Kenapa kami memilih homeschooling

Sebagian orang sudah memiliki pengalaman homeschool (atau mereka sendiri adalah hasil didikan homeschool) sehingga sudah sangat yakin untuk memulai homeschool, dan bahkan tidak mencoba sama sekali sekolah konvensional. Kami bukan orang yang seperti itu. Dari dulu kami tertarik dengan homeschool tapi belum yakin. Waktu Jonathan masih sekitar 3 tahun, Risna sempat bergabung dengan group homeschool dan belajar banyak tentang homeschool. Tapi kemudian kami memasukkan Jonathan ke sekolah, dan sepertinya Jonathan suka di sekolah.

Di masa level taman kanak-kanak, sekolah cukup menyenangkan bagi Jonathan, tapi ketika mulai masuk SD, sudah terasa menjadi beban, dan semakin bertambah ketika naik kelas 2. Jonathan tidak memiliki kesulitan untuk masalah membaca, menulis dan matematika tapi masalah dengan kegiatan sekolah yang terlalu lama. Di Thailand sini, semua sekolah yang kami tahu merupakan sekolah full day, mulai dari jam 8.30 pagi (bahkan ada yang lebih pagi) sampai sore (15.00, dan beberapa sekolah bahkan lebih lagi). Lanjutkan membaca “Kenapa kami memilih homeschooling”

Screen vs No Screen

Kami nggak punya nanny/mbak yang bisa dititipi jaga anak2, jadi memang selama ini supaya “aman tentram” masak atau pas lagi ngajarin Jonathan, saya kadang kasih lagu-lagu nursery rhymes atau tontonan edukasi di TV buat Joshua. Terkadang kasih iPad atau handphone pas di luar rumah supaya ga berisik. Tapi kadang pas saya udah lowong, saya jadi malas dan biarin saja Joshua nonton TV/main gadget.

Jonathan juga kadang jadi ikutan nonton lagu buat Joshua. Kadang bangun tidur sore, saya pasang film buat Jonathan yang ikut ditonton Joshua, dan walaupun tau kebanyakan screen time ga baik buat anak-anak, tetep aja saya cari alasan pembenaran untuk kemalasan saya. Sampai pada satu titik, saya dan Joe akhirnya sepakat untuk stop gadget/screen time dan mengalahkan sejuta alasan kami mulai dari: ah mereka kan belajar dari YouTube, biar anteng, lagi cape buat ajak main yang sebenernya kami malas dan mau main gadget juga.

Memang sih Joshua banyak belajar dari tontonannya, belum 3 tahun dia sudah bisa mengenali (dan menulis) huruf A sampe Z, hitung 1 sampai 100 dan juga mengingat beberapa fakta penjumlahan dan perkalian. Tapi efek buruknya juga ada, dia jadi seperti terobsesi belajar mulu dan kurang mau diajak obrolan sehari-hari.

Sudah sebulan ini kami stop mengijinkan anak-anak main gadget/screen time. Awalnya sempat ragu-ragu dan ga yakin bakalan bisa, karena memang memberikan gadget ini membuat kami semakin malas untuk berinteraksi dengan anak dan pastinya kami sendiri semakin punya alasan buat berlama-lama di depan gadget kami.

Kami mulai menghentikan pemberian gadget termasuk tontonan YouTube walaupun isinya materi edukasi di suatu weekend. Sepert biasa kami ajak anak-anak ke park dan playground. Pulang ke rumah biasanya kami beri gadget supaya tenang, tapi mulai saat itu kami ajak main dengan mainan yang ada dan memilih membiarkan anak-anak berantakan.

Joshua membaca sight words

Minggu pertama, Jonathan berusaha menawar dan masih berusaha mencari kesempatan untuk dapat kesempatan main game. Kami tetep gak kasih karena kalau kami mulai kasih lagi, pasti akhirnya kembali lagi main game mulu. Terkadang Jonathan akan mengeluh bosan. Saya bilang kalau bosan ya tidur aja, atau baca buku, atau mewarnai, atau bikin game sendiri. Gak mudah memang berhenti main gadget, mungkin ga fair buat anak-anak, karena mereka ga boleh main gadget tapi kami tetap main hp di depan mereka. Tapi tentunya supaya anak-anak ga rebut gadget, di masa awal kami juga ga make gadget di depan mereka dan lebih banyak bermain sama mereka. Secara ga langsung kami juga berkurang sih main gadget karena harus mengajak mereka main, terutama Joshua. Kami memutuskan stop total screen time, Jonathan juga ga dikasih supaya Joshua ga ikutan minta.

