Selamat Natal 2016 dan cerita kesibukan akhir tahun

Kami sekeluarga mengucapkan Selamat Natal untuk teman-teman yang merayakan. Di sini Natal bukan hari libur, tapi kebetulan tahun ini jatuh di hari Minggu, jadi tidak perlu ijin kerja. Saat ini saya sedang libur (sejak 28 Desember) dan Jonathan juga sedang libur sekolah. Seperti biasa, sebelum liburan banyak pekerjaan yang harus dibereskan, sehingga waktu ngoprek berkurang.

Di Akhir tahun, Jonathan juga sibuk, dan berarti orang tuanya juga sibuk. Seperti tahun lalu, ada perayaan Natal di sekolah Jonathan dan saya ikut datang, sekaligus penutupan semester ini. Berikutnya Jonathan perform di Aerial silk dan Piano di Night Safari. Baru 3 hari liburan sekolah, sudah ada 4 teman Jonathan yang berulang tahun.

Sampai saat ini saya masih meneruskan RHME (saat ini peringkat 11, tapi mungkin akan berubah naik/turun). Saya belajar banyak sekali dari CTF ini, dan juga sudah menuliskan tentang reverse engineering termasuk juga topik AVR walau belum lengkap di situs saya. Hardware yang jarang saya pakai (logic analyzer dan Oscilloscope) jadi terpakai.

Lanjutkan membaca “Selamat Natal 2016 dan cerita kesibukan akhir tahun”

Cerita ringan dari Chiang Mai

Setelah baginda Raja Thailand Bhumibol Adulyadej wafat, suasana Thailand berduka. Di satu bulan pertama semua orang memakai baju berwarna hitam atau putih, dan pegawai yang memakai seragam warna lain akan memakai pita hitam sebagai tanda berduka. Meskipun demikian kehidupan cukup berjalan normal, hanya beberapa hal yang berubah, misalnya tempat hiburan malam tutup.

Menurut kabar yang kami dengar, berbagai perayaan akan dipertahankan namun keramaiannya dikurangi sehingga tidak ada penggunaan petasan (dan sejauh ini sepertinya kembang api juga tidak digunakan). Saat ini baru ada satu festival yang diselenggarakan di masa berkabung ini yaitu Loy Krathong.

Posting ini sekedar cerita dan update ringan, karena blog ini dari dulunya memang bukan blog teknis, tapi cerita keluarga kami dari sejak saya belum menikah dengan Risna sampai sekarang memiliki dua anak.

Secara umum saat ini kami merasa hidup ini santai. Kantor saya sangat dekat dari rumah, jadi kadang Jonathan dan Joshua pergi ke kantor untuk menjemput saya di sore hari.

img_2711

Kadang jika tidak kecapekan dari sekolah, Jonathan akan minta keliling kompleks rumah. Jonathan sangat senang jika kebetulan temannya sedang sepedaan juga.

img_2745

Tidak semua tugas/PR dari sekolah sifatnya membosankan. Misalnya pernah ada Time Travelling Teddy Bear. Tiap siswa akan diberikan teddy bear bergantian dan teddy bear itu diajak “berpetualang” ke berbagai tempat. Setelah itu foto petualangan mereka ditempelkan di buku yang diisi bersama.

Lanjutkan membaca “Cerita ringan dari Chiang Mai”

Jakarta dan Monas

Hari Sabtu, tanggal 25 Juni 2016 kami memutuskan untuk pergi keliling Jakarta plus ke monumen nasional alias monas. Sebelum ke monas, kami naik bus keliling jakarta (TransJakarta) yang gratis. Jonathan suka sekali

20160625_110804

Busnya cukup sepi di hari Sabtu, mungkin karena bulan puasa. Kami bisa leluasa memilih tempat duduk.

