Pengalaman Dengan Open source

Saya melihat saat ini mulai banyak orang Indonesia, termasuk yang levelnya awam mulai menggunakan Linux. Tapi saya lihat juga masih banyak orang dan mahasiswa yang masih sangat berfokus ke produk Microsoft atau entitas komersial lainnya. Mungkin salah satu alasannya adalah lebih mudah mencari uang dari produk-produk komersial tersebut. Sebagai orang yang lama memakai produk open source, dan terlibat di dalamnya, saya mau cerita sedikit mengenai pengalaman saya dengan open source.

Lanjutkan membaca “Pengalaman Dengan Open source”

Langit di Tepi Sungai Ping

Sekarang ini seharusnya sudah memasuki akhir dari musim hujan. Tadi siang matahari bersinar dengan garang. Sinar matahari yang menerobos masuk lewat jendela kaca, membuat mata saya beberapa kali memandang langit di luar jendela. Melihat gumpalan awan putih di langit yang biru cerah, saya langsung tergerak mengabadikan langit biru tersebut.

Walaupun kamera yang kami punya hanya kamera saku biasa, tapi senang rasanya bisa mengabadikan komposisi warna biru gradasi dan gumpalan putih di langit. Ah saya ga terlalu ngerti seni. Tapi saya tetep merasa, gradasi biru langit dan gumpalan awan putih itu indah. Kalau dari foto ini sih, adanya pepohonan hijau di sepanjang tepi sungai ping yang airnya berwarna coklat membuat harmoni warna bertambah lagi. Ah saya semakin sok tau seni saja.

Dan waktu sore hari, menjelang matahari terbenam, saya lihat semburat jingga di langit. Saya suka langit biru dan saya juga suka langit jingga. Dilihat lebih teliti, eh udah ada bulan sabit juga di langit. Ya sudah, sekalian deh di hari yang sama saya foto langitnya.

Oh ya, semua ini diambil dari jendela tempat tinggal kami di Chiang Mai. Dari lantai 9. Di tepi sungai ping saya berdiri dan memotret langit. Sebenarnya aslinya yang saya lihat lebih bagus dari yang dapat ditangkap oleh kamera saku saya. Tapi segini juga udah senang rasanya. Melihat ciptaan Tuhan yang indah dan bersyukur hari ini masih bisa melihat matahari tenggelam dan digantikan oleh bulan.

Ah kalau kamera saya lebih bagusan, mungkin bisa mengambil foto bintang di langit malam ya.

Mr. Bennet Masih Hidup

Hari ini saya ketemu Mr. Bennet. Jangan salah, ini bukan tokoh dalam Heroes atau film apapun, tapi ini nama sebenarnya. Jadi ceritanya hari ini saya makan siang di sebuah restoran Thai bersama Shari. Terus, setelah kami selesai makan, Shari ngebaca tulisan saya sambil ngasih komentar gitu. Tiba-tiba, si Mr. Bennet yang baru saja masuk ruangan nyerocos langsung dengan ramah seperti udah lama kenal dengan Shari. Padahal Shari baru ketemu dia ya hari itu. Saya bingung sejenak, karena Shari juga sepertinya menanggapi omongannya dengan baik.

Dari obrolan sekitar 5 menit pertama, Mr. Bennet cerita kalau dia sakit kanker dan dokter ngasih vonis waktu hidupnya beberapa bulan lagi. Jangan bayangkan dia bercerita dengan muka orang menderita atau sedih atau gimana. Umurnya saya ga nemu persisnya, tapi kira-kira 60 tahun, wajahnya terlihat lebih tua dari itu, tapi jalannya masih tegak tanpa tongkat, suaranya juga masih lantang. Sesaat saya pikir orang tua itu bercanda dengan penyakitnya. Tapi, setelah dia tunjukkan bekas operasi, kemoterapi dan radioterapi, saya ga bisa ga percaya. Beberapa kali dalam obrolah, saya agak bingung dengan berbagai pertanyaan di kepala saya, kenapa orang ini bersemangat sekali menceritakan tentang apa yang telah dia capai dan apa yang masih ingin dia lakukan, tapi diawali dengan pemberitahuan hidupnya tidak lama lagi?.

Obrolan siang tadi cukup singkat, total ga sampe 20 menit (dia yang ngomong banyakan), tapi sampai sekarang saya masih ingat banget. Pas kami pulang, dia lagi ngobrol dengan orang lain yang baru datang, dan mereka ngobrol dalam bahasa Jepang. Oh ya, dari obrolan tadi dia kasih brosur museum miliknya dan ada websitenya. Dari websitenya saya bisa liat, Mr.Bennet orang yang hebat dan emang masih punya cita-cita banyak, no wonder dia ga merasa kankernya menghalanginya untuk hidup. Kalau dari ceritanya, abis makan siang dia akan pergi ke sebuah konfrensi tentang kerajinan tangan, dan dia masih memuridkan orang yang mau menjadi pottery (ga tau bahasa Indonesianya apa), atau kalau mau belajar bahasa Jepang ataupun bahasa Inggris.

