Elephant POOPOOPAPER Park

Selamat Tahun Baru 2017. Kami tidak merayakan tahun baru secara khusus, tapi tanggal 2 Januari kami pergi (lagi) ke Elephant POOPOOPAPER Park. Di tempat atraksi turis ini orang bisa mendapatkan penjelasan tentang pembuatan kertas dari eek gajah.

Dibandingkan banyak tempat wisata lain, tempat ini sangat kecil, dan tidak ada gajahnya di sini, cuma ada poop-nya saja. Tapi jangan khawatir, semuanya sudah kering dan tidak berbau sama sekali. Jadi di tempat wisata ini kita cuma bisa:

  • Melihat dan mendapatkan penjelasan bagaimana proses pembuatan kertas dari eek gajah
  • Ikut melakukan satu langkah (dari bola eek dilebarkan untuk dijemur)
  • Menghias buku atau kartu ucapan (yang tentunya terbuat dari eek gajah)
  • Minum dan makan snack di kantin
  • Memberi makan ikan
  • Berfoto
  • Beli merchandise, baik yang poop related maupun tidak

Tahun lalu ketika kami datang tidak ada guidenya, dan kami hanya perlu mengikuti eek gajah yang diletakkan di jalurnya. Tapi tahun ini ada guide yang menjelaskan prosesnya walaupun ada tulisan juga yang bisa dibaca kalau tidak ada guidenya. Lanjutkan membaca “Elephant POOPOOPAPER Park”

Mudik Indonesia 2016

Posting ini sekedar merangkum beberapa posting sebelumnya, sekaligus untuk menceritakan hal-hal kecil di luar posting-posting yang lain. Liburan kali ini cukup lama, dari tanggal 22 Juni (tiba di sana) sampai 10 Juli (tiba di Chiang Mai).

20160622_101146

Karena pemesanan tiket sudah mendekati harinya, harga Air Asia ternyata sudah sangat mahal, jadi kami mengambil Singapore Air yang ternyata lebih murah. Ketika berangkat Joshua agak pilek. Terakhir saya ingat (mungkin 5 tahun yang lalu), di Singapore WIFI gratisnya agak ribet. Tapi kali ini ternyata mudah diakses dan bahkan sangat cepat.

Kami mendarat dijemput oleh orang tua saya, dan sekaligus menjemput mamanya Risna yang mendarat dari Medan di waktu yang hampir sama. Di hari pertama, saya bersama bapak berusaha menyelesaikan tujuan utama. Tujuan utama adalah membuatkan Visa untuk Joshua. Joshua perlu keluar dari Thailand untuk bisa mendapatkan Visa (yang adalah ijin untuk masuk ke Thailand). Di hari pertama ini pembuatan Visa gagal karena kurang syarat Company Registration Letter dan Tax Proof.

Di sore hari pertama, saya naik motor bersama Jonathan ke Ceria Mart, dan pulangnya dihadang hujan. Setelah menunggu lama dan mengecek Google Weather akhirnya kami memutuskan pulang gerimis.

20160623_171426

Di hari kedua kami memutuskan berangkat lagi untuk mengurus Visa Joshua. Kali ini semua sudah dipersiapkan (dokumen yang diperlukan sudah diemail dan dicetak), jadi tidak ada masalah lagi. Pulangnya kami menyampaikan titipan Kak Wanti, dan karena masih cukup sore kami memutuskan mampir di Monumen Pancasila Sakti (sudah dituliskan ceritanya di posting lain).

Di hari berikutnya, opungnya Joshua berhasil memangkas rambutnya, sekarang dia kelihatan lebih ganteng. Joshua bisa terdistract karena diberikan video Mother Goose Club. Bersama saudara saya, mas Adi, kami naik bus dan ke monas hari itu. Ini juga sudah diceritakan di posting terpisah.

Di hari Minggu kami beristirahat karena mempersiapkan diri untuk ke Jawa Tengah esok harinya. Adik Asty (sepupunya Jonathan) datang, dan mereka bisa bermain bersama. Keesokan harinya kami berangkat ke kampung halaman dan ke Yogyakarta.

