Apa, Ini dan Itu dalam Bahasa Thai

Hari ini saya akan mengenalkan 4 kata yang sering dipakai dalam bahasa Thai. Kata-kata ini juga berguna dipakai ketika berbelanja atau mencari informasi tentang sebuah benda.

A-rai อะไร / A-rai na? อะไรนะ?

Kata a-rai artinya apa. Kata ini sering terdengar menjadi a-lai, atau a-lai na, akhiran na biasanya ditambahkan di akhir untuk menambah kesan lebih sopan. Orang Thai sering ngomong sesuatu lalu ditambahkan na kha/na krap, biasanya presenter di radio ataupun TV sering sekali akhiran kalimatnya selalu dengan kata na kha/na krap. Tambahan kata ini biasanya untuk membuat kalimatnya lebih sopan.

Jadi kalau seseorang misalnya bertanya a-rai na kha , kalimat ini terdengarnya lebih sopan daripada bertanya a-rai?

An nii อันนี้

Kata nii artinya ini, biasanya digunakan seperti menggunakan kata ini dalam bahasa Indonesia juga. Mirip ya bunyinya, jadi pasti gampang diingatnya. Biasanya digunakan dengan kata an nii artinya menjadi yang ini.

Kalau ingat dengan kata bertanya harga yang saya tulis sebelumnya, kata ini bisa digunakan ketika berbelanja menjadi: an nii raakhaa thaorai kha? yang artinya kira-kira “yang ini harganya berapa ya?”

Selain itu bisa juga digunakan untuk bertanya digabungkan dengan kata apa. Contohnya: an nii a-rai kha? artinya menjadi: “ini apa ya?”. Kata ini bisa digunakan untuk benda satu maupun lebih dari satu.

An nan อันนั้น

Kata nan artinya itu. Biasanya pengunaanya sama seperti kata itu dalam bahasa Indonesia. Jadi misalnya bendanya agak jauh dari kita, ya kita bisa tanya: yang itu harganya berapa? an nan raakhaa thaorai kha?

Seperti halnya kata an nii, kata an nan bisa digunakan untuk menunjuk benda lebih dari satu. Kata nan ini biasanya digunakan untuk benda yang ditunjuk agak jauh tapi tidak terlalu jauh. Untuk benda yang agak jauh, bahasa Thai menggunakan kata lain lagi.

Nuun โน้น

Kata nuun artinya yang di sebelah sana. Posisinya cukup jauh dari yang bicara. Misalnya kita lagi di toko, menunjukkan benda yang ada di rak agak jauh dari kita, maka kita bilang nuun a-rai kha? yang artinya: “yang di sana itu apa ya?”.

Kalau dibayangkan penggunaan nii itu posisi bendanya dekat dengan yang bicara, nan posisi bendanya agak jauh dari yang bicara sedangkan nuun itu posisi bendanya agak lebih jauh daripada benda yang ditunjuk dengan kata nan.

Seperti biasa, untuk lebih jelas bagaimana nada pengucapan kata-kata yang saya perkenalkan, silakan klik link yang diberikan atau cari di YouTube ya. Makin mantap deh ini kosa kata buat belanja oleh-olehnya hehehe. Sampai ketemu di tulisan berikutnya.

Berbelanja dan Angka Bahasa Thai

Banyak orang Indonesia senang berbelanja ke Bangkok. Supaya bisa berbelanja dengan harga yang ramah kantong, tentunya yang diperlukan itu adalah mengetahui angka dalam bahasa Thai. Untuk berbelanja oleh-oleh biasanya di tempat seperti pasar malam atau pasar dadakan kita bisa menawar harga. Kalau kita tidak mengerti angka mereka akan menunjukkan harga dengan kalkulator. Tapi kalau kita bisa mengerti angka dalam bahasa Thai, penjual lebih senang dan akan memberikan harga lebih rendah.

