Cerita Liburan: Perjalanan Chiang Mai – Phuket dan Jalan-jalan hari ke-1

Untuk sementara saya berhenti dulu dengan tulisan bahasa Thai, karena sekarang ini kami sedang liburan ke Phuket.

Pantai Yanui Phuket

Setelah 12 tahun tinggal di utara Thailand, akhirnya kami sampai juga di kota Phuket yang lokasinya di bagian selatan Thailand ini. Yaaa seperti halnya ke Bali saja kami baru sekali, walaupun Phuket ini sama-sama di Thailand, kesempatan mengunjunginya baru datang sekarang.

Sebelum berangkat, saya baru menyadari kalau saya sama sekali belum pernah mencari tahu soal Phuket hehehe.

Setelah beli tiket, baru deh bingung mau di bagian mana Phuket nih tinggalnya. Ternyata ada banyak pilihan pantai untuk dikunjungi di Phuket. Phuket juga lebih besar dari Chiang Mai, bentuk wisatanya juga berbeda, kalau di Chiang Mai lebih banyak pegunungan, kalau di sini ya umumnya pantai dan olahraga air.

Lanjutkan membaca “Cerita Liburan: Perjalanan Chiang Mai – Phuket dan Jalan-jalan hari ke-1”

Konsonan Ganda dalam Bahasa Thai (2)

Kali ini konsonan ganda yang akan saya tuliskan memiliki konsonan awal yang tidak dibunyikan dan perannya hanya sebagai pengubah nada baca.

Berbeda dengan konsonan ganda di bagian pertama, walaupun ada 2 konsonan, kata yang dihasilkan hanya memiliki 1 silabel. Tanda baca yang ada di atas konsonan ke-2 mengikuti aturan baca dari kelas konsonan pertama.

Ada 2 konsonan yang dipakai sebagai konsonan awal yang tidak dibunyikan yaitu อ นำ ย (o nam yo) dan หอนำ (honam)

อ นำ ย (o nam yo)

Huruf pertama อ diikuti dengan ย, hanya ada 4 kata dalam bahasa Thai. Kata dibaca mengikuti aturan dari konsonan อ yaitu kelas konsonan tengah.

หอนำ (honam)

Sesuai dengan namanya, konsonan pertama yang digunakan adalah ห (ho)diikuti dengan konsonan rendah tanpa pasangan ง น ม ย ญ ร ล ว.

Huruf pertama tidak dibaca dan silabel tersebut dibaca menggunakan aturan dari konsonan ห yaitu kelas konsonan tinggi.

Kenapa sih ada kata yang membutuhkan huruf ห di awal? Kata yang berawalan konsonan rendah seperti งอย tidak akan mungkin memiliki nada rendah walaupun dengan tambahan tone mark, kalau dilihat lagi aturan baca untuk konsonan rendah tidak ada caranya menghasilkan nada rendah. Dengan adanya huruf ห dari kelas tinggi, maka silabel tersebut mewarisi aturan baca dari huruf yang tidak dibunyikan tersebut. Untuk membuat kata tersebut menjadi nada rendah, kita bisa menambahkan tone mark mai eek dan dituliskan menjadi หง่อย (ngooi dibaca dengan nada rendah).

Kenapa yang membutuhkan pengubah nada ini dari kelas konsonan rendah tanpa pasangan? Karena untuk kelas konsonan rendah yang memiliki pasangan, kita bisa menggunakan pasangannya dari konsonan tengah atau konsonan tinggi untuk menuliskan bunyi silabel yang diinginkan.

Berikut ini contoh kata-kata yang dimulai dengan ห dan diikuti dengan konsonan kelas rendah yang tidak memiliki pasangan.

Ada banyak kata-kata lainnya yang tidak bisa saya tuliskan semuanya. Tapi perhatikan saja kalau huruf depannya ห dan diikuti dengan kelas konsonan rendah tanpa pasangan, maka ingat aturan bacanya berubah mengikuti kelas konsonan tinggi untuk silabel tersebut dan huruf ห nya tidak dibaca.

Konsonan Ganda dalam bahasa Thai (1)

Konsonan ganda atau disebut cluster, biasanya selalu ada dalam setiap bahasa termasuk bahasa Thai. Karena aturan pembacaan bahasa Thai sangat tergantung dengan kelas konsonannya, bagaimana jadinya kalau ada konsonan ganda dengan kelas yang berbeda?