Sepulang dari Yogyakarta sudah tengah malam, jadi kami membiarkan anak-anak beristirahat, sementara Opung duluan datang ke acara adat sayur matua Inang Tua Kom pada dini hari. Kami datang ke Bekasi dengan menggunakan Grab dan kembali menggunakan Uber. Senangnya sekarang rumah Eyang sudah bisa dicari di peta sampai level nomer rumah dan posisinya pas, sehingga mudah memanggil Uber/Grab. Seperti pernah saya ceritakan di posting lain, ketika seseorang mencapai Sayur Matua maka acara adatnya adalah perayaan.

20160702_165728

Di hari Minggu kami kembali beristirahat lagi dan saya nyetir ke Hypermart untuk membeli beberapa benda (terutama alat pel yang lebih baik karena pembantu di rumah Eyang sedang mudik). Joshua bisa diajak makan di Solaria. Pulangnya kami mampir ke rumah Yosi. Keesokan harinya kami pergi ke Ancol, ini juga sudah dituliskan di posting terpisah.

20160703_135859

Sebenarnya kami ingin menyewa travel untuk pergi ke Bandung, tapi ternyata sudah penuh di hari sebelum lebaran, dan kebanyakan tutup di hari lebaran. Jadi akhirnya saya menyetir ke Bandung (ini juga diceritakan di posting terpisah).

Di rumah Eyang saya sempat mengajari Jonathan bermain api dan korek api. Ini sebenarnya sesuatu yang mau saya ajarkan dari dulu, tapi selalu lupa beli koreknya. Terakhir kali ingat pas musim panas di Chiang Mai dan waktu itu banyak kebakaran, jadi saya tunda lagi.

Hari Jumat kami membuat foto keluarga bersama. Terakhir kali foto keluarga, Joshua masih di dalam perut mamanya.

IMG_8308

Di hari Sabtu, Risna bertemu dengan teman-teman SMA-nya, sementara saya, Jonathan dan keluarga Yosi menonton film Finding Dory.

20160709_133710

20160709_154737

Kami kembali ke Chiang Mai hari Minggu pagi, diantar oleh keluarga Yosi. Kami agak khawatir karena di malam Minggu Joshua agak demam dan sempat muntah. Tapi Puji Tuhan Joshua hanya cranky sedikit di awal perjalanan. Sepanjang Jakarta Singapore dia tidur. Ketika transit kami biarkan dia merangkak berkeliaran. Di penerbangan terakhir dia agak bosan, tapi ada anak yang hampir seusianya di kursi dekat kami, jadi dia agak terhibur.

IMG_0887

Di sepanjang perjalanan berangkat dan kembali, Jonathan senang sekali karena biasanya pesawat yang dia naiki kecil (single aisle) sedangkan yang ini besar (double aisle). Dia juga senang sekali membaca instruksi keselamatan yang ada di tiap pesawat. Saya selalu diminta untuk memfoto supaya bisa dilihat lagi di rumah.

Liburan kali ini sangat melelahkan, penuh dengan perjalanan panjang, tapi kami bersyukur Joshua dan Jonathan tetap sehat. Kami tadinya sangat khawatir Joshua akan sakit, apalagi dengan perjalanan jauh dengan mobil (beberapa kali), dan juga mengunjungi sangat banyak tempat.

Kami bersyukur bisa tiba kembali di Chiang Mai dengan selamat, dijemput oleh Office Manager kami. Kami juga bersyukur rumah sudah dibersihkan oleh Asisten Rumah Tangga yang sudah dipesankan sebelumnya. Berbagai hal sudah dibereskan juga (tagihan listrik, air), tukang rumput juga sudah dipanggil untuk membereskan rumput. Bahkan dia sudah membelikan telur karena dia tahu kami akan sarapan itu. Kami juga bersyukur karena listrik, air, dan Internet semuanya berjalan lancar ketika tiba di rumah.

 

Jalan-jalan ke Bandung

Karena rencana ke Bandung sebelumnya dibatalkan, kami mencari hari lain untuk ke Bandung. Setelah mengecek bahwa kebanyakan travel tidak beroperasi di hari lebaran, dan yang beroperasi juga sudah penuh, maka saya memutuskan nekat menyetir ke Bandung.

20160705_143026

Meskipun di Chiang Mai kami memiliki mobil dan menyetir sendiri, tapi saya merasa tidak nyaman menyetir di Indonesia plus SIM Indonesia saya sudah expired lama sekali, cuma punya SIM Thailand. Tapi karena tidak ada yang bisa menyetir untuk kami, dan menduga bahwa jalanan akan lancar, maka kami memutuskan untuk berangkat pada Selasa 5 Juli, siang hari jauh sebelum jam takbiran. Katanya SIM Thailand juga bisa dipakai di ASEAN jadi saatnya untuk mencoba itu. Kami juga cukup percaya Google Maps akan mengantar kami melalui jalur akurat dan bebas macet.

