Chiang Dao Trip part 2

Tulisan kali ini melanjutkan cerita liburan kami ke Chiang Dao bersama teman-teman komunitas Indonesia di Chiang Mai. Setelah hari sebelumnya kami menjelajah goa Chiang Dao yang lumayan bikin kaki pegel, pagi hari kami bangun agak santai. Sebenarnya ada ajakan untuk melihat lautan kabut jam 5.30 pagi, tapi rasanya tak sanggup untuk bangun sepagi itu hehehe. 

Ada keanehan dengan ayam jago di Chiang Dao, mereka mulai berkokok dari sejak jam 1 pagi. Untungnya anak-anak ga jadi terganggu dari tidurnya dan saya juga tetap bisa tidur dengan nyenyak. Udara menjelang pagi di sana cukup dingin, tadi pagi kami bangun udaranya masih sekitar 20 derajat celcius. 

Karena rombongan tidak ada rencana pergi pagi-pagi, kami memutuskan sarapan di penginapan saja. Kami membawa mie instan cup, ada juga yang bawa roti dan bisa juga membeli sereal di penginapan. Selesai sarapan, anak-anak melakukan eksplorasi disekitar penginapan. Di halaman penginapan kami ditanami sayur-sayuran dan juga mereka mempunyai sebuah ruangan hidroponik.

Lanjutkan membaca “Chiang Dao Trip part 2”

Chiang Dao

Hari ini, kami jalan-jalan ke Chiang Dao bareng temen-temen Indonesia di Chiang Mai. Cuma 4 keluarga Indonesia, ga sebanyak rencana semula. Tapi ada 1 teman dari teman, keluarga Thai Singapura, jadi total ada 9 orang dewasa dan 7 anak-anak berusia antara 3.5 tahun – 8 tahun.

Doi Chiang Dao

Chiang Dao lokasinya gak jauh dari Chiang Mai sekitar 80 km atau 1.5 jam driving, tapi ini kali pertama buat kami ke sini. Kami berangkat santai, sekitar jam 10 dari rumah, dan karena berhenti dulu di jalan, kami sampai di penginapan sekitar jam 12 siang. Kami menginap di Chiang Dao Story Camp,  tidak jauh dari tujuan wisata Chiang Dao Cave.

Sebagian dari rombongan memilih tenda dan sebagian tinggal di bungalow sederhana. Setelah menurunkan bawaan, kami memutuskan untuk makan siang di dekat tempat wisata tujuan utama di Chiang Dao, Selesai makan dan istirahat, sekitar jam 2.30 kami pun memutuskan masuk ke Goa di Chaing Dao.

Bungalow di Chiang Dao Story Camp
Lanjutkan membaca “Chiang Dao”

Mini PC + TV + HP Xiaomi = Smart TV

Konfigurasi entertainment centre kami sekarang ini memakai Mini PC Windows yang dihubungkan ke TV (via HDMI). Awalnya dulu, kami memasang keyboard wireless ke mini pc nya untuk memilih menu Kodi, Netflix ataupun nonton YouTube di browser. Tapi, masalah dengan yang namanya remote, sama saja dengan keyboard. Kadang-kadang ga ketemu terselip entah di mana, sering juga pas butuh eh baterenya habis.

Mini PC nya kotak hitam di samping mobil-mobilan hijau

Setelah dipikir-pikir, gimana kira-kira supaya mau nonton ga kelamaan nyari remote atau keyboardnya. Untungnya Joe kepikiran untuk mencari aplikasi remote mouse untuk Android. Walaupun namanya remote mouse, tapi dari aplikasi ini, kita juga bisa mengetikkan sesuatu kalau dibutuhkan. Pengaturan aplikasi ini cukup gampang.

Baik Mini PC dan HP Android terkoneksi ke jaringan lokal yang sama kalau dirumah. Jadi waktu menyalakan aplikasi ini, kita bisa langsung menemukan Desktop mana yang perlu kita akses secara remote. Selanjutnya ya sama seperti mouse di komputer biasa.

