nasional di hari ibu untuk para driver Ibu-Ibu

Kalau dilihat dari segi harga pemesanan, seringnya Grab Car selalu lebih murah dibandingkan Go Car. Tapi pengalaman dengan Grab Car beberapa kali di cancel setelah drivernya menerima pesanan. Bahkan sekali pernah juga drivernya ga merespon setelah kami menunggu lebih dari 10 menit padahal di aplikasi dinyatakan driver sudah dijalan dan akan tiba dalam waktu 6 menit. Mungkin aplikasi di HP nya ngehang atau entahlah apa alasannya karena kalau dilihat dari pergerakan mobilnya di aplikasi tidak terlihat tetap jalan. 

Selama beberapa kali bepergian, mungkin karena Go Car lebih mahal maka banyak juga pengguna seperti kami yang awalnya selalu mencoba memakai Grab dulu sebelum akhirnya memilih Go Car karena gak kunjung dapat orang yang mau nganterin ataupun ya udah dicancel berkali-kali jadi merasa lebih baik bayar lebih daripada nunggu lama lagi. Dari beberapa kali memesan Go Car, kami belum pernah di cancel setelah supirnya menerima pesanan kami. 

Terlepas dari Grab Car atau Go Car, sejauh ini pengalaman kami selalu ketemu dengan pengemudi yang ramah dan sopan. Mereka juga menyetirnya cukup baik dan gak membahayakan penumpang. Beberapa kali pernah juga dapat mobil yang agak berbau rokok, mungkin supirnya merokok sambil menunggu orderan, tapi ya setelah beberapa lama baunya bisa hilang. Mobil yang membawa kami ga selalu mobil baru, kadang-kadang mobilnya ya sudah terlihat tua juga, tapi selalu cukup bersih. Bahkan lebih bersih dari mobil kami di Chiang Mai hahahah.

Senyaman-nyamannya disupirin naik Grab atau Go Car ada satu kelemahannya: deg-degan pas nunggu takut di cancel dan kadang di aplikasi dibilang driver akan tiba 8 menit lagi, tapi kenyataanya bisa lebih dari 8 menit. Tapi karena sejauh ini kami pergi itu bukan ke tempat yang sttict harus tiba jam tertentu, ya kami bisa agak santai walaupun pas menunggunya jadi repot dikit karena anak-anak kalau udah disuruh pakai sepatu malah jadi gelisah kalau jemputannya ga kunjung datang.

Secara  biaya, walaupun Grab dan GoJek relatif lebih murah daripada taksi argo yang bisa melonjak harganya kalau macet, ya tetap saja akan lebih ekonomis kalau punya mobil sendiri dan memiliki supir pribadi. Sekarang ini gak nyetir di Jakarta alasannya ada dua: pertama ga punya sim Indonesia, mungkin saja SIM Thailand laku, tapi kami ga mau ambil resiko kalau ga terpaksa. Alasan kedua: gak ada mobil yang bisa kami pakai juga hehehe (harusnya ini yang pertama ya, klo ga ada mobil punya sim juga ga ada gunanya).

Ada yang punya cerita mengenai pengalaman naik Grab atau Go Car? atau ada yang selalu hanya memilih Grab atau memilih GoJek dan alasannya?