Ghidra Tools Reverse Engineering dari NSA

Baru-baru ini NSA (National Security Agency) Amerika merilis tools RE baru bernama Ghidra yang gratis. Rencananya ini akan open source, tapi saat ini repositorynya masih kosong. Ghidra ini merupakan saingan IDA Pro yang saat ini harganya sangat mahal. Sebagai informasi: harga license IDA Pro paling murah ratusan USD (versi starter edition), sampai totalnya puluhan ribu USD jika kita ingin paket lengkap (IDA Pro dengan semua plugin decompilernya).

Ghidra

Tulisan kali ini merupakan kesan pertama memakai Ghidra. Perlu dicatat bahwa pekerjaan utama saya bukan reversing. Ini sekedar hobi buat saya. namun demikian saya sudah melakukan reversing beraneka hal baik yang populer seperti Windows/Linux/Mac/Android/iOS maupun berbagai target yang unik, misalnya (yang sudah saya terbitkan tulisannya): hardware Pokemon Go Plus (berbasis ARM), berbagai challenge Flare-On (campuran), Challenge BEVX (Arm), dan RHME (AVR).

Lanjutkan membaca “Ghidra Tools Reverse Engineering dari NSA”

Machine Learning dan Deep Learning Specialization (Coursera)

Awal tahun ini (8 Januari) saya iseng mulai ikut Machine Learning di Coursera. Setelah dua minggu ternyata saya masih semangat, jadi saya memutuskan untuk membayar, tujuan utamanya bukan supaya dapat sertifikat, tapi supaya semangat karena sudah bayar 79 USD.

Di tengah kesibukan saya selama Januari-Februari (nemu banyak bug), saya bisa menyelesaikan Course ini pada 23 Februari. Saya mengerjakan semua kuis dan tugas programming dengan Octave. Materinya dari sangat low level sekali, dari mulai linear regression sampai mengimplementasikan neural network (forward dan back propagation) dengan perkalian matriks.

Materi Machine Learning ini memang tidak membahas deep learning, jadi saya penasaran ingin belajar topik itu. Saya jadi ingat dengan blog senior saya Pak Benny Prijono (indoml.com). Pak Benny sudah mengikuti dan mereview banyak course dan membuat banyak catatan yang sangat rapi. Setelah membaca semua reviewnya, sepertinya yang menarik berikutnya adalah deep learning specialization dari pengajar yang sama.

Pengajar Machine Learning (Andrew Ng) memang enak cara penjelasannya. Dan beliau juga yang mengajar materi spesialisasi deep learning. Cara berbicaranya menurut saya agak terlalu lambat (saya terbiasa dengan kecepatan Bu Inge), tapi untungnya player video coursera mendukung percepatan video hingga 2x kecepatan normal (saya memakai kecepatan 1.50-1.75x tergantung materinya).

Kanan bawah adalah Andrew Ng, pengajar materi Machine Learning dan Deep Learning

Spesialisasi Deep Learning terdiri dari 5 Course. Review lengkapnya dalam bahasa Indonesia bisa dilihat di indoml.com, daftar 5 mata kuliahnya adalah:

Biayanya 49 USD/bulan sampai selesai. Kalau bisa selesai sebelum sebulan seperti saya, bisa hanya bayar 49 USD saja. Ada juga trial gratis 7 hari jika belum yakin apakah ingin mendapatkan sertifikat atau tidak. Untuk saya sendiri kemungkinan besar sertifikat ini tidak akan saya pakai, tapi tanpa membayar kita tidak bisa mengakses kuis dan tugas pemrogramannya.

Lanjutkan membaca “Machine Learning dan Deep Learning Specialization (Coursera)”

Carmen Sandiego

Carmen Sandiego adalah nama seri video game edukasi yang mengajarkan Geografi. Game pertamanya sudah lama: sejak 1985 (Where in the World Is Carmen Sandiego?) dan ada beberapa versi lagi setelah itu. Baru-baru ini kami menyelesaikan menonton serialnya di Netflix dan Jonathan cukup suka.

Berbeda dengan cerita gamenya di mana Carmen Sandiego adalah penjahat yang harus dikejar, di TV ini diceritakan dirinya sebagai orang baik. Ternyata pencurian yang dilakukan Carmen Sandiego adalah dari orang jahat, dan dikembalikan ke yang berhak (atau dikembalikan ke Museum). Wajahnyapun digambarkan sebagai gadis muda yang manis, bukan wanita yang agak menyeramkan seperti di gamenya.

