Selamat Tahun Baru 2009

Saya bukan berniat menulis resolusi di sini, gak juga berniat menulis pencapaian. Cuma mau bersyukur aja dengan hari-hari di tahun 2008 yang sudah di lewati. Berharap semoga tahun 2009 bisa diisi dengan lebih baik lagi dari tahun 2008.

Menjelang tahun baru 2009, kami yang sudah 1,5 tahun di Chiang Mai pindahan apartemen. Kami datang ke kota ini dengan 2 koper doang, dan ternyata pas pindahan kemaren lumayan juga deh angkut-angkutnya. Anyway, pindahan rumah ini sebenernya hal yang awalnya kami rencanakan untuk lakukan sebulan sejak tiba di kota ini, karena rumah yang sebelumnya unit studio yang rasanya seperti kamar kost saja. Ada berbagai alasan kenapa kami tidak pindah, dan alasan utama adalah: malas pindahan karena sudah merasa “nyaman”.

Sehubungan dengan rencana keluarga Joe untuk mengunjungi kami di Chiang Mai bulan Januari 2009 ini, akhirnya kamipun perlu pindah ke rumah yang siap untuk terima tamu (selain ruang gerak di rumah sebelumnya mulai terasa kurang). Rencana pindah ini sudah ada sejak awal taun 2008, tapi berubah rencana terus dan baru bisa direalisasikan sekarang.

Menyambut tahun 2009 kami sudah siap menyambut keluarga Joe yang akan berkunjung. Proses pindahan kami lakukan berdua, pindahnya ga jauh-jauh, masih 1 alamat tapi beda lantai, jadi yaa tetep aja butuh packing dan unpacking. Senang akhirnya semua sudah tertata kembali.

Photo lain rumah lama bisa dilihat di sini dan rumah yang baru ada di sini.

Kebetulan yang menyenangkan sehingga bisa bilang, tahun baru rumah baru 🙂

Salam Natal dari Chiang Mai

Tahun ini untuk pertama kalinya Natal di negeri orang. Ternyata emang lain tempat lain kebiasaan. Kemarin kebaktian malam natal di mulai jam 11 malam, hampiiiir saja ga jadi pergi gara-gara Joe salah ngeset alarm. Di luar dugaan, yang datang sangat ramai. Gedung gereja yang biasanya ga pernah penuh kali ini terisi sampai keluar. Kami yang datang sangat dekat dengan waktu mulai kebagian duduk diluar. Untungnya cuaca Chiang Mai ga terlalu dingin seperti malam-malam sebelumnya.

Kebaktian malam Natal yang diikuti dengan acara perjamuan kudus, di mana semua orang diminta maju ke depan untuk mengambil roti dan anggur serta menyalakan lilin. Acara diakhiri dengan bernyanyi sambil keluar gedung gereja dengan lilin masih menyala. Sekitar jam setengah 1 semua sudah selesai. Sampai di rumah ga bisa langsung tidur, akibatnya bangun pagi masih agak mengantuk. Pesan malam Natal itu adalah: “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang maha tinggi, dan damai sejahtera bagi manusia di bumi.”

Lanjutkan membaca “Salam Natal dari Chiang Mai”

Tuesdays with Morrie

Udah lama ga baca buku, terakhir “baca” audio book”Of Mice and Men” tapi lagi malas review yang itu. Hari ini akhirnya kelar juga baca Tuesdays with Morrie. Dimulai udah beberapa lama yang lalu dan baru hari ini kelarnya. Di bacanya minjem sony readernya Joe. Akhirnya kelar setelah…di ancem sony readernya mau di ambil lagi ama dia hehe.

Berikut reviewnya yang juga saya tuliskan di goodreads.

Tuesdays with Morrie: An Old Man, a Young Man, and Life's Greatest Lesson Tuesdays with Morrie: An Old Man, a Young Man, and Life’s Greatest Lesson by Mitch Albom

My review

rating: 4 of 5 stars
There are many lessons of life in this book. I learned many things about love, marriage, relationships, forgiveness, culture and new paradigm what to think about death.
“Dying is one thing to be sad about, living unhappily is another thing.”

About why everyone always one to be number one.
“What’s wrong with being number two?”

About how to listen to others and live in present. I recommend this book to everyone.

Sebenernya bisa panjaaang kalau dikupas tuntas tentang buku ini. Singkatnya cerita ini tentang seseorang yang sudah tau umurnya tak lama lagi hidup di bumi dan bagaimana dia mengisi hari-hari terakhir hidupnya. Untuk dapat gambaran tentang siapa sih Morrie dan apa yang menyebabkan vonis hidupnya berakhir bisa diliat di wikipedia saja ya.

