Review Buku: The Manga Guide to Microprocessors

The Manga Guide to Microprocessor sebenarnya bukan buku baru (terbit Agustus 2017), tapi karena Jonathan baru menyelesaikan buku ini jadi akan saya review. Dulu saya mendapatkan ebook buku ini dari salah satu sale di HumbleBundle bersama dengan beberapa buku lain. Seri “The Manga Guide to” ini ada banyak semuanya menjelaskan suatu topik dengan style komik jepang (Manga).

Buku yang menjelaskan mengenai microprocessor ini seharusnya belum cocok untuk usia Jonathan tapi karena dia sudah saya ajari bilangan biner dan gerbang logika (lewat game) jadi buku ini sebagian besar bisa dimengerti.

Buku ini mengajarkan dari mulai topik dasar bilangan biner, gerbang logika, sirkuit latch (flip flop), dan sedikit mengenai CPLD dan FPGA. Topik diteruskan dengan arsitektur komputer secara umum (Register, RAM, interrupt dsb). Assembly juga dibahas tapi hanya sekilas saja, dan terakhir ada pembahasan mengenai microcontroller.

Awalnya saya memberi buku ini adalah karena Jonathan ingin membuat kalkulator di Minecraft. Di Minecraft kita bisa membuat redstone circuit, yaitu mekanisme yang memakai blok tertentu. Kita bisa membuat banyak hal, termasuk juga gerbang logika (AND, OR, NOT, dsb).

Lanjutkan membaca “Review Buku: The Manga Guide to Microprocessors”

Talk Nerdy to Me: The World in Facts, STATS, and Geeky Graphics

Jonathan agak mirip dengan saya waktu masih seusianya: suka belajar dan menghapalkan banyak fakta baru. Jadi ketika saya melihat ada buku Talk Nerdy to Me di Big Bad Wolf book sale, saya langsung terpikir untuk membelinya.

Sudah beberapa kali dia membaca secara random halaman-halaman di buku ini. Buku ini sekedar berisi fakta/infografis berbagai hal. Contohnya: mengenai gunung berapi, tenaga nuklir, ruang angkasa, bahkan soal agama-agama di dunia.

Lanjutkan membaca “Talk Nerdy to Me: The World in Facts, STATS, and Geeky Graphics”

Joshua dan Osmo

Osmo ini dulu dibeli sebagai hadiah ulang tahun Jonathan yang ke-6. Joe pernah menuliskan reviewnya di sini. Mainan Osmo ini mainan di iPad, tapi ada mainan fisiknya.

Sejak tahun lalu, Joshua sudah tertarik pingin ikutan mainan Osmo kalau melihat Jonathan main. Tapi karena dia belum bisa dibilangin untuk rapihkan setelah main, dan mainan ini banyak bagian kecil-kecilnya, saya jarang kasih Joshua main. Mainan Osmo ini sudah lama tidak dimainkan juga dengan Jonathan. Supaya tidak hilang begitu saja, mainan ini saya simpan agak jauh dan memang jadinya agak lupa.

Beberapa hari ini Joshua ingat lagi dengan Osmo, memang belakangan ini kami kasih kesempatan Joshua main iPad lagi. Awalnya dia tertarik dengan mainan Osmo Number. Joshua ini kalau main, seringnya gak mau diajarin, dia suka aja bikin cara main sendiri. Harusnya mainnya itu di depan ipadnya. Bisa untuk belajar penjumlahan ataupun perkalian. Tapi Joshua bikin sendiri mainannya dengan kepingan-kepingan Osmo Numbers. Misalnya bisa dilihat di gambar.

Sebelum sampai ke susunan seperti di gambar, dia menyusun mulai dari 1, lalu 1+1 = 2, dan seterusnya. Kadang-kadang saya heran, kok ya dia sabar banget ya mainan begini hahaha.

Lanjutkan membaca “Joshua dan Osmo”

Memrise: Aplikasi Buat Belajar Bahasa

Catatan: review ini saya tulis berdasarkan opini pribadi, dan saya tidak dibayar untuk menuliskan ini.