Ada beberapa pengelompokan cluster dalam bahasa Thai. Saya akan mulai dengan pengelompokan cluster yang disebut aksonnaam อักษรนำ dimana aturan membaca silabel konsonan ke-2 tergantung dari jenis konsonan pertamanya (leading konsonan). Konsonan pertama bisa dari kelas konsonan mana saja, tapi konsonan ke-2 bisa dari kelas konsonan tengah dan kelas konsonan rendah.

Sebelum masuk aturan lebih lanjut, coba kita lihat kembali tabel inisial awal di post sebelumnya. Dari tabel tersebut, kita bisa membagi konsonan kelas rendah dalam 2 kelompok, yaitu kelas konsonan rendah yang memiliki pasangan dengan konsonan tinggi, dan kelas konsonan rendah tanpa pasangan.

  • Kelas konsonan rendah yang memiliki pasangan: ค, ฅ, ฆ,ช, ฌ, ฑ, ฒ, ท, ธ, พ, ภ, ฟ, ซ, ฮ
  • Kelas konsonan rendah tanpa pasangan: ง, ณ, น, ม, ญ, ย, ว, ร, ล, ฬ  

Bentuk umum:

Konsonan1 ( ะ ) + Konsonan2 + Vokal + Konsonan Akhir

Aturan yang perlu diingat:

  1. sebuah kata yang memiliki 2 konsonan awal diikuti hanya 1 vokal, biasanya ketika dibaca harus dibaca menjadi 2 silabel. Silabel ke-2 bisa memiliki konsonan akhir.
  2. Konsonan1 menjadi silabel pertama selalu dibaca dengan vokal a pendek (-ะ) walaupun tidak terlihat ada vokal tersebut.
  3. Jika Konsonan2 merupakan konsonan rendah tanpa pasangan, maka aturan membaca silabel ke-2 tergantung dari kelas konsonan1
  4. Jika Konsonan1 merupakan kelas konsonan tinggi dan Konsonan2 dari kelas konsonan tengah atau konsonan rendah dengan pasangan, maka aturan membaca silabel ke-2 akan tergantung dari kelas konsonan2 tersebut.

Untuk lebih jelas aturan ke-3 dan ke-4 akan dijelaskan dengan contoh.

Contoh untuk aturan nomor 3:

  • Konsonan1: kelas rendah/tengah/tinggi
  • Konsonan2: kelas rendah tanpa pasangan
  • silabel ke-2 akan mengikuti aturan kelas konsonan1

contoh: แขนง dibaca khanaeeng (nada rendah – naik)

konsonan1: ข merupakan kelas tinggi

konsonan2: น merupakan kelas rendah tanpa pasangan

silabel pertama dibaca kha dibaca nada rendah sesuai aturan kelas tinggi,

silabel ke-2 dibaca naeeng nada menaik sesuai dengan aturan kelas konsonan1 yaitu kelas tinggi

contoh lain: เจริญ dibaca ja-reen (nada rendah-tengah)

ada yang bisa menjelaskan kenapa dibaca seperti itu?

konsonan1: จ dari kelas konsonan tengah, silabel pertama dibaca ja dengan nada rendah sesuai dengan aturan konsonan tengah dan vokal pendek

konsonan2: ร dari kelas konsonan rendah tanpa pasangan, silabel ke-2 dibaca reen dengan nada tengah mengikuti aturan konsonan tengah dengan akhiran hidup.

Contoh berikutnya, masih ingat kata สวัส dari ucapan salam bahasa Thai? sekarang sudah mengertikan kenapa dibacanya sa-wat dengan nada rendah-rendah?

Contoh untuk aturan nomor 4:

contoh: สบาย dibaca sa-baai (nada rendah-tengah)

Konsonan 1: ส, silabel 1 dibaca sa dengan nada rendah sesuai dengan aturan konsonan tinggi

Konsonan 2: บ , silabel ke-2 dibaca baai dengan nada tengah sesuai aturan konsonan tengah dengan akhiran hidup.

contoh: ขบวน dibaca kha – buan (nada rendah – tengah)

Konsonan 1 : ข , silabel pertama dibaca kha dengan nada rendah sesuai aturan konsonan tinggi

Konsonan 2: บ, silabel ke-2 dibaca buan dengan nada tengah.