Mata uang yang dipakai di Thailand namanya Thai Baht atau disingkat THB. Ketika berbelanja kita bisa menggunakan kata-kata berikut ini:

Raakhaa thaorai? ราคา เท่าไหร่

Kata raakhaa = harga, thaorai = berapa, jadi arti kata raakhaa taorai ini untuk bertanya harga kepada penjual. Untuk cara pengucapan bisa klik link atau cari di youtube ya.

Biasanya kita bertanya raakhaa thaorai ini sambil tunjuk benda yang ingin kita tanyakan harganya. Untuk memberi kesan sopan, kita selalu bisa menambahkan akhiran kha/krap menjadi raakhaa thaorai kha?

Gii Baat กี่บาท

Kata gii = berapa banyak, baat = baht (mata uang Thai). Kata ini merupakan cara lain untuk bertanya harga: berapa baht?

Lot raakhaa dai ma-i ลดราคาได้ไหม

Kata lot = turunkan, raakhaa = harga, dai ma-i = boleh tidak? Jadi artinya kira-kira: bisa turun lagi gak harganya? Oh ya bahasa Thai tidak mengenal spasi di antara katanya, jadi jangan heran kalau tulisan Thai-nya digabungkan semua ya.

Oke sekarang sudah tau kata untuk bertanya harga dan menawar harga. Berikutnya yang juga perlu diketahui adalah angka-angkanya.

Angka dan nominal uang Thai

Uang koin THB ada dalam bentuk satang 25 dan 50, ini seperti sen nya, 1 THB = 100 satang. Lalu koin Baht sendiri ada 1 THB, 2 THB, 5 THB dan 10 THB. Setelah itu berikutnya ada dalam bentuk lembaran kertas: 20 THB, 50 THB, 100 THB, 1000 THB. Saat saya menuliskan ini 1 THB itu nilainya sekitar 455 rupiah.

Penyebutan angka 1 – 10 :

berikut ini saya ambil dari situs: https://www.into-asia.com/thai_language/reference/numbers.php. Untuk pengucapannya situs ini mengunakan beberapa tanda baca untuk menandakan naik turunnya tone. Karena terlalu banyak, saya tidak bisa memberikan linknya satu persatu. Bisa dicari di YouTube saja cara pengucapannya ya.

Arabic NumeralsThai NumeralsPronunciation
0ศูนย์ suun
1หนึ่ง neung
2สอง soong
3สาม saam
4สี่ sii
5ห้า haa
6หก hok
7เจ็ด jet
8แปด pet
9เก้า kao
10๑๐สิบ sip

Angka 11 – 19

Arabic NumeralsThai NumeralsPronunciation
11๑๑สิบเอ็ด sìp èt
12๑๒สิบสอง sìp sŏng
13๑๓สิบสาม sìp săam
14๑๔สิบสี่ sìp sèe
15๑๕สิบห้า sìp hâa
16๑๖สิบหก sìp hòk
17๑๗สิบเจ็ด sìp jèt
18๑๘สิบแปด sìp bpàet
19๑๙สิบเก้า sìp gâo

Angka puluhan sampai 99

Arabic NumeralsThai NumeralsPronunciation
20๒๐ยี่สิบ yêe sìp
21๒๑ยี่สิบเอ็ด yêe-sìp-èt
22๒๒ยี่สิบสอง yêe-sìp-sŏng
23๒๓ยี่สิบสาม yêe-sìp-săam
30๓๐สามสิบ săam sìp
31๓๑สามสิบเอ็ด săam-sìp-èt
32๓๒สามสิบสอง săam-sìp-sŏng
40๔๐สี่สิบ sèe sìp
50๕๐ห้าสิบ hâa sìp
60๖๐หกสิบ hòk sìp
70๗๐เจ็ดสิบ jèt sìp
80๘๐แปดสิบ bpàet sìp
90๙๐เก้าสิบ gâo sìp
99๙๙เก้าสิบเก้า gâo-sìp-gâo

Angka ratusan sampai juta:

