Hong Kong Trip: Jalan-jalan seputar Tsim Tsa Tsui

Tulisan ini merupakan bagian dari cerita jalan-jalan kami ke Hong Kong sejak 18 September – 23 September 2018.

Hari ke-3 di Hong Kong, Kamis 20 September 2018. Hari ke-3 ini, Joe pergi mengikuti acara BEVX, saya harus bawa anak-anak berkelana sendirian. Karena kecapean di Disneyland, dan udara Hong Kong yang banyak debu dan asap rokok, Joshua bersin-bersin sejak kami tiba di hotel Butterfly on Prat. 

Sebelum berangkat, Joe sempat berharap di hotelnya akan ada pokegym atau pokestop, dan harapannya terkabul, ada pokestop persis di hotelnya hahaha.

Sebelum memilih hotel ini, kami mempertimbangkan memilih AirBnB supaya bisa masak,  tapi ga sengaja nemu hotel ini yang lokasinya benar-benar dekat ke mana-mana (tujuan kami), dan dapat kamar yang cukup besar dengan 2 bed double dan 1 bed single (jadi bisa tidur lebih leluasa). Waktu di Disneyland Hotel, cuma dapat 2 bed double, jadi Joe dan Jonathan agak sempit-sempitan, di hotel ini mereka bisa seorang  1 bed dan saya share dengan Joshua. Hotel ini juga meminjamkan 1 HP yang bisa akses internet dan telepon lokal (walau tidak kami pakai), dan 1 mobile wi–fi dengan akses data unlimited (nah yang ini kepake banget). Harga kamarnya juga ga berbeda dengan harga AirBnB yang cukup untuk 2 dewasa dan 2 anak.

Pagi-pagi Joe duluan keluar dari hotel untuk ke acara BEVX, saya dan anak-anak masih melanjutkan istirahat. Kami sarapan seadanya saja, dan berencana makan siang agak awal. Sebelum jam 11, saya dan anak-anak keluar cari makan. Kali ini, setelah googling restoran yang family friendly kami ke Charlie Brown Cafe. Cuma butuh jalan 5 menit dari hotel, tapi karena Joshua lagi ga mau kerjasama, jalannya jadi agak lebih lama. Joshua gak suka jalan sendiri dan minta digendong, sepanjang jalan dia meringis antara ga mau jalan dan setiap ketemu gedung yang ada AC nya dia mau belok aja ke sana.

Setelah beberapa kali berhenti untuk membujuk Joshua jalan, akhirnya sampe juga di cafe nya. Untungnya menu nya cocok untuk Joshua, dan dia bisa makan banyak. Makan terbanyak sejak sampai di HongKong. Karena kami makan cukup lama dan Joshua masih kurang fit, saya putuskan pulang kembali ke hotel untuk tidur siang dan memutuskan untuk jalan sore bareng Joe aja. Dari google,  saya liat ada space museum berseberangan dengan lokasi acara Joe, jadi lebih baik jalan-jalan sore biar ga panas juga jalannya.

Karena anak-anak masih capek pasca jalan-jalan di Disneyland, setiba di hotel mereka tidur nyenyak. Menjelang jam 5 sore, saya dan anak-anak keluar lagi. Lokasi BEVX sekitar 10 menit dari hotel. Tapi karena lagi-lagi saya semi menyeret Joshua yang gak suka jalan di luar yang banyak orang dan bau rokok, saya kelewat lokasi BEVX. Biasanya selama ini saya melihat hotel selalu punya halaman yang cukup luas untuk parkir dan atau taman hotel, tapi ternyata hal ini ga berlaku di HongKong, gara-gara ini saya kelewat lokasi trainingnya Joe, karena saya pikir baru melewati pertokoan doang.

Setelah ketemu Joe, kami nyebrang langsung ke Space Museum. Di dalam Museum, Joshua langsung happy. Tiket masuk Space Museum ini cukup murah, untuk Joshua kami bahkan ga perlu membayar. Isi space museum ini cukup menarik bahkan untuk Joshua. Ada banyak yang bisa dicoba, pencet sana sini dan perhatikan apa yang terjadi.

Rencana selanjutnya cari makan sebelum pulang ke hotel, tapi saya baru menyadari kalau space museum ini bersebelahan dengan HongKong Cultural Centre, dan setiap jam 8 malam di sana bisa melihat Symphony of Lights. Ada 3 restoran di Hongkong Cultural Centre, kami pilih restoran yang menunya ga terlalu besar, tapi itupun tetap saja kami ga berhasil menghabiskan apa yang kami pesan. 

Sebelum jam 8 malam, kami sudah duduk manis untuk menunggu Symphony of Lights. Acara ini berlangsung tiap malam sekitar 15 menit, tapi saya heran kenapa tetep rame ya? Saya bertanya dalam hati, kira-kira ada gak penduduk HongKong yang akan setia datang tiap malam melihat Symphony of Lights, atau semua yang duduk di situ turis?

Selesai melihat Symphony of Lights, kami langsung jalan pulang ke hotel. Kali ini Joe menggendong Joshua karena dia sudah terlihat sangat capek sekali. Jonathan sudah mulai terlatih jalan banyak, dan karena enjoy dengan banyak yang dia alami selama di HongKong, mulai ga mengeluh soal jauh perjalanan, apalagi jalan sore/malam hari lebih enak karena ga ada panas matahari yang menyengat.

Hari ke-4, Jumat Joe masih ada 1 hari lagi kegiatan BEVX. Hari Jumat Joshua sudah lebih segar. Pagi-pagi, saya ajak anak-anak jalan ke Science Museum. Tapi begitu keluar dari hotel, Joshua seperti trauma jalan di trotoar HongKong. Setelah beberapa kali berhenti dan membujuk dia supaya jalan, kami sampai juga di Science Museum. Tiket masuk ke Science Museum juga tidak mahal. Ada pameran mengenai space juga, jadi kami seperti melihat extended dari Space Museum. Beberapa jam di sana, kami belum berhasil melihat semuanya. Sekitar jam 1 siang, saya ajak anak-anak pulang, karena biasanya kalau kelewat jam makan bisa-bisa Joshua ketiduran pas nunggu makanan.

