Pengalaman Pemilu di Luar Negeri

Hari ini dapat surat dari panitia pemilu luar negeri perwakilan Bangkok berisi bukti pendaftaran pemilih untuk pemilu 2019. Tahun ini merupakan kali ke-3 kami mengikuti pemilu di Thailand. Kalau diperhatikan, dari masa ke masa sepertinya kegiatan sosialisasi untuk pemilu bagi kami yang merantau ini makin lama semakin baik.

Bukti sudah terdaftar ikut pemilu 2019

Karena kami jauh dari Bangkok, kami memilih lewat surat suara yang dikirimkan melalui kantor pos. Biasanya di dalamnya selain surat suara juga disediakan amplop yang sudah berisi perangko untuk mengembalikan surat suara kembali ke Bangkok. Gak ada alasan deh untuk tidak bisa ikut pemilu karena tidak berdomisili di Indonesia.

Sosialisasi pemilu yang paling banyak informasinya itu tahun ini. Sebelumnya juga sudah cukup banyak, tapi mungkin dengan semakin mudahnya akses informasi melalui HP, panitia pemilu juga berusaha untuk memanfaatkan internet untuk penyebaran informasi dan juga mengontak per orang. Buat kami yang jauh dari kedutaan, panitia pemilu juga mendatangi kami untuk memberikan informasi secara langsung (siapa tau pada malas baca website hehehe).

Awalnya biasanya dihimbau untuk mendaftarkan diri secara online. Lalu kemudian kalau ada yang tadinya ragu-ragu mau daftar atau kelewat daftar, masih ada lagi pendaftaran susulan. Panitia pemilu juga secara aktif berusaha menanyakan keberadaan warga yang punya hak pilih untuk memastikan semua orang bisa menggunakan hak pilihnya.

Pemilu tahun ini akan diadakan serentak 17 April 2019 di wilayah Indonesia, tapi untuk masyarakat Indonesia yang di luar negeri, biasanya pemilu di kedutaan di adakan lebih awal dari jadwal di Indonesia. Yang dikirimkan via pos, menerima surat suara lebih awal lagi dari jadwal pemilihan di kedutaan. Jadwal penghitungan surat suara biasanya akan disamakan dengan penghitungan surat suara di Indonesia.

Seingat saya, selain memilih presiden, kami yang di luar negeri ini juga mendapat surat suara untuk anggota DPR Pusat. Saya juga ingat, pemilu 5 tahun lalu, karena ada serombongan mahasiswa sedang mengunjungi Chiang Mai, KBRI mengatur supaya mereka tidak kehilangan hak suara dan mengirimkan panitia pemilu dari Bangkok untuk datang membawa kotak suara dan jadilah kegiatan pemilihan dengan bukti mereka menunjukkan kartu identitasnya. Buat warga Indonesia yang di Chiang Mai waktu itu juga bisa memasukkan surat suara yang sudah mereka pilih ke kotak suara yang di bawa khusus tersebut, jadi tidak perlu dikirimkan lewat pos lagi.

Warga Indonesia di Chiang Mai tidak terlalu banyak, tapi ketika beberapa waktu lalu diadakan pertemuan untuk sosialisasi menghindari terdaftar sebagai pemilih ganda, yang datang kira-kira lebih 20 orang. Belum cukup banyak untuk membuat panitia pemilu mengirimkan petugasnya datang ke Chiang Mai membawa kotak suara.

Memilih dengan mengirimkan kembali via Pos sebenarnya lebih enak. Kita bisa dengan santai melihat surat suara lalu menimbang-nimbang siapa yang mau dipilih. Untuk memilih presiden mungkin gak butuh waktu lama untuk menimbangnya. Kebanyakan orang sudah bisa langsung menentukan pilihannya di masa kampanye ketika mendengarkan visi misi dan juga argumen dalam acara debat. Memilih wakil rakyat di DPR lebih sulit karena ga semua orang bisa ditemukan informasinya di google. Tapi sepertinya untuk tahun ini banyak juga caleg yang menyediakan banyak informasi melalui website ataupun media sosialnya.

