Buat yang Mau Berkunjung ke Chiang Mai

Sebenarnya sudah banyak menulis mengenai Chiang Mai, tapi ini saya mau mencoba menuiskan hal-hal mengenai Chiang Mai siapa tahu ada yang lagi bingung mau ke mana dan kepikiran mengunjungi Chiang Mai.

Chiang Mai itu di Mana?

Chiang Mai ini kota di utara Thailand, letaknya di kelilingi oleh perbukitan, dan jauh dari pantai. Jadi kalau mau liburan ke pantai, pastinya jangan cari di Chiang Mai hehehe. Kota ini merupakan kota terbesar di Utara Thailand, tapi sangat berbeda di bandingkan Bangkok.

Chiang Mai masih sekitar 3 jam perjalanan lagi untuk ke daerah perbatasan Thailand dengan negara Laos dan Myanmar. Selain bahasa Thailand, penduduk di sini kebanyakan berbahasa daerah juga (ya samalah kalau ke Bandung banyak yang bahasa Sunda bukan bahasa Indonesia doang). Tapi karena banyaknya orang asing tinggal di kota ini, gak usah kuatir kalau gak bisa bahasa Thailand, modal bahasa Inggris juga cukup kok untuk ke sini, kalau beruntung bisa ketemu orang asing yang sudah bisa berbahasa Thai, jadi bisa gampang nanya-nanya nya hehe.

Dari Indonesia sekarang ini belum ada direct flight langsung ke Chiang Mai, tapi ada banyak cara ke sini. Setelah sampai ke Bangkok, bisa naik pesawat sekitar 1 jam lagi atau naik bis malam (10 – 12 jam) atau kereta api (12 – 15jam). Alternatif lain, selain dari Bangkok, bisa juga dari Kuala Lumpur atau Singapur (ada pesawat yang transit di hari yang sama dan langsung ke Chiang Mai).

Kapan Waktu Terbaik ke Chiang Mai

Sepanjang tahun ada macam-macam festival yang menarik untuk dilihat dan menjadi alasan mengunjungi Chiang Mai, tapi tentunya tergantung juga dapat jatah liburnya kapan dan mau berapa lama di Chiang Mai. Chiang Mai memiliki musim panas (Maret – Agustus), musim hujan (September – November) dan musim dingin (Desember – Februari). Selama 12 tahun ini, musimnya kadang agak bergeser sedikit, November kadang sudah dingin kadang belum, Desember kadang masih hujan, dan Maret pagi-pagi masih dingin. tapi yang pasti April pasti panas banget dan Januari udaranya dingin. Musim dingin di sini itu gak ada salju dan ga ada hujan, jadi ya cuacanya menyenangkan buat jalan-jalan tanpa gangguan.

Biasanya turis paling banyak datang ke Chiang Mai itu di bulan Desember atau Januari awal. Tidak disarankan datang sekitar Februari sampai awal April karena di masa itu tingkat polusi udara sedang tinggi dari pembakaran ladang sisa panen di daerah utara Thailand dan juga dari negara tetangga. Biasanya polusi ini akan berakhir menjelang festival air Songkran / Tahun baru Thailand sekitar tanggal 14 dan 15 April. Tapi ya kalau datang bukan untuk festival air, lebih baik datang di awal Januari, saat udara sedang adem.

Apa yang bisa di lihat di bulan Januari? kalau beruntung bisa lihat bunga sakura sedang mekar. Kalau datangnya di minggu ke – 2 Januari bisa melihat perayaan hari anak di Thailand, di mana hari itu banyak tempat memberi gratisan untuk anak-anak. Bisa jalan-jalan ke kuil-kuil sekitar Chiang Mai sambil menikmati udara sejuk. Dan kalau datangnya minggu pertama Februari, bisa melihat festival bunga yang diadakan akhir pekan pertama di bulan Februari setiap tahunnya.

Kalau datang Maret gimana?gak ada apa-apa kecuali polusi udara hehehe, tapi pernah juga sih sepupu kami datang ke sini akhir Maret, dan beruntung ada hujan sebelum mereka tiba, jadi polusi udaranya minggir dan mereka bisa jalan-jalan melihat Chiang Mai. Tapi ya jangan ambil resikolah, kecuali udah beli tiket hahaha.

April seperti saya sebutkan sebelumnya ada festival air Songkran. Biasanya hari siram-siraman ini berlangsung beberapa hari, puncaknya biasanya sekitar tanggal 14 dan 15 April. Kalau mau main-main air ya jadwalkan datangnya sekitar hari Songkran.

Antara Mei sampai Oktober, biasanya sepi turis. Tidak disarankan juga ke Chiang Mai karena sering ada hujan dadakan. Gak seru kalau jalan-jalan terus kehujanan tiba-tiba, dan kemudian tiba-tiba panas terik lagi. Udaranya juga masih cukup panas walaupun hujan. Kami tiba pertama kali di Chiang mai sekitar bulan Mei, waktu itu masih banyak sekolah libur dan kami pikir kota ini sepi sekali, ternyata tak lama kemudian kotanya ramai lagi. Libur akhir tahun ajaran untuk sekolah di sini untuk sekolah Thai antara Maret sampai pertengahan Mei, sedangkan untuk sekolah Internasional liburan itu awal Juni sampai akhir Juli, jadi memang antara Mei sampai Agustus banyak yang liburan dan mengurangi isi kota Chiang Mai. September dan Oktober banyak hujan, jadi tetap gak seru deh liburan ke Chiang Mai di bulan-bulan itu.