Menjelang Natal 2008

Natal tahun ini akan berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini kami tidak akan mudik. Entah kenapa, rasanya tahun lalu sebelum kami pulang hiasan natal di Chiang mai tidak terasa semaraknya, tapi tahun ini sepertinya dekorasi menyambut Natal dan Tahun baru lebih terasa.

Negeri Thailand ini penduduknya mayoritas beragama Budha, tapi sepertinya mereka merayakan Natal sebagai tradisi. Tadi melihat tumpukan kotak hadiah di kantor condo yang entah hanya hiasan ataukah memang hadiah beneran. Kami sengaja tidak membeli pohon natal untuk di rumah, karena di setiap tempat ada begitu banyak pohon natal terpasang dan hiasannya. Bahkan gajah saja pake topi santa :P.

Joe dan saya tidak membeli hadiah natal secara khusus, tapi anggap saja vest bikinan saya itu hadiah natal buat Joe, dan kemaren Joe udah nemenin saya belanja benang yang merupakan hadiah natal buat saya. Pada dasarnya sih kami tidak terlalu sibuk dengan hadiah, karena esensi dari natal itu sendiri bagi kami adalah kelahiran Yesus Kristus ke dunia yang menjadi hadiah bagi semua orang yang percaya padaNya. Dan hal itu adalah hadiah yang paling istimewa daripada hadiah lainnya.

Selamat menyambut Natal 2008 buat semuanya di manapun Anda berada. Jangan sedih kalau ga bisa mudik, selamat mudik buat yang bisa mudik dan menikmati Natal bersama keluarga.

Semoga Natal membawa kedamaian di hati, bukan hanya sekedar tradisi.

Mari beralih ke compiler baru

Saya gemes, sampai tahun ini (2008) saya melihat masih ada dosen yang menyarankan mahasiswanya memakai Visual Basic 6, Turbo C++ 3.0, Turbo Pascal 7, atau software sejenis yang sudah sangat ketinggalan jaman. Saran ini bisa dalam bentuk praktikum di kelas, atau untuk tugas akhir.

VB 6 versi terakhir adalah tahun 1998, dan sudah tidak disupport lagi (untuk siapapun juga) oleh microsoft pada tahun 2008. Turbo C++ 3.0 dirilis tahun 1991 (17 tahun yang lalu), dan Turbo Pascal 7 dirilis tahun 1992 (16 tahun yang lalu).

Mungkin sebagian akan bertanya, mengapa harus pakai software yang baru? yang lama kan masih bisa dipakai?. Ada banyak alasan mengapa sebaiknya pindah ke compiler yang baru.

Alasan pertama adalah: pembajakan. Software-software tersebut memang sudah tua, dan tidak dijual lagi, tapi bukan berarti boleh disebarkan secara bebas. Perusahaan-perusahaan pembuat software itu masih memiliki hak cipta atas software-software tersebut. Dulu mungkin belum banyak alternatif pengganti compiler, tapi sekarang sudah ada banyak. Jika bisa memakai yang legal, kenapa harus membajak?. Turbo C++ bisa digantikan dengan GCC, atau jika perlu IDE, bisa memakai Micosoft Visual C++ versi gratis. Turbo Pascal bisa digantikan dengan FreePascal, atau jika perlu IDE bisa memakai Turbo Delphi Explorer (Turbo Delphi versi gratis) Lazarus. Visual Basic bisa digantikan dengan Gambas, atau Visual Basic .NET (versi gratis).

Lanjutkan membaca “Mari beralih ke compiler baru”

Jaringan Sosial, Toko Online atau Narsis?

Dipikir-pikir ada banyak banget jaringan sosial yang saya ikuti. Ada Friendster, Multiply , Facebook dan Ravelry (yang merupakan jaringan sosial buat hobi merajut saya). Isinya teman yang itu lagi itu lagi sih. Saya juga punya beberapa blog, dan di dalam jaringan sosial itu juga tersedia tempat untuk menuliskan sejenis blog juga. Masing-masing jaringan sosial juga menyediakan tempat mengupload foto, dan kadang-kadang saya mengupload foto yang itu lagi itu lagi.