20160625_105917

Sebagai bagian dari berbagi rejeki, kami menggunakan jasa foto di Monas. Hasil fotonya lumayan

DSCF3182

Sekaligus tidak butuh bantuan orang untuk memfoto kami semua:

 

DSCF3183

Untuk menuju puncak monas, kami harus naik turun tangga banyak sekali. Ibu saya yang sudah lemah (diabetes) agak kesulitan untuk menghadapi semua tangga yang ada (ini sebelum naik ke puncak). Bahkan di toilet pun ada tangganya (dua tingkat), plus di toilet wanita sandal harus dilepas tapi tidak diberi sandal pengganti jadi naik tangganya licin karena agak basah (ini kata Risna).

20160625_124008

Setelah melihat-lihat sebentar, kami antri naik monas. Meski di bawah kelihatan sepi, ternyata antriannya panjang.

20160625_130503

Untungnya di situ ada Free WIFI

Screenshot_2016-06-25-13-02-38

 

Fast forward beberapa jam kemudian, kami naik lift. Kecepatan lift untuk sampai ke atas gedung kira-kira 1 menit, dan kembali lagi juga satu menit, plus waktu keluar masuk juga sekitar 1 menit. Kapasitas lift sekitar 10 orang. Jadi tiap kali 10 orang naik lift, sekitar 3-4 menit lagi liftnya baru akan kembali.

Begini padatnya dalam lift.

IMG_0265

Dan suasana di dalam puncak monas seperti ini. Ada jeruji di sekelilingnya, jadi akan sulit untuk loncat dari tempat ini.

20160625_143954

Pulangnya kami sudah kelaparan. Untung Shinta yang baik hati masih mau menunggu kami. Jonathan langsung nempel ke tante Shinta dan dengan senang hati disuapin

IMG_0289

Plus pulangnya diberi oleh-oleh buatan Shinta (yang hari itu juga kami habiskan)

IMG_0307

9th Wedding Anniversary

Sejak tahun lalu sampai sekarang, banyak hal yang kami alami dan syukuri. Setelah tahun sebelumnya mobil kami ditabrak, akhirnya kami sudah membeli mobil baru. Di saat Risna hamil, kami sempat pulang ke Indonesia, Eyang kakung dan putri sempat datang ke sini dua kali tahun lalu, Opung juga bisa datang menyambut kelahiran Joshua.

IMG_0029

Jonathan tumbuh dengan baik dan sehat, sekarang sudah masuk Foundation dan tahun ini rencananya akan masuk Grade 1. Kemampuan bahasa Thai Jonathan berkurang, dan bahasa Inggrisnya meningkat dengan baik. Dia juga semakin lucu secara verbal. Contohnya setelah melihat Doraemon episode di mana Suneo diculik, saya menjelaskan agar dia selalu berhati-hati ketika di mall atau tempat umum (dia mulai suka lari-lari sendiri), saya jelaskan juga kalau nanti kita bayar penculiknya nanti duit kita habis, Jonathan membalas “mungkin penculiknya punya kembalian? jadi duit kita gak abis”.

Joshua juga tumbuh dengan sangat cepat, bahkan sekarang beratnya sudah melebihi normal (11kg di usia 8 bulan), tapi karena dokter bilang tidak apa-apa, kami tidak merasa khawatir. Meski sering diganggu oleh Jonathan, Joshua sangat senang kalau diajak main oleh Jonathan.

Kami bersyukur atas segala berkat dan penyertaan Tuhan sepanjang hidup kami dan sepanjang pernikahan kami. Kami masih punya banyak rencana ke depan, kiranya kami masih diberi umur panjang dan bisa banyak berkarya.

20160124_142600-2

Sebulan Joshua

Sebulan pertama dengan newborn merupakan masa penyesuaian baik untuk saya dan juga baby. Walaupun Joshua anak ke-2 dan seharusnya saya sudah punya pengalaman ngurus Jonathan tapi ternyata perjalanan ngurus anak pertama atau kedua masing-masing punya cerita sendiri. Sebelum lupa ada baiknya saya tuliskan proses kelahiran Joshua sampai sebulan hari ini. Puji Tuhan mama saya bisa datang ke Chiangmai untuk support saya selama sebulan pertama ini.