Saya menginstal Memrise sudah lama. Jonathan malah duluan makai Memrise baru saya ikutan. Awalnya, Jonathan iseng-iseng pengen belajar bahasa Spanish katanya. Terus belakangan saya ikutan mencoba instal juga untuk melihat ada bahasa apa saja yang ditawarkan dan seperti apa sih Memrise itu.

Bisa belajar banyak bahasa sekaligus

Sekilas, memrise ini seperti flash card saja. Bedanya kalau flash card biasa itu, kita harus menyiapkan sendiri kata-katanya dan tidak ada suaranya. Dengan Memrise, selain menawarkan untuk mengulang-ulang kosa kata, ada bagian latihan mendengarkan, latihan mengucapkan, latihan mendengar orang lokal berbicara, latihan mengeja, dan juga mulai dari level kata sampai menyusun kalimat. Oh ya, kursus yang kita pilih bisa di download secara offline, jadi tidak ada alasan tidak bisa belajar karena kehabisan paket data.

Saya mulai iseng belajar Korea pakai Memrise beberapa bulan lalu. Memrise ini bisa digunakan secara gratis, tapi ada beberapa fitur yang dibatasi untuk versi gratisnya. Karena melihat saya dan Jonathan waktu itu cukup rajin, akhirnya kami memutuskan untuk membayar subscription Memrise ini. Pertimbangannya, dengan 60 USD per tahun, bisa belajar beberapa bahasa sekaligus, jauh lebih murah daripada pergi ke kursus bahasa. Sekarang ini ada penawaran lifetime subcription dengan biaya 100 USD, tapi kami belum membeli yang lifetime subscription.

Lanjutkan membaca “Memrise: Aplikasi Buat Belajar Bahasa”

Belajar Bahasa itu Proses

Sejak beberapa minggu lalu, saya pernah nulis kalau saya mulai rutin belajar bahasa Korea. Kali ini mencoba disiplin melakukannya sedikit setiap hari. Tanpa terasa, sudah 26 hari saya tidak pernah bolos mereview kosa kata bahasa Korea di Memrise.

Kemarin, akhirnya saya menyelesaikan kursus bahasa Korea pertama yang saya ikuti di Coursera. Walau udah selesai banyak modul, tapi saya merasa belum terlalu bisa nonton kdrama tanpa subtitle. Saya masih kurang latihan hehehe.

Coursera yang saya ambil kursusnya harusnya 5 minggu, tapi saya selesaikan dalam waktu kurang dari 5 minggu. Menurut saya quiz nya terlalu gampang dan bisa ditebak jawabannya. Jadi lulus 100 persen bukan berarti saya udah menguasai materi 100 persen.

Quiznya juga bisa diulang mengerjakannya walaupun dibatasi 3 kali mengulang sebelum menunggu beberapa jam untuk mencoba lagi. Kalau ada jawaban yang salah, bisa ambil quiz ulang, saya bisa mengganti jawaban dengan pilihan yang lain dan jadilah quiznya bisa lulus 100 persen. Kuisnya tidak di random ulang. Jumlah pertanyaannya juga antara 5 – 7, sangat mudah untuk mengingat apa saja jawaban kita sebelumnya.

Tapi apalah arti lulus 100 persen, kalau kenyataanya tetap gak mengerti materi ataupun gak bisa membaca hangeulnya. Tidak mengerti partikel atau akhiran apa yang harus dipakai untuk mengubah kata dasar menjadi kata kerja ataupun kata lainnya. Pada akhirnya walaupun perlu untuk lulus, tapi lebih perlu pengertian kita sebagai hasil belajar.

Belajar dari coursera ini menambah wawasan beberapa bentuk grammar bahasa Korea, tapi kadang-kadang ada bagian yang seperti melompat dan kurang banyak contoh. Tapi ya itu tugas saya untuk lebih banyak berlatih kalau memang mau bisa fasih bahasa Korea.