Pelajaran Geografinya menurut saya kurang banyak, tapi lumayan memberi summary singkat tentang sebuah negara. Bahkan di salah satu misinya dia pergi ke Indonesia. Dijelaskan bahwa makanan pokok orang Indonesia adalah nasi dan wayang adalah salah satu seni budaya Indonesia. Lokasi lain yang dikunjungi Carmen di season 1 ini: Perancis, Ekuador, Belanda, Australia, India dan Amerika.

Ceritanya banyak aksinya dan cukup seru. Ada jalinan cerita dari episode pertama sampai terakhir, ceritanya juga cukup menarik untuk saya tonton, tidak terlalu kekanakan. Saat ini hanya ada 9 Episode di Season 1. Menurut yang saya baca di Internet, setidaknya akan ada 11 episode lagi, entah itu akan diteruskan di season 1 atau di season 2 belum jelas.

Singkatnya: film ini bagus, recommended buat anak usia 7 tahun ke atas. Pelajaran geografinya cukup baik, tapi sebaiknya diberi suplemen informasi tambahan. Jonathan juga kadang saya tanya ulang mengenai fakta-fakta di film tersebut supaya ingat informasinya dan bukan hanya aksi dan cerita filmnya.

Food Cover Pengganti Cling Wrap

Mungkin sudah banyak yang tahu dengan benda ini, karena benda ini juga bukan barang baru. Saya sudah memakai tutup wadah dari bahan silicone ini sejak tahun lalu. Lupa persisnya kapan pertama kali beli. Jadi ceritanya awalnya kehabisan plastic cling wrap, lalu untuk menyimpan makanan saya pakai kotak makanan yang ada tutupnya, tapi setelah itu jadi nambah kerjaan karena harus cuci kotaknya dan kotak simpan makanan saya tidak semuanya microwave safe. Terus saya bilang, andai ya ada tutup yang bisa dipakai langsung ke atas mangkoknya, jadi besoknya tinggal manasin aja di mangkok itu pake microwave. Eh terus Joe ingat pernah lihat ada iklan tutupan mangkok dari bahan silicone yang katanya bisa dipakai berkali-kali.

silicone lid berbagai ukuran

Joe cari di aliexpress dan ternyata ada banyak ukuran. Ya memang ga mungkin kan kalau mangkok besar pake tutupan kecil. Walaupun tutupan ini cukup bisa ditarik, tapi ada batasannya juga. Karena tidak tahu ukuran mana yang sesuai dengan mangkok di rumah, akhirnya kami pesan dengan 6 ukuran berbeda. Setelah tahu ukuran mana yang paling sering dipakai, kami beli lagi 4 yang ukurannya kira-kira sesuai dengan kebanyakan mangkok yang kami pakai.

Sekarang ini, rasanya gak pernah lagi beli cling wrap. Kalau ada makanan sisa, tutup pake silicone lid ini, terus masuk kulkas deh. Besoknya, buka tutupnya dan makanannya tinggal panasin di microwave tanpa harus pindahin mangkoknya. Untuk mencuci tutupnya ya seperti cuci piring biasa aja.

makanan di tutup masuk ke kulkas

Saya tulis ini buat info aja, siapa tahu ada yang mau mengurangi pemakaian cling wrap dan males nyuci wadah seperti saya hehehe. Saya udah lupa harganya dan gak jualan, tapi seingat saya gak mahal dan pasti lebih murah daripada beli cling wrap berkali-kali. Kalau mau cari bisa coba di google aja food cover silicone atau lid bowl silicone. Ada berbagai warna dan ada yang bentuk kotak juga.

Kalau dari liat berbagai video reviewnya, katanya sih kalau ada makanan berkuah dan kita balik mangkoknya, isinya gak akan tumpah. Sejauh ini saya gak pernah iseng membalik mangkok yang berkuah, jadi gak bisa kasih komentar tambahan untuk hal itu. Ini saya pakai juga sebagai usaha mengurangi pemakaian plastik (walau saya belum bisa ingat untuk bawa kantong belanja supaya gak nambah jumlah plastik di rumah).

Mulai dari sedikit mengurangi pemakaian plastik, mudah-mudahan ke depan bisa lebih banyak mengurangi pemakaian plastiknya.

Playground Fun Planet di Central Airport Plaza

Di Mall dekat rumah ada tempat bermain yang baru selesai renovasi. Hari ini saya mengajak anak-anak main di sana. Enaknya homeschooling ya begini, walau hari ini hari Senin, bisa aja main ke mall di pagi hari. Jonathan sudah menyelesaikan tugas hari ini di hari Minggu sore. Padahal kemarin itu saya iseng aja bertanya apakah Jonathan mau mengerjakan pekerjaans sekolah di hari Minggu supaya Senin bisa main-main ke mall, eh ternyata malah bisa selesai dengan cepat loh kemarin.

