Ngeblog Tiap Hari

Sejak bulan Mei tahun 2018 yang lalu, tanpa sengaja saya bergabung dengan grup yang memberikan tantangan untuk menulis setiap hari. Waktu itu, walaupun nama grupnya one day one post (ODOP) alias 1 post 1 hari, tapi kewajiban nulisnya cuma 1 tulisan per minggu. Sebelum gabung di grup itu, saya sudah sangat malas ngeblog. Ada sejuta alasan kenapa gak ngeblog, tapi bisa disimpulkan jadi 1 kata: malas.

Setelah join komunitas ODOP, saya mulai memaksakan diri ngeblog lagi. Kenapa memaksakan diri? ya kalau gak memaksakan diri, pastilah kemalasan menang hehehe, lagian masak sih dalam 7 hari seminggu gak bisa menemukan hal menarik untuk dituliskan? Udah banyak hal dalam hidup ini terlewat begitu saja tidak terdokumentasikan akibat kemalasan bertahun-tahun gak ngeblog. Padahal, dari tulisan yang ada, saya senang bernostalgia membaca kembali cerita-cerita lama.

Dari bulan Mei sampai Oktober, saya cukup sukses mulai rutin ngeblog minimal 1 kali seminggu. Lalu bulan November 2018, grup ODOP memberikan tantangan untuk menulis tiap hari. Saya pun mulai bertanya ke diri sendiri: bisa gak ya nulis tiap hari? apa coba bikin topik perhari?. Berharap setelah menulis 21 hari secara rutin, menulis blog akan menjadi sesuatu yang lebih mudah untuk dilakukan.

Bulan November 2018, saya belum sukses menulis tiap hari, tapi bisa menulis hampir tiap hari. Beberapa hari bolong karena ketiduran akibat menunda menulis sejak pagi. Saya tidak bisa mengikuti topik yang sudah direncanakan, entah kenapa kadang-kadang walau sudah ditentukan topiknya, rasanya ada penolakan dari dalam diri untuk menulis sesuai topik dan sibuk mencari topik lain untuk ditulis hahaha.

Setelah melihat keberhasilan cukup banyak anggota group menulis hampir setiap hari di bulan November, bulan Desember kembali diadakan tantangan menulis tiap hari, dengan minimum 10 tulisan dalam sebulan. Di bulan Desember, saya bisa menulis lebih dari 20 tulisan, tapi ya ada juga hari-hari di mana kalau sudah berhenti, keesokan harinya tergoda untuk tidak menulis lagi, apalagi akhir bulan setelah merasa cukup memenuhi target minimum.

Tahun 2019, grup ODOP berubah nama jadi Kelas Literasi Ibu Profesional (KLIP). Idenya sama, mengajak para wanita untuk aktif kegiatan tulis menulis dan dunia literasi. Tantangannya nerusin menulis tiap hari, dengan aturan minimum 10 tulisan perbulan. Untuk pelaksanaanya dibagi menjadi 3 sesi. Hadiahnya apa? kepuasan pribadi karena bisa konsisten membangun kebiasaan baik menulis setiap hari. (plus piring cantik kalau dapat sponsor hahahahhahaha).

Gak terasa, hari ini merupakan hari terakhir bulan April. Hari ini akhir dari sesi 1 tantangan KLIP untuk menulis tiap hari. Untuk saya sendiri, Januari sampai Maret saya masih ada bolos 1 atau 2 hari karena ketiduran dan lagi gak ada ide menulis. Baru bulan ini saya sukses menulis tiap hari, dan untungnya bulan ini hanya 30 hari. Seminggu terakhir ini, sudah sering tergoda untuk berhenti menulis, karena toh minimumnya sudah tercapai hehehe.

Besok akan dimulai sesi 2 dari kegiatan KLIP. Tantangannya agak berubah sedikit. Intinya sih tetap menulis, tapi diarahkan untuk menulis yang isi tulisannya berguna untuk orang lain. Sepertinya harus mulai berlatih memaksakan diri menulis dengan lebih terencana. Setahun latihan memaksa ngeblog, masa gak bisa memaksa ngeblog pakai topik sih.