Semoga acara pemilihan umum bulan April nanti berjalan dengan lancar dan siapapun yang terpilih bisa menepati janjinya dan membawa Indonesia lebih baik lagi dari sekarang, jadi kalau mudik ke Indonesia rasanya bisa lebih nyaman lagi deh. Ayo yang udah terdaftar sebagai pemilih, jangan sampai hak pilihnya gak dipakai ya.

Membaca Tulisan Lama

Berhubung hari ini lagi kurang ide, dan kebetulan lagi update cerita dengan teman yang dulu sama-sama rajin ngeblog, jadilah kepikiran bongkar-bongkar tulisan lama. Sebenarnya kegiatan membaca tulisan lama ini sudah sering dilakukan kalau lagi iseng, dan setiap kali pas membaca tulisan sendiri, malah lupa kenapa dulu nulis gitu ya?

Dulu, menulis blog itu bener-bener seperti mindahin unek-unek. Tapi demi menjaga privasi, seringkali tulisannya penuh dengan anonimitas. Nah masalahnya, sangkin anonimnya saya sendiri jadi lupa dulu itu ngomongin siapa ya? Terus baca komen-komennya, malah jadi ketawa-ketawa sendiri. Walaupun dulu sudah baca komen-komennya, tapi rasanya lupa kalau pernah baca teman-teman yang malah jadi panjang diskusi di komen padahal tulisan blognya singkat padat dan penuh anonimitas hahahaha.

Kadang-kadang waktu membaca tulisan lama, jadi ingat juga dengan beberapa hal yang terlupakan. Pernah juga pas membaca, saya pikir itu tulisan Joe, eh ternyata pas dilihat itu tulisan saya. Terus merasa heran sendiri, loh kok gaya tulisannya beda ya dari biasanya?

Kebiasaan menulis random ternyata bisa jadi hiburan buat diri sendiri juga. Tapi kalau memperhatikan tulisan sendiri, gaya bahasanya banyak berubah. Kalau dulu, ada banyak tulisan yang kurang positif, kalau sekarang saya berusaha menulis hal-hal yang lebih positif. Kalau kata Joe, kita menuliskan yang ingin kita ingat saja, kalau nulis yang kurang positif nanti gak enak pas membacanya kembali.

Dalam rangka menularkan menulis setiap hari, kemarin saya membelikan buku Diary 2019 buat Jonathan. Saya minta dia menuliskan sedikit cerita setiap harinya di diary itu dan untuk setiap tulisannya nantinya akan ada rewardnya 100B. Syaratnya tulisannya harus rapi dan menuliskannya mengikuti aturan penulisan yang benar (huruf kapital, tanda baca, dan spacing yang jelas). Tanpa disangka, karena ada rewardnya, Jonathan semangat banget buat nulis. Dia nanya apakah boleh menuliskan hal yang dia ingat di hari-hari sebelumnya? dan apakah ada rewardnya juga? waktu saya bilang boleh, diapun segera mengisi diarynya beberapa hari ke belakang.

Sebenarnya, sejak tahun lalu Jonathan sudah saya ajak untuk menulis jurnal singkat setiap harinya, tapi bertahan hanya sampai February saja. Pernah juga berusaha menyuruh dia menuliskannya menjadi blog post dengan memanfaatkan fitur voice typing di HP, tapi ya akhirnya ga jadi juga. Nah sekarang ini Jonathan perlu banyak latihan menulis, jadi ya sekalian saja menulis di buku diary.

catatan reward untuk hari yang udah ada tulisannya

Baru menulis 2 hari dia udah menghitung-hitung jumlah pendapatan yang akan dia peroleh di akhir tahun. Bahkan sudah meminta ada harga ekstra kalau ceritanya baguslah, atau edisi khusus gitu. Ya, semoga saja dia tetap rajin mengisinya, setidaknya kalau dia berhasil nulis setiap hari selama 2019, di akhir tahun dia akan bisa membaca ulang tentang hari-harinya selama setahun ini. Kegiatan Jonathan ini juga buat pengingat ke diri sendiri untuk menulis setiap hari.