Biasanya di hari Sabtu, jam 10.30 mall itu sudah buka, tapi ternyata walau kami tiba di mall sudah jam 10.40 eh mall nya masih pada gelap dan pintu yang dibuka baru pintu karyawan saja. Untungnya saya tadi parkirnya di lantai 1, jadi cuma perlu turun 1 lantai dan masuk dari pintu karyawan hehehe. Bagian dalamnya sebagian toko sudah mulai buka (karyawannya sudah rajin datang duluan), tapi kebanyakan toko masih tutup. Saya memutuskan sekalian mau bayar listrik dulu, eh tapi ternyata counter bayar listrik juga bukanya jam 11. Akhirnya kami duduk-duduk dulu deh sambil menunggu counter bayar listrik buka.

kepagian nyampe di mall, mall nya masih gelap

Sambil nunggu, kami sempat juga main Pokemon Go. Untungnya ada tempat duduk yang nyaman di area dekat pembayaran listrik, dan toko dekat situ sudah pada nyala lampunya. Lampu utama mall nya masih mati, jadi kalau toko-tokonya masih gelap semua, kebayang aja ruangan tempat kami duduk pun kemungkinan masih gelap.

Setelah bayar listrik, kami naik ke lantai 4 untuk ke playground baru. Awalnya saya mau anak-anak langsung masuk saja, karena saya lihat harganya cuma ada untuk 2 jam 200 baht dan seharian 500 baht. Eh ternyata lagi ada promosi, 100 baht untuk 45 menit. Karena kami biasa makan jam 12, saya pikir main 45 menit itu paling pas deh, supaya abis main bisa makan dan sehabis makan ya pulang ke rumah.

Lanjutkan membaca “Playground Fun Planet di Central Airport Plaza”

San Kamphaeng Hot Springs

Pemandangannya menyejukkan walaupun matahari bersinar terik

Hari ini ajakin oppung jalan-jalan ke Hot Springs lagi, sekalian Jonathan main dengan teman barunya. Tempat ini gak jauh dari Chiang Mai, cuma sekitar 45 menit nyetir, jalannya juga bagus dan mulus sampai-sampai jalannya dibatasi maksimum 80 km/jam biar orang-orang gak ngebut. Lokasinya di kaki bukit, jadi tidak ada jalanan menanjak.

Walaupun tempat ini tidak terlalu jauh, kami terakhir ke sini ya beberapa tahun lalu pas oppung ke Chiang Mai juga. Entah kenapa pas eyang datang, kami lupa dengan tempat ini, padahal tempat ini sangat cocok untuk bersantai-santai dan tidak banyak berjalan naik turun seperti Doi Pui. Walaupun sudah pernah ke sana sebelumnya, baru hari ini mengetahui ada banyak hal yang bisa dilakukan selain rendam kaki dan rebus telur.

Beberapa tahun lalu, kami datang agak kesorean. Tukang berjualan makanan sudah mau pada tutup (tukang jualan tutup jam 4.30), waktu itu kami cuma sempat rebus telur (bisa beli di sana, telur puyuh 10 biji 40 baht dan telur ayam 3 biji 20 baht). Tiket masuknya masih sama dengan beberapa tahun lalu. Kami masih dapat harga Thai, walaupun di sana ada tulisan kalau harga Thai itu untuk pemegang ID Thai saja. Harga Thai Dewasa 40 baht, anak-anak 20 baht, mobil kalau mau masuk ke dalam juga bayar 40 baht. Harga orang asing dewasa 100 Baht, anak-anak 50 Baht.

Selain telur rebus, biasanya di sana kita bisa membeli makanan khas Thai seperti Somtam dengan nasi ketan, ayam goreng, mie instan, nasi ketan dalam bambu dan tentu saja ada kopi selain minuman bersoda lainnya. Kalau mau piknik di sana juga bisa saja kita bawa makanan sendiri. Saya perhatikan ada banyak yang bawa tikar dan keluarin makanan sendiri. Seperti umumnya di tempat wisata di Chiang Mai, harga makanan di dalam tempat wisata gak berbeda dengan di luar lokasi. Tapi memang makanannya buat makanan kualitas istimewa, tapi lebih ke makanan selera lokal.

