Be Yourself and Keep Going

Hari ini payung yang dibeli online tiba. Sebenarnya payung ini biasa saja, yang penting kalau hujan bisa melindungi diri biar tidak basah. Kenapa beli online? Karena ceritanya payungnya ada fitur 1 tombol untuk membuka pintu terkembang otomatis (yang mudah-mudahan tidak cepat rusak). Nah yang bikin saya dapat ide menulis hari ini, waktu membaca tulisan di kotaknya: Be yourself and keep going. Pas banget buat jadi judul tulisan hari ini.

bukan iklan payung

Tulisan ini saya tulis sebagai bagian dari tantangan menulis KLIP dengan tema: Merdeka menjadi diri sendiri. Jangan lupa, merdeka jadi diri sendiri tentunya adalah kemerdekaan yang bertanggung jawab. Selalu ada batasan dan norma yang tetap harus diingat ketika kita menikmati kemerdakaan itu.

Merdeka Masa Muda

Masa muda juga sudah merdeka jadi diri sendiri. Kemerdekaan yang saya peroleh di masa muda menjadi masa pembelajaran juga untuk saya.

Lanjutkan membaca “Be Yourself and Keep Going”

Sepuluh Tahun Kemudian

Kemarin Joe menemukan tulisan saya di tahun 2010, katanya saya diminta untuk meneruskan tulisan ini sesuai dengan janji di akhir tulisan:

Saya tidak tahu apakah saya masih akan di Chiang mai, atau kembali ke Bandung atau …. di suatu kota yang tak pernah terpikirkan sebelumnya? Entahlah… mungkin saja 10 tahun lagi saya tidak ngeblog lagi, tapi kalau saya masih ngeblog, saya akan menemukan tulisan ini dan membuat sambungan tulisan mengenai 10 tahun berlalu lagi hehehhe..

Awal membaca tulisan itu, saya lupa pernah menulis begitu dan bahkan sudah hampir lupa dengan siapakah teman seperjuangan itu. Lalu ketika membaca komentar dan balasan komentar saya, saya jadi ingat lagi, siapa teman seperjuangan yang disebutkan dengan tulisan itu.

Memang, walaupun tahun 2010 saya sudah berniat untuk lebih rajin menuliskan kisah kehidupan ini di blog, baru tahun 2018 saya benar-benar mulai menulis blog dengan rutin. Terimakasih KLIP yang membuat saya kembali ngeblog.

Dan apakah kabar 10 tahun sejak tulisan itu? Kami masih di Chiang Mai, dan saya akhirnya berhasil membuat teman seperjuangan saya itu kembali ngeblog di tahun 2020 ini (padahal dia mau bikin blog baru sejak 2010 loh). Memang begitulah, terkadang saya bingung juga mau menuliskan apa lagi di blog ini, rasanya semua hal sudah dituliskan, tapi ya ternyata masih banyak hal yang akhirnya terlupakan karena tidak dtuliskan.

Tahun 2010

Mei, 2010, masih berdua saja

Tulisan itu ditulis bulan Mei tahun 2010. Waktu itu saya belum punya anak dan belum terlalu betah di Chiang Mai dan belum terlalu lancar berbahasa Thai. Waktu itu, sepertinya saya masih rajin merajut dan menjahit, tapi kegiatan ngeblog masih tergantung angin berhembus dan lebih sering tidak menulis daripada menulis. Ada banyak hal yang terjadi tapi tidak semuanya dituliskan.

Lanjutkan membaca “Sepuluh Tahun Kemudian”

Zoom group Drakor dan Literasi (2)

Tidak terasa grup drakor dan literasi sudah menyelesaikan 20 topik dari 30 topik yang direncanakan semula. Seperti halnya di akhir bulan Juni, kali ini kami juga membahas 10 topik di bulan Juli bersama-sama. Tulisan ini sekedar mengingatkan kembali apa saja yang dibicarakan kemarin dan sekaligus catatan untuk teman-teman yang belum bisa ikutan.

Topik zoom hari itu: Mengevaluasi tulisan sendiri

Kalau di bulan Juni kami membahas topik mana yang paling sulit untuk dituliskan dan topik mana yang paling mudah untuk dituliskan, di bulan Juli kami berusaha mengevaluasi diri sendiri. Sebenarnya idenya mirip, tapi bedanya bukan memikirkan tingkat kesulitan, tapi memikirkan tingkat kepuasan atas apa yang kami tulis.