Suatu saat tulisan ini juga akan jadi tulisan lama. Tadi kepikiran ngasih link ke contoh tulisan lama yang sangat anonim sehingga lupa tentang siapa dan bagaimana ceritanya, tapi sepertinya kalau dibuka tulisan lama secara random, selalu saja saya ketemu hal yang bahkan saya gak ingat saya nulis tentang apa. Biar saya tulisan ini dan tulisan-tulisan jenis itu menjadi hiburan saja, dan siapa tahu menjadi inspirasi tulisan di kemudian hari hahahaha.

Hari Anak di Thailand

Hari Anak di Thailand dirayakan setiap hari Sabtu ke-2 di bulan Januari. Perayaan hari anak di Thailand sudah ada sejak tahun 1955, tapi kami baru mengikuti kegiatan hari anak setelah Jonathan berumur sekitar 4 tahun.

Kegiatan Perayaan Hari Anak setiap Tahunnya di Chiang Mai

Sebelumnya, sepertinya kami kebetulan tidak pernah keluar rumah di hari Sabtu ke-2 bulan Januari, makanya kami gak menyadari mengenai adanya perayaan hari anak ini.

Perayaan hari anak di Thailand cukup meriah, hampir semua pusat perbelanjaan mengusung tema tertentu dan memberikan kegiatan dan hadiah untuk anak-anak.

Kegiatan di Pangkalan Udara Chiang Mai

Kegiatan yang paling ramai dikunjungi di Chiang Mai setiap tahunnya di pangkalan angkatan udara yang lokasinya dekat dengan bandara Chiang Mai.

Kegiatan di sana mulai dari pesawat tempur yang mengadakan show, berbagai panggung pertunjukan dan kesempatan untuk naik ke dalam pesawat tempur dan berfoto di sana.

Tempat-tempat rekreasi dan restoran yang biasanya ramai dikunjungi oleh keluarga dengan anak-anak, biasanya semakin ramai karena pada hari Anak diberikan kesempatan masuk secara gratis untuk anak-anak (orang tuanya tetap harus bayar).

Untuk restoran mereka juga memberikan menu spesial atau bahkan bisa juga makan gratis untuk anak-anak. Intinya di hari Anak, semua orangtua wajib bawa anak-anak keluar rumah karena banyak tempat menyediakan berbagai hal supaya anak-anak bisa bersenang-senang tanpa biaya.

Tahun-tahun sebelumnya kami sudah pernah ke lapangan udara melihat dan berfoto dengan pesawat tempur. Kegiatan di sana benar-benar ramai dan banyak jalannya. Kami juga pernah terjebak macet dari rumah ke mall yang biasanya hanya 10 menit jadi 1 jam karena berangkat kesiangan.

Kegiatan kami di Hari Anak 2019

Hari ini kami sudah tahu kalau kami gak kepingin terlalu capek berjalan jauh tapi ya pingin anak-anak menikmati juga perayaan hari anak di Thailand.

Mwnghibur diri dari kemacetan dengan foto bareng di mobil

Walaupun kami berangkat masih cukup awal (sekitar jam 10.15), tapi lalu lintas sudah cukup macet karena arah mall yang kami tuju sama dengan arah airport di mana kegiatan paling ramai diadakan. Sampai di mall jam 11-an, mall nya juga sudah ramai banget.

Kegiatan di mall Airport Plaza di hari Anak

Tahun ini beberapa mall merayakan hari anak 2 hari. Kami tidak berencana datang lagi besok, tapi mungkin mereka membuat acaranya 2 hari supaya yang anaknya belum puas bersenang-senang bisa datang lagi besoknya.

Tema acara di mall yang kami datangi berjudul “Take Me to the Sea”. Ada panggung pertunjukan yang dihias dengan balon berbentuk seperti aneka binatang laut maupun karang laut.

Pertunjukan putri duyung

Ada juga pertunjukan putri duyung di dalam aquarium besar yang ada di dalam mall, tapi tadi kami cuma lihat dari lantai atas.

Karena lantai dasar sangat ramai, kami memilih untuk melihat-lihat di lantai atas dulu dan makan siang. Salah satu toko tempat biasanya Jonathan dan Joshua bermain lego mengadakan acara permainan sendiri dan relatif lebih sepi.

Tiap lantai ada kegiatan

Kami lebih banyak menghabiskan waktu di lantai atas daripada di lantai bawah. Joshua dan Jonathan bergantian main lego, main puzzle, dan sama-sama dapat hadiah susu, permen dan gelas.