Contoh berikutnya: สภาพ dibaca sa-phaap dengan nada rendah-turun. Bisa menjelaskan sendiri kenapa nada baca silabel ke-2 demikian?

Konsonan 1: ส merupakan konsonan tinggi, sehingga silabel pertama dibaca sa dengan nada rendah.

Konsonan 2: ภ merupakan konsonan rendah yang punya pasangan dengan konsonan tinggi. Silabel ke-2 memiliki vokal panjang dan akhiran mati, sehingga silabel ke-2 dibaca dengan nada menurun sesuai dengan aturan membaca konsonan rendah dengan akhiran mati.

Perhatikan juga, tidak selamanya, konsonan yang tidak kelihatan itu dibaca dengan huruf a pendek. Jangan lupa ada huruf o pendek yang bisa muncul diantara 2 konsonan. Terus taunya darimana? ya kalau kita sudah sering berlatih membaca, nanti lama kelamaan akan terbiasa dan tahu langsung huruf a atau o yang muncul di situ. Beberapa kata yang tidak terlihat vokalnya misalnya:

  • ถนน dibaca tha-non dengan nada rendah-naik (berdasarkan aturan ke-3)
  • ขนม dibaca kha-nom dengan nada rendah – naik

Dari 2 contoh kata di atas, silabel pertama mendapatkan sisipan a pendek, sedangkan silabel ke-2 mendapatkan sisipan o pendek. Konsonan ke-3 merupakan konsonan akhir.

Sepertinya cukup dulu hari ini tulisan untuk konsonan ganda. Berikutnya masih akan ada lagi jenis konsonan ganda lainnya. Yang perlu diperhatikan hari ini adalah mengenali konsonan rendah yang memiliki pasangan atau tidak memiliki pasangan.

Musim Hujan yang Panas

panas sepanjang minggu

Sejak bulan Juni lalu, Chiang Mai sudah memasuki musim hujan. Awalnya, hawa musim panas sudah mulai berkurang dengan datangnya hujan, tapi ternyata curah hujannya masih sangat sedikit dan udara kembali panas lagi.

Sudah beberapa minggu ini, matahari terasa panas menyengat seperti di musim panas lalu. Saya coba cek di aplikasi cuaca dan ternyata memang benar kisaran suhu di 34-38 tapi rasa 40 derajat celcius.

suhu tanggal 13 Juli lalu

Hujannya memang turun, tapi biasanya tiba-tiba. Hujan turun bisa sangat deras dan seperti air dituang dari langit, tapi 15 menit kemudian sudah kembali panas menyengat seperti tidak ada hujan. Hujan yang sebentar walaupun sangat deras tidak mampu menurunkan suhu udara yang panas.

Saya ingat, beberapa tahun lalu, udara panas seperti ini berlangsung berkepanjangan sampai bulan November. Biasanya bulan November itu sudah memasuki musim dingin tanpa hujan, tapi ya kadang-kadang namanya cuaca tidak bisa dipastikan seperti yang diperkirakan.

Kalau di musim panas, udaranya super panas dan kering. Di musim hujan ini udaranya panas dan lembab sehingga lebih banyak berkeringat. Tidak enaknya di musim hujan begini, lebih banyak nyamuk daripada di musim panas. Jadi saya perhatikan, musim hujan yang panas ini membuat lebih banyak masalah kulit. Pertama masalah karena badan berkeringat jadi biang keringat, berikutnya masalah bekas garukan karena digigit nyamuk. Kalau sudah begini, harus lebih memperhatikan kuku anak-anak jangan sampai panjang. Joshua masih belum bisa dilarang untuk tidak menggaruk kalau gatal digigit nyamuk.

Musim hujan begini biasanya Chiang Mai agak sepi. Sekolah internasional yang libur juga menambah sepi kota Chiang Mai. Sebagian warga pendatang, pulang ke negaranya atau liburan panjang ke tempat lain. Lalu lintas agak sepi, turis juga tidak terlalu banyak. Istilahnya sekarang ini low season buat pariwisata Thailand. Biasanya harga hotel ataupun paket wisata agak murah. Tapi memang cuaca hujan yang panas ini saya tidak merekomendasikan untuk datang mengunjungi Chiang Mai.

