Chiang Dao Trip part 2

Tulisan kali ini melanjutkan cerita liburan kami ke Chiang Dao bersama teman-teman komunitas Indonesia di Chiang Mai. Setelah hari sebelumnya kami menjelajah goa Chiang Dao yang lumayan bikin kaki pegel, pagi hari kami bangun agak santai. Sebenarnya ada ajakan untuk melihat lautan kabut jam 5.30 pagi, tapi rasanya tak sanggup untuk bangun sepagi itu hehehe. 

Ada keanehan dengan ayam jago di Chiang Dao, mereka mulai berkokok dari sejak jam 1 pagi. Untungnya anak-anak ga jadi terganggu dari tidurnya dan saya juga tetap bisa tidur dengan nyenyak. Udara menjelang pagi di sana cukup dingin, tadi pagi kami bangun udaranya masih sekitar 20 derajat celcius. 

Karena rombongan tidak ada rencana pergi pagi-pagi, kami memutuskan sarapan di penginapan saja. Kami membawa mie instan cup, ada juga yang bawa roti dan bisa juga membeli sereal di penginapan. Selesai sarapan, anak-anak melakukan eksplorasi disekitar penginapan. Di halaman penginapan kami ditanami sayur-sayuran dan juga mereka mempunyai sebuah ruangan hidroponik.

Lanjutkan membaca “Chiang Dao Trip part 2”

Chiang Dao

Hari ini, kami jalan-jalan ke Chiang Dao bareng temen-temen Indonesia di Chiang Mai. Cuma 4 keluarga Indonesia, ga sebanyak rencana semula. Tapi ada 1 teman dari teman, keluarga Thai Singapura, jadi total ada 9 orang dewasa dan 7 anak-anak berusia antara 3.5 tahun – 8 tahun.

Doi Chiang Dao

Chiang Dao lokasinya gak jauh dari Chiang Mai sekitar 80 km atau 1.5 jam driving, tapi ini kali pertama buat kami ke sini. Kami berangkat santai, sekitar jam 10 dari rumah, dan karena berhenti dulu di jalan, kami sampai di penginapan sekitar jam 12 siang. Kami menginap di Chiang Dao Story Camp,  tidak jauh dari tujuan wisata Chiang Dao Cave.

Sebagian dari rombongan memilih tenda dan sebagian tinggal di bungalow sederhana. Setelah menurunkan bawaan, kami memutuskan untuk makan siang di dekat tempat wisata tujuan utama di Chiang Dao, Selesai makan dan istirahat, sekitar jam 2.30 kami pun memutuskan masuk ke Goa di Chaing Dao.

Bungalow di Chiang Dao Story Camp
Lanjutkan membaca “Chiang Dao”

Google Trip – Travel planner

Kami bukan traveler, tapi ya senang juga jalan-jalan sesekali. Trus kalau ada rencana travel itu, kebanyakan waktu habis untuk browsing menyusun rencana perjalanan dan tempat-tempat untuk dikunjungi. Karena kami bukan traveler sejati dan bawa anak masih kecil-kecil, kami berusaha realistis kalau menyusun rencana perjalanan itu dalam 1 hari untuk tidak terlalu banyak menargetkan mengunjuni banyak tempat. 

Sebelum berangkat ke HongKong bulan September yang lalu, karena banyak kesibukan sebelum berangkat dan terlalu banyak informasi yang perlu dibaca, saya udah pusing duluan dan menyerah hahaha. Joe menyuruh saya menginstal aplikasi Google Trip di HP saya, dan aplikasi ini sangat bermanfaat untuk menyeleksi informasi yang terlalu banyak sebelumnya.

Tadinya saya sudah hampir lupa dengan aplikasi Google Trip ini, tapi karena ada rencana mau jalan-jalan dengan teman-teman di sini ke Chiang Dao (yang sebenarnya dekat dari Chiang Mai tapi kami belum pernah kunjungi), jadi teringat lagi dengan aplikasi ini. Bisa saja sebenarnya googling untuk mencari tempat menarik untuk dkunjungi, tapi ada terlalu banyak hasil pencariannya dan lagi-lagi saya jadi ga fokus.