Selesai bermain di atas, kami lihat lantai bawah sudah tidak terlalu ramai. Jonathan cuma mau ngantri untuk mendapatkan cotton candy. Joshua sudah capek jadi dia main-main dengan papanya saja sambil menunggu Jonathan ngantri cotton candy.

Sayangnya saya tidak tahu di mana toko yang menjual cotton candy selain di zoo dan atau di kegiatan-kegiatan anak-anak begini. Kalau saya tahu di mana toko yang selalu menjual cotton candy, pasti saya bujukin Jonathan untuk beli saja daripada ngantri.

Ngantrinya lumayan lama karena entah kenapa semua anak pengen cotton candy dan biasanya gak setiap hari mereka diijinkan makan cotton candy hehehe.

Dipikir-pikir, sebenarnya jadi anak-anak itu paling menyenangkan ya. Mereka sehari-hari tidak punya banyak persoalan dalam hidup. Apalagi kalau masih kecil banget dan belum sekolah, belum ada yang namanya harus bangun pagi supaya berangkat ke sekolah ataupun mengerjakan pr dari sekolah.

Penutup

Kalau udah sekolah tapi sekolah di rumah juga masih cukup enak, asalkan nurut aja pas diajarin sama emaknya hehehe. Anak-anak itu tugasnya bermain sepuas-puasnya, supaya nanti kalau sudah besar bisa lebih fokus untuk mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya dan bukannya main minesweeper atau game online di jam kerja hehehe.

Mari kita berikan anak-anak kesempatan bermain setiap harinya, jangan cuma disuruh ngerjain PR doang (ngingetin ke diri sendiri).

Target Baca Buku

Udah beberapa waktu belakangan ini, kegiatan membaca buku berkurang banyak dibanding sebelumnya. Jonathan tetap membaca banyak buku, walaupun sepertinya banyak juga yang dia bacanya sebagian-sebagian saja. Dibandingkan Jonathan, saya kalah banyak dalam hal membaca.

Setiap tahun, selalu punya target membaca 1 buku 1 bulan (teorinya 1 buku 1 minggu, tapi mari kita realistis dengan 1 buku 1 bulan), tapi kenyataannya seringkali 1 bulan berlalu tanpa menyelesaikan buku yang sudah dimulai di baca.

Waktu BBW kemarin, sudah membeli beberapa buku. Pulang ke Indonesia kemarin juga membeli beberapa buku lagi untuk di baca. Dari semua buku yang di beli, belum ada yang dibaca sampai tuntas. Lemari buku sudah hampir penuh dan perlu di reorganisasi, tapi yang lebih penting lagi buku-buku yang sudah dibeli jangan sampai gak dibaca sampai berdebu.

Di Depok, ada banyak buku yang kami tinggalkan juga waktu kami pindah ke Chiang Mai. Melihat buku-buku yang kami tinggalkan itu, saya jadi ingat masa-masa kami agak rajin beli buku dan baca buku. Entah kenapa, buat saya kegiatan membaca itu seperti kegiatan musiman, padahal katanya, kalau mau lancar menulis sebaiknya rajin membaca juga. Mungkin ini kenapa belakangan agak sulit menulis ya, karena udah lama ga membaca hehehe.

Bulan ini sudah 11 hari, ada 1 buku yang sudah dimulai baca. Bukunya gak tebal, tapi karena ga dilanjutkan ya ga selesai juga. Sepertinya saya perlu juga menargetkan waktu baca setiap harinya, bukan cuma membuat sehari satu tulisan saja.

Dipikir-pikir, membaca fiksi biasanya bisa lebih cepat daripada non-fiksi. Tapi, kemarin malahan banyakan beli buku non-fiksi. Pantesan saja saya kalah banyak membacanya dibandingkan Jonathan. Mungkin saya harus membuat perlombaan dengan Jonathan dalam hal membaca supaya saya juga jadi membaca buku.

Target baca buku bulan ini, saya ingin membaca 20 menit sehari. Kita lihat saja ada berapa banyak buku yang akan selesai sampai akhir bulan. Kira-kira membaca buku itu enaknya pagi, siang atau malam hari ya? Kalau menulis, sepertinya sekarang ini saya hanya bisa menulis malam, karena entah kenapa dari pagi sampai sore selalu saja gak bisa duduk dengan tenang untuk menulis.