Udah kepikiran sih beberapa hal yang akan dituliskan dalam 4 bulan ke depan. Mudah-mudahan tetap bisa konsisten menulis di blog ini, walaupun gak tau siapa yang baca dan kemungkinan banyak fansnya Joe yang kecewa karena tulisannya kurang teknis hehehehe.

Tips WordPress

Hari ini, seorang teman di group KLIP (Kelas Literasi Ibu Profesional) kehilangan tulisan yang sudah dia simpan di wordpress. Saya juga pernah mengalaminya, dan rasanya aduhai sebel karena udah nulis panjang lebar, loh kok malah hilang. Berhubung hari ini belum kepikiran mau nulis apa, ya sekalian deh nulis beberapa pengalaman memakai wordpress. Semoga saja berguna untuk teman-teman yang lain.

Mengembalikan tulisan yang pernah disimpan

Untuk kasus saya, waktu itu nulisnya di aplikasi wordpress android. Saya yakin udah pernah simpan bebeberapa kali malah draftnya. Nah giliran mau publish loh kok hilang. Untungnya Joe kasih tau saya kalau sekarang wordpress itu menyimpan versi revisi sebelumnya setiap kali kita menyimpan draft kita. Jadi kita bisa bandingkan versi sebelumnya dengan versi terakhir yang kita punya, dan kita bisa kembali ke versi sebelumnya.

Menulis di handphone ataupun komputer, kita bisa tanpa sengaja memencet tombol select all- cut ataupun delete. Makanya sejak itu saya selalu membiasakan diri untuk menyimpan draft tulisan walaupun di wordpress juga sudah ada fitur autosave setiap beberapa menit.

Rasanya lebih baik kehilangan beberapa paragraph daripada kehilangan mood karena tulisan hilang dan harus memulai dari awal lagi. Nah caranya gimana?

  • Langkah pertama: jangan panik hehehe. Buka laptop dan masuk ke situs wordpress.
  • Dari dalam wordpress, buka posting yang hilang dan klik tombol setting dan lihat bagian Document.
  • Berikutnya dari Document bisa dilihat berapa versi Revisions yang ada, dan coba periksa masing-masing revisi itu mana versi yang paling lengkap.
Buka settings – revisions
  • Kita bisa membandingkan 2 versi revisi yang pernah kita simpan, dan pilih mau dikembalikan ke versi yang mana
kembali ke versi revisi yang diinginkan
  • Lanjutkan menulis dan jangan lupa sering-sering menyimpan tulisan kalau memang laptopnya mau ditinggal hehehe.

Menjadwalkan waktu menerbitkan tulisan

Ada hari-hari di mana saya punya lebih dari 1 ide tulisan sehari. Supaya gak lupa, saya sering tulis dulu lalu simpan sebagai draft. Kita bisa set kapan tulisan itu mau diposting, apakah besok atau minggu depan atau tanggal yang sudah lewat sekalipun. Caranya gimana?

ganti tanggal publish dari immediately ke tanggal yang diinginkan

Masih dari setting Document, pilih bagian Status & Visibility, ganti setting publish Immediately (segera), menjadi tanggal dan jam yang baru. Dengan posting terjadwal, besok kita gak harus menulis lagi, tulisannya otomatis terpublish pada waktu yang dijadwalkan.

Mengganti link tulisan (permalink)

Kadang-kadang, kita ingin tulisan kita punya link yang merepresentasikan isi tulisan kita. Sebenarnya wordpress sudah secara otomatis memberikan permalink sesuai judul blog kita, tapi bisa saja judulnya terasa terlalu panjang, jadi kita pengen ganti yang lebih mudah diingat. Nah untuk ini juga bisa dilakukan, caranya dari setting Document – Pilih Permalink dan ganti deh sesuai dengan yang diinginkan.

tuliskan nama url yang diinginkan

Pengaturan permalink di blog kami memang selalu akan ada tahun/bulan/tanggal dan judul, kalau misalnya kita gak mau ada indikasi tanggal tapi langsung judul bisa gak? bisa dong. Caranya?