Remote Mouse bisa jadi keyboard juga
Lanjutkan membaca “Mini PC + TV + HP Xiaomi = Smart TV”

DIY Workshop di McDonald’s

Hari ini Jonathan ikutan workshop di Mc Donald’s bareng anak-anak grup homeschooling Thai. Ceritanya beberapa minggu lalu saya kepikiran gimana caranya ya biar Jonathan punya teman berlatih ngobrol Thai, soalnya tetangga rumah kami anaknya sudah agak besar dan jam keluar rumahnya jarang bareng dengan Jonathan.

Hasil dari nanya ke temen yang ikutan co-op tapi orang Thai, saya disarankan gabung ke grup homeschooling orang Thai. Tadinya agak ragu-ragu karena sampai sekarang baca bahasa Thai buat saya itu masih sering malasnya daripada memaksakan diri baca. Tapi ya masa sih anak disuruh belajar, sendirinya ga maju-maju belajar baca Thainya. Akhirnya sayapun masuk FB group yang isinya semua pake bahasa Thai.

Gak berapa lama bergabung, saya baca pengumuman mengenai workshop ini. Ada 3 paket harga yang ditawarkan, dan harganya seperti kita beli paket burger untuk di makan sendiri. Saya penasaran, kira-kira workshopnya ngapain aja ya? karena saya lihat anak-anak yang daftar workshop, rata-rata antara 5 dan 6 tahun. Saya pikir, ga mungkin dong mereka diajak goreng-gorengnya di McD.

Hari ini, sekitar jam 11 siang kami sudah tiba di lokasi workshop. Pertama kami harus daftar, memilih paket mana yang ingin dikerjakan dan bayar di tempat. Sembari menunggu semua yang sudah daftar sebelumnya hadir, anak-anak diberi kertas dan crayon untuk mewarnai. Beberapa anak langsung mewarnai dengan tekun.

Lanjutkan membaca “DIY Workshop di McDonald’s”

Sensory Play

Di group homeschooling term ini, saya kebagian ngajar kelas sensory play untuk anak umur 3 dan 4 tahun. Sebenarnya ada banyak sekali ide-ide yang bisa di lihat di internet, tapi umumnya ide yang ada itu banyak yang settingnya lebih cocok di rumah, karena habis main akan berantakan sekali. Akhirnya setiap minggunya cari ide yang ga terlalu berantakan dan kira-kira ga terlalu lama mempersiapkannya. 

Sesuai namanya, kelas sensory ini intinya bermain-main yang menstimulasi sensori/panca indra anak. Jadi bisa berupa mainan yang menstimulasi indra peraba (telapak tangan dan kaki), indra pengecap (lidah), indra penglihatan (mata) dan indra penciuman (hidung) dan indra pendengaran (kuping). Kalau mau tahu lebih banyak mengenai stimulasi sensory dan permainan untuk sensory ini bisa di google, hasilnya sebenarnya hal-hal yang sering kita mainkan sehari-hari.

Berikut ini beberapa kegiatan yang kami lakukan. Sejauh ini ada 10 kali pertemuan. Tiap pertemuan berlangsung selama 50 menit. Jumlah murid dalam kelas berkisar antara 5 sampai 8 anak. Untungnya saya dibantu oleh 2 orang tua lainnya, jadi kalau ada anak yang ga tertarik dengan kegiatan yang saya persiapkan, mereka tetap bisa diperhatikan dan gak mengganggu kelas.

Mainan dengan squishy bag. Persiapannya malam sebelumnya tepung dicampur air di kasih warna, terus dimasukkan ke dalam ziploc. Selain tepung berwarna ini di masukkan googly eyes atau beads warna warni. Anak-anak senang disuruh mencari-cari googly eyes atau beads dan juga cukup senang menggeser-geser isi dari ziplocnya yang tentunya sudah diamankan dengan lakban di pinggirannya supaya isinya ga keluar. Sayangnya kelas ini saya ga foto sama sekali. Idenya saya dapat dari wesbsite ini.