Di jalan pulang, kami melewati komplek yang banyak restoran kecil-kecil. Saya putuskan untuk makan sebelum pulang, di restoran yang kebetulan ada meja kosongnya (jam makan siang hampir semua restoran penuh). Waktu menunggu makanan, hampir saja Joshua ketiduran, untungnya masih bisa dibangunkan dan bisa makan dengan lahap.

Sampai hotel, kami tidur siang lagi. Saya juga ketiduran hahaha. Ternyata jalan-jalan bawa 2 anak di negeri orang lebih berat daripada di Chiang Mai.  Selama di Hong Kong, rata-rata saya berjalan sekitar 10.000 langkah, sementara di Chiang Mai tinggal injek gas ke mana-mana hahhaa. Bener-bener ya dimanjakan banget sama kota Chiang Mai.

Sore harinya, kami putuskan untuk stay di Hotel saja. Kami simpan tenaga buat jalan-jalan hari Sabtu. Hari terakhir di HongKong dan kami merencanakan untuk ke puncak tertinggi di HongKong.

HongKong Trip: Disneyland Day 2

Tulisan ini merupakan bagian dari cerita jalan-jalan kami ke HongKong sejak 18 September – 23 September 2018.

Hari berikutnya Rabu 19 September 2018. Anak-anak bangun sebelum jam 7 karena tidur awal malam sebelumnya. Matahari di luar sudah cerah banget. Karena hari sebelumnya kami makan malam masih agak sore, pagi-pagi kami udah lapar. Bersyukur juga udah pesan sarapan di hotel, jadi bisa langsung turun buat sarapan. 

Awalnya saya bingung mau milih makanan apa buat Joshua, akhirnya kami menemukan susu dan sereal di restoran untuk sarapan Joshua. Highlight dari sarapan di hotel adalah berfoto dengan Chef Mickey. Tapi berhubung chefnya cuma menyediakan sesi foto 30 menit, jadi kami harus antri foto juga sebelum Chefnya pergi. Anak-anak yang yang gitu kenal tokoh Mickey ya biasa aja deh hehehe.

Makanan sarapannya ada banyak jenis. Rasanya menurut saya biasa aja, ada pancake dibentuk kepala Mickey, ada buah-buahan, yoghurt, mie, nasi dan macem-macem deh. Tapi kalau kata Joe masih lebih berkesan dengan restoran di Jogja yang pernah kami kunjungi beberapa tahun lalu karena makanannya ada makanan khas Jogja (gudeg) dan ada jamu segala. Makanan di restoran Disneyland menurut saya agak standard, bahkan ga ada omellete yang diisi macam-macam yang biasanya jadi menu yang banyak ditunggu orang sampai ngantri.

Hari ke-2 sebelum ke Disneyland, selesai sarapan kami memutuskan jalan-jalan seputar hotel. Kami ga buru- buru ke Disneyland karena toh jam bukanya jam 10.30 pagi. Kami menemukan playground yang sangat sepi karena sepertinya anak-anak yang lain lebih suka berenang. Kami ga berenang karena saya ga siapin baju berenang, dan keputusan itu tepat karena kolam renangnya terbuka dan jam 8 pagi saja panasnya sudah terasa menyengat. Setelah puas bermain di playground yang menghadap ke laut, kami jalan sedikit mengitari halaman hotel sambil nangkap pokemon dan battle pokegym dan kembali ke kamar.

Karena jam check out hotel sekitar jam 11 dan kami masih mau bermain lagi di Disneyland (kami punya tiket untuk 2 hari), kami putuskan untuk langsung membawa koper ke area Disney supaya ga perlu balik lagi ke hotel. Di hotel juga ada penitipan koper, tapi daripada harus naik turun shuttle lagi sebelum naik taksi, lebih baik kami bawa koper sekalian. Sebenarnya di dalam resort Disneyland, dekat dengan tempat penitipan koper ada stasiun MRT juga, ada sedikit niat untuk naik MRT ke arah hotel berikutnya di kota. Saya bilang sedikit niat, karena kemungkinan besar kami sudah akan sangat lelah sehabis bermain di Disney dan naik MRT sambil membawa koper besar plus anak yang kemungkinan juga minta di gendong itu pastinya akan sangat merepotkan. Tapi ya pada akhirnya kami naik taksi langsung dari tempat bermain Disneylandnya sih karena jalur MRT untuk menuju hotel berikutnya itu memerlukan ganti jalur kereta dan kemungkinan besar jalannya lumayan jauh.

Biaya penitipan koper dihitung per potong, jadi kami bayar untuk 2 koper (1 besar dan 1 kecil). Hari ke-2 di Disneyland kami sudah lebih tau apa yang akan jadi tujuan kami. Saya sudah membaca-baca deskripsi permainan yang kira-kira juga akan cocok untuk Joshua. Kami memutuskan untuk tidak menyewa stroller, karena kami pikir, nantinya Joshua bisalah tidur pas kami istirahat makan siang. 

Tujuan pertama di hari ke-2 ke Fantasy Land. Pertama naik Flying Dumbo, untungnya di hari ke-2 ini walau matahari cukup menyengat, tapi beberapa waktu ada awan yang cukup membuat udara ga terlalu panas.

Selesai naik Flying Dumbo kami bertujuan ke It’s a small world. Tempat tujuan berikut ini isinya seperti istana boneka di TMII, tapi lagunya Joshua sudah kenal karena ada dalam playlist yang sering diputar di mobil. Tapi sebelum sampai ke it’s a small world, kami naik teacup yang muter-muter dulu karena kebetulan lewat dan antriannya kosong, jadi ya sekalian aja. Lagipula tempatnya juga ada atapnya, jadi cukup teduh.

Joshua cukup senang naik gajah terbang maupun teacup yang muter-muter. Pas masuk ke it’s a small world udaranya paling adem, Joshua langsung semangat banget menuju ke boatnya. Di Disney, semua wahana menyediakan tempat antrian yang cukup panjang, kalau lagi ga ada antrian jadinya jalannya jauh hehehe. Keluar dari It’s A Small World, berasa deh panas lagi.

