Sebulan jadi Istri

Sudah sebulan ga hidup sendiri lagi. Sudah cukup lama ga posting panjang (mungkin posting ini pun ga akan panjang). Perasaan waktu sebulan ini berlalu dengan cepat, tapi ternyata dalam sebulan ini banyak tempat dijalani, banyak urusan yang bikin sibuk, dan baru beberapa minggu mulai memasak :P. Sebenernya pengen menulis banyak hal, persiapan menikah ala batak, kejar-kejaran dengan airasia, perjalanan ke bali, dsb dst. Tapi… bukan karena saya sangat sibuk, tapi terkadang sulit menemukan waktu yang tepat untuk menuliskan kalimat yang tepat (bahkan menuliskan posting ini juga masih rada sulit).

Anyway, hal-hal di atas akan dituliskan kemudian, sekarang ini saya sedang belajar memasak. Lebih 10 tahun jadi anak kost saya tidak pernah tergerak untuk memasak setiap hari, tetapi sekarang setelah jadi istri, memasak itu bukan karena kewajiban sebagai istri, tapi lebih sebagai upaya menghemat pengeluaran 😛 (pola pikir mulai pelit deh). Nah sebagai pemalas yang baru belajar masak, saya mencoba untuk lebih rajin memasak dengan menuliskan resep-resep untuk pemalas (seperti saya). Berhubung domain saya yang lain belum diisi, ya kenapa tidak dimanfaatkan saja untuk memisahkan hal-hal berbau dapur dari blog ini.

Ah ya, setelah sebulan jadi Istri Joe dan hampir 12 tahun menjadi anak kost di Bandung, akhirnya…saya punya Kartu Tanda Penduduk Bandung, bukan KTP Musiman, bukan pula KTP Sementara. Tapi sepertinya saya sudah tidak terlalu membutuhkannya sih (dulu sih butuh buat buka rekening BCA, sekarang mah rekening BCA mau ditutup aja, ga ada yang ngisi sih :P).

Executive Lounge Citibank Ngurah Rai Bali

Liburan sudah selesai, sudah harus pulang ke Bandung. Setelah menikmati panasnya udara Bali hampir seminggu, berkeliling ke tempat-tempat wisata 2,5 hari dan sempat pake acara demam tinggi segala, akhirnya kami akan kembali ke Bandung.

Menunggu pesawat ke Bandung, perut lapar. Ah..mari kita coba executive lounge lagi. Seperti sebelumnya, tinggal bayar untuk 1 orang, lumayan daripada beli Mc D dan masih terkena panas. Harga Executive Lounge Bali 50.000 rupiah, masih lebih murah daripada di Polonia Medan (75.000 rupiah). Tapi ternyata…makanannya lebih sedikit 😛 terus…hotspotnya pake IM2, masih harus beli voucher lagi (mending juga pake 3G nya xl daripada bayar lagi).

Acara TV nya sepertinya di sini hanya ada siaran lokal (ga tau kalau di terminal luarnegerinya yah). Umm…sepertinya sekilas infonya sudah kepanjangan. Cerita liburannya, kalau sempet akan dituliskan kemudian, minimal foto-foto akan diuploadlah ke album.

Sekalian …

Hmm, susah mau bikin judul posting. Mau nulis: “Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui”, tapi ke bali nggak pake kapal, apalagi merengkuh dayung. Mau nulis “Sekali ke Bali, dua tiga pulau terlampaui”, tapi setahuku ke Bali nggak lewatin pulau apapun 🙂 Intinya sih di Bali ini kami sekalian melakukan banyak hal.

Yah di Bali, kami mengikuti Asia OSS, sekalian “Bulan Madu” dengan (sebagian) biaya oleh panitia OSS, sekalian dapet kenalan sama orang Thailand buat persiapan ke Chiang Mai.

Ngalong bersama Codefest AOSSS ke-8

Teringat pada masalalu, mengerjakan tugas kuliah, mengerjakan tugas akhir, mengerjakan tesis, belajar untuk ujian karena sistem SKS yang dianut (iya maksudnya sistem kebut semalam). Masa-masa di mana stamina masih sangat oke untuk terbangun selama 24 jam (bahkan pernah bangun 48 jam menyelesaikan tugas besar dengan adrenalin yang membuat tetap terjaga).

Lepas dari bangku kuliah, pernah juga terjaga sepanjang malam karena mengerjakan pekerjaan kantor. Sering juga terjaga di rumah memandangi layar monitor sambil ngobrol dengan orang-orang yang masih terjaga di saat seharusnya beristirahat.