Di bulan November ada festival Loy Kratong dan Yi Peng. Nah ini juga menarik untuk di lihat. Tiap tahun tanggalnya bisa berubah, tergantung kapan bulan purnamanya. Kalau berenacana ke Chiang mai untuk melihat festival ini, bisa cek dulu kapan festival ini akan diadakan tepatnya. Kadang-kadang bulan November udaranya udah cukup dingin, kadang-kadang masih agak panas, tapi karena festival Loy Kratong dan Yi Peng ini biasanya dirayakan malam hari, lebih baik bawa baju hangat yang tidak terlalu tebal untuk persiapan.

Hal-hal lain yang perlu diperhatikan

Penduduk Thailand mayoritasnya beragama Budha. Makanan Halal agak sulit ditemukan, tapi ada beberapa restoran Halal di Chiang Mai, jadi gak usah kuatir juga. Ada banyak pilihan makanan vegetarian juga dan seafood dan semua bisa dibeli dengan harga yang terjangkau. Makanan di Chiang Mai ini cukup standar harganya baik di food court mall maupun di luar mall.

Di Chiang Mai belum banyak angkutan umum, untungnya sekarang sudah ada taksi Grab. Untuk rute tertentu sudah ada bis trayek tapi karena saya belum pernah naik jadi belum bisa cerita banyak. Kalau rencana mengunjungi Chiang Mai sekitar seminggu, bisa mempertimbangkan menyewa motor atau mobil. Surat Ijin Mengemudi kita dari Indonesia bisa dipakai kok di Thailand sini, tapi jangan lupa untuk selalu pakai helm kalau naik motor dan taati rambu yang ada biar gak berurusan sama polisi.

Mata uang rupiah biasanya tidak laku untuk ditukarkan di money changer di Thailand. Sebaiknya bawa dollar, atau tarik tunai dari mesin ATM sini juga bisa. Dari hasil mencoba beberapa bank, nilai tukar yang paling baik kalau menarik dana dari ATM Bangkok Bank. Setiap penarikan dari atm akan dikenakan biaya sekitar 220 baht, dan jumlah lembaran maksimal yang bisa ditarik itu tergantung limit harian dan isi rekening kamu hehehe.

Udah segitu dulu, besok-besok kalau ada yang ketinggalan akan ditambahkan lagi.

Festival Bunga Chiang Mai 2019

Festival Bunga di Chiang Mai di adakan setiap akhir pekan pertama di bulan Februari. Untuk tahun ini, festival bunga diadakan sejak hari Jumat tanggal 1 Feb sampai dengan hari Minggu 3 Feb 2019. Setelah beberapa tahun tidak mengunjungi festival bunga dengan berbagai alasan: terlalu ramai, banyak orang, males sampai gak tau parkir di mana supaya jalan tidak jauh, akhirnya tahun lalu kami menemukan tempat parkir yang ideal dan waktu yang tepat untuk mengikuti acara ini.

Mumpung mama saya juga masih di sini, ya sekalian mengajak mama saya jalan-jalan lagi. Mama saya sudah beberapa kali ke Chiang Mai, tapi baru kali ini waktunya pas dengan acara festival bunga ini.

Lanjutkan membaca “Festival Bunga Chiang Mai 2019”

San Kamphaeng Hot Springs

Pemandangannya menyejukkan walaupun matahari bersinar terik

Hari ini ajakin oppung jalan-jalan ke Hot Springs lagi, sekalian Jonathan main dengan teman barunya. Tempat ini gak jauh dari Chiang Mai, cuma sekitar 45 menit nyetir, jalannya juga bagus dan mulus sampai-sampai jalannya dibatasi maksimum 80 km/jam biar orang-orang gak ngebut. Lokasinya di kaki bukit, jadi tidak ada jalanan menanjak.

Walaupun tempat ini tidak terlalu jauh, kami terakhir ke sini ya beberapa tahun lalu pas oppung ke Chiang Mai juga. Entah kenapa pas eyang datang, kami lupa dengan tempat ini, padahal tempat ini sangat cocok untuk bersantai-santai dan tidak banyak berjalan naik turun seperti Doi Pui. Walaupun sudah pernah ke sana sebelumnya, baru hari ini mengetahui ada banyak hal yang bisa dilakukan selain rendam kaki dan rebus telur.

Beberapa tahun lalu, kami datang agak kesorean. Tukang berjualan makanan sudah mau pada tutup (tukang jualan tutup jam 4.30), waktu itu kami cuma sempat rebus telur (bisa beli di sana, telur puyuh 10 biji 40 baht dan telur ayam 3 biji 20 baht). Tiket masuknya masih sama dengan beberapa tahun lalu. Kami masih dapat harga Thai, walaupun di sana ada tulisan kalau harga Thai itu untuk pemegang ID Thai saja. Harga Thai Dewasa 40 baht, anak-anak 20 baht, mobil kalau mau masuk ke dalam juga bayar 40 baht. Harga orang asing dewasa 100 Baht, anak-anak 50 Baht.