Terlepas dari cuaca, kehidupan di Chiang Mai berjalan seperti biasa. Yang namanya Night Bazaar ataupun pasar ya tetap buka. Pasar Sabtu Malam ataupun Pasar Minggu Malam juga tetap ada dan tetap ramai kecuali hujan tiba-tiba. Saya pernah ke pasar Sabtu Malam, baru lihat-lihat sebentar tiba-tiba hujan deras. Biasanya kalau hujan kan hanya sebentar, eh waktu itu hujannya awet sampai 30 menit. Saya kasihan melihat tukang jualan yang baru membuka dagangannya harus segera menutup lagi dan akhirnya mungkin pulang tanpa menjual 1 pun barang dagangannya. Ya resiko jualan di pasar kaget ya begitu, kalau hujan tidak bisa meneruskan berjualan.

Saya ingat kalau di Indonesia, yang namanya musim hujan itu bisa hujan hampir tiap hari dan udaranya jadi adem. Tapi efek lain juga kalau hujan terus menerus akan ada banjir di beberapa tempat. Nah di sini, sepanjang musim hujan ini, belum pernah ada yang namanya hujan sepanjang minggu. Bagusnya jadi tidak ada masalah dengan cucian tidak kering, walaupun ada juga beberapa kali cucian kami tidak kering karena hujan dadakan dan mendung sepanjang sisa hari itu. Tapi biasanya, walau mendung dan matahari sembunyi, udaranya tetap saja panas.

Musim hujan belum berakhir, saya tidak berharap ada hujan terus menerus sepanjang minggu, cuma berharap udaranya ademan aja kalau ada hujan. Saya ingat 8 tahun lalu di akhir September, hujan terus menerus sepanjang minggu di utara Thailand mengakibatkan sungai Ping tidak mampu menampung air kiriman dan jalanan sampai banjir. Sejauh ini, setiap tahunnya pemerintah kota Chiang Mai cukup siaga persiapan pompa air sebelum banjir. Sungai-sungai juga dibersihkan dan dikeruk setiap ada peringatan akan ada badai lewat di utara Thailand. Semoga tahun ini juga tidak terjadi banjir akibat hujan.

Kalau di kota kalian sekarang bagaimana cuacanya?

Bahasa Thai: Tone Mark penentu nada

Hari ini saya akan mengenalkan satu hal lagi yang menjadi penentu nada membaca silabel dalam bahasa Thai yaitu tone mark atau dalam bahasa Thai disebut wannayuk (วรรณยุกตร์). Sebelumnya mari kita cek apa saja yang perlu diketahui untuk sampai ke titik ini.

  1. Kita tahu ada 5 nada untuk membaca tiap silabel dalam bahasa Thai yaitu: nada tengah, nada nada rendah, nada tinggi, nada menaik dan dana turun.
  2. Kita tahu ada 44 konsonan dalam bahasa Thai yang dibagi dalam 3 kelas. Kelas ini perlu diingat karena merupakan faktor pertama penentu nada.
  3. Kita tahu ada 28 vokal dalam bahasa Thai, ada 12 vokal pendek dan 16 vokal panjang (4 diantara 16 ini merupakan vokal ekstra yang tidak bisa memiliki konsonan akhir). Panjang pendek vokal ini juga menjadi penentu nada.
  4. Kita tahu ada 3 bunyi dari konsonan akhir yang disebut silabel mati dan ada 5 bunyi dari konsonan akhir yang disebut silabel hidup. Tidak semua konsonan bisa dipakai sebagai konsonan akhir dari sebuah silabel dan lagi-lagi konsonan akhir ini mengubah cara membaca nada sebuah silabel.
  5. Kita tahu ada 7 vokal yang berubah bentuk ketika silabel mempunya konsonan akhir. Untungnya perubahan bentuk vokal ini tidak menambah hapalan penentu nada
  6. Nah yang terakhir, ada 4 tonemark yang perlu diketahui sebagai penentu nada.

Awalnya saya pikir: aduh kenapa sih gak disederhanakan saja, kalau mau ada 5 nada dari sebuah silabel dan ada 4 tonemark, gimana kalau tiap ada tonemark tersebut otomatis nadanya tertentu dan bagian tidak ada tonemark artinya nada tengah. Akan lebih mudah menghapalkannya kalau 4 tonemark ini memberikan aturan yang sama tanpa perduli kelas konsonan, jenis vokal atau ada tidaknya konsonan akhir. Tapi ternyata tidak semudah itu, karena 4 tonemark ini memberikan bunyi yang berbeda tergantung dari kelas konsonannya juga. Berita baiknya, kalau ada tonemark kita hanya perlu mengetahui kelas konsonan awal silabelnya saja dan tidak lagi harus memikirkan vokal dan konsonan akhirnya.