Teringat lagi masa di mana masih muda dan kurang pertimbangan dalam menghabiskan uang. Berjam-jam online
tak jelas arah dan tujuan, untuk kesenangan yang dibayar dengan jerih lelah sebulan :P.

Kali ini situasinya berbeda. Bukan mengerjakan tugas kuliah, bukan juga pekerjaan kantor. Bukan untuk hobby yang bodoh, tetapi untuk mengerjakan sesuatu yang mungkin saja berupa hal yang seharusnya dari dulu dikerjakan tapi selalu ditunda (karena satu dan lain hal). Situasi yang sengaja diciptakan untuk mengumpulkan orang-orang yang peduli dengan pengembangan open source di Indonesia. Situasi yang dihangatkan dengan beberapa komputer yang dinyalakan dengan mematikan AC biar ga kedinginan di ruang laboratorium kampus. Situasi yang dibentuk oleh semangat. Semangat untuk melakukan sesuatu untuk perangkat lunak Indonesia.

Beberapa jam sudah berlalu, masih ada yang tetap bersemangat, tapi beberapa sudah tertidur dibalik selimut hangatnya. Berbagai cara dilakukan untuk tetap semangat, mulai dari ngobrol, gosip, browsing dikit-dikit ataupun menganggu orang lain yang sedang bekerja, atau ngeblog seperti saya :D. Ada yang tetap terjaga, ada yang menyerah ditengah perjalanan.

Bagaimana dengan diriku? diriku terdampar disini. Tapi…demi menemani Joe yang jadi penanggung jawab acara ini, ya..aku akan mencoba untuk terjaga. Sudah lama sekali tak bergadang sejak menyelesaikan tesis. Sudah lama sekali hidup lebih teratur. Semoga aku kuat…mengingat acara ini menjadi sponsor bulan madu kami 😀

Bali…we’re coming…

Menikah dengan gadis batak

Ini sebagian dari pengalaman dari acara pernikahanku dengan Risna. Pertama: hal yang paling sulit adalah mengingat harus memanggil apa terhadap orang-orang. Ini tidak mudah, di batak ada banyak panggilan sopan (istilah bataknya ‘tutur’) untuk aneka relasi dalam keluarga (misalnya: tulang, natturang, inang, bapak tua, bapak anggi, lae, namboru, dst). Jika tidak ada Risna maka saya harus berpikir keras, dan meski ada risna, panggilan risna terhadap kerabatnya akan berbeda dengan panggilan saya (misalnya kalau risna memanggil Namboru, berarti saya harus memanggil inang, dan mungkin bisa jadi harus dengan sebutan inang tua). Kapan-kapan penjelasan mengenai tutur ini akan saya tuliskan dengan lebih lengkap.

Ini nasihat saya untuk yang ingin menikah dengan gadis batak. Siapkan RFID tag untuk setiap tamu, lalu kantongi reader RFID, yang terkoneksi ke PDA dan gunakan headset bluetooth untuk memberi tahu harus memanggil apa tamu itu. Memang agak rumit (Anda harus menulis sendiri program untuk PDA-nya, ditambah lagi harus ada data mengenai setiap tamu yang hadir), tapi akan mempermudah Anda untuk memanggil seseorang :).

pulang ke bdg (as husband and wife)

kalau orang biasanya ketinggalan bis/kereta, kami ketinggalan pesawat. sebenernya ga terlalu terlambat,tapi setelah 2 kali menunda perjalanan anggota keluarga Joe, kali ini mereka (air asia) ga memaafkan kami yg telat check in 5 menit. well, ya sutralah, ga masyalah.

kami beruntung, langsung dapat tiket lion air berangkat jam 15.10, ga jauh dari jadwal semula. tapi ternyata nasib tak berpihak pada kami. lion air ada yg rusak sehingga kami terkena imbasnya. jadwal mundur ke jam 5 sore. higs..

Joe tiba2 inget kalau aku punya citibank gold, ya sutra kami manfaatkan saja untuk masuk vip lounge bandara. tapi berhubung hanya bisa 1 orang 1 kartu dan ga punya kartu lain byr cash sajalah. dengan modal 75rb, kami bisa menunggu di tempat yg lebih nyaman dan banyak makanan maupun minuman. lumayan, joe jadi bisa sambil bekerja.

sayangnya, internetnya lagi ngerror 🙁 tapi gpplah, jatah dari xplor masih banyak.

anyway, telat airasia jadi pengalaman baru buat kami. lainkali, daripada merana di airport mungkin lebih baik byr lounge. anggap saja termasuk biaya perjalanan 😉