Menu Pengaturan Permalink

Dari menu pengaturan permalink kita bisa mengubah mau seperti apa url tulisan kita nantinya.

Sepertinya hari ini cukup itu dulu tipsnya, kapan-kapan kalau ada yang nanya lagi bisa ditulis lagi hehehehe. Semoga bisa bikin tambah semangat ngeblog karena tulisan berhasil selamat, terjadwal dan juga bisa nulis dengan url yang menarik 🙂

15 Tahun ngeblog bareng

Hari ini tepat 15 tahun kami ngeblog bareng. Cerita mengenai awal ngeblog bareng ini sudah dituliskan waktu saya posting mengenai 10 tahun ngeblog bareng (kami ngeblog setelah beberapa bulan pacaran). Kenapa kami masih ngeblog di sini sementara orang lain memakai sosmed (berganti-ganti sosmed) dan kenapa ngeblognya campur-campur antara cerita teknis, cerita kehidupan dan hal random lainnya sudah pernah juga dituliskan di posting 14 tahun blogging bareng.

Sekitar setahun terakhir ini kami tambah rajin ngeblog. Risna mulai memaksakan diri lebih banyak ngeblog dengan mengikuti writing challenge dan saya berusaha menambahkan banyak konten baik teknis maupun non teknis.

Lanjutkan membaca “15 Tahun ngeblog bareng”

Kenapa Masih Ngeblog

Alkisah, sekitar bulan Oktober di tahun 2000 saya mulai jadi blogger. Postingnya menggunakan blogspot.com. Sekitar tahun 2004, Joe ngajakin ngeblog bareng aja, biar dia yang urusin hosting, template dan lain sebagainya. Saya pikir lumayan ya saya ga usah mikirin hal-hal teknis, kalau mau nulis ya nulis aja. Eh tapi, ternyata karena ga harus “ngurusin” blog, beberapa tahun malahan saya jadi malas nulis dan sempat diingetin Joe buat mulailah menulis lagi.

Kenapa saya bisa tahu persis kapan saya mulai ngeblog? karena walaupun blog lama itu sudah ditutup, arsipnya masih ada dan bisa saya lihat. Tulisan saya dulu sangat personal dan emosional hahahah. Contoh tulisan personal dan gak penting adalah: dari membaca arsip blog lama, saya bisa tahu kapan saya beli hp siemens kuning m35. Isi postingnya juga ya cuma beberapa baris, seperti status facebook saja hehee. Gak penting banget ya.

Setahun terakhir ini, saya kembali rajin ngeblog. Awalnya, memaksakan diri dengan ikutan grup yang memberikan tantangan minimum 1 posting 1 minggu. Menulis blog itu sebenarnya gampang, gak ada aturan baku, apalagi kalau blog pribadi. Tapi menulis di media yang kita gak tahu siapa saja yang membaca, kita perlu memperhatikan jangan sampai tulisan kita menjadi boomerang ataupun terlalu banyak memberikan informasi yang tidak seharusnya jadi konsumsi umum.

Pernah ada pernyataan soal blog itu hanya trend sesaat. Setelah kemarin blogwalking di blog saya sendiri dan menemukan hampir semua teman ngeblog dulu sudah gak ngeblog lagi, saya pikir ada benarnya kegiatan ngeblog itu trend sesaat, sekarang ini sudah digantikan dengan kegiatan posting ke sosial media yang juga trendnya berganti-ganti. Tapi blog itu sendiri (sebagai media) bukan trend sesaat, masih banyak blog menarik hingga saat ini. Sekarang ini saya menemukan ada banyak sekali blogger yang aktif mengajak menulis/kegiatan literasi.