Target belajar bahasa Korea supaya bisa nonton kdrama tanpa subtitle masih jauh banget, kosa-kata saya masih sangat sedikit. Kemampuan membaca hangeul juga masih ga berbeda dengan kemampuan membaca bahasa Thai. Ada kalanya saya merasa malas membacanya karena merasa aduh ini apaan sih! Terus akhirnya nebak hahaha.

Mumpung masih semangat belajar bahasa Korea, saya memilih untuk melanjutkan kursus lain dari Coursera dan rencananya mau coba belajar dengan kursus gratisan yang ada di YouTube juga.

kursus berikutnya

Kalau baca dari deskripsinya, kursus berikutnya ini harus sudah terbiasa dengan alphabet Korea. Kursus sebelumnya cukup jelas memberi dasar mengenali dan membaca hangeul.

Saya belum berniat membeli buku atau belajar grammarnya secara serius, karena saya tahu kelemahan saya dalam belajar bahasa itu di grammar. Kalau dikasih terlalu banyak terminologi grammar saya merasa eneg duluan. Lagipula saya merasa belajar iseng begini lebih fun daripada pake target tinggi-tinggi hehehe.

Metode belajarnya sejauh ini ya, memakai aplikasi Memrise dengan target mengingat 15 kata per hari. Mengerjakan coursera kalau lagi rajin asal gak sampai lewat batas waktu pengerjaannya. Biasanya saya mengerjakan coursera kalau lagi menunggu Jonathan di tempat kursus.

Gak terlalu ambisius kan targetnya. Oh ya, karena buat saya belajar bahasa itu proses dan latihan, jadi kadang-kadang memang butuh repetisi berkali-kali sampai bisa mengingat makna kata ataupun grammar sebuah kalimat.

Untuk belajar menggunakan coursera, ada aplikasinya di android maupun iphone. Pelajarannya juga bisa di download, jadi bisa belajar secara offline. Jadi bisa dibuka di mana saja. Materi yang diberikan juga video-video singkat sekitar 10 – 15 menit. Selain video, ada file pdf yang merupakan ringkasan dan soal latihan dari materi yang diberikan. Lalu setiap 1 materi biasanya diberikan quiz kecil.

Dipikir-pikir, saya sebenernya telat buat belajar bahasa Korea. Saya ingat, dari jaman saya kuliah, teman-teman saya udah pada rajin nonton kdrama dan tertarik buat belajar bahasanya. Tapi ya, baru sekarang sih punya waktu nonton kdrama, jadi aja baru sekarang tertarik belajar bahasanya hehehe.

Ada yang mau belajar bahasa Korea bareng dengan saya? biasanya kalau ada temannya, yang iseng-iseng begini jadi lebih seru. Biasanya yang tertarik belajar bahasa korea ini karena nonton kdrama atau pengen dengerin lagu-lagu kpop.

GPD Pocket

GPD Pocket merupakan laptop yang sangat mini (UMPC/Ultra Mobile PC) namun memiliki spesifikasi yang sangat bagus. Prosesornya Intel Atom x7-Z8750, dengan RAM 8 GB dan SSD 128 GB. Benda ini relatif mahal (~600 USD) dan sekarang sudah ada GPD Pocket 2 dan GPD MicroPC.

Dulu saya membeli benda ini dengan niat agar bisa membawa komputer mini dan bisa bekerja di mana saja. Tepatnya lagi dulu ingin saya bawa supaya bisa dipakai di perjalanan ke Belanda, tapi sayangnya ketika sampai ada masalah: tidak bisa menyala dan akhirnya harus mengirimkan barangnya ke China untuk mendapatkan penggantinya (dan sampainya ketika saya sudah berangkat ke Belanda).

Lanjutkan membaca “GPD Pocket”

Mendinginkan Raspberry Pi

Ini merupakan catatan lama ketika memakai Raspberry Pi untuk pemrosesan yang memakai CPU secara ekstensif. Ketika suhu mencapai 80-85 derajat celcius, maka akan muncul simbol termometer setengah di layar:

Over Temperature (80-85C)
Temperatur tinggi

Simbol ini akan dioverlay di atas tampilan apapun yang muncul di layar. Contohnya seperti ini.

Lanjutkan membaca “Mendinginkan Raspberry Pi”