Efek yang paling terasa sejak anak-anak gak main gadget adalah mereka jadi mencari buku. Dari dulu saya berusaha mencari akal gimana supaya Jonathan suka membaca dan Joshua mau duduk tenang kalau dibacain buku. Saya sudah coba bikin rutin membacakan buku untuk mereka sebelum tidur, tapi ya mereka kayak ga tertarik dan lebih tertarik melihat gadget. Kalau ga ada gadget akhirnya mereka ga punya pilihan lain dan mereka mendengarkan buku yang saya bacakan. Jonathan bahkan mulai mencari buku sendiri untuk dibaca, dan mereka gak pernah berusaha rebut handphone kami setelah seminggu berhenti main gadget dan nonton TV. Joshua sekarang malah berusaha mengeja semua kata yang dia kenali dan berusaha baca. Kalau di luar rumah, dia suka main membentuk huruf dan angka dari pensil, tusuk gigi ataupun sumpit.

Jonathan kami suruh membaca chapter book yang ada di rumah. Awalnya dia bilang suka dengan jalan ceritanya satu buku, tapi belakangan saya lihat dia baca juga buku lain yang tadinya dia bilang gak suka. Setelah Jona selesai baca 2 chapter book yang berupa kumpulan cerita singkat, Joe coba kasih Jonathan baca buku serial micro adventure di Kindle. Eh ternyata Jonathan sangat tertarik dan semangat sekali membacanya dan menyelesaikan baca dalam waktu sehari. Dia juga bersemangat untuk mencoba mengetik listing program BASIC yang menjadi bagian dari cerita. Buku ke -2 kami print karena saya pikir supaya ga kembali ke kebiasaan pegang gadget karena kindle itu serasa tablet. Buku ke-2 dibaca Jona dalam waktu beberapa jam saja. Akhirnya kami ijinkan baca buku ke 3 di Kindle lagi karena lumayan banyak juga kalau harus di print, dan dia bisa selesai juga dalam waktu singkat.

Melihat semangat Jonathan membaca buku, saya jadi pengen ikutan baca buku yang dia baca. Ternyata, membaca buku di handphone dengan aplikasi Kindle itu terlalu banyak yang bikin terpecah konsentrasi. Sebentar – sebentar ada pop-up notifikasi yang akhirnya jadi godaan buat baca pesan di WhatsApp ataupun buka Facebook. Saya perlu membaca di kindle tablet atau sekalian buku fisiknya.

Akhir pekan kemarin, kami berburu buku ke toko buku bekas di Chiang Mai, sayangnya ga banyak buku cerita yang cocok untuk umur Jonathan di toko buku yang ada. Tapi dari 2 buku yang kami beli, Jonathan menyelesaikannya dalam hitungan jam, dia sekarang juga membaca ulang buku yang sudah dia selesaikan itu karena kami belum beli buku lagi. Saya juga jadi ikutan coba baca buku yang Jonathan baca, dan disitu saya menyadari memang baca buku fisik jauh lebih bisa fokus dan dinikmati daripada baca e-book.

Kalau sudah begini, rasanya harus mulai mencari membership perpustakaan yang ada koleksi bahasa Inggrisnya di kota ini. Biasanya membeli buku berbahasa Inggris ya dari group jual beli saja. Dulu sempat ada toko buku bekas yang koleksinya banyak banget, sayangnya sudah beberapa bulan ini toko bukunya tutup karena pemiliknya sedang ke Amerika dan belum tahu kapan kembali.

Saya bukan tergolong orang yang suka membaca buku, saya lebih sering berlama-lama di depan handphone membaca timeline media sosial ataupun artikel-artikel yang seliweran di timeline saya. Tapi melihat Jonathan sedang semangat membaca, saya jadi pingin punya semangat yang sama dan berharap dia bisa tetap memelihara semangat bacanya. Mungkin sudah waktunya saya juga dilarang pake gadget ya hahaha. Tapi kalau saya dilarang pake handphone, saya makin ga punya waktu dong buat nulis blog begini. Alasan selalu ada ya supaya ga lepas dari gadget hahaha.