Jadi kira-kira kalau tidak ada tonemark lebih banyak yang harus di hapal, dan kalau ada tonemark kita hanya perlu perhatikan kelas konsonan awalnya saja.

Berikut ini 4 tonemark dalam bahasa Thai:

mái-èek
mái-thoo
mái-trii
mái-jàt-tà~waa

Penulisan tonemark ini letaknya di atas konsonan awal. Untuk silabel yang memakai vokal dengan penulisan di atas konsonan, maka tonemark ini letaknya lebih atas lagi dari vokal. Untuk jelasnya kita lihat contoh-contohnya.

Sebelum tambah bingung, mari kita lihat aturan membaca sebuah silabel dengan adanya tonemark berdasarkan konsonan awal:

kelas
konsonan
RendahNada
turun
Nada
tinggi
TengahNada
rendah
Nada
turun
Nada
tinggi
Nada
naik
TinggiNada
rendah
Nada
turun

Kalau diperhatikan lebih dekat, cara membaca silabel berawalan konsonan tengah dan tinggi mempunyai aturan yang sama. Untuk kelas rendah dan kelas tinggi pemakaian mái-trii dan mái-jàt-tà~waa tidak ada. Jadi sebenarnya lebih sedikit hal yang perlu diingat dengan adanya tonemark ini.

Contoh Konsonan Rendah dengan mai eek (nada turun)

Contoh Konsonan Rendah dengan mai thoo (nada tinggi)

Contoh Konsonan tengah dengan mai eek (nada rendah)

Contoh Konsonan tengah dengan mai too (nada turun)

Contoh konsonan tengah dengan mai trii (nada tinggi)

Contoh konsonan tengah dengan mai jattawa (nada menaik)

Contoh konsonan tinggi dengan mai eek (nada rendah)

Contoh konsonan tinggi dengan mai too (nada turun)

Kalau diperhatikan, kata ไหม้ tone mark ditulis di atas konsonan kedua yang merupakan konsonan rendah. Tapi untuk kata ini konsonan awalnya adalah kelas konsonan tinggi sehingga aturan membaca silabelnya mengikuti aturan kelas konsonan tinggi dengan mai too.

Contoh membaca sebuah kata dengan beberapa silabel

Sekarang kita ambil contoh kata สวัสดีครับ dan analisa bunyi tiap silabelnya.

สวัสดีครับ dipecah menjadi สะ-หฺวัส-ดี- ครับ

  • สะ konsonan tinggi dengan vokal pendek dibaca sa dengan nada rendah
  • หฺวัส konsonan tinggi dengan vokal dan konsonan akhir mati, dibaca wat dengan nada rendah
  • ดี konsonan tengah dengan vokal panjang, dibaca dii dengan nada tengah
  • ครับ konsonan rendah dengan vokal pendek dan akhir konsonan mati, dibaca krap dengan nada tinggi.

Sehingga kata sa-wat-dii-krap di baca dengan nada rendah-rendah-tengah-tinggi.

Sepertinya sebelum tambah lagi yang harus dihapal, saya cukupkan dulu contoh-contohnya. Nanti lama-lama setelah terbiasa dan juga mengerti artinya, kita akan secara otomatis membaca sebuah silabel tanpa perlu terus menerus menganalisa aturannya untuk membuat nadanya.

Apakah aturan penulisan bahasa Thai sudah lengkap? tentu saja belum, masih ada beberapa hal lain yang belum saya tuliskan. Tapi kalau sudah bisa mengingat semua yang saya tuliskan, sudah bisalah mulai melatih membaca tulisan Thai berupa cerita pendek hehehe.

Bahasa Thai: Vokal yang Berubah Bentuk

Masih ingat semua 28 bentuk vokal dalam bahasa Thai? nah dari antara 28 itu ada 7 yang berubah penulisannya ketika memiliki konsonan akhir. Cara mengejanya juga berubah ketika mereka berubah bentuk, tapi jangan kuatir, aturan pembacaannya tidak berubah, hapalan sebelumnya masih berlaku hehehe.