Arabic NumeralsThai NumeralsPronunciation
100๑๐๐หนึ่งร้อย nèung rói
200๒๐๐สองร้อย sŏng rói
555๕๕๕ห้าร้อยห้าสิบห้า hâa-rói-hâa-sìp-hâa
10.00๑๐๐๐หนึ่งพัน nèung pan
10.000๑๐๐๐๐หนึ่งหมื่น , mèun 
100.000๑๐๐๐๐๐แสน , săen 
1.000.000๑๐๐๐๐๐๐ล้าน láan

Ok, sekarang sudah bisa deh berbelanja oleh-oleh kalau jalan-jalan ke Thailand dengan menggunakan bahasa Thai dan mengerti angka-angka Thai.

Belajar Bahasa Thai Yuk

Sawatdii kha สวัสดีค่ะ

Setelah menunda sekian lama, saya akan menuliskan seri belajar bahasa Thai. Dulu waktu datang ke Thailand, susah sekali mencari informasi tentang belajar bahaasa Thai, bukunya pun sangat sedikit. Ada banyak situs belajar bahasa Thai tapi umumnya dalam bahasa Inggris. Semoga saya bisa konsisten menuliskan tentang bahasa Thai di blog ini.

Kata pertama yang perlu diketahui dalam bahasa Thai itu tentu saja salam. Ketika bertemu atau berpisah, orang Thai akan mengucapkan salam sambil menangkupkan tangan di depan dada dan mengatakan sawatdiikha / sawatdiikrap. Kata ini digunakan untuk selamat pagi, siang ataupun malam juga.

Bahasa Thai merupakan bahasa yang membedakan tinggi rendah bunyi dari sebuah suku kata. Agak sulit menjelaskan dengan kata-kata saja. Untuk sekarang ini saya akan mencoba memberikan link ke salah satu situs belajar bahasa Thai yang memberikan contoh pengucapan dari kata sawatdiikaa. Atau bisa juga silahkan cari contoh pengucapannya di youtube.

Apa bedanya Sawatdiikha dan Sawatdiikrap?

Bedanya adalah berdasarkan siapa yang mengucapkan. Kalau yang mengucapkan perempuan kita menggunakan kata berakhiran kha, kalau yang mengucapkan laki-laki, gunakan kata yang berakhiran krap. Untuk pengucapan krap, kadang-kadang orang Thai tidak membunyikan huruf r dalam krap, jadi sering juga yang kedengaran hanya sawatdiikap.

Kata sawatdii berasal dari kata sawat dan dii, sawat yang berarti salam sejahtera dan dii berarti baik atau sehat. Jadi salam sawatdii ini kira-kira artinya memberikan salam sejahtera dan harapan semoga sehat dan baik-baik saja untuk pendengarnya.

Fakta: Bahasa Thai punya standar RTGS untuk transliterasi, tapi sayangnya ini tidak menangani masalah tinggi rendah (tone) suara dan panjang pendek vokal, sehingga kebanyakan situs atau buku belajar bahasa Thai berusaha memberikan transliterasi sendiri dan umumnya untuk pengucapan orang yang berbahasa Inggris. Saya menuliskan di sini dengan pengucapan bahasa Indonesia, jadi saya menuliskan dii bukan dee. Kenapa i nya ada 2? karena dalam bahasa Thai, huruf i itu ada yang seperti pengucapan huruf i biasa dalam bahasa Indonesia, dan ada juga yang diucapkan lebih panjang. Untuk bunyi i yang lebih panjang saya tuliskan menggunakan 2 huruf i.

Untuk belajar bahasa Thai, ada baiknya belajar baca dan tulis langsung dengan huruf Thai nya. Tapi ya saya harus mengakui kalau huruf Thai ini juga tidak sesederhana alpabet kita yang hanya 26 huruf yang sudah gabungan dari konsonan dan vokal. Aksara bahasa Thai ada 44 konsonan, dan 32 vokal. Aturan penulisan bahasa Thai juga lumayan rumit. Huruf vokal itu ada yang dituliskan di depan, di atas atau dibawah konsonan. Untuk merepresentasikan 1 huruf vokal dalam bahasa Thai, kadang-kadang dipakai lebih dari 1 simbol. Tapi sekarang ini gak usah langsung bingung, kita kembali ke kata Sawatdii saja.