Untuk merebus telur, kita bisa merebusnya langsung di dalam air panas belerang yang panasnya sekitar 105 derajat Celcius. Waktu yang dibutuhkan untuk merebusnya tergantung selera kita apakah mau setengah matang atau matang banget. Semakin lama direbus di air panas, ya tentunya semakin matang. Paling lama sekitar 10 menit, kita sudah mendapatkan telur yang cukup matang. Selama menunggu, kita tidak perlu kuatir keranjang telur kita akan diambil orang, karena di sana orang-orangnya cukup tertib mengambil yang memang punyanya saja. Jadi selama menunggu, kita bisa saja rendam kaki. Air untuk merendam kakinya suhunya berkisar 45 – 55 derajat celcius, harus hati-hati sebelum memutuskan merendam kaki, karena sepertinya ketika suhu di atas 50 derajat, airnya lumayan panas banget.

playground

Selain makan, untuk anak-anak tersedia juga playground. Beberapa mainan kadang-kadang mulai rusak, tapi secara keseluruhan masih cukup fun buat bermain apalagi kalau ada temannya, pasti bisa bermain lebih lama. Kalau bosan main di playground, anak-anak bisa eksplorasi sekitar tempat itu. Lokasinya sangat luas, di sana tersedia juga tempat untuk camping, pijat, kolam renang, privat room untuk rendam badan, ataupun kalau mau menginap tersedia juga kamar penginapan untuk di sewa. Kami belum pernah menginap di sana, tapi sepertinya kalau mau outing bareng teman-teman beberapa keluarga, tempat ini cukup menarik untuk dikunjungi bersama-sama dan menginap 1 malam.

Kami berangkat dari rumah sekitar jam 12.15 dan kembali lagi ke rumah sekitar jam 6.30 malam. Awalnya, kami sudah rencana pulang sektiar jam 4.30 sore, tapi karena saya baru tahu ada kolam renang dan Jonathan tadi pagi gak jadi berenang dengan oppung, jadilah kami memutuskan Jonathan dan oppung berenang dulu. Kolam renangnya air belerang juga, tapi suhunya dijaga sekitar 40 – 41 derajat celcius.

Jona berenang dengan oppung

Untuk berenang dikenakan biaya tambahan, harganya seperti harga masuk juga, orang lokal Dewasa 50 Baht, anak-anak 20 Baht, orang asing Dewasa 100 Baht dan anak-anak 50 Baht. Kolam renangnya tidak ramai, kamar mandi untuk membersihkan badan sehabis berenang juga cukup bersih, malahan di kamar mandi perempuan tersedia hair dryer segala.

Secara keseluruhan, tempat ini cukup bersih. Banyak tempat duduk untuk bersantai dan menikmati makanan. Banyak pohon dan tempat rindang sehingga tidak terganggu dengan terik matahari. Banyak tempat sampah yang bahkan dikategorikan untuk sampah bekas makanan, plastik dan keranjang bekas telur. Banyak tempat penampungan botol atau kaleng yang siap untuk didaurulang. Banyak tempat pijet dan tersedia banyak petunjuk arah dan peta lokasi di mana kita berada, sehingga tidak akan tersesat dan petunjuknya juga ada dalam bahasa Inggris.

Pemandangannya yang indah kombinasi pepohonan, bunga dan langit biru sungguh membuat kami merasa betah berlama-lama di sana. Lain kali semoga bisa mencari informasti mengenai biaya menginap atau camping di sana, supaya bisa bermain lebih puas lagi.

Kejanggalan dalam K-drama Memories of the Alhambra

Serial Memories of the Alhambra sudah tayang episode terakhirnya di Netflix, dan setelah awalnya ragu-ragu untuk mengikutinya, sekarang rada menyesal mengikuti sebelum serinya berakhir. Buat yang belum nonton, tulisan ini mungkin akan susah dimengerti dan akan ada spoilernya, buat yang sudah nonton kemungkinan sedikit banyak bakal merasakan banyak hal yang tidak diselesaikan dalam ceritanya.

Sekilas cerita berkisah seorang investor yang sedang tertarik untuk investasi di game yang menggunakan teknologi augmented reality dengan menggunakan lensa kontak. Pembuat game ini di awal film menelpon dia dan menyuruhnya untuk bertemu di sebuah penginapan di Granada.Tapi ternyata, si programmer game ini gak pernah muncul, sementara si investor malah mulai mencoba main gamenya dan malah jadi ketagihan main dan jadi punya misi hidup untuk menemukan si programmer. Misi hidupnya muncul tanpa alasan, walaupun setelah setahun bermain baru ditunjukkan kalau dia tertarik dengan kakak si programmer. Kisah cintanya cuma selipan, supaya filmnya banyak penonton saja.