Google Trip ini menambahkan data perjalanan kita secara otomatis dari  Gmail kita. Waktu menginstalnya pertama kali, semua pesanan tiket pesawat yang sebelumnya (dan memang gak pernah saya hapus) muncul dalam daftar trips saya. Jadi bisa ingat lagi, kapan aja kami pulang ke Indonesia, atau kapan kami travel ke kota lain.

Selain trip yang di ekstrak otomatis dari email pesanan pesawat dan hotel, sebenarnya kita bisa juga menambahkan sendiri tujuan wisata kita untuk membaca-baca atau merencanakan apa yang mau dilakukan dan dikunjugi. Kalau kita sudah membuat tujuan perjalanan kita, ada pilihan untuk mengunduh semua informasi yang kita butuhkan. Pilihan ini tentunya untuk memudahkan kalau misalnya di tempat tujuan kita tidak ada internet.

Untuk setiap kota tujuan, selain bisa melihat nomor pemesanan tiket pesawat ataupun hotel, kita juga bisa membaca-baca apa saja hal-hal yang bisa dilakukan di kota tujuan, usulan rencana perjalanan, kupon diskon dan juga daftar restoran untuk makan dan minum. Semua informasi yang tersedia ini sebenarnya hampir mirip dengan membaca trip advisor, ataupun mencari di google. Bedanya semua sudah dikategorikan dan di filter, jadi bacanya juga enak. Informasi sebuah tempat juga dilengkapi dengan review dan peta lokasi yang kalau kita pilih langsung bisa dibuka di google maps.

Biasanya, kalau lagi mau traveling, email konfirmasi pesanan akan saya forward juga ke Joe (dan sebaliknya), dengan aplikasi Google Trip kita bisa juga membagikan informasi pemesanan. Kalau yang kita kirimkan menginstall aplikasi ini di HP nya, dia akan bisa membaca informasi yang sama dengan yang kita lihat. Nantinya kita bisa juga menyimpan lokasi yang kira-kira menarik untuk dikunjungi, atau bahkan membuat rencana perjalanan harian sendiri ditambahkan ke dalam aplikasi ini.

Akhir tahun ini kami juga ada rencana pulang ke Indonesia, belum tau juga apakah sempat banyak jalan-jalan selama di Indonesia. Tapi nanti kalau lagi santai, jadi bisa baca-baca siapa tahu ada informasi menarik mengenai tempat-tempat untuk dikunjungi atau makanan yang direkomendasikan. Karena aplikasi ini mengumpulkan data dari internet, kebanyakan yang akan muncul itu kalau memang ada yang menuliskannya di internet. Semoga ada banyak orang yang rajin menulis review soal tempat-tempat di Indonesia.

Chiang Mai Zoo

Setelah ditunda lama, sekarang saatnya menuliskan kembali soal Chiang Mai Zoo. Dulu pernah menuliskan soal Chiang Mai Zoo, tapi beberapa hal sudah cukup banyak berubah.

Banyak renovasi dilakukan dan secara keseluruhan dalam 10 tahun terakhir tempat ini makin ramai. Info lengkapnya bisa dilihat di websitenya. Tulisan ini menceritakan pengalaman setelah mengunjungi Chiang Mai Zoo berkali-kali dalam kurun waktu 12 tahun.

Memberi makan jerapah di Zoo

Harga tiket masuk Chiang Mai Zoo

Seperti umumnya banyak tempat wisata di Thailand, Chiang Mai Zoo menerapkan perbedaan harga antara orang asing dan orang lokal.

Berbeda dengan Kebun binatang di Indonesia, di sini tempatnya luas sekali dan pengalaman sehari itu ga cukup buat melihat semuanya. Beberapa tempat di dalamnya hanya bisa dikunjungi jika kita membeli tiket tambahan.