Sekarang ini Jonathan kami ijinkan main komputer untuk belajar mrogram atau mengetik dan menonton YouTube bersama Joe sebagai sarana belajar di saat Joshua tidur/Joshua main dengan saya. Kami masih berpendapat screen time ga selalu jelek, yang jelek itu kalau orangtua jadi malas dan ga mengarahkan dengan benar.

Untuk bisa membatasi screen time pada anak, perlu kesepakatan orangtua dan kesediaan orangtua untuk mengalahkan rasa capek dan mau bermain dengan anak. Efek dari less screen time ini sejauh ini lebih banyak postitifnya, bahkan untuk kami sendiri rasanya kami cukup senang melihat anak-anak tertawa ceria dan gak melulu cari gadget. Kalau dulu Joshua akan insist nyalain TV minta dikasih tontonan, sekarang ini dia gak pernah lagi nyalain TV ataupun nangis merengek minta diambilkan gadget. Setidaknya sampai Joshua mau berkomunikasi yang ga melulu angka dan huruf, Joshua masih di stop screen timenya. Mungkin kalau dia emang pengen bisa baca, kami akan ajarin baca aja hehhee.

11 Tahun Menikah

Hari ini 11 tahun yang lalu, kami menikah setelah mengenal satu sama lain sekitar 3 tahun. Dan selama 14 tahun kami masih selalu menjadi pengguna aplikasi messenger. Mulai dari Yahoo Messenger, Agile messenger di handphone dengan OS Symbian, Google Talk /Google Hangout, BBM, dan sekarang pake Telegram. Dari jaman internet masih mahal dengan paket GPRS, sampai sekarang jaman 4G dengan harga relatif lebih murah.

Joshua belajar mengetik, berikutnya belajar pake app messenger

Kami gak pernah long distance relationship, waktu pacaran kami tinggal 1 kota (bahkan 1 kantor dan kuliah bareng), tapi kami sering chat sampe sekarang. Beberapa temen saya sampe terheran – heran ngapain sih masih chat, kenapa ga telpon saja langsung atau ya kan nanti bisa ngobrol di rumah. Alasannya sih karena ga semua yang kami bicarakan itu penting banget sampe perlu di telpon. Ya saya bersyukur punya pasangan yang mau mendengar semua cerita saya bahkan yang ga penting sekalipun. Kadang-kadang, jadi perempuan itu cuma pengen didengar, jadi misalnya saya baca berita yang aneh, reflek pertama bukan share di FB tapi share ke Joe. Lanjutkan membaca “11 Tahun Menikah”

Bulan Penuh Diskon

Bulan November merupakan bulan penuh diskon, karena ada 11/11 (singles day) dan ada banyak diskon dari berbagai situs di China, lalu diikuti dengan Black Friday dan Cyber Monday yang penuh dengan diskon global.

Dibandingkan tahun lalu, tidak terlalu banyak diskon yang diberikan oleh AliExpress, benda mahal yang saya beli  hanya Proxmark3 versi paling sederhana (tidak memiliki konektor batere) dengan harga 66 USD (termasuk ongkos kirim). Proxmark3 ini adalah tool untuk eksplorasi RFID/NFC.

Sebenarnya dalam banyak kasus berbagai penstest dan hacking NFC bisa dilakukan dengan reader sederhana yang harganya kurang dari 5 USD, tapi proxmark ini diperlukan untuk sniffing dan juga untuk mengakses berbagai kartu yang tidak standar.

Texas Instruments baru saja meluncurkan board MSP43  baru (Launchpad dengan FRAM), dengan harganya 9.9 USD belum termasuk ongkos kirim, tapi saat ini  diskon menjadi 4.30 USD (sudah termasuk ongkos kirim). Diskonnya masih ada sampai Desember 2017. Development board dari TI ini bisa dipakai juga memprogram chip MSP430 lain. Lanjutkan membaca “Bulan Penuh Diskon”

Kesibukan dan Oprekan Januari 2017

Bulan ini kesibukan saya lebih banyak jalan-jalan bersama keluarga dibanding ngoprek. Selain kunjungan ke PooPoopaper park yang sudah diposting sebelumnya, beberapa weekend ini dipenuhi kegiatan keluarga keluar. Selain berbagai acara yang disebutkan di sini ada juga pernikahan teman kantor (7 Januari), dan house warming party (30 Januari) yang tidak ditampilkan untuk privasi yang punya acara.