Selesai dari istana boneka, kami memutuskan untuk ke Toy Story Land dulu sebelum makan, kalau sudah makan kuatir malah mual kalau mainannya agak mutar-mutar.  Mampir sebentar di Tomorrow Land karena Jonathan mau naik roller coaster ala star wars.

Karena Joshua ga bisa ikut naik (ada batasan tinggi 120 cm), saya dan Joshua menunggu di luar. Daripada bengong, saya beli eskrim bentuk kepala Mickey (40 HKD). Saya pikir, anggap aja pengganti beli susu. Selesai Jona dan papanya naik roller coaster ala star wars (yang katanya Jona lebih menyeramkan karena gelap), kami naik flying saucer (ini sebenarnya sama saja dengan flying dumbo).

Sebelum sampai di Toy Story Land, kami lewati Adventure Land lagi dan sedang ada pertunjukan orang Moana. Pertunjukannya pake bahasa Cina dan Inggris, Jona dan Joshua ga gitu tertarik. Ada banyak orang dan tempat duduknya juga sudah penuh. Jadi kami berhenti sebentar doang untuk istirahat sekalian berteduh. Pas lewat lagi, ada beberapa orang foto dengan tokoh Moana versi English. Komentar Joe: sepertinya yang foto dengan Moana bapak-bapak semua, anak-anaknya ga ada malahan hahahaha. Kalau komentar saya: aduh itu rambut Moana ketauan banget rambut palsu, masih bagusan rambut aku hahahahha.

Setelah mampir sana sini, sampai juga di Toy Story Land, Joshua gembira banget liat tulisan ABC sampai Z yang super besar. Jadi agak gak enak sama orang-orang yang berusaha foto di situ, karena ya Joshua lalu lalang sambil bernyanyi-nyanyi gembira walaupun di bawah terik matahari. Setelah di distract, akhirnya sampai ke tujuan Toy Story Land, naik roller coaster yang bisa untuk semua umur dan tidak terlalu ekstrim (Slinky Dog Spin). Tapi ternyata, namanya roller coaster ya sama aja ya, tetep keliatan Joshua kurang suka naik roller coaster. Jonathan yang sudah naik yang lebih ekstrim tentunya cuma ketawa-tawa bahagia aja.

Selesai naik roller coaster, Jonathan pingin naik wahana yang ada Parachute drop. Di wahana ini sebenarnya Joshua bisa saja karena minimal 80 cm, tapi karena kami kuatir Joshua ga enjoy dan antriannya banyak, saya dan Joshua ga ikutan dan menunggu sambil Joshua puas-puasin liat ABC raksasa. Awalnya saya pikir kalau mereka jual versi mainannya, saya akan beli buat Joshua, tapi ternyata gak ada.

Setelah capek liat-liat ABC, akhirnya saya ajak Joshua jalan menunggu di area parachute drop. Saya dudukkan dia di kursi tempat latihan buat orang yang duduk di kursi roda. Eh ternyata dia ngantuk dan tertidur deh disitu. Karena Joe dan Jonathan masih lama diantrian, ya saya biarkan saja Joshua tidur disitu, sambil berharap ga ada orang yang perlu memakai itu (untungnya ga diusir juga sama petugas haha).

Sementara menunggu Joshua tidur, sebagai pemain Pokemon Go, kami mengambil alih satu Gym di area Parachute Drop.

Joshua masih kami biarkan tidur dikursi itu sekitar 25 menit, lalu kami gendong jalan sambil cari restoran.

Untungnya ga jauh berjalan dari situ kami menemukan restoran yang cukup adem dan ada menu nasi goreng segala di Explorer’s Club Restaurant di Mystic Point. Beberapa menu di restoran ini juga ada label Halalnya. Sambil menunggu saya order makanan, Joshua masih tidur sekitar 15 menit lagi.

Kami memutuskan  menutup perjalanan mengunjungi istana boneka lagi. Tapi setelah keluar dari Small World, Joshua mau naik Tea Cup lagi. Di sini HP Joe jatuh ke bawah Tea cupnya dan walaupun udah gorilla glass plus screen guard, HP Joe retak layarnya plus lensa kamera belakangnya juga retak. Masih nyala bisa dipakai, tapi layarnya ada bagian yang agak tajam dan berbahaya buat tangan, plus kamera depan belakang jadi blur.

Tadinya sudah cukup mau pulang, tapi karena wahana Winnie The Pooh lagi kosong dibanding hari sebelumnya, kami memutuskan masuk dulu ke Winnie The Pooh Storytime. 

Gak berasa, hari ke-2 kami bisa lebih banyak menikmati berbagai wahana. Tau-tau udah sore dan kami memutuskan untuk pulang supaya ga terlalu gelap sampai di hotel daerah Tsim Tsa Tsui. Kami naik taksi merah ke arah Tsim Tsa Tsui. Jonathan sangat terkesan dengan kode warna taksi di Hong Kong. Waktu dari Airport ke Disneyland, kami naik taksi berwarna biru, dari Disneyland ke Tsim Tsa Tsui kami naik taksi berwarna merah. Ada 1 jenis taksi lagi warna hijau tapi kami ga naik.

Sampai hotel Butterfly on Prat, sekitar jam 7-an, masukkin koper dan kami memutuskan makan di restoran Thailand sebelah hotel. Pelayan restorannya sebagian kurang bisa bahasa Inggris tapi bisa bahasa Thai, jadi mesennya malah pake bahasa Thai. Jauh-jauh ke Hong Kong pesen makanan Thai pake bahasa Thai hehehe.

Udah terlalu capek untuk menjelajah Hong Kong di waktu malam. Mampir di Cirlce K dan 7 Eleven akhirnya nemu susu coklat buat Joshua. Dan di sini lah saya mengalami kaget masalah sedotan, plastik bag dan merasa mini marketnya benar-benar mini dan barangnya ga sebanyak di Chiang Mai hehehe.

Hotelnya edkat McDonald’s, Circle K dan 7-Eleven

Kesimpulan hari ke-2: Kalau anak masih kecil, rasanya kurang optimal ke Disneyland. Sebaiknya menunggu anak tingginya 140 cm supaya bisa naik semua wahana dan harapannya kalau udah cukup besar, cukup kuat juga buat berjalan-jalan seharian menjelajahi Disneyland. Datang ke sana di hari biasa dan bukan musim liburan sekolah sangat membantu untuk tidak mengalami antrian panjang, tapi ya keputusan untuk langsung ke Disneyland di hari yang sama setiba di Hong Kong juga jadi ga efektif  di Disneylandnya.