Sebelum masuk ke penjelasan perubahan, ada 3 istilah baru yang perlu kita ingat-ingat

  1. ไม้หันอากาศ dibaca maai han aa kaat merupakan lambang (–ั)
  2. ไม้ไต่คู้ dibaca maai tai khuu merupakan lambang (–็)
  3. พินทุ์อิ dibaca phin-thu i merupakan lambang yang biasanya di atas vokal pendek i (–ิ)

Jadi vokal apa saja yang berubah dengan adanya konsonan akhir?

Vokal -ะ (a pendek) berubah menjadi (–ั) mai hanakat

contoh:

ก+ะ+บ→กับ dibaca kap dengan nada rendah

Vokal โ-ะ (o pendek) tidak dituliskan.

Ketika membaca 2 konsonan berurutan, biasanya ada vokal o pendek yang tidak dituliskan diantaranya

ก+โ-ะ+บ→กบ dibaca kop dengan nada rendah

Vokal เ-ะ (e pendek) menghilangkan ะ dan digantikan dengan maaitaikhuu (–็)

ป+เ-ะ+น → เป็น dibaca pen dengan nada tengah

Vokal เเ-ะ (eh pendek) menghilangkan ะ dan digantikan dengan maaitaikhuu (–็)

ข+แ-ะ+ง →แข็ง  dibaca kheeng dengan nada naik

Vokal –ัว (uaa panjang) menghilangkan maai hanakaat

Bentuknya jadi hanya menggunakan ว (w) sebelum konsonan akhir, tapi bentuk ini tetap dibaca sebagai bunyi uaa panjang.

น +–ัว+ด→นวด dibaca nuaat dengan nada turun

บ+–ัว+ก→บวก dibaca buaak dengan nada rendah

Vokal เ-อ (ee panjang) menghilangkan อ dan digantikan dengan phinthu i (–ิ)

บ+ เ-อ+ก→เบิก dibaca beek seperti ngambek dengan bunyi e lebih panjang dan nada rendah.

ก+ เ-อ+ด→เกิด dibaca geet dengan nada rendah

Vokal อือ (euu panjang) dituliskan tanpa อ diakhir

ล+อือ+ม→ลืม dibaca leuum dengan nada tengah

Semoga lebih jelas kalau dibaca contohnya berulang-ulang ya. Aturan ini nantinya akan banyak ditemukan ketika membaca tulisan Thai. Aturan pembacaanya masih sama dengan aturan terakhir yang saya tuliskan mengikuti aturan penulisan dengan konsonan akhir.

Kalau kurang jelas dengan penjelasan saya, bisa coba juga lihat penjelasan dari situs ini.

Rangkuman 7 vokal yang berubah bentuk, sumber http://www.activethai.com

Tidak semua vokal bisa memiliki konsonan akhir. Nanti di tulisan berikutnya akan saya tuliskan. Semoga belum bosan mempelajari aturan penulisan bahasa Thai ya. Masih banyak yang belum ditulis hehehe.

Bahasa Thai: Konsonan Akhir Penentu Nada

Ketemu lagi di seri tulisan bahasa Thai. Hari ini saya akan menambahkan 1 hal sederhana yang perlu diingat, untuk sebuah silabel yang memiliki konsonan akhir, maka nada untuk membacanya akan tergantung dari jenis konsonan akhir dan bukan lagi pada vokalnya kecuali untuk silabel yang berawalan konsonan rendah.

Konsonan akhir dalam bahasa Thai disebut tua sakot (ตัวสะกด) cara membacanya tua dengan nada tengah dan sa-kot dengan nada rendah-nada rendah.

Kita cek dulu apa saja sejauh ini yang sudah kita pelajari dari huruf-huruf bahasa Thai dan aturan membacanya.

Kita sudah tahu ada 44 konsonan yang terdiri dari:

  • Konsonan Tengah 9 huruf
  • Konsonan Tinggi 11 (1 tidak dipakai lagi)
  • Konsonan Rendah 24 (1 tidak dipakai lagi)

Dari 44 konsonan ini, beberapa konsonan menghasilkan bunyi yang sama, dan ada beberapa yang berubah bunyi jika diletakkan di akhir silabel

  • 21 bunyi jika diletakkan di awal silabel
  • 8 bunyi jika diletakkan di akhir silabel

Ada 28 huruf vokal, di bagi dalam 4 grup, dari 24 vokal, 12 disebut vokal pendek dan 12 disebut vokal panjang yang bentuk dan bunyinya mirip dengan vokal pendek. Ada 4 vokal ekstra yang selalu dikategorikan vokal panjang dan silabel yang menggunakan vokal ekstra ini tidak bisa memiliki konsonan akhir.

