Pilot Frixion Ballpoint dan Marker

Pilot Frixion ini merupakan jenis pulpen dan marker yang bisa dihapus. Awalnya tahu jenis pulpen ini waktu membeli Elfin Book (buku yang bisa dilap pakai lap basah berkali-kali). Setelah sekian lama, akhirnya menemukan kalau bisa beli ballpoint dan markernya di Lazada Thailand. Ada juga pilihan kalau mau membeli isinya saja.

ballpoint dan markers Pilot Frixion

Bedanya pulpen yang dibeli sekarang dengan yang sudah pernah dibeli sebelumnya hanya soal tutupnya saja. Kalau sebelumnya ketika memakai pulpen sering sekali mencari-cari tutupnya di mana, nah karena yang ini ballpoint yang sistem click, jadi tidak ada tutup yang hilang. Untuk menghapusnya juga bisa langsung gunakan bagian belakang pulpen, atau ya kalau ditulisnya di ElfinBook bisa langsung dilap basah seperti biasa.

Lanjutkan membaca “Pilot Frixion Ballpoint dan Marker”

Membaca Tulisan Lama

Berhubung hari ini lagi kurang ide, dan kebetulan lagi update cerita dengan teman yang dulu sama-sama rajin ngeblog, jadilah kepikiran bongkar-bongkar tulisan lama. Sebenarnya kegiatan membaca tulisan lama ini sudah sering dilakukan kalau lagi iseng, dan setiap kali pas membaca tulisan sendiri, malah lupa kenapa dulu nulis gitu ya?

Dulu, menulis blog itu bener-bener seperti mindahin unek-unek. Tapi demi menjaga privasi, seringkali tulisannya penuh dengan anonimitas. Nah masalahnya, sangkin anonimnya saya sendiri jadi lupa dulu itu ngomongin siapa ya? Terus baca komen-komennya, malah jadi ketawa-ketawa sendiri. Walaupun dulu sudah baca komen-komennya, tapi rasanya lupa kalau pernah baca teman-teman yang malah jadi panjang diskusi di komen padahal tulisan blognya singkat padat dan penuh anonimitas hahahaha.

Kadang-kadang waktu membaca tulisan lama, jadi ingat juga dengan beberapa hal yang terlupakan. Pernah juga pas membaca, saya pikir itu tulisan Joe, eh ternyata pas dilihat itu tulisan saya. Terus merasa heran sendiri, loh kok gaya tulisannya beda ya dari biasanya?

Kebiasaan menulis random ternyata bisa jadi hiburan buat diri sendiri juga. Tapi kalau memperhatikan tulisan sendiri, gaya bahasanya banyak berubah. Kalau dulu, ada banyak tulisan yang kurang positif, kalau sekarang saya berusaha menulis hal-hal yang lebih positif. Kalau kata Joe, kita menuliskan yang ingin kita ingat saja, kalau nulis yang kurang positif nanti gak enak pas membacanya kembali.

Dalam rangka menularkan menulis setiap hari, kemarin saya membelikan buku Diary 2019 buat Jonathan. Saya minta dia menuliskan sedikit cerita setiap harinya di diary itu dan untuk setiap tulisannya nantinya akan ada rewardnya 100B. Syaratnya tulisannya harus rapi dan menuliskannya mengikuti aturan penulisan yang benar (huruf kapital, tanda baca, dan spacing yang jelas). Tanpa disangka, karena ada rewardnya, Jonathan semangat banget buat nulis. Dia nanya apakah boleh menuliskan hal yang dia ingat di hari-hari sebelumnya? dan apakah ada rewardnya juga? waktu saya bilang boleh, diapun segera mengisi diarynya beberapa hari ke belakang.

Sebenarnya, sejak tahun lalu Jonathan sudah saya ajak untuk menulis jurnal singkat setiap harinya, tapi bertahan hanya sampai February saja. Pernah juga berusaha menyuruh dia menuliskannya menjadi blog post dengan memanfaatkan fitur voice typing di HP, tapi ya akhirnya ga jadi juga. Nah sekarang ini Jonathan perlu banyak latihan menulis, jadi ya sekalian saja menulis di buku diary.

catatan reward untuk hari yang udah ada tulisannya

Baru menulis 2 hari dia udah menghitung-hitung jumlah pendapatan yang akan dia peroleh di akhir tahun. Bahkan sudah meminta ada harga ekstra kalau ceritanya baguslah, atau edisi khusus gitu. Ya, semoga saja dia tetap rajin mengisinya, setidaknya kalau dia berhasil nulis setiap hari selama 2019, di akhir tahun dia akan bisa membaca ulang tentang hari-harinya selama setahun ini. Kegiatan Jonathan ini juga buat pengingat ke diri sendiri untuk menulis setiap hari.