Skema tiketnya itu terpisah antara tiket masuk, tiket parkir, tiket shuttle keliling, tiket melihat Panda, tiket masuk snowdome, tiket waterpark dan tiket melihat Aquarium.

Berikut ini perbedaan harga tiket untum lokal dan orang asing.

Tiket masuk Lokal/Asing

Dewasa 100/150 THB
Anak (dibawah 135 cm) 20/70 THB
Pelajar dan Mahasiswa lokal 50 THB

Harga shuttle keliling zoo

Dewasa 30 THB
Anak-anak 20 THB

Harga tiket parkir

Mobil 50 THB
Motor 10 THB
Sepeda 1 THB

saya ga yakin kalau sepedanya bukan sepeda gunung bisa kuat untuk dikayuh di dalam zoo.

Untuk harga lainnya bisa di cek di websitenya. Kami cukup beruntung bisa dapat harga lokal, setiap masuk kami membeli 2 tiket dewasa, 2 tiket anak dan 1 tiket parkir.

Total biaya masuk 290 baht. Kami tidak perlu membeli tiket shuttle, karena di Chiang Mai Zoo pengunjung boleh membawa kendaraan masuk, ada banyak tempat parkir tersedia untuk melihat show yang diinginkan.

Kartu keanggotaan

Beberapa waktu lalu, saya baru mendapat info kalau kita bisa membuat kartu anggota untuk mengunjungi beberapa zoo di Thailand termasuk Chiang Mai Zoo.

Biaya pembuatan kartu anggota 2000 THB, berlaku untuk membawa mobil plus 5 orang di dalamnya. Dulunya kartu ini bisa dipakai seumur hidup, lalu mereka mengurangi menjadi berlaku 5 tahun, dan sekarang dikurangi lagi masa berlakunya untuk 2 tahun.

Kami memutuskan untuk membuat kartu anggota, karena tahun ini saja kami rasanya sudah lebih dari 5 kali ke Chiang Mai Zoo.

Rencananya dalam 2 tahun ini kami akan mengeksplorasi tiap titik yang menarik di Chiang Mai Zoo seperti halnya kami lakukan dengan Ratchapruek.

Peta kebun binatang Chiang Mai

Dengan tiket standar ini saja sebenernya ada banyak yang bisa di lihat. Ada beberapa pertunjukkan yang bisa dilihat tanpa kita harus membayar ekstra.

Pertunjukan ini ada jadwalnya, jadi kalau mau lihat sebaiknya atur waktu jangan terlalu lama di tempat lainnya.

Jadwal Animal Show
Jadwal Seal Show

Yang menarik di Chiang Mai Zoo

Biasanya setiap ke Zoo kami merencanakan mau melihat apa. Tempat yang paling sering kami kunjungi itu Aquarium, Koala di Kids Zoo Zone dan Penguin.

Kalau masih belum terlalu capai dan waktunya pas, kami melihat animal show. Kami pernah melihat seal show, tapi tempatnya waktu itu menurut kami bau amis jadi sekali saja cukup.

Aquarium Chiang Mai Zoo

Kalau kami berencana ke aquarium, biasanya kami tidak akan mengunjungi yang lain, karena melihat aquariumnya saja sudah menghabiskan waktu sekitar 2 jam.

Jonathan senang memberi makan ikan pakai botol dot kalau kami mengunjungi aquarium. Kadang2 di dalam aquarium juga ada pertunjukkan di mana ada penyelam yang masuk ke dalam aquariumnya memberi makan ikan – ikan besar.

Ada juga kegiatan memberi makan ikan pari. Untuk memberi makan ikan kita harus membayar 20 baht/botol nya.

Harga tiket masuk aquarium Chiang Mai lokal/asing

Dewasa 220 / 520 THB
Anak-anak 150 / 390 THB

Tiket aquarium ini kadang-kadang ada promosi, misalnya kadang ada promosi tiket masuk zoo plus aquarium hanya 220 Baht.