Sawasdii atau Sawatdii?

Mungkin kita sering membaca kata sawasdii dan bukan sawatdii. Ini sebenarnya kalau yang baca orang Thai bunyinya akan tetap sama jadi sawatdii. Hal ini karena dalam bahasa Thai, untuk suku kata yang berakhiran dengan huruf s, bunyinya otomatis akan menjadi bunyi huruf t. Hal inilah kenapa nama saya diucapkan orang Thai jadi Rit-na (seharusnya Risna), dan nama Joe disebut Yo-han-net (seharusnya Yohanes). Beberapa orang Thai juga suka membunyikan huruf r menjadi l, sehingga nama saya bisa berubah jadi lit-na. Lalu beberapa orang mengubah lagi nama saya jadi Li-na/Ri-na dengan menghilangkan bunyi s di akhir suku kata pertama. Pengucapan nama saya bisa ada huruf s nya hanya kalau huruf s itu menjadi suku kata baru menjadi Ri-sa-na (dan tentunya ada yang berusaha menyebut nama saya jadi Li-sa-na).

Selain huruf s di akhir suku kata, ada beberapa huruf lain yang juga berubah bunyinya. Bahasa Thai hanya mengenal 6 bunyi diakhir suku kata yang memiliki konsonan di akhir suku katanya. Bunyi yang dipakai itu hanya bunyi k, t, p, m, n dan ng. Bagian yang ini kapan-kapan akan dijelaskan lagi.

Biasanya ketika kita belajar bahasa baru, kita akan pengen tahu bagaimana menuliskan nama kita dalam bahasa tersebut. Tapi untuk menuliskan nama kita dalam aksara Thai yang diperlukan bukan pemetaan mana huruf yang bunyinya sama dengan nama kita, tapi lebih perlu mencari tahu bagaimana nama kita disebutkan dalam suku kata, lalu mencari tahu aksara Thai mana yang memberikan bunyi tersebut. Nama saya dalam bahasa Thai akan selalu jadi rit-na atau ri-sa-na.

Khop khun ขอบคุณ

Kata berikutnya yang penting diketahui adalah kata khop khun untuk berterimakasih. Seperti halnya dengan sawatdii, kata terimakasih ini jika diucapkan perempuan diberi akhiran kha menjadi khop khun kha, jika diucapkan laki-laki menjadi khop khun kap. Kata khop khun berarti menunjukkan rasa berterimakasih untuk orang yang diajak bicara. Kata Khun merupakan kata yang berarti Anda dalam bentuk formal.

Kho thoot ขอโทษ

Selain mengucapkan salam dan terimakasih, kata yang wajib tahu juga adalah mengucapkan permintaan maaf dengan kho thoot. Terjemahan langsung dari kata ini adalah kho = meminta, thoot = hukuman. Jadi permintaan maaf ini seperti pernyataan mengaku salah (dan siap mempertanggungjawabkan kesalahan dan memohon keringanan hukuman). Dan seperti halnya dengan 2 kata pertama, kita bisa menambahkan akhiran kha untuk perempuan dan akhiran kap untuk laki-laki ketika mengucapkannya untuk menambah tingkat kesopanan. Ibaratnya kalau kita gak pakai akhiran kha/kap kita cuma bilang: maaf (kayak kurang niat), tapi kalau kita bilang kho thoot kha/kho thoot kap kita bilang: aduh maaf ya saya udah berlaku salah.