20160705_165455

Untungnya dugaan kami benar, lalu lintas sangat lancar dan kami bisa tiba di Caringin (tempat adik Risna/tulangnya Jonathan) cukup sore. Saya serahkan urusan menyetir di kota Bandung ke Lae untuk check in hotel lalu mencari makan malam. Kami menginap di SHEO hotel di Cimbeluit.

IMG_0645

Ketika kami check in di hotel, ada masalah dengan showernya. Walau di malam lebaran, mereka bisa membetulkan masalahnya dalam waktu singkat. WIFI di hotel ini kecepatannya tinggi, sayangnya di dalam kamar signalnya sangat lemah.

Esok harinya kami berenang. Di kolam renangnya ada dua katak. Mungkin karena hari lebaran, tidak ada yang bertanggung jawab membersihkan kolamnya.

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

Siangnya kami bertemu dengan Bu Inge (atau Jonathan memanggilnya Oma Inge). Setelah sulit mencari tempat makan yang buka tapi tidak terlalu padat, kami memutuskan untuk makan di Paskal Hypersquare. Jonathan semangat sekali ingin menceritakan game Human Resource Machine ke Oma Inge. Jonathan juga mendapatkan kado dari Oma Inge.

20160706_140555

Bu Inge bersemangat bercerita mengenai http://bebras.org/

Kami ingin meneruskan perjalanan ke Farmhouse Lembang, tapi ternyata lalu lintas terlalu ramai. Kami mencoba jalan pintas melewati Farmhouse dan berencana turun dari atas, tapi ternyata ada pembatas jalan yang membuat kami tidak bisa berputar. Akhirnya kami memutuskan ke Tahu Susu Lembang dan di sana ada tempat bermain.

Pertama Jonatan hanya bermain pancing ikan dengan magnet. Abang Gio jadi tertarik juga. Setelah Jonathan bosan, abang Gio tetap bermain itu.

20160706_162355

 

Jonathan ingin sekali naik kereta setiap kali melihat mainan sejenis itu meski sudah puluhan kali naik kereta gratis di Chiang Mai. Keretanya 20 rb per orang.

20160706_163856

Setelah bosan, saya bujuk dia untuk naik Flying Fox/zip line. Jonathan tidak takut sama sekali dan bisa menikmatinya. Tarif ini juga 20 rb.

IMG_0656

Berikutnya bersama saya, kami masuk ke bola yang mengapung di atas air. Tarifnya juga sama 20 rb/orang (jadi 40 rb berdua). Kami diberi 5 menit naik ini (karena oksigen terbatas), naik bola ini juga rasanya agak aneh (tekanan udaranya berbeda dari di luar).

20160706_165424

IMG_0695

Terakhir kami masuk ke taman bermain yang berbayar, tapi sangat mengecewakan. Mainannya tidak terawat dan sebagian tidak bisa dipakai.

IMG_0728

 

IMG_0747

Di hari kedua lebaran, saya menyetir lagi pulang, tapi sebelumnya mampir dulu ke rumah mbak Cepi di buah batu. Jonathan bisa langsung bermain dengan Fathan.

20160707_121957

Lalu mbak Asri dateng.

20160707_132756

Lalu diteruskan ke tempat Lae. Ada acara kecil potong rambut seperti dulu yang dilakukan pada Jonathan.

IMG_0801

Dan saya meneruskan perjalanan pulang. Lalu lintas mulai memadat, tapi belum macet. Arah sebaliknya (menuju Bandung) sudah macet panjang sampai dibuatkan contraflow.

Kami tiba kembali ke Depok dengan selamat. Selama perjalanan tidak pernah diminta SIM, jadi masih tidak tahu apakah SIM Thailand berlaku atau tidak di Indonesia.

Pantai Ancol

Ini merupakan perjalanan singkat di Jakarta. Kami hanya sekedar mencari tempat outdoor agar Jonathan dan Cathy bisa bermain bersama. Sebenarnya kami berencana ke TMII, tapi karena sudah pernah ke sana, kami memutuskan untuk pergi ke Ancol, sekedar ke pantainya bukan ke Dufan karena anak-anak belum cukup umur (dan belum cukup tinggi) untuk bisa menaiki wahana dufan.