Baru-baru ini, saya dapat kabar mengenai 2 teman saya yang terkena kanker, dan sampai sekarang saya masih ga tau mau bilang apa ke temen saya itu. Saya bukan orang yang ahli untuk menghibur. Tapi, setelah hari ini saya ketemu si Mr. Bennet yang sangat bersemangat dengan hidupnya, saya seperti mendapat pencerahan. Orang sakit kanker itu masih hidup, dan tentunya masih bisa berkarya. Saya ga seharusnya mengasihani orang yang sakit, mereka masih hidup, masih full of life. Saya berharap mereka punya semangat seperti si Mr. Bennet. Kanker tidak menghalangi untuk berkarya. Kanker cuma penyakit, hidup masih lebih penting untuk diisi.

Buat teman saya yang mungkin saja nyasar ke blog ini. Saya berdoa semoga kamu tetap semangat melawan penyakitmu seperti Mr. Bennet. Jangan patah semangat kalau dokter menjatuhkan vonis. Umur di tangan Tuhan, yang terpenting adalah mengisi hidup. Toh semua orang pasti menghadap sang penciptanya.

Menjelang hari lebaran

Hari terakhir puasa, hari menjelang lebaran merupakan hari yang spesial buat umat yang merayakannya. Walaupun Joe dan saya tidak merayakan lebaran, tapi buat kami hari ini juga merupakah hari yang spesial. Kalau mengikuti kelender hijriah, hari menjelang lebaran sekitar 5 taun yang lalu merupakan hari dimana saya dan Joe berangkat ke depok bersama-sama naik bis umum, lalu dengan malu-maluinnya saya mabuk di jalan (padahal saya jarang sekali mabuk di jalan). Joe pulang ke rumah orangtuanya, saya ke rumah sepupu saya yang keesokan harinya akan berulang tahun. Menjelang maghrib Joe dan saya jadian.

Setelah sebulan umat muslim berpuasa yang otomatis sebulan Joe dan saya makan siang bareng. Selama sebulan kami berkenalan secara intensif (sebelumnya cuma kenal sebagai rekan kerja dan satu jurusan). Ya bisa dikatakan cukup intensif, karena obrolan dengan Joe selalu terasa berkualitas. Setelah bertahun-tahun mengenal Joe, rasanya kami tidak pernah kehabisan bahan obrolan. Obrolan berkualitas itu tidak berhenti selama sebulan saja. Sampai hari ini kami masih sering mendiskusikan berbagai hal yang tidak terbatas pada bidang informatika.

Selamat merayakan lebaran buat umat yang merayakannya. Ijinkan saya meminjam penanggalan kalendar hijriahnya untuk merayakan hari saya jadian dengan Joe 🙂 .

Lain di Tulis Lain di Hati

Tadinya mau minjem judul lagu Rano Karno yang ini, tapi ga jadi soalnya yang dibahas bukan apa yang keluar dari mulut tapi apa yang ditulis dari jari. Masih agak nyambung dengan tulisan sebelumnya. Pertanyaan saya adalah, kalau orang yang lain di bibir lain di hati ini masuk kategori bohong, kalau lain di tulis lain di hati termasuk kategori apa yah?

Hari ini, saya menerima banyak feed baru di Google Reader saya. Sebagian besar feed dari blog friendster yang baru diupgrade. Tulisan yang masuk sebenarnya tulisan-tulisan yang sudah lama. Tapi membaca kembali tulisan teman-teman saya, membuat saya ingat dengan beberapa hal yang terjadi yang terkait dengan tulisan mereka. Saya jadi teringat dengan percakapan saya dengan Joe. Joe pernah bilang, ada baiknya kita menuliskan apa yang benar-benar kita rasakan dalam tulisan kita (terutama saat-saat menyenangkan). Sebagai pasangan, mungkin akan ada masa-masa yang tidak terlalu menggembirakan, dan ketika kita membaca tulisan dari pasangan kita, bisa membuat hati lebih gembira. Setidaknya apa yang dituliskan saat itu adalah apa yang dirasakan dengan jujur.

Membaca postingan lama, bisa membuat teringat dengan peristiwa yang terjadi di masa tulisan itu dituliskan. Yang saya tidak mengerti, bagaimana kalau yang dituliskan itu berbeda dengan apa yang sebenernya dirasakan di hati saat menuliskan? Perasaan apa yang akan diingat ketika membaca tulisan yang berbeda dengan yang ada di hati?