Kalau mau lebih hemat, bisa juga menginap di area kota (bukan di Disneyland Resort), ke Disneyland hari berikutnya setelah sampai di Hong Kong, misalnya selesai sarapan naik MRT ke Disneyland, puas-puasin deh seharian dari jam 11.30 sampe jam 8 malam di Disneyland. Jadi bisa menghemat ga perlu titip koper segala, ataupun sewa stroller dan anak-anak juga udah segar tenaganya setelah tidur malam yang cukup. Bawa perbekalan makanan dan minuman dari Circle K atau 7 Eleven di kota, karena harga minuman di luar Disneyland berkisar 7 – 15 HKD saja.

Tapi ya, kami memang bukan traveler sejati. Udah tau ada aplikasi Disneyland sejak sebelum berangkat tapi tetap saja akhirnya di baca setelah sampai di sana hahahha. Jangan ditiru ya, kalau mau lebih fun lagi, sebaiknya baca informasi yang sudah banyak tersedia di internet, jadi gak kayak kami yang akhirnya banyakan jalannya daripada naik wahananya di hari pertama hehehhee. 

Hong Kong Trip

Bulan April lalu, Joe iseng–iseng ikutan lomba CTF berhadiah conference gratis di Hong Kong. Kebetulan waktu itu sedang liburan Songkran di Thailand. Ternyata iseng-isengnya Joe berhasil mendapatkan hadiah pertama berupa tiket pesawat, penginapan gratis ke Hong Kong, dan biaya training + conference, plus uang saku yang cukup untuk jalan-jalan sekeluarga di Disneyland (Joe bakal udah posting lebih lengkap soal conferencenya). Karena kami tahun ini ga pulang ke Indonesia, tau-tau terpikir, gimana kalau saya dan anak-anak ikutan juga. Cek harga tiket Air Asia, ternyata ada penerbangan langsung dari Chiang Mai ke Hong Kong (sekitar 2,5 jam) dan tiketnya jauh lebih murah daripada pulang ke Indonesia.

Awalnya agak ragu mau ikutan ke Hong Kong, tapi karena ternyata orang Indonesia ga butuh visa buat masuk ke Hong Kong, jadi semakin tergoda untuk jalan-jalan ke sana. Walau sudah tau beberapa bulan sebelumnya, tapi karena terlalu banyak informasi di internet, saya ga serius baca mengenai tempat-tempat yang menarik untuk dikunjungi. Satu hal yang terpikir adalah adanya Disneyland di Hong Kong, walaupun anak-anak ga terlalu kenal tokoh Disney kami pikir ya anggap aja kami yang mau jalan-jalan ke Disneynya hehehe.

Point normal ke Hong Kong dari Chiang Mai

Bulan lalu, setelah menimbang-nimbang akhirnya kami memutuskan jadi ke Hong Kong termasuk ke Disneyland. Beli tiket kebetulan bisa redeem big point air asia yang selama ini sudah dikumpulkan, biasanya putuh belasan ribu point untuk ke Hong Kong, tapi waktu itu ada promosi khusus, jadi untuk saya dan anak-anak tiketnya semakin murah lagi dari anggaran awal.

Harga Point Diskon

Untuk memaksimalkan pengalaman di Disney, kami memutuskan untuk menginap 1 malam di Disney dan 4 malam di pusat kota yang dekat dengan conference. Ada banyak sekali pilihan yang harus diperhatikan sebelum membeli tiket Disneyland. Setelah membaca berbagai review, kami memilih menginap di Disney’s Hollywood Hotel dan membeli tiket 2 fun day. Harga tiket 2 fun day ini beda sedikit banget dibanding 1 hari, jadi ya sekalian biar puas deh di Disneyland. Nanti cerita soal Disneyland Experience akan saya tuliskan terpisah, karena kalau semua dituliskan di sini akan menjadi tulisan yang sangat panjang.

Training dan conference yang akan dihadiri Joe diadakan hari Kamis dan Jumat (20 dan 21 September 2018), awalnya kami berencana datang dari hari Sabtu sebelumnya, supaya lebih lama di Hong Kong. Rencana berubah karena sejak awal September setiap Senin kami ada kegiatan co-op Homeschool dan saya merasa ga baik kalau demi jalan-jalan kami harus bolos co-op (di co-op saya mengajar kelas juga, kalau bolos berarti saya harus meminta orang lain menggantikan saya mengajar). Ternyata, keputusan kami ini sudah sangat tepat, karena hari Minggu sebelum kami berangkat, Hong Kong dilewati oleh topan Mangkut. Kami berangkat hari Selasa, di mana merupakan hari pertama Disneyland kembali beroperasi setelah tutup dilanda topan badai.

Jonathan sudah menghitung mundur dan tak sabar menanti-nantikan berangkat ke Hong Kong. Dia sempat bertanya-tanya juga soal topan Mangkut waktu kami ceritakan kalau hari Minggu terjadi topan di Hong Kong dan semoga hari Selasa semua sudah buka kembali. Kesempatan juga menjelaskan mengenai kenapa terjadi topan dan bagaimana kerusakan yang bisa terjadi akibat topan. Saya sendiri sempat agak kuatir, tapi ya baca-baca berita semua sudah mulai normal di hari Senin. Jadi kami cukup yakin hari Selasa akan semakin baik-baik saja.

Waktu kami tiba di sana, masih terlihat sisa-sisa pohon tumbang akibat badai. Pegawai hotel masih dengan giat membersihkan dahan pohon yang patah. Dari berita, ada juga beberapa gedung yang mengalami kerusakan, tapi sejauh yang kami lewati semua gedung terlihat baik-baik saja dan tidak ada kerusakan berarti.