Banyak blogger yang sangat serius, serius hanya menulis topik tertentu dengan tata bahasa yang benar. Serius membangun imagenya di kalangan penulis, dan banyak juga blogger yang akhirnya jadi penulis buku . Penulis buku juga banyak yang tetap ngeblog sebagai sarana untuk mempromosikan bukunya. Akhirnya ngeblog ini gak jauh-jauh dari dunia literasi.

Dalam 15 tahun ngeblog bareng, kami juga punya beberapa blog yang kami coba pisahkan untuk membahas topik tertentu. Semua tulisan kami itu ada yang masih tetap dipublish, walaupun blognya sudah tidak di update lagi. Saya punya 2 blog lain yang sepertinya tidak akan di update lagi, tapi isinya masih berguna jadi dibiarkan saja gak ditutup.

Waktu anak-anak lahir, Joe juga bikinkan blog masing-masing, tapi akhirnya kami kurang rajin untuk mengupdatenya (selain kadang ada rasa kuatir kalau terlalu banyak upload foto anak atau cerita soal anak, nanti ada yang salah gunakan foto-fotonya dan atau jadi melanggar privasi anak).

Sekarang ini kami memutuskan untuk lebih banyak mengisi blog ini saja. Joe masih akan menulis hal-hal super teknis di blog nya yang lain, dan hal-hal agak teknis di sini. Saya masih akan menulis berbagai topik random yang belakangan ini mulai terkategori antara kehidupan di Chiang Mai, bahasa Thai, kdrama, homeschooling, dan seputar anak-anak. Joe juga masih akan menuliskan hal-hal non teknis di sini. Topik non teknis yang ditulis dengan style orang teknis contohnya ini nih: susahnya jadi hantu cewek film Jepang. Terus, ada yang tahu gak kalau tulisan Jadilah Bintang ini bukan tulisan saya.

Ada banyak cerita tentang blog ini, kepikiran 15 tahun ini nulis apa ja sih? banyak topik yang sama ditulis berulang kali. Banyak juga hal yang sekedar opini dituliskan dan waktu saya baca lagi, opini saya belum berubah dan bahkan hampir menuliskan hal yang sama lagi. Kadang-kadang karena tidak ada topik khusus, saya malah kesulitan mencari ide tulisan. Ada hari-hari di mana saya punya banyak hal yang pengen saya tuliskan, tapi tidak ada waktu, ada juga hari-hari di mana saya punya banyak waktu tapi gak punya ide tulisan.

Sebelum menuliskan tulisan ini, saya iseng membaca-baca random tulisan kami yang lama. Membaca juga komentar-komentar yang mungkin dulu kelewat gak pernah saya baca. Saya baru ingat pernah menulis protes soal persepsi mengenai cerita romantis, dan ternyata banyak komentar yang saya belum baca.

Dari tulisan di blog ini, kami juga sering mendapatkan beberapa pertanyaan dari orang-orang non batak yang akan menikah dengan orang batak. Tapi karena kasus tiap orang beda, kami mana bisa sih kasih patokan soal nikah aja atau jangan nikah hehehe.

Beberapa tahun lalu ketika saya masih belum aktif menulis lagi, kami bertemu dengan mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Chiang Mai. Waktu bertemu dia bilang gini: mbak, mas, nulisnya sering-sering dong, saya senang pas ketemu blognya jadi lebih kebayang Chiang Mai itu seperti apa.

Seberapa randomnya tulisan kami, senang kalau ada yang mendapatkan informasi atau sekedar perspektif baru. Semoga tahun ini bisa tetap konsisten menulis setiap hari dan bisa semakin banyak berbagi cerita, opini dan pandangan dalam hidup ini.

Manfaat NgeBlog

Saya masih ingat pertama kali teman saya mengenalkan blog ke saya, saya pikir: apaan itu blog, terus waktu dijelasin yang kepikiran malahan: lah ngapain nulis diary dibaca semua orang? Tapi ya, saya ikut-ikutan aja bikin blog gratisan di blogspot.