Selain telur rebus, biasanya di sana kita bisa membeli makanan khas Thai seperti Somtam dengan nasi ketan, ayam goreng, mie instan, nasi ketan dalam bambu dan tentu saja ada kopi selain minuman bersoda lainnya. Kalau mau piknik di sana juga bisa saja kita bawa makanan sendiri. Saya perhatikan ada banyak yang bawa tikar dan keluarin makanan sendiri. Seperti umumnya di tempat wisata di Chiang Mai, harga makanan di dalam tempat wisata gak berbeda dengan di luar lokasi. Tapi memang makanannya buat makanan kualitas istimewa, tapi lebih ke makanan selera lokal.

Untuk merebus telur, kita bisa merebusnya langsung di dalam air panas belerang yang panasnya sekitar 105 derajat Celcius. Waktu yang dibutuhkan untuk merebusnya tergantung selera kita apakah mau setengah matang atau matang banget. Semakin lama direbus di air panas, ya tentunya semakin matang. Paling lama sekitar 10 menit, kita sudah mendapatkan telur yang cukup matang. Selama menunggu, kita tidak perlu kuatir keranjang telur kita akan diambil orang, karena di sana orang-orangnya cukup tertib mengambil yang memang punyanya saja. Jadi selama menunggu, kita bisa saja rendam kaki. Air untuk merendam kakinya suhunya berkisar 45 – 55 derajat celcius, harus hati-hati sebelum memutuskan merendam kaki, karena sepertinya ketika suhu di atas 50 derajat, airnya lumayan panas banget.

playground

Selain makan, untuk anak-anak tersedia juga playground. Beberapa mainan kadang-kadang mulai rusak, tapi secara keseluruhan masih cukup fun buat bermain apalagi kalau ada temannya, pasti bisa bermain lebih lama. Kalau bosan main di playground, anak-anak bisa eksplorasi sekitar tempat itu. Lokasinya sangat luas, di sana tersedia juga tempat untuk camping, pijat, kolam renang, privat room untuk rendam badan, ataupun kalau mau menginap tersedia juga kamar penginapan untuk di sewa. Kami belum pernah menginap di sana, tapi sepertinya kalau mau outing bareng teman-teman beberapa keluarga, tempat ini cukup menarik untuk dikunjungi bersama-sama dan menginap 1 malam.

Kami berangkat dari rumah sekitar jam 12.15 dan kembali lagi ke rumah sekitar jam 6.30 malam. Awalnya, kami sudah rencana pulang sektiar jam 4.30 sore, tapi karena saya baru tahu ada kolam renang dan Jonathan tadi pagi gak jadi berenang dengan oppung, jadilah kami memutuskan Jonathan dan oppung berenang dulu. Kolam renangnya air belerang juga, tapi suhunya dijaga sekitar 40 – 41 derajat celcius.

Jona berenang dengan oppung

Untuk berenang dikenakan biaya tambahan, harganya seperti harga masuk juga, orang lokal Dewasa 50 Baht, anak-anak 20 Baht, orang asing Dewasa 100 Baht dan anak-anak 50 Baht. Kolam renangnya tidak ramai, kamar mandi untuk membersihkan badan sehabis berenang juga cukup bersih, malahan di kamar mandi perempuan tersedia hair dryer segala.

Secara keseluruhan, tempat ini cukup bersih. Banyak tempat duduk untuk bersantai dan menikmati makanan. Banyak pohon dan tempat rindang sehingga tidak terganggu dengan terik matahari. Banyak tempat sampah yang bahkan dikategorikan untuk sampah bekas makanan, plastik dan keranjang bekas telur. Banyak tempat penampungan botol atau kaleng yang siap untuk didaurulang. Banyak tempat pijet dan tersedia banyak petunjuk arah dan peta lokasi di mana kita berada, sehingga tidak akan tersesat dan petunjuknya juga ada dalam bahasa Inggris.

Pemandangannya yang indah kombinasi pepohonan, bunga dan langit biru sungguh membuat kami merasa betah berlama-lama di sana. Lain kali semoga bisa mencari informasti mengenai biaya menginap atau camping di sana, supaya bisa bermain lebih puas lagi.

Doi Pui Hmong Tribal Village

Ini lanjutan cerita jalan-jalan hari Sabtu lalu. Karena lokasinya relatif dekat, pulang dari melihat bunga Sakura di Ban Khun Chang Khian, kami mampir ke Doi Pui untuk makan siang dan melihat taman bunga yang ada di Hmong Village di Doi Pui.

Jalan ke daerah perkampungan ini sedikit lebih baik daripada jalan ke lokasi Sakura, tapi ya, lumayan curam juga dan beberapa bagian jalan ada yang rusak tergerus air di musim hujan. Setelah jalan berbelok-belok ditengah hutan, tiba juga di perkampungan yang kalau di lihat dari atas, hanya sedikit sekali perumahan yang ada di sana.