Setelah menginap 1 malam di Disneyland, kami pindah hotel ke daerah Tsim Tsa Tsui. Daerah ini merupakan pusat kota dan dekat ke banyak tempat yang menarik untuk dikunjungi dengan anak-anak. Kami bahkan ga perlu naik kendaraan untuk mengunjungi beberapa museum dan juga terutama untuk Joe ke lokasi conferencenya. Museum yang kami kunjungi diantaranya Space Museum dan Science Museum. Kami juga berkesempatan melihat Symphony of Light dari Central Cultural Hong Kong. Tulisan mengenai wisata seputar Tsim Tsa Tsui juga akan saya tuliskan di posting terpisah.

Hari Sabtu, hari terakhir sebelum pulang ke Chiang Mai, Joe sudah tidak ada acara. Kami bisa bareng-bareng mengunjungi Sky Terrace The Peak yang katanya merupakan titik tertinggi untuk melihat kota Hong Kong. Karena lokasi The Peak ini agak jauh, kami berkesempatan naik MRT dan Peak Tram, kereta tua yang udah beroperasi 130 tahun. Cerita ini juga akan saya tuliskan terpisah.

Kesan soal Hong Kong secara umum kota ini lebih sibuk dan lebih mahal dari Singapore. Positifnya museum untuk pendidikan mengenakan tarif cukup murah bahkan gratis untuk anak-anak di hari tertentu. Kamar mandi di Airport juga serba otomatis (dilengkapi sensor). Hotel tempat kami menginap meminjamkan mobile wifi dengan unlimited data dan cukup cepat. Kecepatan internet di Hong Kong cukup memuaskan dan banyak tersedia titik hotspot gratis. Ada banyak pokestop dan pokemon (haha jauh-jauh ke HongKong tetep aja main pokemon ya).

Saya sempat agak culture shock juga di Hong Kong. Terbiasa dengan kota Chiang Mai yang serba santai, saya berasa ga enak kalau lagi bayar di minimarket ada orang memotong saya karena dia cuma beli 1 item, lalu membayar pakai e-money dan pergi, sementara saya masih menghitung-hitung uang saya (karena belum biasa lembaran mana nominal berapa). Di Hong Kong orang juga harus bayar kalau butuh plastik untuk belanja. Harga 1 kantong plastiknya 50 sen (sekitar 1000 rupiah). Rata-rata sedotan tidak disediakan, di Disneyland sedotan yang digunakan juga dari kertas keras (yang walaupun ramah lingkungan tapi rasanya jadi gak enak kalau terendam air terlalu lama).

Beberapa hal yang bikin Hong Kong menjadi tidak menarik untuk saya pribadi terutama ada banyak sekali orang merokok. Udara Hong Kong terutama di pusat kotanya terasa menyesakkan buat saya. Udara panas dicampur dengan bau asap rokok benar-benar tidak nyaman rasanya. Banyak tempat di Hong Kong sangat memanfaatkan setiap meter persegi tanah untuk menjadi tempat jualan. Restoran di basement itu hal biasa. Pengalaman makan di beberapa restoran di Hong Kong, saya ga menemukan makanan yang enak. Beli makanan di restoran Thai karena berharap makanan yang familiar buat kami, tapi entah kenapa terasa sangat berminyak. Beli noodle ala Hong Kong, rasanya yang terasa hanya asin atau hambar.

Ukuran menu di Hong Kong juga sangat besar. Kami beli 2 menu saja rasanya ga sanggup untuk menghabiskannya. Pernah juga waktu saya pergi bareng anak-anak tanpa Joe, saya pesan 1 menu saja untuk kami bertiga dan semua kenyang. Kagum dengan ukuran porsi orang Hong Kong di depan saya yang menghabiskan 1 porsi sendiri (padahal badannya kecil banget hehehe). Karena kangen kopi, saya juga coba pesan kopi di HongKong, hasilnya mengecewakan haha. Masih lebih enak kopi instan dari sachet daripada kopi seharga 44 HKD.

Anyway, bersyukur karena sekarang sudah kembali lagi ke Chiang Mai. Perjalanan ke Hong Kong bikin makin betah di Chiang Mai. Di sana kami sering disangka orang lokal juga. Tiap ketemu kasir pasti diajak ngomong pake bahasa mandarin, untungnya mereka bisa berbahasa Inggris juga selain mandarin (walaupun beberapa kasir saya gak ngerti dia ngomong apa sampai dia ganti kalimatnya baru saya ngerti).

Kalau ditanya apakah saya masih pengen jalan-jalan ke Hong Kong lagi? jawabannya sudah jelas tidak. Saya ga tahan dengan asap rokok. Kalau ada kesempatan jalan-jalan, saya lebih memilih mencoba melihat negeri lain atau mungkin ke kota-kota di Indonesia yang belum saya kunjungi (dari dulu pengen ke Bromo belum jadi-jadi).

Cerita lengkap perjalanan per hari bisa di lihat di berbagai posting dalam blog ini di kategori hong kong.

Wisata di Chiang Mai

Kadang-kadang, ada teman bertanya kalau mau ke Chiang Mai ada apa yang menarik untuk dikunjungi? Seperti biasa, begitu kita tinggal agak lama di suatu kota, kita udah nggak memikirkan lagi tempat wisata, karena semuanya itu ya bukan tempat wisata buat kita. Tapi kalau diganti pertanyaanya, misalnya suatu hari kami ga tingal di Chiang Mai lagi, kira-kira apa yang akan kami kunjungi kalau ke Chiang Mai? Tulisan ini juga buat jadi referensi kalau ada lagi yang nanya ke kami hehehe.

Jawabannya tergantung berapa lama rencana mengunjungi Chiang Mai, terus apakah kami datang tanpa anak atau dengan anak-anak. Kalau datang dengan anak-anak, tentunya yang dikunjungi tempat yang menarik untuk anak-anak juga. Tempat yang biasa mereka kunjungi sejak kecil. Beberapa yang bisa di list adalah:

  • Dalam kota Chiang Mai
  • kota sekitar Chiang Mai

Dalam kota Chiang Mai

Untuk dalam kota Chiang Mai, yang paling mudah tentunya Suan Buak Haad Park (nama di Google: Nong Buak Hard Public Park) di old city, mall, Night Safari Chiang Mai.

