Vaksin dan Perusahaan Farmasi

Kadang saya membaca tulisan orang-orang yang menyatakan bahwa vaksin itu hanya untuk menguntungkan perusahan farmasi saja. Sebagai orang yang pro-vaksin. Saya ingin membagikan tulisan ini (sejak beberapa tahun yang lalu):

Why Are Pharmaceutical Companies Gradually Abandoning Vaccines?

Buat yang malas baca:

  1. Perusahaan farmasi banyak yang malas membuat vaksin.
  2. Keuntungan dari vaksin sangat rendah, hasilnya hanya beberapa perusahaan yang mau berbisnis vaksin.
    Penghasilan dari vaksin kurang dari 10% keuntungan perusahaan.
  3. Perusahan harus bekerja ekstra untuk membuat vaksin, keamanannya harus sangat tinggi (terutama vaksin untuk anak-anak), dan rawan dituntut jika ada masalah (meski belum tentu disebabkan oleh vaksin).
  4. Karena berbagai faktor tersebut, kelangkaan vaksin sering terjadi, karena mereka tidak memproduksi banyak.

Jika Anda mau meriset sendiri di web, WHO membeli banyak vaksin untuk diberikan gratis ke banyak anak-anak di negara tidak mampu. Jadi aneh sekali jika ada yang membuat teori konspirasi bahwa vaksin itu hanya menguntungkan perusahaan farmasi. Jika yang dikejar adalah keuntungan, maka mereka akan berhenti membuat vaksin, dan meneruskan riset di bidang lain (kanker, dsb).

Masalah-masalah lain dan teori konspirasi lain mengenai vaksin akan saya bahas di posting lain. Atau silakan baca wawancara ini dari antara news:

Tanya jawab kehalalan dan keamanan vaksin

Standard Ganda

Setelah menjadi orangtua saya banyak belajar. Salah satu hal yang paling nyata adalah kita sering menetapkan standard ganda dalam hidup ini mulai dari hal-hal yang sederhana sampai hal-hal yang ideal.

Contoh nyata yang terjadi pada saya yang masih harus saya ubahkan:

  • saya berharap Jonathan punya rutin yang teratur setiap harinya terutama jam tidur siang dan tidur malam padahal saya sendiri bukan orang yang bisa konsisten dengan rutin yang sama setiap harinya sebelum punya anak. Tapi sekarang saya belajar kalau saya mau Jonathan punya rutin yg teratur saya juga harus mendisiplinkan diri untuk hidup lebih teratur
  • Jonathan sering menuntut nonton video sambil makan (awalnya karena Jonathan susah makan saya putarkan video youtube), saya berharap Jonathan bisa duduk manis dan makan ga sambil menonton, padahal saya sendiri kadang menyuapi Jonthan sambil melakukan sesuatu (sambil makan, sambil melihat laptop dan sambil2 lainnya).
  • Saya berharap Jonathan bisa sabar kalau meminta sesuatu, padahal saya sendiri bukan orang yang sabar :(. Saya harus belajar lebih sabar untuk mengajarkan kesabaran pada Jonathan.

Ada banyak contoh-contoh lain yang saya temui dalam komunitas ibu-ibu yang saya ikuti, mereka sering tidak sadar kalau mereka menetapkan standar ganda untuk hal-hal berikut:

  • berharap anak tidak suka makanan instan/fast food padahal orangtuanya sendiri sehari-hari makananya ya instan dan fastfood
  • berharap anak tidak suka jajan padahal orangtuanya suka jajan
  • berharap anaknya tidak pilih-pilih makanan padahal orangtuanya sendiri sering pilih-pilih makan
  • berharap anaknya rajin membaca padahal orangtuanya lebih rajin nonton tv

Kita ga bisa pake standard ganda karena anak akan meniru kita (apalagi bayi yang setiap harinya berinteraksi dengan orangtuanya). Apa yang kita lakukan itu yang akan ditiru anak. Jadi dari sekarang saya dan Joe harus hati-hati kalau mau Jonathan jadi anak yang suka membaca misalnya kami juga harus mencontohkan sering membaca dari sekarang dan bukannya malah lebih sering menonton TV misalnya.

Untuk banyak hal kami ga terlalu strict, mungkin kami akan mengijinkan sesekali makan makanan instan, sesekali jajan , dan sesekali nonton TV asalkan ga selalu begitu (karena kami sendiri begitu). Yang sering saya perhatikan banyak orangtua berharap anaknya melakukan hal yang dia sendiri ga bisa ga melakukannya (misalnya melarang merokok padahal ortunya merokok). Banyak juga yang berharap anaknya menjadi anak yang berbudi bahasa baik padahal dirumah (atau di facebook misalnya) suka berkata-kata kasar.