IMG_0584

Kami mulai dengan makan di Mc Donalds dan dilanjutkan dengan membeli peralatan untuk bermain pasir (50 rb) plus bola (20 rb).

20160704_115221.jpg

Sebenarnya kita bisa meminjam tikar gratis dengan jaminan KTP, tapi karena hanya Risna, Joshua dan Opung yang menunggu, mereka mendapat tempat di tenda jadi tidak perlu menyewa tikar.

20160704_114309

Ternyata ada WIFI gratis di Ancol dan kecepatannya cukup bagus, signalnya juga kuat. Tidak perlu login/password untuk bisa menikmati WIFI-nya.

20160704_130212.jpg

IMG_0588Permainan yang dilakukan anak-anak mulanya hanya bermain pasir, tapi akhirnya mereka menceburkan diri di pantai dan bermain air.

20160704_135408

Setelah selesai bermain, kami meneruskan perjalanan ke rumah adik saya, Aris. Di jalan kami ingin membawakan Mpek-mpek, tapi ternyata di bulan puasa ini kami hanya bisa membeli yang belum digoreng (hanya setelah jam 6 sore mereka melayani yang sudah digoreng).

20160704_171113

Jalan-jalan di Yogyakarta

Tanggal 29 Juni kami baru mulai menikmati Yogyakarta. Kami menginap di Sahid Rich Hotel (yang lagi promo). Secara umum hotelnya bagus. Kualitas koneksi WIFI-nya jelek. Makanan sarapan cukup lengkap (bahkan ada gudeg dan Jamu juga). Karena tidak membawa mainan untuk Joshua, saya menggunakan perlengkapan dari hotel untuk mainan.

20160629_064012

Tujuan utama hari itu adalah ke Borobudur. Sampai di sana kami dikerumuni penjaja barang dan payung. Mereka menawarkan 100 ribu per 3 kaos dan 10 ribu untuk payungnya. Kami melewati mereka dan ternyata di dalam harga kaos adalah 100 ribu per 5 kaos dan sewa payung hanya 5 ribu rupiah saja. Di dalam bahkan ada jasa menggendongkan anak supaya tidak capek naik ke atas, tapi kami tidak memakai jasa ini karena tahu bahwa Joshua tidak mau digendong siapapun selain orang tuanya.

IMG_8010

Untuk mencapai Borobudur, kami naik trem dengan biaya 7500 rupiah per orang, sudah mendapatkan minuman Aqua botol kecil.

20160629_110114

Sampai di Borobudur, kami langsung naik di cuaca yang terik (saya menggendong Joshua). Setelah sampai di atas kami turun lagi.

IMG_8063

Supaya tidak capek, kami menyewa delman keluar ke arah parkir. Harganya 75 ribu per delman (ada tiketnya) plus memberi tip ke kusirnya. Perjalanannya cukup panjang menuju ke tempat parkir, jadi 75 ribu itu cukup worth the money.

IMG_8109

Sorenya kami diajak makan di Serba Sambal (SS) oleh teman kami, Hesti, yang sempat lama di Chiang Mai. Sayangnya ketika diajak keliling Yogyakarta dalam mobil, Jonathan sudah mengantuk jadi tertidur. Tapi kami jadi punya target kunjungan hari berikutnya: alun-alun.

IMG_0504

Hari berikutnya kami berenang, lalu diteruskan makan siang Gudeg.

20160630_122245

Lalu kami pergi ke Taman Pintar. Ada banyak wahana gratis dan berbayar di sini.

Yang paling dinikmati Jonathan adalah Planetarium dan naik sepeda untuk belajar lalu lintas.

20160630_135326

Selesai dari sana kami menuju alun-alun. Lucu juga di peta ada Alun-alun Utara dan Alun-alun kidul (bukan lor-kidul atau utara-selatan). Kami menikmati makanan di sana yang harganya relatif murah.

IMG_0520

Tidak lupa kami menjalani tujuan utama: sepeda kayuh berbentuk mobil dengan LED yang menyala-nyala. Tarifnya 40 ribu kalo satu putaran atau 60 ribu kalau dua putaran. Karena capek mengayuh, kami mengambil satu putaran saja. Untung saja mobil yang paling depan adalah doraemon (yang merupakan tokoh favorit Jonathan)

20160630_173907

Tadinya kami akan meneruskan perjalanan ke Bandung, tapi karena mendapatkan kabar bahwa kakak almarhum papanya Risna meninggal, kami kembali langsung ke depok.