Nong Buak Hard Public Park

Di park bisa kasih makan ikan dan pigeon, main-main di playground atau sekedar berlari-lari mengelilingi taman sambil mencoba beberapa alat olahraga yang ada. Kalau sudah capai bermain, nongkrong di coffee shop yang ada di park minum kopi dan nyemil hehe. Kalau lapar, bisa beli ayam bakar plus nasi ketan di pintu keluar park, atau kalau mau paket hemat ya bawa makanan dari luar dan tinggal sewa tikar aja piknik dan buat dessert bisa beli eskrim/es puter versi sini. Jonathan senang makan es krim pake ketan terus ditaburin kacang. Di sini sepertinya apa saja bisa dicampur dengan ketan hehehe.

Memberi makan burung di park

Jalan-jalan di park

Central Airport Plaza Chiang Mai

Tujuan berikutnya ya tentunya mall. Dari beberapa mall yang ada di sini, Airport Plaza (CentralPlaza Chiang Mai Airport) merupakan mall yang paling sering kami kunjungi. Selain karena sekarang ini Jonathan ikut kelas Taekwondo di sana, mall ini adalah mall terdekat dari rumah (sekitar 5 menit kalau ga kena lampu merah).

Di mall biasanya kami akan makan berbagai pilihan makanan Thai di food court atau restoran makanan Jepang OISHI (ini restoran milik orang Thailand), naik kereta api gratis, Joshua bisa main di soft area gratis dan mungkin kalau anak-anak sudah cukup besar bisa diajak nonton di bioskop :-).

Mainan gratis di mall

Food court

Royal Flora Ratchapreuk dan Night Safari

Selain park di old city, kami juga sekarang ini sering mengunjungi Royal Flora Ratchapreuk dan Night Safari. Mudah-mudahan kalaupun nanti datang jadi turis, saya masih bisa dapetin harga lokal (asal ga lupa aja bahasanya).

Untuk harga turis, harga Night Safari tergolong mahal, dan rugi rasanya kalau datang cuma sebentar. Saat ini rate yang dikenakan untuk turis itu sekitar 800 baht dewasa (harus cek lagi buat tau harga anak-anak). Sementara itu kalau kami dapat harga lokal seperti orang Thai, dewasa itu harganya ga lebih dari 250 baht. Saat ini kami masih bisa mendaftar jadi member, harga member 500 baht untuk selama 6 bulan dan bebas masuk setiap hari juga boleh kalau mau.

Di night safari ada banyak kegiatan yang kalau diikuti semua butuh waktu 5 jam di sana. Kita bisa jalan keliling di walking zone sekitar 1 jam, makan, kalau ada waktu ekstra naik tram keliling 1 jam, menonton beberapa tarian dan animal shows (tiger show 30 menit dan night predator show 30 menit).

Diantara waktu tunggu show dan jadwal tram anak-anak bisa main di Playground. Karena cukup sering ke sana, kadang kami datang cuma untuk jalan keliling walking zone, main di playground dan makan saja.

Ratchapreuk

Ratchapreuk

Kami juga menjadi member untuk Royal Flora Ratchepreuk 400 baht per tahun. Kalau bukan member, sebagai orang Thai harus bayar 100 baht per datang, dan sebagai orang asing harus bayar 200 baht per orang (anak-anak biasanya harganya lebih murah).

Di taman bunga ini selain bisa main pokemon (kami masih main pokemon), ada playground juga buat anak-anak main dan bisa untuk melemaskan kaki keliling park hehe.

Hidden Village

Hidden Village

Salah satu tempat yang mungkin akan dikunjungi jika punya waktu ekstra di Chiang mai adalah Hidden Village. Tempat ini relatif baru, dan karena ga ada membership kami ga bisa terlalu sering ke sana.

Di hidden village ini tiket masuk 100 baht/orang dan 50 baht untuk anak-anak. Di dalamnya ada restoran, playground, petting zoo dan animatronik Dinosaurus. Dengan bayar ekstra 20 – 40 baht ada lagi mainan seperti bouncy house dan softplay area di dalamnya.

Zoo, Aquarium dan Poo Poo Paper Park

Selain night safari, kami juga pergi ke zoo. Chiang Mai zoo cukup besar dan butuh seharian juga mengeksplornya termasuk bagian aquarium dan menonton animal show yang ada.

Kami juga sudah dua kali ke Poo Poo Paper park, tapi sudah dituliskan di posting yang ini. Sedikit tentang Chiang Mai Zoo pernah dituliskan di sini dan nanti mengenai Chiang Mai Night Safari dan royal flora Ratchepreuk akan ditulis di posting terpisah.

Luar kota (butuh drive lebih dari 30 menit)

Karena kami gak biasa nyetir jauh-jauh, maka perjalanan lebih dari 30 menit itu tergolong luar kota buat kami hehehe. Kami jarang pergi ke luar kota, jadi ya ga bisa kasih banyak saran juga untuk keluar kota. Tapi ada beberapa tempat yang sesekali kami kunjungi kalau lagi bosan dengan yang dalam kota.

Horizon Village

Horizon Village

Dulu kami sering sekali ke Horizon Village. Tempat ini butuh drive sekitar 30 – 40 menit dari rumah. Biasanya butuh waktu seharian kalau ke sana. Di sana ada pilihan untuk makan buffet di hari Sabtu dan Minggu, bersepeda dan atau keliling taman.

Taman di sini lebih rindang dibandingkan Ratchepreuk. Di taman horizon village ini juga ada mini zoo dan bisa kasih makan ikan atau burung unta. Dulu sebelum Jonathan 3 tahun, kami bisa ke tempat ini sebulan sekali, tapi belakangan karena Jonathan banyak kegiatan di hari weekend, kami jadi makin jarang ke sana (selain tempatnya juga makin mahal haha).

Hotspring Sankamphaeng

Hot spring

Tempat wisata yang menarik juga untuk dikunjungi dan ga jauh dari Chiang Mai itu Hotspring San Kampheng. Butuh nyetir sekitar 45 menit – 1 jam dari kota. Kami baru beberapa kali ke sana, sebenarnya seru juga rendaman air panas, atau bisa juga makan telur rebus yang di rendam di air belerang. Kalau misalnya datang pas musim panas, ya kayaknya ga disarankan.

