Kuala Lumpur (lagi)

PutrajayaCeritanya panjang…, perjalanannya juga panjang. Cuma mo posting pendek aja. Saat ini lagi di KL (lagi). Kali ini ga cuma transit di airport doang, tapi singgah sini dan situ. Besok udah mo berangkat lagi ke SG. Emang rencananya short visit doang, buat merencanakan perjalanan berikutnya :). Sepertinya kota ini menyenangkan, nggak semacet bangkok, dan banyak tempat hiburannya.

Capek mode on nih. Lumayanlah 2 hari tapi udah bisa liat KLCC dengan menara petronasnya dan Petrosainsnya, udah bisa lihat Putra Jaya, capek main di Theme Park Sunway Lagoon, udah merasakan makanan nasi lemak khas malaysia, udah cape deeh.. Cerita versi panjangnya ntar aja ah setelah balik ke Chiang Mai. Thanks to Iya yang udah cape nemenin dan ngusulin tempat yang bisa dilihat dalam waktu singkat :).

Elephant in the City

gajahBeberapa hari yang lalu, sepulang dari makan malam di dekat rumah, kami melihat gajah melenggang di jalan. Ada yang aneh dengan gajah ini, setiap berapa menit sekali dia akan diarahkan ke pinggir jalan, seolah-olah dia mau ikutan mesen makanan. Gue heran apa yang dilakukan gajah ditengah kota, cuma seekor lagi (sama pawangnya sih). Tempat kami rasaya cukup jauh dari Elephant Camp. Jangan-jangan gajahnya lagi olahraga ya makanya diajak jalan jauh? Ga ngerti juga sih karena bukan baru sekali ini kami melihat Gajah di dekat rumah kami.

Joe iseng merekam gajah ditengah kota ini. Joe berhasil melewati gajahnya dan kembali lagi untuk menjemput gue. Gue takut ngelomba gajahnya, soalnya duluuu sepupu gue pernah dicium kuda secara tiba-tiba, kalau di cium gajah kan lebih ga lucu lagi :P. Lagipula gajah ini bau. Jalan lama di belakang gajah terasa baunya, jadi inget baunya Elephant Camp :P, jadi ga tertarik sama sekali naik gajah.

Karena di blog ini masih belum bisa upload video dengan baik, untuk yang ingin melihat videonya bisa lihat di multiply gue yah.

Kembali ke Chiang Mai

Selamat Hari Natal dan Tahun Baru

Setelah melakukan perjalanan dari Chiang Mai ke Bandung, ke Depok, ke Solo, ke Depok lagi, lalu ke Medan, lalu ke daerah danau Toba, akhirnya hari ini kami akan kembali ke Chiang Mai. Semoga perjalanannya lancar.

Lumayan juga di Bandara Polonia Medan ini ada hotspot Telkomnya.

Indonesia Memang Lebih Indah

Setelah 2 hari berada di Bandung, akhirnya sudah nyampe Depok lagi.

Di Bandung tidak sempat bertemu 1 orang temanpun sama sekali :(, ternyata emang lebih mudah ketemu teman-teman di internet daripada ketemu antara Kopo-Antapani-Buahbatu-Cimahi. Ya… tapi setidaknya misi di Bandung kesampaian untuk ngubek-ngubek BEC,berhasil menemukan 2 gadget menarik dan bersantai di Jhony Andrean.Nonton film belum kesampaian, tapi masih bisa di Depok lah ntar, gampang.

Misi berikutnya di Bandung yang kesampaian adalah mengeksplor daerah wisata di sekitar Jawa Barat. Sekian lama tinggal di Bandung ga sempat jalan-jalan ke sekitar Bandung, setelah tinggal jauh dari Bandung disempet-sempetin ke tempat wisata yang menurut gue sih Indonesia emang jauh lebih indah dibanding negara lain di Asia, sayangnya, tempat wisatanya ga terlalu dikelola seperti di Chiang Mai. Tapi tetap saja, turis domestik banyak banget. Sayangnya acara jalan-jalan di ganggu gerimis hujan, huh. Oh ya, ternyata sate kelinci rasanya ga jauh beda dari sate ayam, tapi lebih enak dari sate kambing (kebetulan sate kambingnya keras euy).

Kunjungan singkat ke Bandung tapi cukup menyenangkan. Ga tau kapan lagi ke Bandung, tapi selalu ada alasan untuk mudik ke Bandung.

Belajar Bahasa Thai

Sejak awal bulan Juni, gue sudah memulai belajar bahasa Thai di YMCA Chiang Mai. Sekarang sudah bulan Oktober, artinya sudah 4 bulan belajar bahasa Thai dan sudah 5 bulan tinggal di Thailand. Salah satu pertanyaan yang paling sering muncul adalah : “gimana udah bisa ngomong bahasa Thai?” dan jawabnya adalah kalau yang diharapkan bisa seperti berbicara bahasa Indonesia, itu masih jauh, tapi kalau dalam taraf bisa memesan makanan dan mengerti kalau ditanya orang Thai sudah bisa. Target berikutnya adalah bisa menonton acara TV Thailand, dan mungkin juga film Thailand 🙂 (kemarin sih menonton sinetron Thai sudah bisa, abis intinya hampir tidak beda dengan sinetron Indonesia :P).