Suatu saat tulisan ini juga akan jadi tulisan lama. Tadi kepikiran ngasih link ke contoh tulisan lama yang sangat anonim sehingga lupa tentang siapa dan bagaimana ceritanya, tapi sepertinya kalau dibuka tulisan lama secara random, selalu saja saya ketemu hal yang bahkan saya gak ingat saya nulis tentang apa. Biar saya tulisan ini dan tulisan-tulisan jenis itu menjadi hiburan saja, dan siapa tahu menjadi inspirasi tulisan di kemudian hari hahahaha.

Mencari Ide Menulis

Baru hari ke-2 tahun 2019 mencoba konsisten untuk menulis sehari satu tulisan, tapi rasanya sudah kehilangan ide mau nulis apa. Ternyata, membangun kebiasaan baik itu memang sulit ya, gara-gara bolos nulis sejak Natal, dilanjutkan bolos nulis sejak tahun baru, rasanya jadi terbiasa untuk tidak menulis setiap hari. Karena hari ini mulai menulisnya juga udah kemaleman, daripada bolos nulis lagi saya akan mencoba menuliskan sumber-sumber mencari ide menulis.

  • Dari bahan obrolan sama pasangan/anak/keluarga: Sumber yang sering jadi ide biasanya adalah dari bahan obrolan. Tapi kadang-kadang gak semua cerita bisa dituliskan di ranah publik, kalau menuliskan di diary mungkin lain ceritanya dan gak perlu berlama-lama mencari ide, apa saja yang terpikir dan terasa langsung deh dituliskan.
  • Dari tontonan atau buku yang dibaca: bisa menuliskan review atau sinopsis dari film atau buku yang pernah ditonton atau dibaca, tapi untuk hal ini saya sering merasa butuh waktu lama menuliskannya, kalau sudah kemalamam pasti gak bisa mereview dengan cepat
  • Dari membaca tulisan orang lain: kadang-kadang ketika membaca tulisan orang lain, terpikir opini kita sendiri dan bisa menuliskan juga dengan versi kita
  • Dari pengalaman atau pengamatan yang kita rasakan sepanjang hari ini atau baru-baru ini: Cerita begini agak sulit pada hari di mana gak pergi ke mana-mana dan hanya ngerjain rutin beberes, masak dan urus anak doang di rumah, karena rasanya tiap hari bisa-bisa ceritanya sama saja :).
  • Dari cerita nostalgia masa lalu atau membandingkan dulu dan sekarang
  • Dari tempat wisata yang dikunjungi atau ada di tempat kita tinggal. Tulisan seperti ini biasanya juga membutuhkan waktu termasuk mencari foto-fotonya, jadi ga bisa ditulis kalau sudah terkantuk-kantuk.
  • Dan ide terakhir adalah menuliskan di mana kita bisa mencari ide menulis seperti yang saya tuliskan ini sambil curhat kalau lagi ga punya ide hahaha.

Katanya menulis harusnya konsisten waktu menulisnya dan sebaiknya pagi hari, udah beberapa bulan mencoba konsisten menulis tiap hari, tapi belum bisa menerapkan menulis di pagi hari. Mudah-mudahan ini karena baru pulang liburan dan rutinnya belum kembali seperti semula.

Saya pernah bikin list topik untuk dituliskan, tapi entah kenapa gak bisa menuliskan sesuai dengan rencana. Kadang-kadang menulis itu cuma butuh dimulai, di awal memang terasa tersendat-sendat, tapi lama kelamaan malahan jadi kepanjangan. Sering juga kalau menulis gak ada topik, bisa ngalor ngidul gak menentu gitu kayak tulisan ini. Kadang-kadang kalau udah mulai ngalor-ngidul malah bingung mau berhentinya gimana hahaha.

Menuliskan ide-ide menulis begini saja rasanya kok ga bisa kepikiran banyak ya, ayo ditunggu sumbang sarannya buat mencari ide menulis apa aja terutama kalau sudah semi mengantuk hehehe.

Tentang Serial TV

Awalnya pingin menuliskan review TV Seri yang pernah ditonton, tapi bingung mau mulai dari mana (saking banyaknya). Dan karena kepikiran banyak hal mengenai cerita-cerita dalam Serial TV, saya kali ini cuma pengen cerita-cerita aja secara umum mengenai berbagai TV Seri yang pernah saya tonton.