Untuk kegiatan membaca sebenarnya ada beberapa kesempatan membaca tanpa gangguan, terutama kalau lagi nganterin Jonathan les, tapi ya kadang-kadang godaan baca sosmed lebih besar daripada baca buku. Mau ekstrim non-aktifkan paket data pas di luar rumah, tapi eh kebanyakan tempat ada WIFi nya, jadi ya godaan online tetap akan ada. Yang lebih dibutuhkan tentunya disiplin untuk melakukan apa yang direncanakan.

koleksi buku Jonathan dari Gramedia Depok

Mengenai membaca, Jonathan mulai bisa membaca bahasa Indonesia juga. Walaupun waktu membaca bersuara dia masih banyak belum bisa membaca dengan benar, tapi dia sudah bisa menikmati beberapa pilihan buku seri Why yang dia beli di Gramedia kemarin. Buku-buku ini dalamnya disajikan dalam bentuk komik. Dari beberapa buku yang dibeli, rasanya sudah hampir semua dia baca. Nantinya tinggal diulang lagi membaca bersuara sambil mengajari kosa kata bahasa Indonesia.

Mungkin level membaca bahasa Indonesia Jonathan saat ini sama dengan level membaca bahasa Thai buat saya. Jadi kemungkina saya juga perlu cari buku komik untuk melatih kemampuan membaca bahasa Thai saya. Ah sudahlah, daripada pusing baca tulisan cacing, sekarang ini latihan konsisten membaca bahasa Indonesia dan Inggris dulu saja. Kalau sudah bisa konsisten dalam waktu sebulan ini, nanti kita pikirkan untuk membaca tulisan bahasa Thai hehehe. Yuk mari ada yang mau ikutan nemenin saya membaca setiap hari minimal 20 menit?

NgeMall di Depok VS Chiang Mai

Katanya kita ga bisa membandingkan 2 hal yang memang berbeda. Depok itu bukan Jakarta, tapi tetap saja lokasinya dipinggiran kota Jakarta, beberapa hal di Depok terjadi ya gak lepas dari lokasinya yang gak jauh dari Jakarta, ibukota negara yang penduduknya sangat padat.

Chiang Mai lokasinya jauh dari Bangkok, walaupun disebut sebagai kota terbesar di utara Thailand, tapi kalau dibandingkan sama Bangkok, jauh lebih kecil dan bahkan masih bisa ditemukan sawah di sini. Saya mau membandingkan dari kesan selama liburan kemarin di Depok dan Jakarta.

Walaupun Depok bukan Jakarta, tapi kesan banyaknya volume kendaraan di jalanan ya selama di Indonesia hampir sama aja, banyak mobil dan terutama motor. Setelah seminggu kembali ke Chiang Mai, saya bisa merasakan kalau Chiang Mai ini sangat sepi kalau dibandingkan dengan Depok.

Untuk kegiatan jalan-jalan ke Mall, di Depok dan Jakarta itu jauh lebih mahal dibandiingkan di Chiang Mai. Banyak hal di mall di Chiang Mai merupakan fasilitas gratisan terutama seputar tempat bermain untuk anak-anak sampai dengan kereta api yang muterin mall.

main lego gratisan

Kalau di Chiang Mai, kami bisa ke mall itu cuma keluar duit untuk makan. Makannya juga cukup kurang dari 800 baht untuk 1 keluarga dan sudah termasuk makan di restoran yang mahal. Untuk kegiatan bermain, anak-anak bisa naik kereta api gratis, main di playground gratisan dan termasuk bermain lego di salah satu toko yang menjual permainan anak-anak.

indoor train di Margo City Depok

Di Depok dan Jakarta, main ke mall itu habisnya lumayan mahal, untuk bermain di tempat bermain harus membayar mulai dari 100rebu/anak. Untuk makanan, biasanya duit yang setara 800 baht itu belum makan kenyang. Saya jarang menemukan tempat bermain gratis di mall Depok dan Jakarta, dan untuk naik kereta api yang keliling mall juga tidak ada yang gratis. Oh ya waktu kami ke Jakarta Aquarium kami menemukan tempat bermain gratis di dalam Central yang sepertinya Central yang sama dari Thailand.