Humm… kalau di pikir-pikir, saya sudah bosan dengan jaringan sosial di Internet. Kebanyakan orang bukan benar-benar teman saya, tapi sekedar orang yang pernah kenal atau kenal dari mailing list saja. Kalau dipikir lagi apa benar mereka teman saya? Saya juga ga yakin sih, mengingat kadang-kadang banyak orang yang palsu beredar di Internet. Cuma kadang-kadang saya sulit untuk tidak menggaprove orang yang merequest menjadi kontak, kok ya kesannya saya sombong bener kalau ga menyetujui, lagipula jaringan sosial itu cuma sekedar buat iseng-iseng doang.

Anyway, diantara deretan jaringan sosial dan blog ataupun plurk, ada lagi satu wadah narsis dan pamer yaitu Flickr. Untungnya flickr ini cukup terkoneksi dengan beberapa jaringan sosial yang saya ikuti, sehingga saya tidak perlu lagi mengupload foto berkali-kali. Emang udah beda banget ya keadaan sekarang dengan awal internet ada. Kalau duluu orang kenalan di chat room buat tau ASL (age, sex, location) aja suka sulit, terus jangankan minta foto, alamat email aja belum tentu di kasih. Dan sekarang? semua data ada di Jaringan sosial. Semua foto ada di mana-mana, bahkan ada beberapa yang memamerkan nomor telpon dan alamat emailnya dengan jelas.

Beberapa jaringan sosial bahkan sudah digunakan untuk “berjualan”. Jadi ingat dulu belajar e-commerce kok ya kesannya sulit banget, tapi ternyata dengan menyediakan ruang pajang barang dagang di jaringan sosial saja, sebuah situs bisa di jadikan sejenis e-commerce, bedanya memang transaksi untuk pengiriman uang dilakukan di tempat terpisah. Adanya internet banking dan paypal juga mempermudah terjadinya transaksi.

Ya, jaman sudah berubah. Saya pribadi dulunya paranoid sekali dengan internet tapi sekarang sudah tau memilah mana informasi yang perlu ditulis mana yang tidak. Tapi sebenarnya saya sudah bosan sih di jaringan sosial. Kadang-kadang mulai terpikir untuk menghapus semua account saya, karena apa yang ada di Internet akan diarsipkan dan bisa menjadi bumerang kalau saya tidak hati-hati (termasuk tulisan saya ini). Tapi kita lihat saja nantilah.

Ingin keliling Indonesia

Sudah 18 bulan saya dan istri saya tinggal di Chiang Mai, Thailand. Chiang Mai merupakan salah satu tujuan wisata populer di Thailand, dan merupakan kota terbesar kedua setelah Bangkok. Satu hal yang sering ditanyakan oleh warga Thailand adalah sudahkah pergi ke tempat wisata X di Thailand? Umumnya jawaban kami adalah “belum”, karena kami memang bukan tipe orang yang suka jalan-jalan. Sekitar 3 bulan setelah kami di sini, kami pernah kedatangan tamu orang Indonesia, dan sempat mengantar mereka jalan-jalan ke beberapa tempat di sekitar Chiang Mai, dan kesimpulannya: wah ternyata tempat yang mereka bangga-banggakan tidak lebih indah dari Indonesia. Kami memang kagum dengan promosi dan kebanggaan warga Thailand pada tempat wisatanya, kami juga  kagum dengan pemeliharaan tempat wisatanya, tapi dari segi keindahan alamnya, rasanya masih jauh kalah dari Indonesia.

Kepergian kami ke berbagai tempat wisata itu membuat kami ingat betapa indahnya Indonesia. Dua bulan sebelum berangkat ke Thailand, kami mengunjungi Bali untuk pertama kali. Mulanya kami datang sebagai bagian dari panitia Asia Open Source Symposium, tapi setelah acaranya selesai kami memutuskan untuk tinggal lebih lama. Sebagai panitia kami tidur di hotel berbintang, tapi untuk meneruskan wisata dengan biaya sendiri, kami tidak ingin mengeluarkan biaya yang banyak. Tadinya kami pikir hotel dan biaya jalan-jalan akan cukup mahal, tapi ternyata ada banyak travel agent yang menyediakan paket murah selama di bali, misalnya yang kami pakai adalah http://www.balitrip.com/. Kami memilih paket yang murah, hanya 1.2 juta rupiah untuk berdua. Paket yang kami ambil sudah termasuk hotel (3 hari 2 malam), mobil Timor, dengan sopir yang sekaligus jadi guide, dan gratis biaya masuk ke berbagai tempat wisata. Kami hanya perlu ekstra uang untuk makan malam dan membeli oleh-oleh karena paketnya sudah termasuk makan pagi dan siang.