Singkat cerita, awalnya penggambaran bermain AR Game nya cukup menarik. Kadang ditunjukkan adegan dia seperti menari-nari sendiri, berantem dengan ruang kosong, terkadang lawannya ditunjukkan berasal dari patung-patung yang ada di sekitar gedung. Selain itu, cara login dan logout nya dan gerakan-gerakan seolah-olah layar ada di depan mata, dan user interfacenya di mana bisa memilih dengan gerakan tangan semuanya cukup menarik dan berharap film ini juga akan mengupas sisi teknologi yang mereka pakai untuk mengembangkan game nya.

Keanehan pertama muncul ketika tokohnya bisa terlogin sendiri tanpa menggunakan lensa kontaknya. Saya kepikiran apakah somehow waktu udah pernah pakai lensa kontaknya, si program jadi tertanam di otak penggunanya? jadi otak mengunduh aplikasi gamenya? awalnya saya pikir lensa kontak itu terhubung dengan handphone, sehingga setiap main pasti dibutuhkan handphonenya, tapi bisa juga lensa kontaknya yang langsung terhubung ke server game dengan teknologi tertentu misalnya. Tapi kalau sampai pengguna bisa autologin tanpa lensa kontaknya, ini jadi ga masuk akal.

Keanehan berikutnya, ketika player dari dunia nyata mati dalam pertarungan antar player, lalu muncul lagi sebagai NPC (non-player character). Pertanyaanya apakah programnya benar-benar sampai merusak otak dan mengakibatkan ketika seorang player duel dan kalah, otomatis otaknya juga akan mengakibatkan dunia nyata dari player itu juga terbunuh. Digambarkan tokoh tersebut keluar darah dari kupingnya, jadi ya saya pikir mungkin saja ada program yang bisa mempengaruhi otak dan mengakibatkan orang tersebut terluka sesuai dengan yang dia alami dalam game.

Di beberapa episode akhir di jelaskan kalau itu adalah akibat dari bug program. Bug program itu sendiri sudah dimulai dari sejak sebelum tokoh utamanya dihubungi oleh si programmer. Yang jadi aneh adalah, kalau dikisahkan sebelumnya player tidak akan beneran mati ketika kalah duel dengan tokoh NPC, kenapa setelah orang dari real life jadi NPC, jika menyerang player beneran jadi bisa bikin player di dunia nyata pun ikut mati. Bahkan di beberapa episode terakhir, NPC yang bukan berasal dari player dunia nyata pun bisa bikin player benar-benar terluka.

Ah mungkin yang baca kalau belum nonton akan bingung dengan penjelasan saya. Tapi ya memang sebenarnya penjelasan dalam film ini malah bikin ceritanya makin gak jelas. Beberapa hal sepertinya tidak terjaga timelinenya. Aturan permainannya juga diubah-ubah sesuai mau-maunya penulis cerita saja.

Salah satu ketidak konsistenan aturan permainannya misalnya: di awal diceritakan kalau player gak bisa bertanya ke NPC yang bernama Emma kalau belum level 5, lalu tokoh tersebut bersusah payahlah supaya bisa naik ke level 5. Nah di episode penjelasan, ditunjukkan kalau seorang player dengan level 1 bisa berkomunikasi dengan si NPC Emma ini. Mungkin mereka ubah sendiri gitu aturan permainannya supaya bisa?

Oh ya, keanehan yang paling aneh menurut saya adalah, game itu belum dijual oleh si programmer, maka asumsinya perusahaan investor belum punya tuh source code dari game tersebut, tapi kok mereka bisa saja menambahkan items atau tools yang dibutuhkan oleh si investor untuk membantu petualangannya dalam mencari si programmer?

Secara keseluruhan, awalnya berharap film ini bakal menarik seperti menariknya bermain Pokemon Go. Tapi setelah dijelaskan dan penjelasannya rasanya terlalu lamban dan malah bikin makin banyak ketidakjelasan. Setelah menonton sampai akhir, saya merasa kecewa. Main Pokemon Go rasanya lebih seru daripada nonton film ini hehehe. Tadinya mau rekomen ke Joe buat nonton, tapi setelah melihat endingnya dan juga banyak hal yang tidak dijelaskan, saya tidak merekomendasikan nonton ini.

Ada banyak kejanggalan-kejanggalan lain, tapi lain kali saja saya tambahkan.