indoor train gratisan di Central Aiport Plaza Chiang Mai

Perbedaan kegiatan ngemall yang cukup berasa adalah waktu masuk parkiran, di Depok dan Jakarta, mencari parkiran itu butuh keahlian supaya dapat. Bayar parkir di mall juga cukup berasa untuk kantong, sedangkan kalau di Chiang Mai, parkir di Mall itu gratis. Beberapa mall di Chiang Mai menerapkan gratis hanya untuk 5 jam pertama, tapi ya kalaupun ngemall sampai lebih dan bayar, udah wajar lah ya rasanya. Mall yang sering kami kunjungi sih bebas parkir walau lebih dari 5 jam, tapi ya tidak diijinkan untuk meninggalkan mobil menginap di parkiran mall.

Di Depok dan Jakarta, waktu masuk ke dalam mall selalu ada pemeriksaan tas dan barang bawaan. Mobil sebelum masuk ke dalam komplek mall juga sering di minta untuk di cek bagian bawahnya. Selama bertahun-tahun tinggal di Chiang Mai, saya tidak pernah ingat ada pemeriksaan mobil ataupun tas waktu masuk ke dalam mall.

Satu hall yang saya heran, mall di Indonesia di akhir pekan padat sekali. Ya di Chiang Mai juga pernah sih melihat mall padat, terutama waktu mall nya baru buka, tapi sepadat-padatnya mall di Chiang Mai, rasanya mall di Indonesia jauuuuuuh lebih padat. Mungkin karena perbedaan kepadatan penduduknya juga ya, dan kalau semua orang kegiatan akhirn pekannya ngemall, ya akhirnya sudah pasti mall nya juga padat.

Sebagai kesimpulan, sepertinya kalau kami tinggal di Depok/Jakarta, saya gak akan suka kalau harus tiap minggu ke Mall mengantar anak kursus tertentu. Lebih baik mencari tempat kursusnya yang bukan di area mall. Tapi kalau di Chiang Mai, kegiatan ngemall untuk anter anak kursus itu masih cukup oke dan bahkan kadang saya anggap sekalian hari libur masak dan makan di luar hehehehe.

Nonton TV Indonesia Online

Sebenarnya kami bukan orang yang sering menonton TV, terutama acara TV yang banyak iklannya. Sejak tinggal di Chiang Mai kami sudah terbiasa tidak menonton TV, apalagi siaran TV Indonesia. Tapi setiap kali baru pulang dari Indonesia, karena di sana biasanya selalu ada TV menyala, Jonathan jadi ikutan nonton dan kamipun terpikir untuk mencari tahu bagaimana supaya bisa menonton siaran TV Indonesia.

Waktu pertama kali mengetahui siaran TV Indonesia bisa ditonton dari internet (sekitar tahun 2008), rasanya senang sekali. Tapi setelah tahu, ya akhirnya tetap saja gak ditonton. Waktu itu masalahnya selain kami tidak terlalu merasa ingin menonton, juga nontonnya sering ada buffering dan terputus-putus. Daripada menonton acara terputus-putus, kami memilih menonton TV Series yang sudah di download hehehe.

Beberapa tahun lalu, kami juga memasang parabola di rumah atas permintaan eyang yang berkunjung ke Chiang Mai. Karena hiburan eyang ya nonton TV dan eyang tidak mengerti nonton acara TV Thailand, ya kami pun memasang parabola yang menghadap ke satelit yang menyiarkan siaran TV Indonesia. Seperti biasa, setelah eyang pulang, kami tidak lagi menonton acara TV Indonesia.

Beberapa kali setelah itu, setiap eyang datang, Joe harus mensetting ulang untuk mencari stasiun TV yang biasa di tonton eyang. Masalahnya, tidak semua siaran TV Indonesia berada dalam satelit yang sama, jadi hanya sebagian stasiun TV yang bisa kami tonton. Pernah juga kami merekam beberapa film Paw Patrol berbahasa Indonesia yang disiarkan di TV Indonesia, lalu Joe akan mengedit menghilangkan iklannya untuk ditonton anak-anak supaya mereka juga bertambah kosa kata bahasa Indonesianya.