Awalnya untuk sekedar menuliskan apapun

Ternyata karena banyak temen yang juga ikut-ikutan ngeblog, rasanya ngeblog itu cukup fun, bisa punya bacaan kalau lagi bengong, atau nulis unek-unek tentang orang secara anonim tanpa peduli siapa yang baca.

Ya waktu awal ngeblog, kadang-kadang post saya cuma beberapa kalimat, yang kalau saya baca ulang lagi, sangkin anonimnya saya ga ngerti dulu itu kenapa saya nulis begitu. Kenapa anonim? karena saya tau kita gak boleh sembarangan menulis di internet. Apa yang kita tulis akan selalu ada arsipnya, dan bisa jadi boomerang kalau gak hati-hati.

Lanjutkan membaca “Manfaat NgeBlog”

Pahami Emoji dan Singkatan Sebelum Memakai

Evolusi gaya berkomunikasi merupakan salah satu hal yang belakangan ini semakin bikin saya sering membaca sebuah pesan berkali-kali sebelum membalasnya. Sejak jaman e-mail dan forum, ada banyak sekali singkatan dipakai. Dulu saya menyimpan forward e-mail yang berisikan penjelasan dari kebanyakan singkatan tersebut, lama-lama sebagian besar singkatan yang digunakan saya akhirnya ingat dan tanpa sadar sering menggunakannya juga.

Di jaman text messaging, mengetik dengan keyboard di handphone yang bukan qwerty sungguh membutuhkan waktu, keterbatasan jumlah karakter dalam 1 pesan juga membuat banyak orang jadi kreatif memakai berbagai singkatan dalam pesannya. Bahkan, kadang-kadang, untuk bisa mengirim pesan lebih banyak, beberapa orang menghilangkan spasi dan menggantikan spasi dengan cara memulai setiap kata baru dengan huruf besar. CthTlsnYgMnclSprtIniBsBcGa? Hahaha kesannya jadi kayak ngirim telegram jaman dulu saja ya.

Sekarang terjadi lagi pergeseran, handphone sudah punya keyboard lengkap qwerty dan tidak ada pembatasan karakter untuk mengirimkan pesan, orang-orang mulai memakai emoticon dan emoji untuk memberikan emosi dari tulisannya. Selain emoticon dan emoji, kadang bisa juga dengan memakai semua huruf kapital sebagai tanda sedang berteriak/berseru. Contoh pemakaian gaya komunikasi sekarang sebagai berikut:

percakapan antara 👧 dan 🧑

🧑: OMG LAMA BANGET SIH !!! 😠😠😠

👧: Maaf, masih macet, udah otw nih 😓🚖

Contoh percakapan di atas, antara seorang wanita dan pria, yang pria sudah marah karena menunggu lama si wanita. Si Wanita minta maaf dengan menunjukkan emosi udah buru-buru kok , tapi masih di taksi. Kira-kira begitulah contoh penjelasan sekarang ini. Masalahnya pemakaian emoji ini bisa muncul berbeda di layar penerima kalau mereka tidak menginstall font yang sama. Lalu muncullah stiker selain emoji.

Dulu saya senang dengan adanya emoticon ini, tapi yang paling sering saya pakai cuma senyum, ketawa, ngantuk atau pakai kacamata menunjukkan serius 🤓 atau sok cool 😎. Sekarang ini bukan cuma emoticon biasa, tapi juga banyak yang berupa gambar bergerak dan terus terang saya kurang suka memakainya karena mencarinya saja butuh waktu lama. Salah satu alasan lain saya malas pakai juga karena saya tidak selalu mengerti makna gambarnya. Bahkan kalau ada yg post menggunakan emoji, saya abaikan gambarnya dan baca pesannya saja.

Salah satu emoji yang sekarang sering dipakai kalau malas ngetik ok adalah jempol begini 👍 tapi ada juga yang salah kaprah memakai jempol ke bawah untuk ok , lalu memakai 🙏 untuk menyatakan terimakasih.