Masa hamil
Kehamilan Joshua ini hampir sama dengan masa hamil Jonathan, bahkan tanpa saya sadari berat badan pas awal hamil juga sama persis dengan pas hamil Jonathan. Total kenaikan berat badan juga hampir sama malah cenderung lebih lambat naiknya di 6 bulan pertama, 3 bulan terakhir naik lebih banyak sehingga akhirnya total kenaikan sama juga dengan kehamilan pertama yaitu sekitar 15 kg.

Trimester pertama berjalan mulus tanpa ngidam atau mual muntah kecuali pagi pas sikat gigi beberapa kali jadi muntah kalau terburu-buru untuk persiapan berangkat antar jonathan ke sekolah. Kalau kehamilan pertama saya ga nyetir sama sekali selama hamil, kehamilan kedua saya masih nyetir sampai seminggu sebelum melahirkan (minggu 38).

Secara umum kehamilan kali ini ga bisa terlalu manja juga soalnya mau ga mau ya tetap harus urus Jonathan, kerja (dapat kesempatan part-time lagi beberapa bulan sebelum hamil) dan sebulan terakhir sempat ambil kelas baca tulis Thai lagi. Bedanya di kehamilan Joshua, di Trimester terakhir tangan kiri mulai mengalami kesemutan yang masih terasa sampai sekarang sampai sebulan pasca melahirkan.

Selama masa kehamilan, Jonathan bertingkah manis menantikan adiknya. Dia mau membantu membuatkan susu untuk mamanya, dan ketika perut mamanya sudah semakin besar, dia sering kiss-kiss baby.

IMG_3138_resized
Lanjutkan membaca “Sebulan Joshua”

Satu Windu (Delapan Tahun) di Chiang Mai

Tulisan ini tulisan yang terlambat 1 bulan. Kami tiba pertamakali di Chiang Mai 2 Mei 2007 dan sekarang sudah bulan Juni tahun 2015. Tidak terpikir sebelumnya kami akan tinggal di negeri ini sampai selama ini. Waktu pertama kali tiba di sini, kami bertemu dengan pasangan bule yang pernah tinggal di Indonesia dan sudah 8 tahun di Chiang Mai, waktu itu mereka bilang: sepertinya kalian akan betah lama di Chiang Mai. Dalam hati saya berkata: ah masa sih bisa betah di negeri yang susah bahasanya ini. Dan ternyata, semakin tahun tinggal di sini memang kami semakin betah saja. Apalagi sejak semakin bisa berkomunikasi dalam bahasa Thai, dan semakin banyak orang Indonesia yang juga menetap di Chiang Mai (walau beberapa orang ga bertahan selama kami), rasanya betah-betah aja di sini.

Chiang Mai sekarang sudah banyak perubahan di banding 8 tahun yang lalu. Waktu kami baru datang hanya ada 1 mall besar (Airport Plaza) dan 1 mall (Kad Suan Kew) yang sudah agak tua. Sekarang ini ada 3 Mall lebih baru (Central Festival, Promenada, Maya) dari mall besar yang ada 8 tahun lalu. Di setiap sudut kota ini juga sedang banyak pembangunan gedung apartemen ataupun toko ataupun renovasi bangunan yang sudah agak lama. Jam-jam tertentu jalanan mulai agak macet, tapi karena sekarang kami menyewa rumah dekat dengan kantor dan jam berangkat sekolah dan jemput sekolah Jonathan agak beda dengan jam padat, kami tidak terlalu merasakan efek dari kemacetan jalan kecuali di hari libur.

Masalah sekolah anak sempat jadi topik yang tiap hari bikin pusing. Pusing karena ada banyak pilihan dan sedikit kuatir salah memutuskan pilihan. Awalnya terpikir untuk homeschool saja, lalu memikirkan untuk mengirim ke sekolah Thai, lalu sempat mempertimbangkan sekolah Bilingual, sampai akhirnya mengirimkan Jonathan ke sekolah Internasional yang berharga lokal dan model pengajaran seperti homeschool (lebih banyak bermain daripada belajar dan tidak ada pr untuk tingkat preschool).