Sepertinya dengan bisa mengucapkan 3 kata di atas, kalau berkunjung ke Thailand, pastilah orang Thailand langsung senang sekali dan memberi diskon ketika berbelanja hahaha. Sampai bertemu di tulisan berikutnya! สวัสดีค่ะ

Naik Tuktuk di Chiang Mai

Kemarin baca berita kalau di Jakarta sekarang ada Grab Bajaj. Terus jadi kepikiran dengan Tuktuk di Chiang Mai. Selama tinggal di sini rasanya naik Tuktuk itu kurang dari 5 kali. Saya gak suka naik tuktuk, soalnya sama seperti Bajaj, mesinnya suaranya berisik. Di sini supir tuktuk juga suka ngebut dan nyalip-nyalip gitu jalannya. Kalau gak terpaksa rasanya gak ingin naik tuktuk.

Ketika sedang ngobrolin GrabBajaj yang berlanjut ke ngomongin tuktuk, Jonathan nguping dan bilang gini: emang tuktuk itu apa sih? . Jonathan ternyata lupa kalau dia sudah pernah naik tuktuk, tapi memang terakhir naik tuktuk itu sebelum ada Joshua jadi bisa dimengerti kalau Jonathan gak ingat hahaha. Siapa sangka kalau setelah ngobrolin Tuktuk kemarin, hari ini saya perlu naik tuktuk. Tapi Jonathan gak mau diajakin naik tuktuk, soalnya udaranya tadi siang panas banget.

Kursi komputer di belakang tuktuk

Ceritanya kursi komputer Joe rusak setelah kurang lebih 5 tahun, kemarin nyari di mall kursi yang ada itu kursi untuk main game dan harganya lumayan mahal. Jadi tadi nyarinya yang di dekat rumah saja (dekat tapi gak deket banget). Harganya lumayan beda banyak dari harga yang di mall, tapi tokonya tidak ada jasa pengantaran kalau cuma beli 1 kursi. Nah mobil kami jelas-jelas gak muat bawa kursi komputer di bagasinya. Pemilik toko yang usulin pakai tuktuk saja. Karena saya pikir toh tidak jauh, ya bisalah pakai tuktuk diangkut. Jadilah tadi kursi komputernya diikat di belakang tuktuk, dan saya duduk di bagian penumpang untuk memberi tahu arah ke rumah.

Di Chiang Mai, Tuktuk dan Songtew merupakan taksi tanpa argo tanpa AC yang ongkosnya tentunya lebih murah daripada taksi biasa. Selain membawa penumpang, mereka juga biasanya jadi pilihan untuk membawa barang yang tidak bisa dibawa di bagasi mobil kecil. Biayanya tentunya lebih murah daripada harus menyewa mobil pick up misalnya. Saya juga pernah melihat orang pindah rumah menggunakan jasa Songtew atau tuktuk. Sepertinya karena sering membawa orang yang membawa barang-barang besar, supir tuktuk tadi juga langsung cekatan mengeluarkan tali dan langsung tau bagaimana mengikat kursi di belakang tuktuknya tanpa kuatir kursi itu akan jatuh.

Foto di dalam tuktuk

Karena jarang naik tuktuk, saya lupa ternyata di Thailand, supir tuktuk juga wajib mencantumkan identitasnya seperti halnya yang ada di taxi. Saya perhatikan, bagian atas tuktuk dilapisi dengan foil, sepertinya upaya untuk mengurangi panas di dalam tuktuk. Sofa penumpang dan jarak ke depan juga cukup luas. Kalau misalnya terpaksa, ayah, ibu dan 2 anak masih bisalah duduk bareng di tuktuk, dengan catatan tuktuknya jangan ngebut. Hari ini saya merasa beruntung, karena supir tuktuknya menyetirnya tidak ngebut dan sangat hati-hati, mungkin juga karena dia takut kursi yang diikat di belakang tuktuknya jatuh. Image tuktuk yang ada selama ini tergantikan dengan pengalaman baik hari ini. Kapan-kapan kalau iseng mau ikutan wisata naik tuktuk keliling Chaing Mai ah hehehehe.

Review: Kumon Thai

Catatan: Tulisan ini merupakan review mengenai belajar membaca dan menulis bahasa Thai di Kumon Thailand, saya tidak dibayar untuk tulisan ini.