Mungkin tidak adil membandingkan Bali dengan beberapa tempat wisata di Chiang Mai yang mungkin belum dikenal dunia. Akan lebih adil kalau membandingkannya dengan beberapa tempat wisata di Bandung. Tujuh bulan setelah kami di sini, kami pulang untuk liburan Natal. Kami ingin mengunjungi tempat wisata di Bandung yang belum pernah kami kunjungi yaitu kawah putih dan situ patenggang. Ternyata pandangan kami tidak berubah: Indonesia memang jauh lebih indah. Kelemahannya memang kurangnya promosi dan kurangnya pemeliharaan tempat wisata. Ada banyak teman kami yang asli Bandung yang belum pernah mengunjungi tempat itu, dan kalau belum pernah ke sana, bagaimana bisa membanggakan tempat itu pada para pendatang baik lokal maupun internasional.

Saya pernah pergi ke sebuah sisi Danau Toba, di mana sebuah sekolah informatika berdiri, tapi saya pergi ke sana untuk tujuan pekerjaan. Awal tahun 2008 ini kami mengajak Ibu saya untuk benar-benar mengunjungi Danau Toba. Danau Toba sangat luas, dan pemandangannya beragam, tapi semuanya sangat indah. Di bulan Maret, untuk pernikahan adik ipar saya, kami kembali pulang ke Indonesia, kali ini saya mengajak seluruh keluarga saya untuk melihat keindahan danau Toba. Kali ini kami menyempatkan diri mengunjungi pulau Samosir, pulau terbesar yang ada di sebuah danau. Pemandangan tepi danau Toba dari Samosir juga sama indahnya dari sisi yang lain. Sayang tidak banyak turis baik lokal maupun asing yang mengunjungi Danau Toba.

Mayoritas penduduk Thailand beragama Budha, tapi saya kaget ketika mengetahui rekan-rekan kerja saya tidak seorangpun pernah mendengar Borobudur, kuil Budha terbesar yang ada saat ini. Setelah mendengar aneka kisah dan informasi mengenai Borobudur, mereka sangat tertarik untuk mengunjungi Borobudur (selain Bali), mudah-mudahan rencana mereka untuk datang ke Indonesia tahun depan bisa terwujud.

Kalau dipikir, berwisata di Indonesia jauh lebih menyenangkan dibanding di luar negeri. Beberapa perbandingan:

  1. Di beberapa tempat di berbagai negara (misalnya Thailand), turis asing dikenai tarif masuk lebih tinggi (hingga 10 kali lipat dibanding penduduk lokal). Berwisata di negeri sendiri lebih enak karena kita menjadi penduduk lokal.
  2. Guide kadang tidak bisa menjelaskan dengan baik hal-hal yang ingin kita ketahui, baik karena ketidaktahuan ataupun bahasa Inggris yang pas-pasan. Di negeri sendiri kita bisa mengobrol dengan penduduk lokal dengan bahasa Indonesia yang bisa menjelaskan aneka macam hal mengenai tempat dan budayanya.
  3. Aneka macam barang ternyata lebih murah di Indonesia, dan banyak barang Indonesia yang ada di luar negeri. Risna pernah menemui Ibu-ibu dari Malaysia yang berbelanja baju di Bandung karena lebih murah dibanding di Malaysia. Ketika adik saya studi tour ke Malaysia, dia melihat sebagian penjual yang berteriak “batik asli Indonesia”, dan waktu membeli oleh-oleh di pasar Warorot di Chiang Mai, kami hampir saja membeli Batik buatan Indonesia.

Saya memang belum melangkah lebih jauh dari asia, tempat yang sudah saya kunjungi hanya Singapore, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Taiwan, tapi saya sudah punya tekat akan berusaha memprioritaskan untuk berwisata di Indonesia. Tahun depan kami ingin sekali bisa mengunjungi Lombok dan Bromo, dan mudah-mudahan kami bisa mengunjungi lebih banyak lagi tempat-tempat di Indonesia di kesempatan berikutnya (seperti Nias, Danau Singkarak, dll). Kami berdua berharap akan ada lebih banyak orang Indonesia yang mau mengunjungi Indonesia, dan mempromosikannya dalam bentuk tulisan. Mudah-mudahan banyak situs seperti http://indonesia.travel yang memberi informasi lebih banyak kepada kami dan kepada banyak calon turis lainnya.