Kita sudah tahu juga kalau kombinasi kelas konsonan dan panjang pendeknya vokal akan menentukan nada baca dari sebuah silabel.

KonsonanVokal PendekVokal Panjang
Konsonan Tengah Nada RendahNada Tengah
Konsonan Tinggi Nada RendahNada Menaik
Konsonan RendahNada TinggiNada Tengah

Untuk silabel yang memiliki konsonan akhir, bentuk konsonan akhir menentukan nada dari silabel tersebut. Dari posting ini, kita ketahui ada 2 kelompok bunyi konsonan akhir yaitu bunyi konsonan mati (p,t,k) dan bunyi konsonan hidup (n,ng,m, y,w).

Formulasi aturan membacanya jadi berubah sebagai berikut dan selanjutnya lihat contoh:

Silabelvokal
apapun
Vokal
panjang
Vokal
pendek
Konsonan
awal
konsonan
akhir hidup
konsonan
akhir mati
konsonan
akhir mati
Tengahnada tengahnada rendahnada rendah
Tingginada naiknada rendahnada rendah
Rendahnada tengahnada turunnada tinggi

Untuk semua kelas konsonan awal + vokal panjang ataupun pendek + akhiran hidup (n, ng, m, y, w) silabel yang dihasilkan dibaca dengan mengikuti aturan pembacaan vokal panjang.

Contoh:

  • กะ+น→กัน dibaca kan dengan nada tengah
  • จา+น →จาน dibaca jaan dengan nada tengah
  • ดา +ว →ดาว dibaca daaw dengan nada tengah
  • ถุ+ง →ถุง dibaca thung dengan nada naik
  • สา+ม → สาม dibaca saam dengan nada naik
  • วะ+น →วัน dibaca wan dengan nada tengah
  • ทา+ง→ทาง dibaca thaang dengan nada tengah

Untuk silabel berawalan konsonan tengah dan tinggi ketika menggunakan bunyi konsonan akhiran mati (p,t,k) maka silabel tersebut dibaca mengikuti aturan baca vokal pendek terlepas dari vokal apapun yang digunakan.

Contoh:

  • กา+บ→กาบ dibaca kaap dengan nada rendah
  • กะ+บ→กับ dibaca kap dengan nada rendah
  • บา+ ท→บาท dibaca baat dengan nada rendah
  • ถู+ก →ถูก dibaca thuuk dengan nada rendah

Untuk silabel yang berawalan konsonan rendah +vokal pendek+ akhiran mati (p,t,k) dibaca dengan nada tinggi

Contoh:

  • นะ+ด→นัด dibaca nat dengan nada tinggi
  • พะ+ด→พัด dibaca phat dengan nada tinggi

Silabel yang berawalan konsonan rendah + vokal panjang + akhiran mati (p,t,k) dibaca dengan nada menurun

  • มา + ก → มาก dibaca maak dengan nada menurun
  • พู + ด → พูด dibaca phuut dengan nada menurun

Ada yang bingung? jangan lupa pegangan hahaha, memang kalau cuma baca begini pasti deh bingung, lebih mudah itu kalau liat contohnya setelah kita ingat huruf mana kelas mana dan bacanya bagaimana.

Belajar bahasa itu ya begitu, banyak yang harus diingat. Untuk bahasa yang tulisannya tidak sama dengan tulisan bahasa kita, ya butuh lebih banyak lagi hapalannya. Kalau belum ingat dengan kelas konsonan, jenis vokal dan bunyinya masing-masing memang semuanya jadi terasa banyak banget yang harus diingat, tapi kalau sudah ingat tiap tahapan yang ada, lama-lama juga bisa ingat lebih banyak lagi.

Mungkin ada yang memperhatikan kenapa huruf vokal pendek a ketika ada konsonan akhir cara penulisannya berubah dari samping kanan ke atas konsonan awal, ya memang begitu aturannya. Nanti akan ada saatnya saya akan bahas bentuk-bentuk penulisan vokal yang berubah.

Sekarang semakin banyak silabel yang bisa dibaca dari tulisan Thai, tapi tentunya setelah kita mengingat hal-hal yang sudah dipelajari sebelumnya. Sampai bertemu di tulisan berikutnya.