Biasanya kalau mau ke aquarium kami akan langsung beli tiketnya di pintu masuk zoo, kalau beli belakangan di pintu masuk aquariumnya biasanya gak dapat promosinya, belum lagi kalau tiba-tiba dicharge harga asing, kan berasa banget tuh beda harganya.

Sejauh ini sih kami bisa dapat harga lokal dengan menunjukkan driving licence lokal.

Snow dome dan Panda

Jonathan sudah pernah kami ajak ke snowdome dan melihat panda sebelum ada Joshua, tapi Joshua belum kami ajak. Rasanya biasa saja sih di dalam snowdomenya, Pandanya juga kelihatan malas-malasan doang.

Panda dan snowdome ini tempatnya bersebelahan. Untuk masuk ke dalam Panda dan Snowdome kita harus membeli tiket lagi. Kadang ada promosi seperti aquarium juga, misalnya tiket masuk plus melihat panda hanya 120THB saja.

Tiket melihat Panda lokal/asing

Dewasa 50/100 THB
Anak-anak 20/50 THB

Tiket SnowDome harga lokal dan asing sama saja.

Dewasa 150 THB
Anak-anak 100 THB

Untuk masuk ke dalam Snow Dome, kita dipinjamkan jaket tebal dan sepatu boot yang sesuai berjalan di atas es. Masalahnya terkadang kalau anak kita badannya kecil banget, ukuran jaket dan sepatunya masih kegedean semua.

Di dalam snowdome sudah pasti dingin, dan jalannya licin. Anak-anak ditemani orangtuanya mendapat kesempatan untuk meluncur di atas ban besar yang dibuat seperti boat.

Di dalam snowdome biasanya ya cuma foto-foto dan karena dingin banget kebanyakan ga berlama-lama di dalam.

Koala dan Kids Zone

Tempat yang dulu paling sering dikunjungi itu koala, karena tempat ini dekat ke kids zone yang ada playgroundnya. Belakangan ada library juga di dekat playground.

Tapi setelah menemukan tempat parkir yang langsung ke perpustakaan dan playground tanpa lewati tempat koala, kami belakangan ga selalu mengunjungi koala.

Penguin

Selain koala, kami sering mengunjungi pinguin. Dulu Jonathan pernah berkesempatan memberi makan pinguin (dengan biaya tambahan), tapi beberapa tahun terakhir pinguinnya dipindah ke tempat baru, dan sepertinya sudah tidak ada lagi kegiatan memberi makan pinguin.

Tempat pinguin yang sekarang cukup menarik karena kita bisa melihat pinguin berenang seperti di dalam aquarium.

Turtle Kingdom

Hari ini kami mengunjungi turtle kingdom untuk pertama kali. Ada banyak berbagai species turtle dan tortoise. Ada yang besar dan kecil.

Di turtle kingdom kami melihat ada buaya, iguana dan Boa Constrictor juga. Saya ga tahu kenapa mereka mengelompokkan buaya, iguana dan boa constrictor sebagai bagian dari turtle kingdom.

Waterpark buat anak-anak

Waduh ceritanya sudah panjang, padahal ini belum semuanya. Masih ada beberapa tempat yang belum pernah kami kunjungi di dalam Chiang Mai Zoo.

Tempat yang mungkin akan menarik buat anak-anak main air ada waterpark. Kita perlu bayar ekstra untuk masuk waterpark ini, tapi relatif murah. Dewasa 50THB, anak-anak 20THB. Mungkin lain kali kami akan ke sana.

Penutup

Sebagai catatan, dulu selain shuttle berupa bus, kita bisa juga naik monorail untuk keliling Zoo. Sayangnya, sejak beberapa tahun lalu monorailnya sudah tidak ada lagi.

Jonathan pernah sekali kami ajak naik monorail, akan tetapi monorailnya sudah tidak ada lagi setelah Joshua lahir.

Di dalam Chiang Mai Zoo ini ada banyak sekali informasi yang bisa di baca mengenai binatang yang ditampilkan. Selain informasi mengenai nama dan habitat atau negara asal, beberapa tempat juga memberikan gambaran sistem pernapasan ataupun sistem pencernaan dari hewan yang ada.