Hmong VIllage di lihat dari view point Doi Pui

Penduduk sekitar sini sepertinya hidup dari menerima turis di desanya sambil menjual berbagai produksi hasil tenunan atau kerajinan tangan dari kain tenun dan juga dari perak, kopi dan buah-buahan yang dikeringkan. Di sana banyak sekali yang berjualan berbagai hal yang sebenarnya bisa ditemukan juga di pasar warorot Chiang Mai, dengan harga yang lebih murah. Awalnya saya juga kaget, loh kok bisa lebih murah? kan tempat wisata? biasanya kan tempat wisata lebih mahal daripada pasar? Ya jelas saja lebih murah, karena merekalah produsen dari benda-benda yang dijual di Chiang Mai.

Berbagai kain tenun sudah jadi baju, rok dan jaket

Buat beberapa orang, tujuan ke tempat ini selain untuk makan siang setelah melihat sakura atau mungkin melihat Doi Suthep, tentunya untuk membeli oleh-oleh. Berbagai kain tenun di jual dengan cukup murah dibandingkan harga di Warorot. Motifnya juga banyak yang lebih cantik. Selain berbagai produk dari kain, mereka juga menjual kacang almond, kacang macadamia, buah-buahan yang sudah dikeringkan, bermacam perhiasan dari silver, obat-obatan tradisional dan permainan tradisional dari kayu.

Eh hampir kelupaan, mereka juga menjual berbagai biji kopi. Salah satu hasil pertanian di Doi Pui ya kopi. Saya gak beli kopinya, karena stok kopi yang di bawa dari Indonesia masih banyak banget, sedangkan kalau kopi dibiarkan berlama-lama, rasanya jadi tidak enak. Jadi ya, toh gampanglah kalau mau nyari kopi Thailand kapan saja.

Silakan pilih, mau tas, kacang almond atau buah lengkeng dikeringkan
berbagai herbal/obat tradisional juga ada

Setelah melewati banyak sekali tukang jualan dengan jalanan yang naik turun, akhirnya sampai juga di pintu masuk untuk melihat taman bunga Doi Pui. Taman bunganya ini sekalian disebut sebagai Hill Tribe Village Museum. Selain bunga, mereka juga berusaha mengenalkan pakaian adat dan rumah tradisional suku Hill Tribe. Tiket masuknya cukup murah, per orang hanya 10 baht saja.

Tiket masuk ke taman, cuma 10 baht

Tepat dipintu masuk ke taman, ada yang menawaran jasa menyewa baju Hill Tribe untuk foto-foto. Tapi karena mama saya tidak mau (dan saya juga gak pernah kepengen), kami gak bikin foto dengan baju tradisional Hill Tribe. Untuk lokasi yang sangat luas, walaupun relatif banyak pengunjung, tempat ini terasa sepi. Walau demikian saya perhatikan ada beberapa yang datang ke sana emang sengaja untuk foto dengan pakaian tradisional Hill Tribe.

Kami pernah ke Doi Pui ini sekitar 11 tahun yang lalu. Tapi selain bunga-bunganya, banyak hal terasa berbeda dari ingatan. Entah kenapa rasanya sekarang ini tukang jualannya tambah banyak, dan sepertinya kita sengaja diputerin melewati tukang jualan sebelum masuk ke taman bunganya. Jadi teringat dulu di borobodur juga untuk keluar dari sana, harus melewati banyaaaak sekali tukang jualan.

Setelah jalan cukup banyak naik turun tangga, sampai di taman bunganya, tadaaaa masih banyak lagi dong tangganya, untungnya anak-anak semangat tinggi karena tempatnya luas dan bisa puas naik turun tangga dan lihat bunga-bunga. Joshua yang di jalan sudah istirahat tidur, langsung semangat 45 mengeksplorasi kebun bunganya.

Siapkan tenaga, naik turun tangga sambil lihat bunga
lupa menghitung berapa banyak anak tangga

Setelah sampai agak atas, sampailah di sebuah rumah sample yang isinya kurang lebih sama saja dengan rumah tradisional jaman dulu di Indonesia. Saya ingat, pernah ke rumah tradisional Batak, dalamnya kira-kira sama peralatan masaknya, bedanya kalau di Indonesia rumahnya berupa rumah panggung. Di sini, mungkin karena pada dasarnya mereka suku yang hidup di pegunungan, mereka ga takut banjir, jadi rumahnya ya gak bentuk rumah panggung.

contoh dalamnya rumah tradisional suku Hmong, mirip juga dengan kampung kita di Indonesia
contoh dapur dari rumah suku Hmong

Walaupun lelah naik turun tangga, tapi rasanya hati puas melihat keindahan alam ciptaan Tuhan. Mata ini rasanya refreshing banget lihat langit biru, gunung yang hijau dan bunga berwarna-warni. Aih jadi puitis deh karena seharian mata di manja dengan bunga-bunga.

Pemandangan dari atas taman bunga
seger ya lihat bunga warna warni bermekaran

Jonathan yang biasanya diajak jalan sering mengeluh capai, hari itu tidak mengeluh sama sekali. Dia cukup menikmati perjalanan dan juga ikutan mengamati bunga-bunga yang ada. Melihat orang-orang antri foto di papan nama Doi Pui, Jonathan juga gak mau kalah dan minta di fotoin. Jarang-jarang dia minta di foto dan duduk bagus. Biasanya juga diajak foto gak mau diem gerak mulu.

banyak yang ngantri buat foto di sini, jadi Jonathan ikutan minta di foto

Setelah puas melihat Doi Pui, kami pulang langsung ke Chiang Mai. Perjalanan cukup lancar walaupun masih banyak mobil dari arah Chiang Mai yang baru akan naik ke gunung dan mungkin saja mau melihat Sakura juga.