Rencana awal mau belajar di satu tempat sampai mahir lalu kemudian belajar baca tulis. Tapi kok ya perasaan belakangan ini ga maju-maju dan jalan di tempat. Semua disebabkan guru di tempat kursus ga bisa menjelaskan pertanyaan dengan bahasa Inggris yang baik (bahkan terkadang dia ga ngerti apa pertanyaan muridnya). Akhirnya banting setir pindah ke AUA Chiang Mai yang frekuensi belajarnya tiap hari dan bahasa Inggris gurunya lebih oke (dan gue semakin senang karena di AUA ada perpustakaan yang meminjamkan majalah dan buku-buku berbahasa Inggris, hal yang langka di Chiang Mai. Buku sih banyak, tapi kalau bisa meminjam kan jadi lebih hemat daripada beli).

Di tempat sebelumnya sebenarnya gue udah belajar selama 3×30 jam = 90 jam. Tetapi dengan pertimbangan untuk mendapatkan ilmu yang lebih lengkap, di tempat baru gue belajar lagi dari awal, dari jam ke-0. Hasilnya? tentu saja gue bisa mengikuti dengan mudah. Padahal dulu sempat takut untuk ikutan disitu karena konon kabarnya belajar di tempat ini memang belajar di kelas cuma 2 jam tapi prakteknya karena banyak PR dsb bisa-bisa jadi berjam-jam. Mungkin terlalu dini juga kalau gue bilang terlalu mudah, karena pada dasarnya gue baru mengikuti kelas sekitar 12 jam di kelas yang baru. (tapi memang dengan begini gue seperti mereview semua yang sudah gue ketahui sebelumnya sih, semoga bisa tetap mudah mengikutinya)

Karena gue merasa ini awal yang baru, dan karena gue sudah cukup mengerti apa yang diajarkan di kelas, timbullah ide untuk mendokumentasikan pelajaran di kelas dalam bentuk tulisan di blog. Ya..sekalian sebagai catatan buat gue dan juga berbagi buat siapa saja yang tertarik belajar bahasa Thai. Nah kalau tertarik untuk tau bagaimana sih bahasa Thai itu, atau sekedar mencari bacaan karena kurang kerjaan, silakan kunjungi www.risna.info . Sekarang sih isinya masih ga banyak, semoga saja saya tetap konsisten menulis setiap harinya yah :).

Warorot Market (Ta’ lat Warorot)

milih milih

Cerita ini masih lanjutan dari cerita Mae Sa Waterfall dan masih dalam rangka mengantar teman-teman dari Indonesia yang berkunjung ke Chiang Mai. Sebenarnya pasar ini seperti pasar biasa. Tapi tentunya lebih murah membeli oleh-oleh di pasar daripada di tempat wisata. Berhubung waktu mereka di Chiang Mai tinggal sedikit lagi dan belum tentu bisa jalan-jalan lagi, ya sudah kami ajak saja belanja di pasar Warorot. Lanjutkan membaca “Warorot Market (Ta’ lat Warorot)”

Mae Sa Waterfall (Naam Tok Mae Sa)

Sekitar 2 Minggu lalu, kami bertemu dengan 4 orang Indonesia yang datang ke Chiang Mai di gereja yaitu Pendeta Karia, Tuju, Lia dan Pendeta Essy. Mereka mengikuti Cultural Training yang diadakan oleh CTC di daerah Mae Rim. Kami tidak pernah ke daerah sana sebelumnya, tapi tentunya ini kesempatan untuk mempunyai alasan bepergian agak jauh dari rumah. Karena kami tidak mendapatkan alamat tempat trainingnya selain alamat PO BOX (dan tidak ada seorangpun yang bisa menjelaskan bagaimana cara menjemput teman-teman Indonesia itu), maka pada 1 minggu lalu (seminggu setelah kami bertemu), kami mengikuti mereka pulang ke daerah MaeRim (sekitar 17 km dari rumah kami).

maesa waterfallSingkat cerita, hari Sabtu kemarin kami berjanji untuk bertemu dengan mereka. Tadinya kami berencana mengajak mereka melihat Elephant Show di daerah Mae Sa, tetapi ternyata CTC sudah berencana mengajak mereka ke sana hari sabtu pagi. Karena kami terlambat bangun (well, jangan harap bangun pagi di hari sabtu hehe), kami akhirnya menyusul ke Mae Sa Elephant Camp (Sekitar 30 km dari rumah). Ceritanya, untuk memperlancar menyetir (dengan perkiraan trafficnya tidak terlalu padat), gue yang menyetir ke sana. Well..walau masih deg degan di beberapa tikungan (terutama karena jalannya yang menanjak dengan belokan yang cukup tajam), akhirnya kami sampe juga dengan selamat ke sana. Kesan tentang elephant camp? bau perkampungan di Indonesia yang banyak sapi. Ya..bau kotoran gajah hehehe… :p Lanjutkan membaca “Mae Sa Waterfall (Naam Tok Mae Sa)”