Sejak kenal dengan Joe, kami banyak menonton Serial TV bersama-sama, genrenya biasanya mulai dari science fiction, horror, action sampai comedy. Cuma 1 genre yang gak ditonton sama Joe: drama yang sedih atau terlalu dekat ceritanya dengan dunia nyata. Alasannya: nonton itu buat hiburan, jadi gak mau nonton kalau ceritanya sedih hehehe. Saya suka nonton drama, tapi syaratnya boleh aja ceritanya sedih tapi akhirnya harus bahagia hahahaha. Kadang-kadang tapi kalau bagian filmnya terlalu sedih, saya gak terusin karena saya juga males nonton orang sedih melulu, apalagi tipe cerita sedih ditindas dan gak melawan.

Sejak saya gak bekerja, saya mengikuti lebih banyak Serial TV dibandingkan Joe hehehe. Sejak langganan NETFLIX, tambah banyak lagi serial TV yang diikuti hehehe. Awalnya saya lebih banyak mengikuti serial TV berbahasa Inggris. Pernah mengikuti Telenovela tapi udah lupa, jadi gak akan dibahas. Mengikuti kategori di NETFLIX, di posting ini saya akan bahas serial TV Western (berbahasa Inggris) dan serial TV Asia. 

Hal-hal mengenai TV Seri Barat

  • TV Seri bisa berupa pengembangan dari cerita di layar lebar, bisa juga dari TV Seri kemudian di filmkan di layar lebar. Kadang-kadang aktornya sama, kadang berbeda (tergantung bayarannya kayaknya hehehe).
  • TV Seri biasanya tentu saja lebih dari 1 episode. Sedangkan layar lebar kalaupun ada sambungan ceritanya mereka bikin sequel atau prequel.
  • TV Seri kadang-kadang bisa sampai ratusan episodes, dengan cerita yang tak kunjung habis. Beberapa TV Seri yang saya ikuti yang lebih dari 10 season misalnya Bones dan Grey’s Anatomy.
  • Dalam 1 season TV seri, jumlah episodenya bervariasi, rata-rata lebih dari 10 episode.
  • Cerita dalam TV Seri tidak selalu seru untuk setiap episodenya, ada kalanya ceritanya terasa membosankan seperti filler buat memperbanyak jumlah episode saja.
  • Dalam TV Seri, semakin banyak jumlah seasonnya, pemeran awal (original cast) biasanya semakin sedikit dan digantikan dengan tokoh-tokoh baru.
  • Beberapa TV Seri tidak selalu bersambung antar episodenya, tapi akan ada beberapa hal yang terkait dengan episode sebelumnya menjadi tema besar dalam 1 season. Contoh TV Seri yang tidak selalu ada hubungannya: Dr. Who, dan McGyver. 
  • Beberapa serial TV, kalau diketahui akan ada season berikutnya akan mengakhiri sebuah season dengan cerita yang menggantung. Untuk serial yang tidak diperpanjang, umumnya mereka akan menyelesaikan cerita semua bahagia.

Belakangan ini, saya juga mengikuti beberapa TV Seri Asia (Thai, Jepang, Korea). Saya perhatikan, perbedaan yang paling signifikan dengan dari serial TV Asia dibandingkan produksi Barat adalah:

  • Biasanya hanya ada 1 atau 2 season. 
  • Setiap seasonnya tidak lebih dari 30 episode.
  • Jalan ceritanya seperti cerita bersambung, hampir setiap akhir episode bakal bikin kita penasaran buat menonton lanjutannya. Dengan alasan ini, saya lebih memilih menonton serial TV yang sudah complete, biar ga penasaran nunggunya.
  • Dari beberapa seri asia yang saya tonton cuma ada 1 yang sad ending, sisanya happy ending. Sebenarnya dari awal saya sudah tahu bakal sad ending, tapi saya tonton juga karena aktornya terkenal hahaha.

Beberapa jalan cerita dalam TV Seri terasa mengada-ada, tapi kadangkala mereka juga berusaha mengangkat cerita dari isu yang sedang hangat dibicarakan di dunia nyata. Belakangan ini saya lebih suka nonton drama asia karena ceritanya ga terlalu banyak sampai ratusan episode hehehe. 

Gimana dengan sinetron Indonesia? masuk kategori mana? aduh kalau itu sih saya ga bisa komen, karena saya ga pernah nonton lagi. Tapi kalau dari jumlah episodenya, ada juga yang seperti Serial TV Barat. Duluuuuuu pernah juga menonton beberapa sinetron, tapi seperti halnya telenovela, saya sudah lupa judulnya dan jalan ceritanya hahaha. Sekarang sih udah ga minat ngikutin sinetron Indonesia, karena adegannya terkadang penuh delikan mata dan perpindahan wajah dengan cepat yang bikin sakit kepala menontonnya hehehe. Eh tapi, kalau ada yang bisa rekomendasi sinetron Indonesia, boleh deh ntar dicoba tonton, siapa tahu sekarang sinetron Indonesia udah meningkat kualitasnya mengikuti TV Seri Korea hehehehe.