Kalau di FB biasanya setelah saling berkomen, kalau ga mau menjawab panjang lebar, orang hanya pencet like. Penggunaan like ini sudah mewakili dibaca dan disukai atau dibaca dan ga akan dibalas lagi, tapi bisa juga setelah dilike tandanya dibaca, di bawahnya masih di balas lagi.

Dari emoticon jadi emoji jadi sticker dan gambar bergerak .gif ataupun meme. Semua ini sudah menjadi pengganti kalimat-kalimat yang biasanya harus dituliskan dalam interaksi online. Bahasa tulisan ini cenderung mudah salah paham, karena beda meletakkan tanda baca saja bisa berbeda makna, belum lagi ada kemungkinan salah ketik/typo.

Kalau saya malah sering salah ketik kelupaan menambahkan kata “tidak” jadi maknanya berbeda sekali. Hal ini terjadi karena kalimat yang sudah terpikir di kepala dan tangan kalah cepat mengetiknya, lalu mata tidak membaca ulang kalimat yang sudah dituliskan. Hal ini bisa terjadi kalau lagi terburu-buru. Dalam interaksi online, kebanyakan orang sudah tidak memakai tanda baca yang dianjurkan buku tatabahasa. Untuk tulisan status sosmed atau percakapan di halaman chat, hal ini memang tidak perlu terlalu jadi masalah asalkan sama-sama mengerti. Tapi walaupun begitu, pemakaian emoji tertentu bisa beda banget artiya.

Kita perlu hati-hati dalam menggunakan emoji, kalau gak yakin artinya, mungkin ada baiknya gak usah pake gambar macem-macem. Contoh emoji yang sering salah pemakaiannya yaitu gambar yang ini: 💩💩💩. Kira-kira itu maksudnya orangnya kayak lagi sumpah serapah/ngomong jorok atau malah bagi-bagi coklat/icecream? Kalau menurut wikipedia, emoji itu berupa Pile of Poop.

screen capture dari internet

Sekarang ini, emoji itu juga ada di background FB, jadi hati-hati jangan sampai gunakan background itu terlalu sering, kecuali emang mau menunjukan perasaan jijik/ngomong jorok? Jangan nanti jadi seperti detektif Sherlock Holmes di film Elementary.

What’s on your mind? Poop or Chocolate IceCream?

Kolaborasi Belajar Bikin Fiksi

“Kriiing…..kriiiing….”

Suara telepon di ruang tengah berbunyi. “Ah paling buat si dedek yang baru jadian, kayaknya skarang ini ga ada harapan nerima telpon dari si dia, telepon kost diakuisisi sama si dedek sejak sore sampai pagi. andai saja HP-ku kemaren tidak kecemplung ke kolam ikan lele depan kost *sigh*.

Baru saja aku menarik selimut, tiba2 namaku dipanggil sama kak Leni: “Dewiiii, ada yang nelpon tuh, katanya abang kamu!”. “Deg, ngapain si abang nelp jam segini, ini kan jam tidurnya dia di Amerika sana”. Dengan malas-malasan aku keluar kamar karena kupikir abang kandungku yang menelpon mau curhat lagi soal cewe yang dia lagi suka.

“halo….” kata ku dengan suara terbantal yang pernah ada
“hei…. udah tidur? masih juga jam sgini… “
ternyata dari dia- abang sayang – yang sebulan ini mengusik hatiku dengan kegalauan

“hei… blm tidur kok.. cuman males2an aja… ada apa?”

“widiihh… nelpon kamu itu musti ada apanya ya… hehehe.. tapi gak apapa.. aku emang ada apa nya kok ke kamu… “

Ttiba2 baru aja mood membaik karena telpon yang ada, Merry, teman kos yang baru pulang banting pintu kamarnya. Hmm, jarang-jarang Merry pulang dengan mood jelek gitu, apa dia berantem lagi sama Toni? Sambil melanjutkan obrolan sama si “abang” aku berusaha menepis pikiran buruk soal Merry.