Salah satu kesempatan, saya minta anak-anak tracing telapak tangannya. Lalu kami bantu memberikan lem dan mereka bisa menempelkan pom pom untuk menghias tangan masing-masing. Saya instruksinya mereka tracing 1 tangan saja, tapi anak-anak itu ada yang minta untuk ditracing 2 tangan.

tracing tangan lalu dihias pom pom
Lanjutkan membaca “Sensory Play”

Pecah(kan) Kacanya

Ceritanya hari ini kami ajak anak-anak ke park yang kecil untuk bermain sebentar. Mau ke Rajapreuk takut kehujanan karena beberapa hari ini Chiang Mai hujan lagi (kirain udah abis musim hujannya). Setelah puas bermain-main di playground, Joshua ingat kalau di situ dia pernah makan ice cream sebelum pulang. Jadilah dia belok ke coffee shop dan saya pikir ya sekalian saya juga belum minum kopi.

Meja tempat kami duduk, meja kayu dengan alas kaca diatasnya. Dari sejak awal kacanya sering bergeser karena ga nempel ke mejanya. Karena Joshua bersandar ke meja, kacanya selalu bergeser dan berkali-kali saya geser kembali. Kami sudah memutuskan akan pulang karena ice cream Joshua sudah habis dan rainbow crepe pilihan Jonathan juga sudah habis. Tiba-tiba “prak”, Joshua menyebabkan kacanya terbentuk ke dinding dan kacanya pun pecah.

Sebenarnya bisa saja kami kabur pulang karena mbak-mbak yang jaga coffeeshopnya ga lihat. Tapi saya tahu, itu ga benar.  Saya panggil mbak-mbaknya dan kasih tau, “Mbak maaf, mejanya kacanya pecah”. Mbaknya kaget, dan nanya: “Siapa yang mecahin?” Saya jawab, “Anak saya yang pecahin. Dia memang agak bersandar dan kacanya geser terus, dan tau-tau kejeduk ke dinding dan pecah. Kalau saya perlu ganti, berapa yang harus saya bayar?” Mbaknya langsung sibuk nelpon pemilih coffeeshopnya. Dia juga wajahnya cemas dan lega campur aduk sepertinya. Cemas kaca pecah, lega karena yang mecahin customernya ga kabur.

Setelah pemiliknya tahu, si mbak penjaga bilang sambil merasa ga enak hati: “Maaf, kalau bayar 500 baht gimana? jadi kita setengah-setengah bayarnya, karena kacanya perlu dipesan dulu untuk ukuran ini”. Mungkin dia ga enak hati karena takut saya menolak bayar, karena 500 baht itu cukup mahal. Saya ga tahu harga kaca meja, sebenernya bisa saja saya googling dulu nyari tahu harga, tapi saya pikir ya sudahlah, memang salah kami juga udah tahu mejanya bergeser mulu kacanya tapi masih duduk disitu juga, padahal banyak meja lain yang kosong. Saya bilang: “Ok mbak, ini 500 bahtnya, saya juga minta maaf anak saya pecahkan kaca mejanya”. Setelah itu saya keluar. Tadi supaya ga rusuh waktu ngasih tau mbaknya, anak-anak dan bapaknya udah duluan saya suruh keluar dari toko, dan mereka saya suruh duluan ke mobil waktu tau mbaknya masih harus laporan dulu ke pemilik coffee shop.

Waktu saya jalan keluar, baru aja mau sampai ke mobil, eh tau-tau si mbak manggil-manggil dari pintu keluar satunya lagi. Saya pikir, apa 500 baht kurang ya? Tapi ternyata saya salah. Mbaknya bilang: “Ternyata ada kaca cadangan untuk meja ukuran itu, jadi duitnya saya kembalikan saja”. Wah, saya jadi speechleess. Padahal bisa saja mbaknya mengantongi duit 500 bahtnya kan, eh dia baik hati malah berusaha mengejar saya. Setelah saya menerima duit saya kembali, saya meminta maaf sekali lagi karena anak saya mecahin kaca meja dan berterimakasih karena saya ga harus ganti kaca yang pecah.

Bertahun-tahun tinggal di Chiang Mai, saya semakin kagum dengan kebaikan dan kejujuran orang-orang di sini. Pegawai di coffee shop yang kemungkinan gajinya ga seberapa, pastilah kalau dapat 500 baht itu bisa buat makan beberapa hari. Tapi dia memilih untuk mengembalikan ke customer, karena kemungkinan itulah yang diperintahkan sama si pemilik toko. Pemilik tokonya juga ga merasa rugi memakai kaca cadangan, padahal kan bisa saja dia bilang oke sekarang pake kaca cadangan, nanti duit yang 500 baht dipakai untuk menyiapkan cadangan berikut siapa tahu pecah lagi tapi ga ketahuan siapa yang mecahin.