Secara umum, topik 11 – 20 dianggap lebih sulit dari 10 topik pertama. Kesulitannya kadang karena ada yang tidak menguasai topiknya. Memang dibandingkan 10 topik pertama yang banyak mengupas seputar dramanya, topik 11-20 ini berusaha merambah ke kokoriyaan yang menjadi perluasan dari dunia drama. 

Jadi dari 9 orang yang berhasil mendapatkan waktu untuk ketemu lewat zoom, berikut ini tulisan antara topik 11 – 20 yang menurut diri sendiri udah paling optimal nulisnya, dan yang sebenarnya masih banyak yang ingin diceritakan, tapi terkadang kurang waktu karena menunda memulai. Setidaknya kali ini yg ikutan Zoom sudah lebih banyak dari sebelumnya. Yay!

Topik Kokoriyaan di bulan Juli 2020

Sehubungan dengan adanya topik tantangan dari grup besar KLIP, kami juga memutuskan untuk mengurangi jumlah topik kokoriyaan perbulannya. Jadi, dari biasanya 10 topik per bulan, dikurangi menjadi 5 topik untuk bulan Agustus dan 5 topik untuk bulan September. Minimal, kalau mau kejar badge dasar untuk tetap di KLIP, kerjakan 5 topik kokoriyaan, dan 4 topik dari tantangan grup besar, tinggal 1 topik lagi tentunya lebih gampang milihnya lah ya.

Lanjutkan membaca “Zoom group Drakor dan Literasi (2)”

Penghitung kata di WP selalu 1

Beberapa hari lalu, Joe memperbaharui WordPress (WP) di blog kami ini ke versi 5.4.2, dan sejak itu saya jadi repot karena penunjuk penghitung kata di wordpress selalu menunjukkan kata 1. Saya butuh mengetahui ada berapa jumlah kata dalam posting saya, karena sekarang ini di grup menulis yang saya ikuti mulai ada aturan untuk menulis minimal 300 kata.

WP bahasa Indonesia, jumlah kata selalu cuma 1

Nah, kalau tidak ada penghitung kata secara otomatis, jadinya saya harus menyalin teks yang sudah saya tulis di sini ke aplikasi lain yang memiliki penghitung kata. Terdengar mudah, kan tinggal copy paste saja. Tapi karena selama ini sudah bisa melihat jumlah kata dengan satu klik saja, rasanya repot sekali. Untuk bisa mengetahui jumlah kata, saya harus pilih semua teks, scroll ke bawah, klik salin, pindah aplikasi, tempel dan periksa lagi jumlah katanya.

Lanjutkan membaca “Penghitung kata di WP selalu 1”

Drama Korea dan Literasi

Di grup menulis yang saya ikuti, saya menemukan ada beberapa yang hobi menonton drama Korea seperti saya. Penonton drama korea di grup KLIP ini kalau sudah mulai ngobrol, sulit dihentikan. Akhirnya, daripada membuat WAG KLIP yang isinya sudah ramai menjadi terlalu ramai dengan obrolan yang hanya dimengerti oleh pemirsa drakor, akhirnya terciptalah WAG khusus penggemar drakor dan literasi.

Buat yang hobi nonton drama Korea (drakor), ngobrolin drama Korea memang tidak ada habisnya. Mulai ngomongin plot cerita, penghayatan aktor dan artisnya, tokoh-tokoh yang disuka atau nyebelin, iklan terselubung yang berhasil bikin pemirsa tergoda membeli, sampai kadang-kadang akhir cerita yang menyebalkan dan tidak sesuai harapan. Masih mending ya ngomongin drama Korea bukan ngomongin orang lain.

Lanjutkan membaca “Drama Korea dan Literasi”

Menemukan Kembali Motivasi Menulis bersama KLIP

Kemarin saya mendapat kejutan dari grup KLIP (Kelas Literasi Ibu Profesional), grup latihan konsistensi menulis yang saya ikuti sejak kembali ngeblog lagi. Saya mendapatkan sertifikat apresiasi karena sudah menulis 118 tulisan selama tahun 2020. Dari 452 orang yang awalnya berkomitmen mengikuti program KLIP, hanya 197 yang lulus sesi pertama (4 bulan). Dari 197 peserta itu, saya menulis terbanyak ke-2. Selama 120 hari di 4 bulan pertama 2020, hanya ada dua hari saya tidak menulis.

Terharu mendapat sertifikat ini, terimakasih KLIP

Saya merasa terharu. Ketika menulis saya bahkan tidak pasang target apa-apa, saya hanya ingin melatih diri untuk konsisten menulis dan berbagi cerita. Tulisan untuk dibaca di kemudian hari dan suatu saat semoga berguna untuk diri sendiri ataupun pembaca yang lain.