Sebenarnya, ada sedikit terpikir mampir lagi ke tempat lain (Doi Suthep atau Bu Bhing Palace, tapi melihat anak-anak udah pada teler di mobil, ya sudah kami pun memutuskan untuk langsung pulang ke rumah. Entah kapan lagi akan melihat Doi Pui Village, kalau ga ada yang minta dianter ke sana, kemungkinan sih gak akan ke sana. Apa sekalian jadi guide Chiang Mai untuk orang Indonesia ya, biar bisa sering-sering jalan-jalan ke sini hehehehe.

Queen Sirikit Botanical Garden Chiang Mai

Hari ini 12 tahun yang lalu, kami menikah dan mengikat janji. Bersyukur kalau selama 12 tahun kami bisa semakin kenal dan saling mendukung satu sama lain. Setelah punya anak, Joe juga jadi suami siaga dan mau bekerja sama urus anak walaupun dia sibuk dengan pekerjaanya. Juga hampir setiap akhir minggu, Joe menyempatkan juga menghabiskan waktu bersama saya dan anak-anak.

Karena hari ini hari yang istimewa, kami pergi ke tempat yang agak jauh dikit biar melihat tempat yang berbeda dari biasa, sekalian milih tempat yang menarik untuk dilihat oleh mama saya yang lagi di Chiang Mai. Pilihan jatuh ke Queen Sirikit Botanical Garden Chiang Mai. Kami baru sekali ke tempat ini sekitar 7 tahun yang lalu waktu Jonathan masih kecil banget, jadi kami sudah lupa sama sekali dengan tempat ini.

Sebelum berangkat, saya menelpon dulu memastikan kalau di sana ada food court. Kami berangkat sekitar jam 11 siang, dan target pertama tentunya makan siang dulu sebelum jalan-jalan melihat-lihatnya. Lokasinya sekitar 35 km dari rumah kami, karena perjalanannya sedikit agak naik ke gunung, waktu yang butuhkan untuk tiba di sana kurang lebih 1 jam.

peta QSBG

Taman ini sangat luas sekali, alamnya masih asli bagian dari hutan. Tiket masuknya sangat murah apalagi karena kami bisa dapat harga lokal. Harga masuk mobil (plus orang yang mengendarainya 100 baht), dewasa 40 baht , anak-anak di bawah 12 tahun dan dewasa di atas 60 tahun gratis. Jadi kami tadi hanya membayar 140 baht saja untuk 5 orang. Untuk anak diatas 12 tahun harga lokal 20 baht dan orang asing 50 baht. Untuk harga orang asing dewasa juga relatif murah, 100 baht saja. Kalau misalnya masuk ke dalam tidak membawa mobil, di dalam ada layanan tram keliling dengan biaya tambahan dewasa 30 baht dan anak-anak 10 baht.

Dari sekian banyak tempat yang bisa dikunjungi di dalam QSBG, kami hanya ke 3 tempat: Food court/coffee shop, glass house complex dan canopy walk. Oh ya sempat nyasar juga masuk ke hutan di dalam QSBG gara-gara salah belok, jalannya rada kecil dan searah dan sempat kecut kalau-kalau ada pohon tumbang, jalannya juga cukup menanjak. Sempat khawatir mobilnya ga kuat naik, tapi untungnya bisa juga hehehe.

tempat parkir food court QSBG

Tujuan pertama: tempat makan. Ada restoran dengan menu makanan Thai, ada coffee shop dan memiliki tempat parkir cukup luas. Restorannya tergolong restoran biasa saja, rasa makanannya ya standar makanan Thai dengan menu somtam, telur dadar, nasi putih, ayam panggang, atau mie kuah ala Thai. Harga makanannya sedikit lebih mahal daripada di luar, tapi masih sangat murah mengingat ini berada di dalam tempat wisata.

Dari dekat tempat makan, ada jalan menuju glass house complex. Glass house complex ini sebenarnya intinya kumpulan berbagai tumbuhan di dalam rumah kaca, masing-masing rumah kaca menyimpan 1 kategori tanaman. Ada tanaman kaktus, berbagai tanaman air, tanaman yang berfungsi sebagai obat, dan berbagai kategori yang saya sejauh ini tetap ga ngerti maksudnya apa hehehe. Sebelum masuk ke dalam glass house complex, ada kebun bunga mawar yang punya koleksi bunga warna aneka warna. Beberapa bunga mawar sangat besar dari biasanya.

melewati rose garden

Sesungguhnya melihat QSBG ini saya kagum dengan banyaknya aneka jenis tanaman, dan sejauh ini saya hanya mengenal sangat sedikit jenis tanaman. Salut dengan para botanist yang mengenal beda satu tanaman dengan yang lain dengan memperhatikan kelopak daunnya misalnya. Walaupun sering melihat berbagai jenis bunga/tanaman yang dilengkapi dengan petunjuk nama tanamannya, tapi sangat sedikit yang berhasil saya ingat hehehe.