Review Buku Space Taxi: Archie Takes Flight

Buku ini salah satu yang saya beli di Big Bad Wolf kemarin. Saya belum pernah membaca tentang seri ini, sekilas dari judulnya sepertinya menarik, Space Taxi. Buku yang saya beli bundle 4 buku jadi 1 seharga 140 baht, tergolong sangat murah mengingat harga buku baru untuk chapter books biasanya sekitar 200-350 baht di toko buku Asiabooks. Judulnya Space Taxi, dibagian belakang bukunya ada klaim menyertakan fakta ilmiah juga. Saya pikir, karena Jonathan cukup suka membaca mengenai hal-hal yang terkait mengenai luar angkasa, buku ini akan menarik minatnya untuk membacanya.  

4 buku jadi 1 seharga 140 baht

Satu hal yang bikin saya suka dengan buku ini adalah: tulisan di dalamnya menggunakan font yang cukup besar. Saya tidak perlu kacamata saya untuk membacanya haha. Di dalamnya juga ada beberapa ilustrasi yang cukup membantu imajinasi untuk menikmati buku ini. Cerita dalam buku ini mengenai seorang anak bernama Archie Morningstar yang berumur 8 tahun 8 bulan 8 hari yang untuk pertama kalinya ikut papanya bekerja di malam hari. Papanya bekerja sebagai supir taxi dan jam kerjanya berbeda dengan jam kerja biasa, jadi ini seperti pengalaman pertamanya juga untuk boleh bergadang di malam hari hahaha.

Lanjutkan membaca “Review Buku Space Taxi: Archie Takes Flight”

Review Elfin Book 2.0

Awal tahun 2018, saya kepingin sekali punya agenda, tapi waktu itu saya masih belum bisa memutuskan apakah saya mau punya agenda digital atau agenda biasa. Saya coba mengetik di HP, tapi kok rasanya cape ya ngetik di HP (apalagi waktu itu saya belum tahu mengenai voice typing). Lalu saya pikir, coba beli buku kecil biasa, dan lihat apakah saya bisa terus menuliskan sesuatu di buku. Hasilnya? buku saya malah dipake Joshua untuk menulis A sampai Z dan angka. Untung beli bukunya bukan buku yang mahal hahaha. Lalu tidak sengaja lihat iklan mengenai buku yang bisa dihapus. Saya pikir, wah buku ini cocok nih buat saya bawa-bawa, karena kalaupun dipakai Joshua, nantinya bisa saya hapus.

Iklan yang saya lihat itu namanya Rocket Book, tapi Joe kasih tahu saya ada buku sejenis yang lebih murah namanya Elfin Book. Setelah baca-baca dan tidak menemukan perbedaan secara fungsi, akhirnya saya memutuskan beli yang lebih murah, karena kepikiran andaikata gak terus dipakai ya gak rugi-rugi amat hahaha. Minimal, bisa dipakai kalau Joshua butuh untuk coret-coret.

Lanjutkan membaca “Review Elfin Book 2.0”

Menulis Review

Hari ini merupakan hari pertama dari tantangan #SehariSatuTulisan dari ODOPfor99days. Setelah tantangan November selesai, sebenarnya ada keinginan untuk menarik napas sejenak dan melanjutkan tantangan lagi setelah tahun baru, tapi mungkin karena sudah terbiasa menulis tiap hari, rasanya sayang kalau berhenti menulis setiap harinya. Awal gabung di komunitas ODOP ini saya agak minder, karena banyak pesertanya yang sudah menerbitkan buku, tulisannya dalam menyampaikan ide juga super tertata dengan rapi dan enak dibaca. Beberapa juga sudah sering menuliskan novel/cerita pendek. Sedangkan saya, sampai sekarang masih penulis mood-moodan, alias hanya bisa menulis panjang lebar kalau topik yang dituliskan itu sedang sesuai dengan mood saya. Untuk melatih diri sendiri, saya menambahkan tantangan ke diri sendiri, saya mau menuliskan berdasarkan topik tertentu, bukan berdasarkan mood saja.

Sempat kepikiran menulis di buku saja, tapi setelah dicoba menuliskan 3 halaman, rasanya tangan keram dan gak puas karena tulisan jelek. Jadi baiklah mari kita kembali ke platform blog saja. Lagian kalau nulis manual, gak bisa masukkin foto-foto. Tulisan tanpa gambar itu sepeti masakan tanpa garam (walau beberapa tulisan saya akhir-akhir ini ga pake gambar lagi).

Percobaan menulis di buku yang bikin tangan keram
Lanjutkan membaca “Menulis Review”