Tentang Ngeblog dan Identitas

Kemarin saya ngobrol dengan seorang teman yang dulunya juga rajin ngeblog (tapi sayangnya sekarang dia lebih suka ngeplurk). Dari obrolan kami itu, saya jadi menyadari satu hal, tujuan saya ngeblog bukan untuk sesuatu yang arahnya keluar (misalnya popularitas, mengundang orang untuk komentar, mencari uang dari tulisan-tulisan saya dengan memasang iklan dsb).

Kalaupun toh di blog ini ada segelintir iklan adsense, ada sesekali promosi tanpa bayaran, dan banyak kali protes atas apa yang saya rasakan, tapi semua itu bukan tujuan saya ngeblog. Tujuan ngeblog ya untuk menulis dan berharap ada sesuatu yang berguna dari tulisan kami untuk yang membacanya. Tidak terlalu penting ada yang membaca atau tidak, setidaknya Joe dan saya akan saling membaca tulisan satu sama lain. Tidak terlalu penting meminta orang harus meninggalkan komentar yang mana kadang-kadang tidak relevan dengan posting. Tapi tentunya komentar yang relevan akan ditanggapi.

Walaupun kami tidak terlalu mempromosikan tulisan-tulisan kami, tapi kami berharap tulisan kami selalu ada manfaatnya buat yang membaca, dan belakangan ini baru saya perhatikan, selain tulisan yang kadang-kadang diambil tanpa ijin, ada saja orang-orang yang nyasar ke tulisan kami yang lama dan meninggalkan komentar di sana.

Setelah sekian tahun ngeblog, saya mulai merasakan ada perubahan dalam gaya menulis saya. Saya juga mulai bisa memilih topik apa yang perlu ditulis dan tidak. Saya belajar untuk tidak menggunakan kata-kata yang tidak pantas dan tidak menuliskan dengan emosi yang berlebihan. Saya belajar mengungkapkan pikiran saya ke dalam bentuk tulisan melaui blog dengan kalimat yang dipikirkan terlebih dahulu sebelum mengetikkannya. Kalau dulu saya berpikir: ini blog saya, terserah saya mau nulis apa, tapi sekarang saya menyadari, ketika saya menulis di blog, tulisan saya dibaca oleh banyak orang dan saya harus bisa mempertanggungjawabkan tulisan saya. Ada kode etik dalam menulis blog, dan seharusnya juga, akan ada kode etik dalam mengomentari tulisan orang lain.

Well, kalau dulu saya pikir internet adalah sebuah dunia maya di mana setiap orang bisa saja menjadi orang lain, maka sekarang saya berpikir, walaupun internet seperti dunia maya di mana Anda bisa menjadi orang lain, tapi internet juga sudah menjadi bagian dari dunia nyata, di mana jati diri Anda yang sebenernya tetap bisa terungkap. Kalaupun ada orang yang merasa sangat pandai menyembunyikan jati dirinya yang sesungguhnya dan berusaha menjadi orang lain dari semua interaksi di internet (blog, jaringan pertemanan, mailing list) orang tersebut akan sangat lelah dalam kepura-puraannya, dan dalam satu titik akan kelihatan juga aslinya. Karena itu lebih mudah menjadi diri sendiri baik itu di internet maupun di dunia nyata.

Dari antara 60 ribu jenis barang

Tadi ke sebuah tempat yang namanya Home Pro untuk mencari lampu apartemen yang bukan lampu standar. Ada 2 jenis lampu yang kami cari. Kami juga sekalian mau nyari juga kerangka besi supaya lebih mudah menuang air dari galon air, dan sekalian juga mau lihat-lihat apakah ada food processor yang cukup bagus dan murah. Di home pro ini katanya ada 60 ribu jenis barang, tapi sayangnya dari 60 ribu barang yang ada di sana, dan 4 yang kami cari (2 jenis lampu, food processor, dan kerangka penuang air), cuma 1 yang ketemu, yaitu cuma satu lampu.

Jadi inget komik ini: I have all the books in the world but one (walaupun beda banget kasusnya, komiknya bagus dan menarik, sedangkan kisah ini tidak menarik dan tidak bermakna 😛 ). Catatan: itu akan ada peringatan harus berumur 14 tahun atau lebih buat baca komiknya, terus aja, gak ada pornonya kok, safe for work.

Update Oktober 2013 Link komiknya sudah tidak valid ini link yang baru.

Dan karena ada kemungkinan linknya bakal mati lagi, ini local copy (file ZIP):

All the books in the world but one.