Setelah puas melihat-lihat di glass house complex, kami kembali ke mobil dan melanjutkan menuju ke canopy walk. Karena canopy walk ini lokasinya lebih dekat ke pintu masuk, kami harus memutari QSBG menuju arah keluar terlebih dahulu. Nah pas nyari jalan keluarnya ini kami sempat nyasar, masuk ke daerah yang sepertinya memang masih hutan banget. Untung ga ada pohon tumbang yang menghalangi jalan. Kami nyasarnya ada sekitar 15 menit, tapi 15 menit yang menegangkan dan membuat kami agak cemas dan bingung mau mundur ga bisa mutar, mau maju bakal sampai ke mana hehehe.

Singkat cerita, sampai juga di canopy walk. Untuk jalan di canopy walk ini perlu menunjukkan tiket masuk yang di beli di pintu masuk. Awalnya saya pikir canopy walk ini jalan di atas kaca, tapi ternyata, hanya sebagian kecil jembatan saja yang ada kaca tembus pandangnya sehingga bisa melihat ke bawah hutan.

Awalnya agak ngeri juga jalan menyeberang, apalagi kalau sambil melihat ke bawah. Gak kebayang gimana mereka dulu membangun jembatan ini. Jembatan ini sekitar 20 meter di atas tamannya. Panjangnya juga sekitar 400 meter dan ada beberapa bagian yang agak menanjak ke arah view pointnya. Untungnya beberapa bagian cukup teduh, jadi walaupun jalan di siang hari, gak terlalu panas untuk melewati jembatani ini.

jalan di canopy walk

Ini foto di view point, dindingnya kaca bening, jadi view nya bisa kelihatan di belakang kita. Sayangnya gunungnya keliatan agak berkabut karena kadar polusi di Chiang Mai sudah mulai naik dari biasanya.

foto di view point canopy walk

Selesai dari canopy walk, tak terasa sudah jam 3 lewat. Kami mampir sebentar di souvenir shop dan istirahat di flying draco coffee shop. Setelah rasa lelah berkurang, kami pulang dan sampai di rumah sekitar jam 4.40 sore.

Sepertinya Queen Sirikit Botanical Garden bisa dimasukkan dalam daftar tujuan wisata kalau lagi bosan dengan tujuan yang dekat-dekat. Ada banyak tempat wisata ke arah QSBG ini, tapi ya karena di sana saja menghabiskan waktu banyak, lain kali harus berangkat lebih pagi biar gak kepanasan juga.

Sakura Thailand 2019

selalu senang melihat warna pink bunga Sakura dipadukan dengan biru langit yang cerah

Hari ini kami melihat bunga Sakura di Ban Khun Chang Khian lagi setelah 10 tahun tidak melihat bunga Sakura Thai sedang mekar. Kami pertama kali ke sana tahun 2009. Waktu berbunga yang hanya 2 minggu dan jalan ke sana yang cukup sulit membuat kami merasa enggan buat mengunjungi Sakura setiap tahun. Tahun ini kami ke sana lagi sekalian ajak mama saya untuk melihatnya. Walau sudah berkali-kali mama saya ke Chiang Mai, baru kali ini pas waktunya dengan sakura yang sedang mekar. Jadilah kami ke sana dengan alasan ajakin oppung jalan-jalan (padahal ya saya juga pengen lihat lagi hehehe).

Kalau dulu pergi ke sana masih belum punya anak, masih gampang buat bikin banyak foto. Kali ini dengan 2 anak yang sangat aktif dan sulit di foto, rencana bikin foto keluarga juga jadi buyar. Beginilah jadinya fotonya, kayak semi memaksa anak buat foto hihihi. Tapi ya tetep, yang penting biar anaknya ingat kalau dia pernah diajak liat bunga Sakura Thai.

Usaha bikin foto keluarga dengan latar belakang bunga Sakura

Lebih gampang buat selfi sama oppung daripada foto dengan anak-anak hehehe. Mama saya tadinya gak ngerti kenapa sih heboh banget mau liat bunga doang sampe pergi naik gunung dan jalannya jelek banget. Tapi setelah liat hamparan bunga Sakura di sekeliling hutan, akhirnya mama saya juga ikutan tak henti-henti berfoto ria hehehe. Ya sederhananya, jalan-jalan liat bunga Sakura ini emang jalan-jalan buat foto-foto. Sayang rasanya kalau cuma dilihat tanpa di foto. Foto melihat sakura 10 tahun lalu masih terasa indah sampai sekarang dan dibanding-bandingkan dengan yang dlihat tadi.

Karena lokasi bunga ini di pegunungan, suhu udaranya lebih dingin dari Chiang Mai. Oh ya, bunga ini memang bisa mekar kalau sedang dingin, makanya setiap tahun bunga ini mekarnya tidak selalu sama tanggalnya. Saya ingat, 10 tahun lalu saya melihat bunga Sakura tanggal 2 Januari, sedangkan tahun ini sudah hampir akhir Januari. Beberapa tahun lalu malah berbunganya sudah masuk bulan Februari.

Beberapa pohon rantingnya cukup rendah dah bisa dijangkau dengan tangan. Walaupun saya bisa saja memetiknya, tapi tentu saja tidak saya petik. Kasian yang datang berikutnya nanti ga kebagian bunga buat berfoto hehehe. Lagian setelah berkembang, tak lama kemudian bunga ini akan rontok kok.