Argggh, tapi kok ya sulit sekali membagi pikiran begini. Akhirnya dengan berat hati, aku akhiri percakapan dengan si Abang dengan alasan besok harus bangun pagi dan ada tugas yang belum selesai kukerjakan. Tugas ini sesungguhnya bukan alasan, memang harusya aku dari tadi mengerjakan tugas ini, tapi ya biasalah, seribu alasan untuk malas selalu ada.

Dengan masih menyimpan penasaran tentang si Merry, aku pun masuk ke kamar. Dengan malas mengaktifkan laptopku. Dosen yang satu ini kalo ngasih tugas selalu gak pake perasaan. Waktunya singkat, bahannya banyak. harus nyari jurnal internasional pula!

laptop sudah terhubung dengan dunia maya.

“hmm… mampir ke Facebook ah… masih download iniii…”

dan demi apa, begitu akun Fb ku terbuka, postingan si abang berada di timeline teratas.

Baru aja mau nulis komen dan mengalihkan prioritas dari tugas ke abang, pintu kamarku diketuk dan langsung dibuka oleh Merry sebelum aku sempat bilang apa-apa. Pintu ku memang jarang terkunci, dan Merry ini sudah jadi teman dekat dari jaman putih biru, dia tau semua rahasiaku walau dia masih saja tertutup dan selektif kalau curhat ke aku. Begitu buka pintu, Merry langsung memelukku dan nangis tanpa menjelaskan apa2. argggh, kayaknya tugas dan abang emang harus menunggu.

Seperti biasa, kubiarkan Merry nangis sepuasnya, selesai dia nangis kutawarkan dia mau Indomie telur? Biasanya cerita akan menyusul setelah tangis selesai dan perut tenang.

Ketika indomie telur sudah matang dan siap di santap, Merry pun sudah lebih tenang. Untungnya Merry mau menerima tawaranku.
Wajahnya masih mendung, namun berusaha menyuapkan sesendok demi sesendok. Sambil menyantap bagianku, kutunggu Merry menceritakan kisahnya.

“tadi aku ke BIP….”tiba-tiba Merry bersuara
“tau gak aku ketemu siapa?? aku lihat si David sama si Maya….” dan wajahnya mulai mewek lagi.
aku mengunyah dalam bingung… “emang kenapa ya klo si David lagi sama si Maya… kenapa ini anak musti meratap begini….”

kusimpan kebingunganku, karena aku rasa sungguh tidak tepat timingnya kalau kutanyakan sekarang pada Merry.

Aku tunggu saja ceritanya keluar dari Merry. Semakin aku bertanya-tanya biasanya ceritanya malah akan berhenti. Ya aku mengenal Merry dan bagaimana untuk membuatnya bercerita, tapi tetap saja, kalau aku salah merespon bisa jadi malam ini tak ada yang selesai, tidak tugasku, tidak perasaan galauku baca status Facebook si abang dan tidak juga bisa menghibur Merry.

===== bersambung =====

Ceritanya, paragraph demi paragraph di atas tulis bergantian bareng temen kost saya dulu. Gara-garanya dia juga mentok mau cerita apa dalam tantangan 30 hari bercerita, dan saya juga sering kurang ide mau nulis apa seperti hari ini. Walau tanpa sadar kami menuliskan situasinya di tempat kos kami dulu, tapi cerita ini fiksi belaka. Gimana kelanjutan kisahnya? sepertinya harus ada kesepakatan dulu mau berapa banyak tokoh lagi dimunculkan dalam cerita ini, kalau nggak bisa-bisa jadi cerita seperti kdrama yang open ending yang cuma bikin penasaran.

nemu dari internet buat menambah kesan dramatis hehehhe…

Kapan lanjutannya ditulis? hmm…blum bisa dijanjikan. Ini cuma mencoba iseng, kira-kira kalau bikin fiksi bergantian bisa seperti apa. Sejauh ini saya sudah punya beberapa alternatif bagaimana mengakhiri cerita ini, tapi biar diendapkan dulu sebelum dilanjutkan ya hehehe.