Lanjutkan membaca “Menemukan Kembali Motivasi Menulis bersama KLIP”

Belajar PUEBI Lagi

Hari ini, saya mengikuti kelas self-editing dengan teman-teman dari group KLIP. Belajarnya via aplikasi Zoom. Pengajarnya sepupu saya, Rijo Tobing, yang berhasil saya ajak masuk grup KLIP tahun 2020 ini. Inti dari pelajaran hari ini tentu saja kembali ke tata bahasa dalam bahasa Indonesia alias PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia).

Udah mau bubar baru ingat foto (Sumber: dokpri)

Dari dulu, pelajaran bahasa Indonesia itu sering dianggap enteng. Banyak yang berpikir hanya karena kita bisa berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia, kita langsung jadi ahli bahasa Indonesia. Padahal dalam semua bahasa, belajar lisan dan tulisan tidak selalu sama. Ada banyak hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan supaya pembaca tidak jadi salah mengerti ketika membaca tulisan kita.

Walaupun sudah banyak menulis di blog, saya sering tidak sabar untuk memeriksa kembali tata cara penulisan saya. Pembelaan diri saya, “Ah ini kan bukan tugas Bahasa Indonesia.” Padahal, alasan sebenarnya karena saya terlalu malas untuk membiasakan diri untuk belajar PUEBI lagi.

Saya tidak akan menuliskan apa saja hal-hal yang saya pelajari hari ini, karena semuanya ada banyak di buku-buku PUEBI yang tersedia online maupun offline.

Beberapa bulan lalu, di grup KLIP juga pernah ada belajar tentang PUEBI ini dalam sebuah kulwap (kuliah WhatsApp). Waktu itu, memang belum jamannya belajar sambil tatap muka pakai Zoom seperti sekarang. Waktu saya membaca materinya serasa membaca buku saku PUEBI. Saya menyerah sebelum mencoba.

Berbeda dengan kulwap sebelumnya, karena kelas menggunakan Zoom, selain mendengar saya bisa melihat presentasi dan contoh. Saya bisa berinteraksi juga untuk menanyakan langsung kalau ada pertanyaan. Belajar dua arah begini kelebihannya bikin beberapa hal langsung terekam di kepala. Hasilnya, saya jadi ingin belajar PUEBI lagi.

Belajar itu berbeda dari sekedar tahu. Setelah tahu apa saja aturan PUEBI, tentunya saya harus berlatih untuk mengaplikasikan aturan yang ada ketika menulis. Berlatih terus menerus sampai akhirnya menjadi keahlian.

Setelah pelajaran hari ini, saya merasa waktunya bergeser dari zona kemalasan. Setiap hari menulis berarti setiap hari ada kesempatan berlatih memperbaiki tulisan mengikuti PUEBI. Kalau merasa kurang banyak bahan latihan, selalu bisa memperbaiki tulisan yang lalu-lalu.

Belajar itu harus pakai niat. Dulu, rasanya mustahil buat saya bisa menulis setiap hari. Ternyata, tahun 2020 ini saya bisa menulis hampir setiap hari. Jadi, mudah-mudahan niat saya untuk belajar PUEBI lagi ini bisa tetap saya ingat untuk lakukan.

Buat saya, menulis sambil memeriksa aturan tata bahasa itu sering membuat ide tulisan keburu hilang. Yang terpikir saat ini, saya akan tetap menulis saja dulu seperti biasa, lalu membaca ulang sambil memperbaiki tata bahasa.

Mulai hari ini, saya akan mencoba mengingat satu hal dari aturan tata bahasa dan menerapkannya ketika memperbaiki tulisan. Kemudian akan menambahkan satu aturan baru setiap harinya, atau setiap beberapa hari. Mudah-mudahan, di akhir tahun 2020 ini, saya bisa mengingat dan menggunakan semuanya.

Belajar PUEBI lagi ini baik buat saya. Selain supaya tulisan-tulisan berikutnya semakin enak untuk dibaca, juga untuk persiapan mengajarkan ke anak-anak. Setidaknya ketika diperlukan mengajarkannya ke anak-anak, saya tidak perlu gagap lagi sambil berkali-kali buka contekan. Untungnya, sekarang ini anak-anak masih belum fasih membaca bahasa Indonesia. Jadi, saya punya waktu untuk belajar duluan.