Intinya menurut pengalaman saya yang belum banyak ini, dalam membesarkan anak kita ga bisa punya standar ganda, mungkin kita bisa berharap anak sekolahnya lebih tinggi dari kita atau nantinya lebih berhasil dalam kehidupan dibanding kita, tapi untuk banyak hal dasar anak itu seperti salinan dari kita orangtuanya yang nanti akan dibentuk lagi di lingkungan setelah dia besar dan punya kedewasaan dalam berpikir. Jadi penting buat kita menjadi contoh dalam segala aspek kehidupan bahkan hal terkecil sekalipun.

Kita harus menjadi contoh nyata buat anak kita, supaya dia ga bisa bilang: “ah mama dan papa aja ga begitu” *lap peluh*

Garam

Di posting ini saya akan bercerita singkat mengenai garam atau dalam bahasa inggrisnya: salt, sekedar meluruskan beberapa konsepsi yang salah mengenai garam, terutama untuk bayi. Garam (NaCL) adalah mineral yang penting bagi kehidupan dalam jumlah kecil, tapi berbahaya dan bahkan mematikan dalam jumlah besar. Garam bisa didapatkan dari tambang garam atau dari penguapan air laut.

Kesalahan pertama adalah mengenai yodium (iodine): sebagian orang menyangka garam laut ataupun garam hasil tambang memiliki kadar yodium yang tinggi, sehingga tidak perlu memakai garam yang diperkaya yodium. Salah kaprah ini bahkan sudah masuk salah satu group facebook mengenai makanan bayi yang jumlah anggotanya lebih dari 10 ribu orang (fakta salah ini masuk dalam salah satu dokumen group tersebut).

Bahkan ada yang bilang bahwa garam murni dari tambak garam memiliki yodium tinggi, dan hilang setelah diproses pabrik. Ini salah besar, justru di pabrik ditambahkan yodium karena di dalam garam murni (baik dari laut maupun dari tambang) tidak banyak terkandung yodium. Tidak benar juga kalo ada yodium sintetis, yodium adalah unsur kimia dasar (zat kimia yang tidak dapat dibagi lagi menjadi zat yang lebih kecil), jadi tidak ada yang namanya yodium sintetis. Untuk definisi apa itu unsur kimia sintetis, silakan baca entry wikipedia mengenai synthetic element. Sebagai catatan: yodium ditambahkan dalam bentuk senyawa kimia (tergantung produsen, yang dipakai adalah: potassium iodate, potassium iodide, sodium iodate, atau sodium iodide).

Yodium ini penting untuk menghindari gondok dan keterbelakangan mental. Sayang sekali kalau orang-orang mendapatkan informasi yang salah ini.

“According to WHO, in 2007, nearly 2 billion individuals had insufficient iodine intake, a third being of school age. … Thus iodine deficiency, as the single greatest preventable cause of mental retardation, is an important public-health problem.”

Sebagai informasi: sumber yodium selain garam beryodium adalah makanan laut (ikan laut, rumput laut, dsb). Kekurangan yodium banyak terjadi di tempat-tempat yang jauh dari laut. Di darat, tidak ada sumber yodium yang besar.

Berikutnya adalah mengenai ketakutan memberi garam untuk bayi. Sebagian ibu sangat takut memberikan garam untuk bayi, karena takut mengganggu kerja ginjal bayi. Memang benar bahwa garam dalam kadar yang banyak akan berbahaya bagi bayi, tapi dalam jumlah sedikit tidak apa-apa. Jika tidak perlu, jangan menambahkan garam, karena sudah ada garam dalam berbagai makanan dan minuman yang dimakan/minum oleh bayi (termasuk juga dalam ASI dan susu formula).

Sebenarnya ketakutan ini sudah benar, tapi ada yang menyarankan mengganti garam dengan keju. Sebagai informasi: rasa asin dari keju itu berasal dari garam. Jadi jika tujuannya mengurangi garam, jangan mengganti garam dengan keju. Tergantung dari jenisnya, kadar garam dalam keju biasanya tinggi. Justru jika memberikan keju (karena banyak kandungan gizi yang baik dalam keju), pilih keju yang memiliki kadar garam yang rendah (low sodium). Sebagai informasi, tidak semua garam yang dipakai di keju mengandung yodium, walaupun riset menunjukkan tidak ada perbedaan rasa antara keju dengan garam beryodium ataupun tidak

Jadi memberi keju sebagai pengganti garam itu adalah hal yang aneh karena: (1) tetap kena garam (2) garam yang diberikan belum tentu beryodium. Memberi keju sendiri tidak salah, tapi jika niatnya untuk menghindari garam, itu yang aneh.