Seperti 10 tahun yang lalu, kami tidak nyetir sendiri untuk melihat Sakura. Kali ini kami menyewa mobil dan supir untuk naik ke sana, cara ini lebih mudah buat kami karena dari dulu sampai sekarang jalanannya tetap sempit, terjal, berliku-liku dan sekarang juga berdebu sepertinya karena pernah longsor sebagian di musim hujan. Jalan yang kecil tapi dua arah, tiap kali papasan dengan mobil lain rasanya saya pengen tutup mata karena ngeri heheheh.

Ada juga pilihan naik ke atas dengan angkutan umum, tapi ya kalau bawa anak kecil seperti kami tentunya lebih nyaman dengan menyewa mobil. Kalau ada beberapa teman perjalanan juga tentunya lebih nyaman patungan nyewa mobil lalu bagi biayanya dibandingkan naik angkutan umum. Kalau 10 tahun lalu saya ingat mobil yang dipakai mobil kami dan supirnya cuma bantu menyetir, biayanya sekitar 1000 baht. Nah tahun ini biaya sewa mobil termasuk supir dan bensin sekitar 1800 baht. Menurut saya, kalau misalnya pergi bareng teman-teman berenam (mobil avanza), biaya 1800 baht itu tidak mahal, karena per orangnya cukup membayar 300 baht dan selain melihat Sakura bisa sekalian mengunjungi tempat wisata lain.

Tips kalau mau pergi melihat Sakura:

  • pastikan bunganya sudah mekar 100 persen (cari info dari FB lokal),
  • berangkat pagi-pagi dari Chiang Mai (tidak lebih dari jam 8 pagi, tapi ya ga perlu subuh juga)
  • Kalau mau camping, di sana juga ada camp site nya
  • kalau menyewa mobil, siapkan tujuan berikut, karena melihat Sakura ga butuh waktu seharian
Bunga Sakura Thai

Beberapa tujuan yang bisa dipilih setelah melihat Sakura di Khun Chang Khian:

  • Doi Pui Village: melihat kehidupan suku Hmong dan juga berbelanja beberapa kerajinan lokal (kain tenun, perak, batu perhiasan, kopi organik)
  • Bhubing Palace: Melihat kebun bunga dari tempat peristiraharatan kerajaan kalau sedang liburan ke Chiang Mai.
  • Doi Suthep: Melihat temple besar yang Chedinya bisa di lihat dari kota Chiang Mai. Dari atas temple ini bisa melihat pemandangan keseluruhan kota Chiang Mai. Orang sini bilang kalau belum sampai ke Doi Suthep, belum sah sampai ke Chiang Mai.
  • Huay Thung Tao : Danau buatan untuk rekreasi dan makan siang sambil santai-santai. Sekarang ini ada beberapa figur gorilla dari jerami di sana, tapi saya belum lihat sejak ada gorilla jerami nya.

Di sekitar Chiang Mai, ada beberapa tempat untuk melihat bunga Sakura. Waktu untuk melihatnya juga tidak sama tergantung dengan suhu udara di sana. Umumnya lokasinya di pegunungan yang cukup tinggi. Lokasi bunga Sakura yang kami kunjungi ini Baan Khun Chang Khian merupakan lokasi terdekat dengan Chiang Mai, Kami berangkat dari rumah pukul 8 pagi, dan sekitar jam 9.30 kami sudah sampai di lokasi untuk melihat Sakura.

Selain foto-foto, di sana banyak yang jualan produk dan makanan lokal. Jadi kalau misalnya merasa lapar dan butuh istirahat, di sana bisa membeli ubi bakar, jagung bakar, menu makanan Thai yang sederhana, kopi, dan strawberry. Harga makanan di daerah sana walaupun merupakan tempat wisata masih cukup masuk akal dan gak jauh berbeda dengan harga di kota Chiang Mai.

Sepulang dari melihat Sakura, kami melanjutkan jalan-jalan ke Doi Pui Hmong Tribal Village. Karena sekarang saya sudah lelah dan ingin istirahat, mudah-mudahan besok saya tuliskan soal jalan-jalan ke Doi Pui nya.

Hidden Village Chiang Mai

Hari ini ajakin oppung jalan-jalan ke Hidden Village Chiang Mai. Terakhir kami ke sana sekitar akhir tahun 2017, dan ternyata kali ini ada banyak perubahan yang cukup menarik di tempat ini. Dulunya, waktu tempat ini baru dibuka, kesan pertama dari tempat ini adalah tempat untuk melihat animatronik berbagai jenis Dinosaurus. Hari ini, bisa dibilang tempatnya sudah lebih fun dan bukan sekedar melihat pajangan Dinosaurus yang itu-itu saja.

Tiket masuk ke tempat ini ternyata membedakan harga lokal dan harga turis asing. Untuk harga lokal diatas 100 cm dikenakan biaya 50 baht/orang. Anak di bawah 100 cm gratis. Untuk harga asing ada 3 level harga, di bawah 100cm gratis, anak sampai dengan 130 cm 100 baht, dewasa 200 baht. Seperti biasa, dengan jurus bertanya dalam bahasa Thai, kami dapat harga lokal (lumayan masuk kantong deh sisanya hehehe).