Sejak Homeschool, Jonathan saya ikutkan kelas Kumon Thai sebagai bagian dari belajar membaca dan menulis bahasa Thai. Awalnya saya tahu Kumon itu untuk Matematika dan Bahasa Inggris saja, eh ternyata ada juga untuk pelajaran bahasa Thai.

Setelah ikutan tes, Jonathan mulai dari level paling awal Word Building Block (7A) dan sekarang sudah sampai level Sentence Building Block (B I) dalam waktu 2 tahun. Lama? ya nggak juga, karena setiap level itu diulang sampai anaknya bisa lulus testnya untuk naik level. Jadi dipastikan anaknya memang sudah mampu untuk naik level.

Lanjutkan membaca “Review: Kumon Thai”

Sosialisasi Keluarga Homeschooling

Sore ini, kami mencoba hal baru untuk sosialisasi Jonathan dan Joshua. Jonathan hampir 9 tahun, tentunya lebih pengen untuk bermain dengan anak seusianya daripada main dengan adiknya yang baru mau 4 tahun. Jonathan pengen nonton Detektif Pikachu, Joshua belum bisa gak berisik di dalam bioskop, jadilah Jonathan pergi sama papanya nonton bareng teman Jonathan dan papanya juga.

Sebelum nonton, Jonathan sempat makan dan main dulu di mall sama temannya. Mereka main pakai koin tapi bisa lama banget karena menang terus. Lumayan cuma 10 baht bisa main lama hehehe, tapi ternyata akhirnya kalau kelamaan dibatasi juga waktunya. Mungkin udah sering kali ya orang main kelamaan gak habis-habis kalau tidak dibatasi waktunya.

Lanjutkan membaca “Sosialisasi Keluarga Homeschooling”

Plus Minus selama Tinggal di Chiang Mai (12 tahun)

Tanggal 4 Mei 12 tahun yang lalu, saya dan Joe untuk pertama kalinya sampai di Chiang Mai. Kota terbesar di utara Thailand yang memiliki 3 musim dan pernah menjadi tempat berlangsungnya acara Sea Games di tahun 1995. Karena setiap tahun akhirnya menuliskan hal yang serupa, kali ini saya akan coba menuliskannya dalam format yang agak berbeda. Saya akan mencoba menuliskan plus minus atau suka duka selama 12 tahun di sini.

Mari kita mulai dengan hal-hal yang menyenangkan alias plus nya tinggal di sini:

  • Makanannya enak-enak dan mirip dengan masakan Indonesia, harganya dulu sih sama dengan Indonesia, sekarang terasa lebih murah karena pas pulang ke Indonesia kalau makan di luar berasa lebih mahal.
  • Kemana-mana dekat, ke mall bisa cuma beberapa jam saja dan gak pake macet di jalan.
  • Banyak tempat buat anak-anak main yang gratisan dan kalau bayar juga gak terlalu mahal
  • Banyak komunitas orang asingnya yang sangat membantu terutama ketika masa baru awal sampai dan juga waktu baru punya anak
  • Ada komunitas homeschooling berbahasa Inggris ataupun Thai, tinggal pilih saja
  • Internet kencang dan terjangkau harganya
  • Orang yang merokok relatif sedikit, minimal di tempat umum jarang deh berasa asap rokok.
  • Ada musim dingin yang adem dan menyenangkan buat jalan-jalan dengan keluarga
  • Nilai tukar baht cukup stabil terhadap dollar, selama 12 tahun tidak ada kenaikan harga yang terasa banget.
  • Datang berdua sekarang sudah berempat :D, pengalaman hamil dan melahirkan di Chiang Mai, dokter dan rumahsakitnya cukup bagus dan mendukung untung memberikan ASI eksklusif. Suster di rumah sakitnya juga ramah dan baik hati semua walaupun dengan bahasa Inggris yang terbatas tapi hatinya tulus membantu.
  • Dokter gigi di sini bisa ga pake nunggu lama, jadi bisa bikin janji dan datang sesuai dengan jam yang dijanjikan.
  • Banyak dokter di sini bisa berbahasa Inggris, jadi untuk berbagai masalah kesehatan gak usah jadi frustasi karena bingung bahasa, beberapa rumah sakit malah menyiapkan jasa translator untuk pasien dari negara yang tidak berbahasa Inggris.
  • Orang Thai baik hati dan ramah
  • Buah-buahannya enak kalau lagi musim berbuah harganya juga murah
  • Merasa lebih aman daripada di Indonesia, kalaupun kelupaan kunci pintu gak usah kuatir bakal ada maling.
  • Jarang ada pemadaman listrik, kalaupun ada selalu ada pemberitahuan terlebih dahulu. Atau kalaupun terjadi karena hujan badai, paling lama pernah pemadaman itu sekitar 2 jam.
  • Bahasanya strukturnya mirip bahasa Indonesia, jadi lebih mudah mempelajarinya (yang sedikit susah belajar naik turun suaranya aja).