Di bagian perpustakaan anak-anak, ada juga ketrangan mengenai perkembangan alat yang dipakai untuk menangkap hewan liar dari jaman dulu sampai jaman sekarang.

Saya cukup senang melihat zoo di sini bukan karena melihat hewan dari dekat saja, tapi dengan adanya informasi yang ditampilkan, diharapkan anak-anak bisa belajar dari apa yang dilihat dan dibaca.

Bagaimana kebun binatang di kota kalian? ada apa saja di sana, yuk berbagi cerita di kolom komentar.

Musim Dingin di Chiang Mai

Hari ini, bangun pagi rasanya agak berbeda. Ternyata musim dingin sudah tiba. Musim dingin di sini merupakan waktu yang ditunggu-tunggu oleh kebanyakan orang. Awal kami di Chiang Mai saya ga kebayang apa yang dimaksud dengan musim dingin di sini, karena di Indonesia dulu musim dingin itu disertai dengan hujan. Di Bandung juga hawanya sejuk, tapi ya kadang cuma pagi hari doang, dan ketika kami meninggalkan Bandung sebelum ke sini, Bandung sudah ga terlalu sejuk lagi.


Kami diberitahu kalau di Chiang Mai musim dingin itu berbeda dengan musim hujan. Akhirnya setelah mengalami kami jadi mengerti, kalau di sini walaupun hujan belum tentu dingin, dan biasanya sekitar November sampai Februari baru deh musim dingin yang tanpa hujan. Suhu udara memang jadi dingin berbeda dengan musim hujan. Tidak ada hujan tapi udara sehari-harinya sekitar 18 derajat celcius sampai 30 derajat celcius, dan akan ada hari-hari di mana bangun pagi itu 11 derajat dan rasanya susah banget buat bangun karena hawanya adem buat tidur. Matahari tetap bersinar terik, tapi udaranya dingin. Cuaca yang baik untuk jalan-jalan.


Jangan bandingkan musim dingin di sini dengan musim dingin di negeri bersalju. Di sini puji Tuhan ga ada salju, karena kadang-kadang ada masa beberapa hari di mana suhunya bisa berkisar 11 derajat celcius dan dingin sepanjang hari. Tahun lalu, waktu musim dingin yang lagi dingin banget begini, kepala saya pusing sangkin dinginnya. Dari pengalaman musim dingin di sini, saya jadi tahu kalau saya ga cocok di negeri yang mengalami dinginnya salju.


Karena musim dingin di sini gak seekstrim negeri bersalju dan sepanjang tahun umumnya panas menyengat, tentu saja kami ga prepare dengan pemanas udara. Pemanas air di kamar mandi sih ada, tapi untuk pemanas ruangan di sini bukan hal yang umum. Waktu beli AC harusnya bisa memilih AC yang punya pilihan mengeluarkan udara hangat selain udara dingin, tapi AC bawaan dari rumah yang disewa sering kali nggak punya fitur itu. AC di mobil kami cukup bisa menghangatkan mobil ketika di musim dingin, tapi sejauh ini AC di rumah kami cuma bisa mendinginkan saja.

Buat saya, musim dingin itu menyenangkan karena angka tagihan listrik bisa lumayan berkurang karena ga perlu nyalain AC lagi hahaha. Tagihan air juga berkurang karena mandi cukup 1 kali sehari hahaha. Dulu kalau dibilang orang ga mandi tiap hari saya akan terheran-heran, tapi sekarang jadi ngerti kalau musim dingin kita ga keringatan dan rasanya walau ada air hangat di kamar mandi tapi ogah masuk kamar mandi sering-sering karena udaranya dingin begitu selesai mandi hehehe.