Pelajaran hari ini juga kami pakai ke Jonathan untuk mengajarkan kalau kita salah harus mau mengakuinya. Kita perlu minta maaf dan bertanya bagaimana memperbaiki kesalahan kita itu. Kadang mungkin kita harus bayar, tapi bisa jadi setelah kita akui kita ga harus bayar. Jadi ingat dengan lagu Daniel Tiger’s Neighborhood. “Saying I’m sorry is the first step, then how can I help?“.

Happy Birthday Jonathan

Hari ini, Jonathan berulang tahun ke-8 tahun. Berbeda dengan tahun sebelumnya, tahun ini Jonathan ulang tahunnya ga dirayakan. Katanya dia mau minta dibeliin hadiah aja buat dia. Tadinya dia minta diajak jalan-jalan ke Singapura (karena tahun lalu saya dan papanya gantian ke Singapura tanpa anak-anak), tapi karena bulan September lalu udah ke HongKong dan ada rencana akhir tahun pulang ke Indonesia, kami kasih pengertian kalau libur papanya dan dananya terbatas buat travel. Jonathan dari kecil bisa dikasih pengertian, jadi dia ga akan nangis atau tantrum kalau maunya ga dikasih.

Karena saya ga ahli masak kue dengan hiasan, tadi pagi saya cuma masak oatmeal banana muffin sekalian ngabisin stok pisang di rumah. Kami pasang lilin dulu di atas muffinnya trus nyanyi happy birthday dan udah deh Jonathan tiup lilin. Sebelum tiup lilin, saya tanya dulu, mau pake berapa lilin. Dia malah nanya mau pake lilin binary atau yang biasa. Terus dia sibuk mikir-mikir kalau binary berapa lilin dipakai dan berapa lilin dinyalakan. 

Waktu ulang tahun eyangnya beberapa bulan lalu, kebetulan eyang lagi di Chiang Mai, nah di situ Jonathan juga yang semangat sekali pakai lilin ulang tahun hitungan binary. Dia selalu suka menghitung yang ga biasa. apalagi kalau dia tau hitungan-hitungan itu ada relasinya nantinya dengan pelajaran komputer. 

Dimasakin oatmeal banana muffin begitu aja Jonathan udah happy banget, dia bilang: ini salah satu makanan favoritku, yum. Hahaha gampang banget ya menyenangkan hati Jonathan. Lumayan ga usah beli kue ulang tahun :D. Lilin yang dipake aja sisa beli lilin waktu ulang tahun Joshua bulan Juni lalu hehehe.

Sesuai permintaan Jonathan, kalau ada yang berulang tahun di rumah, kegiatan homeschooling kami liburkan. Dia ga harus mengerjakan pekerjaan sekolahnya. Kami juga yang biasanya makan siang di rumah, hari ini makan siang di luar sesuai dengan apa yang anak-anak mau. Bagian makan siang di luar sih request mamanya, biar libur masak hahaha. Seperti tahun sebelumnya, hari ini kami makan di pancake house.

Sore ini, katanya dia minta dimasakin nasi telur dan bacon, tapi berhubung stok bacon habis, rencananya akan ke makro dulu untuk belanja sekalian belanja bulanan.

Jadi hadiahnya apa nih buat Jonathan?  Karena hadiahnya belum sampai, jadi belum bisa diceritakan. Kemarin agak telat mesannya, harapan sampai hari ini tapi ternyata estimasi deliverednya hari Senin. Tapi dasar anak baik, dia ga dikasih hadiah ya ga nanya juga atau nagih hadiah. Dia taunya hari ini ulang tahun ga dirayakan, tapi udah tiup lilin dan udah dapat makan siang dan nanti menu makan malam sesuai maunya dia hahaha.

Senang rasanya punya anak yang ga banyak maunya. Nanti kalau hadiahnya datang hari Senin, pasti dia kegirangan deh, soalnya udah ga berharap dapat hadiah dia. Semoga tapi tahun-tahun berikutnya ga jadi ngarap hadiah melulu.