Tempat ini menyenangkan dikunjungi di musim dingin tentunya. Tak jauh dari tempat ini ada cave yang katanya sih cukup menarik untuk dikunjungi, tapi kami belum kunjungi karena ga mau ambil resiko ngejar-ngejar Joshua dalam gelap hahaha. Kalau mau menginap, di sana juga ada pondokan yang bisa di sewa atau area untuk camping, tapi kami belum coba sampai sekarang.

Doi Suthep

Doi Suthep

Gimana dengan Doi Suthep? Hmm walaupun ada yang bilang belum sah sampai ke Chiang Mai kalau belum ke Doi Suthep, tapi rasanya ga ada yang istimewa dengan Doi Suthep, setidaknya buat kami begitu.

Kami pertama kali ke sana setelah beberapa tahun di Chiang Mai. Total selama 11 tahun di kota ini , kami baru 2 kali ke sana (bahkan kami lebih sering ke Doi Inthanon daripada Doi Suthep). Kenapa Doi Inthanon? Ya di Doi Inthanon itu udaranya lebih adem, dan juga naturenya lebih indah.

Butuh waktu 1 jam nyetir menanjak ke Doi Suthep. Di sana bisa melihat ke arah kota Chiang Mai dan foto-foto doang hehehe. Kalau ke doi Suthep, biasanya akan mampir juga ke Doi Pui, di sana bisa melihat kehidupan masyarakat tradisional dan ada taman bunga nya yang juga cukup indah.

Di bulan Januari, di dekat Doi Suthep bisa melihat hutan yang penuh dengan bunga sakura. Tapi karena jalannya ke sana sempit dan bunga sakura cuma mekar dalam waktu 2 minggu saja, biasanya weekend jalanan ke sana akan macet, dan yaaa setelah pernah sekali ke sana, kami belum ke sana lagi hehehee.

Doi Inthanon

Doi Inthanon

Doi Inthanon. Titik tertinggi di Thailand

Doi Inthanon, butuh sekitar 2 jam perjalanan (1 jam perjalanan menanjak). Kami suka ke sana karna udaranya adem. Pemandangannya juga jauh lebih indah dibanding Doi Suthep.

Ada banyak pilihan di Doi Inthanon ini, untuk yang suka trekking juga ada beberapa pilihan jalur trekking di sana (tapi kami belum pernah). Selain ada temple, taman bunga, di sana juga ada air terjun. Kalau ke Doi Inthanon, butuh waktu seharian untuk bisa mengeksplore/menikmati alam di sana.

Queen Sirikit Botanical Garden

Queen Sirikit Botanic Garden

Buat pecinta tanaman dan nature, sekitar 1 jam naik mobil dari Chiang Mai juga ada taman bunga Queen Sirikit Botanic Garden. Kami baru sekali ke sana dan udah beberapa tahun lalu, jadi ga bisa kasih banyak update selain di tempat itu luas dan banyak jenis tanaman dan bunga yang indah.

Sekarang ini di sana ada canopy sky walk yang cukup panjang. Waktu kami ke sana canopy sky walk ini belum ada, mungkin ini bisa jadi alasan untuk ke sana lagi.

Golden Triangle

Kalau punya waktu ekstra, bisa juga ke Golden triangle. Tempat ini merupakan perbatasan antara Thailand, Myanmar dan Laos. Butuh perjalanan sekitar 3 jam dari Chiang mai. Di perjalanan menuju lokasi bisa berhenti di hotspring. Kami baru sekali ke sana ikutan tour sebelum ada Joshua.

Sebenarnya pengen lagi ke sana ajak Joshua, tapi dipikir-pikir temple yang menjadi tempat wisata di sana kurang cocok untuk dilihat oleh anak-anak. Untuk yang tidak bawa anak dan suka melihat arsitektur temple yang unik, tempat ini bisa jadi pilihan dan sekalian siapa tau pengen dapat cap mengunjungi negara Laos dan Myanmar sekalian.

Penutup

Ada beberapa tempat sekitar sini yang belum juga kami eksplore. Entah apakah kami akan eksplore suatu saat setelah kami ga di sini lagi atau entahlah. Kami belum pernah ke Doi Angkhan, padahal katanya tempat ini cukup dekat dari Chiang Mai dan indah, tapi sejauh ini belum tertarik untuk ke sana. Mungkin kalau sudah ga di Chiang Mai baru deh pengen ke sana dan ke mari jadi turis hehehe. Beberapa tempat yang jadi tujuan wisata juga waterfall. Tapi karena saya selau bayangkan air terjun sipiso-piso, saya ga pernah senang dengan waterfall di sini hehhe.

Jadi kembali ke pertanyaan: kalau ke Chiang Mai, sebaiknya ke mana dong? Kalau ga punya banyak waktu mending wisata memperhatikan kehidupan orang lokal. Pergi massage, wisata kuliner dengan harga lokal, pergi ke pasar tradisional biar ditanya: where are you come from, dan ketika kita jawab Indonesia mereka akan bilang ooh Filipin atau Malay sambil bilang same nunjuk ke wajah mereka yang artinya: wajah kita sama mirip orang Thai. Kalau punya waktu banyak, ya bisa deh mengunjungi semua tempat yang disebutkan di atas.

So, dari tulisan ini, kira-kira kalian bakal tertarik ga datang ke Chiang Mai jadi turis? Kalau kata saya, jangan jadi turis deh, rugi. Mending tinggal aja di sini, hidup nyaman pasti betah deh (kecuali buat yang sangat strict dengan makanan harus label halal, ini bisa jadi hidupnya berasa repot). Tapi walaupun demikian, banyak juga kok restoran halal di Chiang Mai. Buktinya beberapa teman orang Indonesia di Chiang Mai yang muslim juga bisa betah berlama-lama tinggal menetap di Chiang Mai.

Di posting lain akan dibahas mengenai event-event khusus di Chiang Mai (festival bunga, Songkran dsb), supaya tahu kalau mau datang sebaiknya bulan apa.

Festival Bunga Chiang Mai

Setiap tahun di Chiang Mai ada festival bunga di awal bulan Februari (Chiang Mai Flower Festival). Ternyata setelah sekian lama di sini, kami belum pernah menuliskan soal festival bunga ini. Festival ini diselenggarakan tiap Sabtu pertama bulan Februari.