Musim dingin di Chiang Mai itu musim untuk jalan-jalan. Udara sejuk, tanpa hujan. Matahari cerah tapi ga keringatan. Bunga-bunga yang indah juga bermekaran. Di bulan Januari, ada tempat yang cukup dingin untuk bunga Sakura berkembang. Kalau ada yang pengen datang berkunjung ke Chiang Mai, semua orang selalu akan menyarankan datanglah di musim dingin. Orang asing yang tinggal di negeri 4 musim juga sangat senang dengan musim dingin di sini, karena musim dingin di sini ga ada apa-apanya dibandingkan negara mereka. Di musim dingin di sini akan terlihat pemandangan mencolok di mana orang lokal pake baju tebal berlapis dan scarf (karena ini waktunya tampil beda mungkin ya) sedangkan orang asing berbaju singlet dan celana pendek.

Suhu di Doi Inthanon

Secara geografis, Chiang Mai ini terletak di bagian utara Thailand. Di bagian selatan Thailand seperti Phuket dan Krabi atau di bagian tengah seperti Bangkok dan Pattaya tentunya tidak akan sedingin di Chiang Mai. Sedingin-dinginnya Chiang Mai, ada bagian Thailand yang lebih utara lagi yang lebih dingin lagi. Di titik tertinggi seperti Doi Inthanon udaranya bisa sangat dingin sampai embun paginya berbentuk es. Beberapa tahun terakhir, suhu udara di Doi Inthanon bisa mencapai dibawah nol derajat celcius. Beberapa tahun lalu kami pernah ke Doi Inthanon di musim dingin, rasanya memang lebih menggigil dibanding di Chiang Mai, padahal kami ke sana bukan di saat suhunya paling dingin.

Bunga sakura (di Thailand) hanya berbunga di musim dingin

Musim dingin sudah tiba, saatnya mengeluarkan baju-baju hangat yang selama ini tersimpan di lemari dan menyusun jadwal rencana jalan-jalan akhir pekan untuk menikmati udara segar di Chiang Mai. Kalau ada yang mau ke Chiang Mai, sekarang ini saat yang tepat. Di bulan November ini akan ada Festival Lentera dan Loy Kratong sekitar tanggal 20-23, masih ada waktu buat memesan tiket hehehe.

Royal Flora Rajapruek Chiang Mai

Foto Royal Pavilion (diambil tahun 2009)

Tahun 2018 ini, tempat yang paling sering kami kunjungi adalah Royal Flora Ratchapruek (kadang dieja Rajapruek). Hampir setiap Jumat sore atau Sabtu pagi sejak Januari kami ke sana. Kadang-kadang bahkan 2 kali seminggu. Saking seringnya ke sana, saya pikir kami sudah pernah menuliskan tentang tempat itu, ternyata belum pernah. Kami pertama kali ke sana tahun 2009, biasanya hanya ke sana kalau ada yang berkunjung ke Chiang Mai.

Lanjutkan membaca “Royal Flora Rajapruek Chiang Mai”

Hong Kong Trip: Kowloon Park, dan The Peak

Tulisan ini merupakan bagian dari cerita jalan-jalan kami ke HongKong sejak 18 September – 23 September 2018.

Hari Sabtu, 22 September 2018 merupakan hari terakhir dimana kami bisa jalan-jalan melihat HongKong. Ada banyak pilihan sebenarnya yang bisa dikunjungi, tapi kami putuskan untuk ke The Peak saja. Tapi sebelum ke The Peak, kami pengen ajak anak-anak ke playground di Kowloon Park. Lokasi Parknya juga ga jauh dari hotel.

Traveling dengan anak-anak ga bisa bikin itinerary yang banyak, kami juga sengaja ga menargetkan harus berangkat pagi-pagi. Pengennya ya jalan-jalan santai saja. Sekitar jam 10 lewat kami baru keluar dari hotel, tujuan pertama ke Kowloon Park mengikuti google map, jalan kaki sekitar 8 menit.