20160701_153833

Dalam perjalanan kembali, kami melihat bahwa Brexit (brebes exit) arah ke Jawa Tengah/Timur sudah mulai macet. Kami sendiri juga mengalami sedikit macet, tapi berhasil diatasi dengan bantuan Google Map lewat jalan kampung. Kami berangkat sekitar 11 Siang dan sampai sekitar jam 1 malam.

Ke kampung halaman

Menurut KBBI kampung halaman adalah daerah atau desa tempat kelahiran;. Dengan definisi itu, karena sudah ke Jakarta berarti kami sudah ke kampung halaman Risna. Berikutnya kami menuju kampung halaman saya, di Sukoharjo.

Perjalanan dilakukan dengan mobil Fortuner yang dikendarai adik saya (Yosi), dan kami pergi bersama keluarga Yosi plus opungnya Jonathan. Kami berangkat tanggal 27 Juni 2016 pukul 4.17 pagi. Karena ingin jalan-jalan di Yogya, kami memutuskan memesan hotel di Yogya saja. Perjalanan lancar, dan kami sempat berhenti di rest area serta di Rumah Makan Tiga Putri. Rumah makannya cukup cocok karena menyediakan area main untuk anak-anak.

Di sepanjang perjalanan, kami sering memutar Mother Goose Club agar anak-anak senang, tapi membuat saya jadi tertidur.

20160627_072151_001

Perjalanan seharusnya bisa lebih cepat, tapi ada sedikit masalah di mobil: indikator bahan bakar menyala, jadi kami mampir ke bengkel untuk memastikan. Ternyata filter Solar perlu diganti.  Di tempat itu ada pojok bermain anak.

20160627_154826

 

Kami tiba di Yogyakarta pukul 5 Sore dan langsung check in lalu tidur (kami makan McDonalds di hotel).

Esok harinya seharian kami mengunjungi kampung halaman saya (dan juga Yosi). Saya cukup senang bahwa anak-anak tidak rewel menghadapi suasana kampung. Di rumah pakde pertama, anak-anak malah bermain gabah. Di tempat lain mereka main dengan kambing.

IMG_0444

Walau di bulan puasa, ada juga warung makan yang buka dan makanannya cukup cocok.

IMG_0449

Suasana kampung ternyata sudah banyak berubah, bahkan Indomaret sudah ada di sana. Setelah mengunjungi saudara di desa, kami pergi ke Solo untuk mengunjungi juga saudara-saudara di sana.

Sebagai keturunan orang Jawa (tengah), ini kali pertama Jonathan dan Joshua pergi ke Jawa tengah, terakhir kali hanya saya sendiri yang pulang ke kampung halaman.

Monumen Pancasila Sakti

Posting ini singkat saja karena dua hal: pertama kami tidak merencanakan pergi ke tempat ini, dan kedua: tempat ini masih kurang cocok untuk usia Jonathan/Joshua. Sulit menjelaskan kekejaman manusia terhadap sesama karena perbedaan ideologi.

Kami pergi ke Monumen Pancasila Sakti karena dua hal: kami belum pernah ke sini (atau mungkin pernah waktu masih kecil, sudah lupa), dan kedua adalah karena kami baru lewat rumah Kak Wanti (kakaknya Risna). Kami pergi ke tempat ini bersama dengan keluarga Yosi.

Waktu membeli tiket, kami diberi booklet dan stiker

20160624_134013

20160624_134010

Ada teks Pancasila (sesuatu yang nanti perlu diajarkan ke Jonathan jika ingin kembali ke Indonesia)

20160624_135707

Kami melewati lubang buaya dengan penjelasan singkat ke Jonathan dan Celine (adik sepupu Jonathan). Celine mengulang-ulang cerita soal “seven people that died” yang membuat kami jadi rada khawatir.

20160624_140222

Karena masih terlalu singkat perjalanannya, kami masuk ke Museum Penghianatan PKI. Di dalamnya isinya berbagai diorama, banyak yang kejam

20160624_141614

Museum ini disponsori oleh Teh Botol Sosro

20160624_142503

Dan ini pesan di akhir pintu menuju keluar

20160624_142239-PANO