Waktu pulang terakhir kemarin, Jonathan mengikuti beberapa film anak-anak yang diputar di AnTV dan juga menonton acara Killer Karaoke Indonesia. Waktu sampai di Chiang Mai, Jonathan meminta ke papanya supaya TV di sini bisa menonton siaran AnTV juga. Waktu Joe mencari tahu, eh ternyata siaran ANTV sudah pindah satelit, dan kami harus menggeser arah parabola kalau mau bisa menonton ANTV. Tapi ternyata, kami jadi menemukan kalau ternyata TV Indonesia sekarang ini sudah banyak live stremingnya di Internet dan bisa diakses secara gratis, jadi kami ga perlu susah payah lagi deh sekarang kalau mau nonton TV Indonesia.

hasil pencarian tv online Indonesia di google

Waktu saya memasukkan kata kunci tv online Indonesia ke Google, saya menemukan ada lebih dari 5 situs yang menyediakan jasa streaming TV Indonesia. Saya mencoba beberapa situs yang katanya nonton tanpa buffering. Pada dasarnya, nonton TV Streaming tergantung dengan kecepatan internet juga. Tapi yang saya heran, beberapa situs yang bilang sama-sama live streaming, tapi beda tayangannya bisa sampai lebih dari 2 menit. Karena saya mencobanya sudah tidak di Indonesia lagi, saya tidak tahu situs mana yang benar-benar live streamingnya sama persis dengan siaran TV dengan antena biasa. Kalau lagi nonton pertandingan siaran langsung sepak bola, bisa-bisa dengar tetangga bilang GOL duluan nih hehehe.

Dari berbagai situs yang dicoba, ada 1 situs yang cukup lancar di akses dan juga antar mukanya cukup gampang. Mereka juga membedakan antar muka untuk akses dari komputer atau dari handphone.

vidio dot com diakses dari handphone

Karena sekarang ini TV kami sudah terhubung dengan mini komputer untuk menonton Netflix, adanya layanan streaming TV Online ini juga mempermudah kami mengakses menonton TV Indonesia jika dibutuhkan. Parabolanya mungkin bisa diarahkan ke satelit mengakses siaran TV Thailand hehehe.

Mudah-mudahan situs-situs TV Online ini bisa bertahan lama. Saya lihat, selain menyediakan konten streaming TV Online, mereka juga menyediakan layanan mengupload video untuk subscribernya. Ada juga layanan berbayar untuk menonton channel TV/film tertentu. Kalau untuk kebutuhan menonton streaming saja, untungnya kita ga harus repot-repot login atau bayar dan semoga tetap seperti itu.

Kembali ke Rutinitas

Hari Senin kami mulai hari sekolah di rumah kami setelah liburan hampir 1 bulan di Indonesia. Berbeda dengan kegiatan sekolah biasanya, saya memberi tugas sekolah 1 pelajaran saja pada hari pertama dan 2 pelajaran pada hari ke-2. Rencananya baru minggu depan kami akan melakukan kegiatan homeschool secara penuh.

Kegiatan belajar di luar rumah juga sudah dimulai, tadi Jonathan sudah pergi ke kelas Kumon, tapi rencananya kelas Art baru dimulai minggu depan. Mengembalikan kegiatan ke rutin sebelumya bisa saja langsung semuanya sekaligus seperti halnya kalau belajar di sekolah, tapi saya ingin membangun mood sedikit demi sedikit supaya suasana belajarnya bisa tetap menyenangkan buat Jonathan.

Joshua tracing tulisan Thai

Joshua gak mau kalah, walau ga disuruh dia kembali sibuk dengan menulis di white board, menyanyikan berbagai math fact ataupun alphabet. Dia juga ingin mewarnai dan melatih kemampuan tracing huruf Thai selain huruf biasa. Untuk Joshua, saya tetap belum berikan pelajaran khusus, biasanya saya bebaskan dia mau mengerjakan apa dan malahan saya ajakin main mainannnya daripada belajar terus menerus.

Lanjutkan membaca “Kembali ke Rutinitas”