Ticket counter dengan berbagai penjelasan harga

Hal terbaru yang langsung menarik perhatian kami adalah, restorannya menyediakan menu buffet. Kami sudah beberapa kali makan di restoran di dalam hidden village, dan dulunya selalu merasa tempat itu terlalu sepi dan makanannya sering lama datangnya. Rasanya sih lumayan oke walau harganya sedikit agak mahal. Salah satu tujuan hari ini ke sana emang mau jalan-jalan sekalian makan malam.

Tulisan besar-besar yang kami lihat mengenai harga buffet semuanya pakai huruf Thai. Setelah melihat foto-foto di tempat pembelian tiket, saya baru menyadari kalau skema harga untuk makanan buffet nya juga membedakan harga lokal dan harga asing. Untuk buffetnya, anak-anak di bawah 100 cm sama-sama gratis. Untuk harga lokal anak di bawah 130 cm bayar 129 baht, sedangkan dewasa bayar 259 baht/orang. Nah harga asingnya menurut saya terlalu mahal:anak di bawah 130 cm harganya 250 baht, dewasa 400 baht.

Menu buffetnya lumayan sih, bukan cuma makanan yang sudah tersedia seperti spaghetti, sosis, salad dan buah-buahan saja, tapi juga kita bisa memesan steak, pizza dan bahkan menu nasi goreng ala makanan Thailand. Tadinya kami berencana membeli makanan biasa aja dan gak usah beli buffet nya, tapi karena mereka bilang Joshua boleh gratis, ya…akhirnya kami beli juga deh buffet untuk 3 dewasa. Hasilnya rusak diet hahaha, tapi ya senang juga sih karena penutupnya ada eskrim juga hehehe. Ini beberapa contoh makanan yang kami pesan. Katanya makanan ini bisa di pesan lebih dari 1 porsi per orang kalau emang kuat makannya hahaha.

Haduh, malah jadi cerita makan-makannya lebih banyak dari tempatnya. Oke kembali ke cerita lokasi hidden villagenya seperti apa sih. Tambahan yang baru yang menarik untuk anak-anak, sekarang ini ada yang namanya animal village. Di animal village ada ayam, kelinci dan kolam ikan Koi. Dengan membayar sekitar 20 baht, anak-anak mendapat kesempatan untuk memberi makan ayam, kelinci atau ikan. Yang di beli itu biasanya tempat makanannya. Tadi, karena anak-anak lebih pengen main di playground dan toh kemarin baru dari zoo feeding berbagai farm animal juga, jadilah kami putuskan tidak berhenti di bagian itu.

Selain animal village, ada tambahan permainan seperti komidi putar. Ada juga pet village. Di pet village ini anak-anak bisa memberi susu ke babi atau sapi. Bisa juga naik kuda pony dengan biaya tertentu. Di tempat ini juga kami gak berhenti, soalnya berasa agak bau kayak di peternakan hahaha.

Selain animal village dan pet village, area hidden village yang luas ini berisi banyak display yang unik seperti serangga raksasa, kupu-kupu raksasa ataupun bunga rafflesia. Tempat ini intinya sih kebanyakan buat foto-foto orang dewasa. Untuk anak-anak tempat ini cocok untuk lari-larian, bermain di playground, mengenal berbagai farm animal dan juga belajar mengenai nama-nama dan bentuk dinosaurus.

Tujuan berikutnya ke Dinosaurs Village. Nah di sinilah ada banyak animatronic dinosaurs. Oppung yang sebelumnya belum pernah melihat seperti ini awalnya kaget. Oppung jadi bertanya-tanya itu gimana mereka menggerakkannya. Jonathan yang sudah beberapa kali dibawa ke sana pun menjawab dan berusaha menjelaskan ke oppung dengan bahasa Indonesia.

Di dalam Dinosaurs Village, selain melihat dinosaurus, anak-anak bisa bermain dengan inflatable playground dengan membayar 20 baht saja. Selain itu ada juga tempat yang lebih cocok untuk anak yang lebih muda soft play area dengan tambahan biaya 40 baht/20 menit. Soft play area membutuhkan kaus kaki sebelum anak masuk ke dalamnya. Selain 2 tempat bermain ini, ada lagi permainan seperti naik dinosaurus besar tapi saya lupa memfoto dan mengingat harganya.

Tadi kami sampai di sana sekitar jam 4.30, matahari masih cukup terang tapi sudah tidak panas lagi. Setelah berlari-larian dan bermain-main di playground sambil melihat-lihat display yang ada, anak-anak pun merasa lapar. Walau belum jam 6 kami putuskan untuk makan saja. Sekitar jam 7.20 kami pun pulang dengan perut kenyang hehehe.

Kalau mau makan buffetnya, mungkin ada baiknya datangnya agak pagi. Tempat ini buka jam 10 pagi sampai jam 9 malam. Jadi pagi bisa jalan-jalan dulu, setelah lelah ya makan sambil ngadem (restorannya ber ac). Abis makan, kalau anak-anak belum habis tenaganya masih bisa lanjut bermain lagi hehehe. Tadi akhirnya memutuskan makan buffet alasannya karena udah lama gak makan steak hahaha. Sepertinya bisa jadi tempat yang bisa dijadwalkan untuk dikunjungi di tahun 2019 ini.