Ada dua bagian utama festival ini: parade mobil bunga, dan tempat parkir mobil bunga.  Paradenya pagi hari, dan selain mobil bunga disertai juga dengan berbagai tarian, delman dan juga marching band. Di tempat parkir mobil bunga, ada banyak makanan dan juga panggung musik.

Bagi para pengunjung/turis ke Chiang Mai: bagian paling seru adalah paradenya, jadi siapkan diri pagi-pagi datang ke salah satu titik jalan yang dilalui parade. Untuk mudahnya, gunakan Grab/Uber dan minta diturunkan di salah satu titik yang nyaman/teduh.

Salah satu mobil bunga (2008)

Di awal waktu kami di Chiang Mai, kami datang ke sini, lalu mengajak orang tua juga untuk melihat festival ini. Setelah Jonathan lahir kami juga mencoba untuk melihat festival ini. Ternyata acara ini agak kurang cocok untuk anak kecil karena terlalu rame , jadi setelah agak lama baru tahun ini kami datang lagi ke festival ini, tapi hanya di tujuan parkir mobil bunganya saja. Lanjutkan membaca “Festival Bunga Chiang Mai”

Jalan-jalan di Bangkok

Meskipun sudah 10 tahun di Thailand, kami cukup jarang jalan-jalan ke Bangkok. Selain jaraknya yang cukup jauh, menurut kami Bangkok kurang nyaman karena kemacetannya. Durasi terbang ke Bangkok memang hanya satu jam, tapi biasanya butuh naik taksi dua jam untuk sampai ke pusat kotanya.

Seperti biasa, kami ke Bangkok hanya jika ada urusan administratif, kali ini untuk perpanjangan paspor saya. KBRI Bangkok sudah memperoleh ISO 9001:2015 dan pelayanannya sudah sangat baik, paspor bisa diajukan pada hari kerja dan selesai di hari kerja berikutnya. Sebenarnya perjalanan ini dilakukan dari 15 Juni – 18 Juni, tapi baru dituliskan sekarang.

Ini kali pertama Joshua duduk sendiri di pesawat karena usianya sudah lewat dari 2 tahun (baru lewat 2 minggu). Untungnya semua berjalan lancar, Joshua mau duduk sendiri dekat jendela dan Jonathan mau mengalah duduk di pinggir.

Jonathan nanya-nanya pertanyaan yang lucu ke pramugarinya misalnya kenapa di gambar panduan keselamatan ini kursinya cuma dua? kan di pesawat ini semua kursinya tiga?

Kami ketemu Opung yang memang berangkat dari Kuala Namu dengan jam kedatangan yang hampir sama dengan jam kedatangan kami. Kamipun segera ke KBRI, lalu makan siang. Kantin KBRI baru buka pukul 1 di bulan puasa.

Tempat lain yang kami kunjungi selama di Bangkok tidak banyak. Kami naik bus gratis (ada bus gratis di Bangkok untuk rute tertentu) ke Science Center karena terakhir kali ke Bangkok kami tidak sempat dapet show Planetarium. Bus yang kami naiki sudah cukup tua tapi bersih.

Di Science Center ada banyak yang bisa dimainkan oleh Jonathan dan Joshua.

Kami juga sempat naik kereta dan bermain-main di taman

Keesokan harinya kami ke Children Discovery Museum di Chatuchak. Tempat ini gratis. Sebenarnya sudah pernah ke sini sebelumnya, dan karena Jonathan suka, kami datang lagi. Walaupun gratis, tempat ini sangat bagus, mulai dari taman bermain, kepala dinosaurus mekatronik sampai perpustakaan ada.

Di hari Minggu kami pulang menggunakan Bus NakhonChaiAir, ini kali pertama kami naik bus ke Chiang Mai (biasanya selalu pesawat). Perjalanannya sekitar 10 jam. Busnya menarik: ada AC, kursinya reclining dan sekaligus bisa memijat punggung, ada in bus entertainment (ada film, lagu, dan kita bisa melihat kamera depan bus), ada makanan dan snack, bahkan ada “pramugari”-nya. Untuk naik bus, tiket kita discan seperti ketika naik pesawat.

Sebenarnya agak khawatir membawa Joshua naik bus, takut rewel sepanjang perjalanan. Tapi mengingat tahun lalu Joshua berhasil ke Jogja, kami beranikan diri. Ternyata Joshua cukup menikmati, tempat duduk yang dipilih juga ternyata pas: sangat luas bagian depannya sampai dia bisa bermain di bawah, bahkan Joshua juga bisa tidur pulas dalam bus.

 

Trip Medan dan Samosir 2017

Kami baru saja kembali dari liburan singkat (seminggu) ke Medan dan ke Samosir. Polusi udara Chiang Mai sedang buruk dan sangat panas (sampai 40an derajat celcius), jadi di masa libur Songkran, kami memutuskan untuk pulang saja ke Indonesia. Kali ini kami hanya mengunjungi Medan, tidak ke pulau Jawa.

Karena rencananya agak mendadak, kami sudah kehabisan tiket AirAsia, jadi kami mencoba memakai Malindo. Pengalaman terbangnya cukup menyenangkan, ada IFE (in flight entertainment) di perjalanan Chiang Mai – Kuala Lumpur (dan sebaliknya). Makanan di pesawat juga lumayan. Hal yang agak membuat lelah adalah: Joshua mencret sepanjang perjalanan berangkat, dan saya perlu mengganti popoknya di berbagai tempat, termasuk juga di pesawat.

Hari pertama (Sabtu) kami gunakan untuk menukar kartu XL ke 4G dan belanja pakaian di Mall. Karena kami tidak ke Depok, orang tua saya (eyangnya Jonathan dan Joshua) datang untuk ketemu Jonathan dan Joshua walau hanya Minggu sampai Selasa. Ibu saya (yang dipanggil “eyang girl” oleh Jonathan) sempat pergi ke Belawan, karena Dompet yang saya belikan 9 tahun yang lalu hilang entah di mana, padahal masih bagus, jadi ingin dapat lagi yang serupa.

Lanjutkan membaca “Trip Medan dan Samosir 2017”