Seperti kebanyakan tempat di HongKong, dari luar ga keliatan kalau tempat itu adalah park yang sangat besar. Kowloon Park ini ada kolam renangnya segala, sekitarnya tertutup tembok tinggi. Masuk ke dalam, kami mencari playground. Jalan masuk ke dalam yang kami temukan, kami harus menaiki tangga, mungkin ada pintu masuk lain yang stroller friendly karena di dalam kami melihat banyak juga yang bawa anak di stroller.

Playgroundnya ada banyak slide dan cukup luas. Area playgroundnya dicover dengan lapisan soft tile. Matahari sudah agak terik dan beberapa slide terasa panas, tapi anak-anak masih bisa enjoy main di sana dan ada banyak juga yang datang bermain ke taman. Sementara anak-anak main, saya main pokemon di bangku pinggiran playground yang disediakan untuk yang nungguin anak main hehe.

Di park itu ada banyak pokestop. Hari itu sedang ada pokemon community day, dan kalau diliat sekilas hampir semua pokestop dipasang lure module, hal seperti ini ga pernah saya lihat di Chiang Mai. Sepertinya orang-orang di HongKong lebih rajin main Pokemon Go.

Setelah anak-anak puas bermain sekitar 1 jam, kami memutuskan untuk ke tujuan selanjutnya, tapi karena udah jam 12 lewat dan kami melewati Mc Donald, kami memutusan makan dulu supaya ga kelaparan nantinya. Antrian di Mc Donald agak panjang, hari itu hari Sabtu dan banyak yang baru selesai berenang memutuskan makan juga di Mc Donald. Setelah memesan makanan, saya baru menyadari ternyata makan di Mc Donald HongKong harganya cukup murah dibandingkan makan di restoran-restoran yang sebelumnya kami datangi, pantesan aja ramai ya. Menu Mc Donald di HongKong ga ada nasi, jadi Joshua ga mau makan. Joshua juga ga mau makan kentang. Jadi selesai dari Mc Donald, kami pindah ke restoran lain yang jual spaghetti carbonara. Selama di Hong Kong, Joshua agak sulit makan, menu yang dia makan cuma nasi telur atau spaghetti carbonara.

Selesai makan, kami memutuskan untuk ke stasiun Tram The Peak. Dengan bantuan google map kami menemukan stasiun MRT. Waktu sebelumnya kami berencana membeli octopus card untuk keperluan naik MRT dan bayar berbagai hal di HongKong, tapi karena hari-hari sebelumnya saya dan anak-anak cuma eksplore seputar hotel, jadi kami baru berkesempatan naik MRT di hari terakhir ini.  Kami membeli tiket single pass dari stasiun Tsim Tsa Tsui ke arah Central (cuma 2 stop).

Dari Central kami mengikuti petunjuk arah ke Tram The Peak. Petunjuk arah di HongKong cukup banyak dan cukup jelas. Kadang-kadang kalau terpaku dengan google map malah bisa nyasar. Jadi kami mengikuti petunjuk arah yang ada di jalan saja. Dari Central ke Tram The Peak menurut google map sekitar 1km lebih. Jalan sambil ngejar-ngejar Joshua ga berasa sampai juga ke Tramnya.

Awalnya kami pikir akan sampai di The Peak seblom terlalu sore dan bisa pulang awal, tapi ternyata kami salah. Hari sebelumnya saya sudah baca mengenai perlunya boooking online tiket Tram supaya tidak harus mengantri panjang, tapi karena kami ga yakin jam berapa kami bisa datang maka kami nekat aja datang tanpa beli tiket online. Dan keputusan ini agak disesali karena ngantrinya emang super lama dan melelahkan. Ada 2 antrian super panjang di sana.

Kami hampir salah mengantri. Antrian pertama itu antrian untuk Bus City Tour, di seberang jalan di bawah jembatan ada antrian untuk membeli tiket Tram The Peak. Mengantri buat membeli tiketnya saja kayaknya ada hampir 2 jam, lalu setelah beli tiketnya habis itu antri lagi untuk masuk ke Tram nya. Kalau kita beli online, ada jalur khusus untuk langsung naik ke Tramnya. Jadi saran saya, kalau memang mau ke sana bawa anak-anak ataupun sendiri, lebih baik rencanakan dengan matang dan pastikan bisa datang pada waktu yang direncanakan. Jauh lebih baik daripada ngantri berjam-jam. Tapi seandainya kami beli tiket online, kemungkinan ga bisa ke park dulu paginya.