Kami tetap ingin Jonathan bisa berbahasa Thai dan fasih membaca dan menulis bahasa Thai nantinya, tapi untuk saat ini bahasa Inggris lebih penting. Kami tidak ingin kalau keburu berlidah Thai bahasa Inggris jonathan jadi Thaiglish. Kesempatan untuk belajar bahasa Thai masih ada karena setiap weekend kami masih membawa Jonathan belajar piano dan aerial silk di mana guru dan teman-temannya berbahasa Thai dan sejauh ini Jonathan tidak mengalami kesulitan untuk mengerti instruksi yang diberikan gurunya.

Di kota ini ada banyak sekali pilihan untuk kegiatan anak dan keluarga. Harga tiket masuknya juga tidak mahal karena kami sekarang bisa mendapatkan harga thai dengan menunjukkan surat ijin mengemudi ataupun dengan berbahasa Thai. Pilihan ada mulai dari taman kota yang gratis, night safari dengan sistem keanggotaan 500 baht (200 ribu rupiah) untuk akses gratis selama 6 bulan, zoo lengkap dan dengan biaya ekstra bisa masuk aquarium, melihat panda, berfoto dengan koala dan memberi makan penguin, taman bunga internasional, botanical garden yang menyediakan lunch buffet dan mini petting zoo seharga 199 baht (80 ribu rupiah). dan beberapa tempat menggratiskan biaya masuk untuk anak di bawah tinggi tertentu (sejauh ini Jonathan selalu gratis masuk tempat rekreasi). Pilihan untuk aktivitas sepulang sekolah ataupun di hari weekend juga ada banyak (seperti belajar piano, aerial silk, berenang, ruang bermain yang bayar perjam). Kadang-kadang sangkin banyaknya pilihan, rasanya capek juga nganter Jonathan kalau lagi ada maunya main-main keluar hehehehe.

Setelah 8 tahun tinggal di sini kami semakin terbiasa untuk tidak mencari makanan khas Indonesia (walaupun sebenarnya makanan Thai cukup dekat dengan makanan Indonesia). Tapi sesekali karena semakin banyak orang Indonesia di Chiang mai, kami masih bisa merasakan suasana dan makanan khas nusantara kalau lagi ada kumpul-kumpul warga Indonesia. Cukuplah untuk mengobati kangen kuliner Indonesia. Kalau dulu untuk makan tempe harus bener-bener bikin sendiri, sekarang kalau gak sempat bikin sudah ada pilihan untuk beli tempe beku (walaupun pastinya jadi lebih mahal daripada bikin sendiri).

Ada beberapa hal yang tidak kami temukan di sini yang mulai digemari Jonathan, misalnya meses Ceres. Sudah lama saya tidak kecarian ama meises Ceres, tapi sejak Jonathan tahu rasa meses Ceres, dia jadi suka nyariin dan akhirnya kalau mudik atau ada yang datang kami perlu nitip meses Ceres lagi. Selain itu sejak dia suka minum teh bikinan eyang, kami juga perlu menyimpan stock bubuk teh dari Indonesia (padahal orang Indonesia malah nyari teh ala thai hehehe). Tapi secara umum kami sudah tidak terlalu kecarian kalaupun misalnya stock Ceres ataupun teh habis.

Perbedaan paling signifikan setelah 8 tahun di Chiang Mai adalah, datang ke sini cuma berdua dengan 2 koper isi baju doang, tapi sekarang udah ada Jonathan dan sebentar lagi (beberapa hari lagi tepatnya) kami akan menyambut kelahiran adik Jonathan. Dengan adanya Jonathan (dan adiknya nanti) pindah rumah bukan hal mudah lagi bagi kami (apalagi kalau harus pindah negara), mudik ke Indonesia juga akan semakin terasa ongkosnya hehehe. Kalau ditanya mau selamanya di Chiang Mai? ya kami sih bakal jawab: tergantung Tuhan saja, tapi sejauh ini kami menyukai kota ini dan kota ini cocok untuk kami yang tidak terlalu tahan dengan kemacetan kota besar yang perlu berjam-jam untuk menempuh ke satu lokasi seperti Jakarta ataupun Medan. Tapi kalau Tuhan kasih kesempatan menjelajah ke kota lain, kami berharap kota itu lebih baik lagi dari Chiang mai.