Hari Anak Nasional

Di Thailand hari anak nasional jatuh di Sabtu kedua bulan Januari (15 Januari tahun ini). Hari anak dirayakan dengan besar. Berbagai mall mengadakan acara, berbagai institusi (militer, rumah sakit, bank, dsb) juga membuat acara untuk anak-anak. Berbagai tiket tempat wisata digratiskan untuk anak-anak (orang tua tetap membayar tiket).

Tahun ini kami memilih pergi ke Air Force, karena kebetulan ada teman Jonathan (tetangga kami) yang mau pergi ke sana juga. Acaranya meriah, banyak penjual makanan dan mainan. Kami bisa berfoto dengan pesawat tempur, dan sebenarnya ada pertunjukannya juga tapi kami terlambat dan tidak menunggu yang berikutnya.

Obervatorium Doi Inthanon

Tanggal 21-22 Januari kami pergi ke Doi Inthanon karena ada open house Thai National Observatory. Teman kami yang bekerja di sana memberi tahu tentang open house ini dan kami pergi bareng-bareng teman-teman Indonesia. Sebelum ke sini kami mampir Small Farm.

Lanjutkan membaca “Kesibukan dan Oprekan Januari 2017”

10th Wedding Anniversary

Sudah sepuluh tahun kami menikah. Artinya lebih dari saya sudah menjalani lebih dari seperempat hidup saya bersama Risna. Dihitung dari sejak pacaran, sudah lebih dari sepertiga hidup saya mengenal Risna.

Melihat perjuangan berbagai pasangan lain, kami bisa bilang bahwa kami bahagia dan kami bersyukur berbagai tantangan yang kami hadapi tidak terlalu berat dan tidak terlalu ringan. Kami melihat ada pasangan yang mendapat restu dengan mudah, dan ada yang harus menunggu 10 tahun (kami harus menunggu, tapi hanya 3 tahun), ada yang bisa dengan mudah mendapatkan anak, sementara yang lain harus menunggu belasan tahun (kami hanya menunggu 3 tahun).

Waktu melihat berbagai peristiwa yang muncul di berita atau wall facebook, rasanya dunia ini semakin suram dengan banyaknya kebencian yang terlihat. Kami senang bisa saling membantu dalam berbagai hal dan bercerita mengenai segala macam hal, dan kami memiliki pandangan yang sama berbagai hal sehingga kami tidak ikut menambah panas suasana media sosial.

Banyak hal terjadi sejak tahun lalu. Jonathan sekarang sudah masuk grade 1, Joshua sekarang sudah bisa berjalan. Kami mengunjungi kampung halaman saya di Sukoharjo. Jonathan sekarang ikut Tae Kwon Do dan sudah sabuk kuning (sebagian kisah sudah dituliskan di blog ini).

Kami merasa cukup dengan dua anak yang kami miliki dan kami berharap bisa sukses dalam mendidik dan membesarkan anak-anak kami, mempersiapkan mereka untuk masa depan.

Selamat Natal 2016 dan cerita kesibukan akhir tahun

Kami sekeluarga mengucapkan Selamat Natal untuk teman-teman yang merayakan. Di sini Natal bukan hari libur, tapi kebetulan tahun ini jatuh di hari Minggu, jadi tidak perlu ijin kerja. Saat ini saya sedang libur (sejak 28 Desember) dan Jonathan juga sedang libur sekolah. Seperti biasa, sebelum liburan banyak pekerjaan yang harus dibereskan, sehingga waktu ngoprek berkurang.

Di Akhir tahun, Jonathan juga sibuk, dan berarti orang tuanya juga sibuk. Seperti tahun lalu, ada perayaan Natal di sekolah Jonathan dan saya ikut datang, sekaligus penutupan semester ini. Berikutnya Jonathan perform di Aerial silk dan Piano di Night Safari. Baru 3 hari liburan sekolah, sudah ada 4 teman Jonathan yang berulang tahun.

Sampai saat ini saya masih meneruskan RHME (saat ini peringkat 11, tapi mungkin akan berubah naik/turun). Saya belajar banyak sekali dari CTF ini, dan juga sudah menuliskan tentang reverse engineering termasuk juga topik AVR walau belum lengkap di situs saya. Hardware yang jarang saya pakai (logic analyzer dan Oscilloscope) jadi terpakai.

Lanjutkan membaca “Selamat Natal 2016 dan cerita kesibukan akhir tahun”