Pantesan aja betah ya tinggal di sini, soalnya banyak plusnya. Nah tapi sebenarnya mana ada sih tempat yang benar-benar sempurna. Pasti adalah kurang-kurangnya dikit, asal gak lebih banyak dari plusnya aja ya.

Berikut ini hal-hal yang bikin tinggal di Chiang Mai jadi kurang nyaman:

  • Ada musim polusi selama bulan Maret sampai pertengahan April. Polusi udara ini benar-benar hal paling gak enak dari kota ini, tapi ya masih bisa diakalin sih dengan filter udara dan mempersedikit pergi selama sebulan dalam setahun. Tahun ini polusinya agak lebih parah dan bertahan sampai awal Mei.
  • Musim panasnya lumayan dashyat, bisa sampai 44 derajat celcius, panas gabung ama polusi bikin malas keluar rumah. Kalau di rumah minimal bisa ngadem pake AC dan pasang filter udara.
  • Belum ada direct flight ke Indonesia, jadi untuk perjalan mudik butuh 1 hari pergi dan 1 hari pulang karena selalu ada transit dulu beberapa jam.
  • Harus ke imigrasi urus visa tinggal tiap tahun, dan lapor diri setiap 90 hari kalau gak keluar dari Thailand. Sekarang sebenarnya hal ini udah mulai gak jadi masalah, karena urusan imigrasi sudah semakin cepat prosesnya dibandingkan 12 tahun lalu.
  • Angkutan umumnya terbatas dan belum cover semua rute, jadi punya kenderaan pribadi itu wajib untuk kemudahan kemana-mana. Sekarang ini angkutan umum sudah lebih banyak daripada 12 tahun lalu, tapi ya tentunya lebih cepat bepergian kalau punya transportasi sendiri, apalagi kalau bawa anak kecil.
  • Gak bisa beli tanah/rumah sebagai orang asing di Thailand (banyak kok pilihan rumah kontrakan dengan range harga terjangkau).
  • Gak ada yang jual indomie kari ayam dan ceres (ini sih emang harus nyetok hahaha).

Udah itu aja, gak nemu lagi apa minusnya tinggal di sini. Semua minusnya juga masih bisa ditolerir makanya masih betah sampai sekarang di sini hehehe.

Pertanyaan yang selalu saya tanyakan setiap tahun: mau sampai kapan di Chiang Mai? Selama masih memungkinkan, masih betah di sini. Gimana dengan kemajuan pelajaran bahasa Thai? Udahlah, udah bisa ngobrol dan baca secukupnya hehehhe. Masih pengen bisa berbahasa Thai yang fasih seperti berbicara, membaca dan menulis bahasa Indonesia sih, tapi ya belum ada kebutuhan untuk benar-benar fasih berbahasa Thailand, jadilah kemampuan berbahasa Thai nya jalan di tempat. Tetap optimis semoga tahun berikutnya bisa lebih fasih lagi baca tulis dan ngobrol bahasa Thai nya biar makin betah di sini hehehhe.