Setelah antrian yang berjam-jam, akhirnya kami naik ke Tramnya. Dan naik tramnya cuma 7 menit! hahaha. Tramnya cukup unik sih, udah berumur 150 tahun terbuat dari kayu dan mengingatkan saya dengan lift untuk naik ke Doi Suthep. Bedanya, Tram ini naiknya lebih tinggi dibanding 300 tangga Doi Suthep. Pemandangan di sebelah kanan Tram bisa melihat kota HongKong juga. Kagum mereka bisa membangun rel dengan elevasi yang cukup miring dan bertahan lama. Waktu turunnya penumpang duduknya seperti jalan mundur.

Sampai di The Peak, kami masih harus naik escalator lagi melewati mall beberapa lantai (lupa 5 atau 6 lantai) dan akhirnya sampailah di sky terrace untuk melihat pemandangan seputar kota Hong Kong. Di Sky Terrace tidak tersedia banyak kursi, ada teropong untuk melihat kota yang menggunakan koin seperti di Monas, tapi sayangnya yang bisa melihat dengan enak hanya orang yang tinggi badannya, kalau di Monas saya ingat tersedia tangga untuk anak-anak bisa melihat menggunakan teropongnya, tapi di sana tidak ada sama sekali.

The Peak Hong Kong ini juga menyediakan kartu berbentuk hati untuk kita bisa menuliskan pesan-pesan yang digantung di sana. Kalau dari iklannya, tempat ini juga bisa dibooking kalau misalnya mau melamar kekasih hati. Di bagian bawah sky terrace ini berupa mall dan restoran. Waktu kami sampai ke sana, matahari belum terbenam, tapi sedang silau-silaunya. Karena kami ga punya kamera yang cukup bagus, agak sulit membuat foto yang bagus. Di sana disediakan juga jasa foto profesional, tapi karena antrinya banyak, kami memutuskan foto seadanya aja. Sebenarnya katanya sih orang-orang banyak yang datang buat melihat sunset di The Peak itu, dan pemandangan kota malam hari lebih indah karena banyak lampu dari gedung-gedung di kota keliatan jelas, tapi dengan pertimbangan besok kami masih harus perjalanan pulang ke Chiang Mai, kami tidak menunggu sunset supaya tidak terjebak antrian berjam-jam lagi untuk pulang.

Antrian pulang itu sebenarnya cuma antri untuk naik ke tram, tapi karena kapasitas tram terbatas dibanding banyaknya penumpang, kami antri sekitar 30 menit untuk naik ke Tram.  Samai di bawah, awalnya kami berencana untuk naik taksi saja pulang langsung ke hotel, tapi nunggu taksinya lama, ya udah deh jalan lagi ke stasiun MRT. Perjalanan pulang ga terasa lebih cepat, mungkin karena udah lebih tau arah tujuan jalannya dibanding waktu pergi. Sampai hotel rasanya kaki mau copot, apalagi Joe yang jalan sambil beberapa kali gendong Joshua.

Makan malam kami take away, makan di kamar. Packing-packing dan tidur deh. Untungnya pesawat dari HongKong ke Chiang Mai ga terlalu pagi seperti dari Chiang Mai ke Hong Kong, jadi kami bisa tidur cukup tenang dan ga ketakutan ketinggalan pesawat. Jam 7 pagi kami cekout dan langsung dapat taksi ke airport, perjalanan ke Airport sekitar 30 menit dan karena masih pagi kami ga kena macet. Sampai airport banyak tempat masih tutup. Di airport akhirnya nemu kopi yang lumayan rasanya dibandingkan sebelum-sebelumnya. Dan jam 12 siang kami sudah tiba lagi di Chiang Mai.