Crochet : Peri Biru

Peri BiruSetelah menyelesaikan knitting syal buat Joe, entah kenapa kok ya pingin merefresh crochet lagi. Akhirnya setelah browsing cukup lamaa untuk memilih apa yang mudah dan cepat dikerjakan, disertai dengan rasa penyesalan : kemana aja selama ini, kok ga merajut, akhirnya memilih satu proyek sangat sederhana. Peri Biru

Anyway, walaupun diusahakan sedemikian baca polanya, tapi.. ada bagian yang kurang mengerti akhirnya di improvisasi. Pola bentuk angel ini untuk hiasan natal dan sebaiknya berwarna putih atau perak, tapiii karena adanya benang biru, ya sudahlah, kita bikin peri biru saja. Untuk orang yang sudah lama ga melatih jari dengan jarum crochet, berikut ini hasil rajutannya.

Toilet dan Telepon Genggam

Sebenarnya sudah lama pengen komentar tentang hal ini, tapi baru sekarang sempat menulisnya. Saat ini, hampir semua orang memiliki telepon genggam. Di Chiang Mai sini juga hampir setiap pegawai kantor punya telepon genggam. Setiap kali ke toilet, saya perhatikan hampir selalu ada orang yang “nongkrong” di toilet sambil ngobrol di telepon genggamnya. Kadang-kadang malah ada yang baru saja datang, langsung masuk ke bilik toilet dan langsung ngomong : “halo” (rasanya waktu di Bandung hal ini belum pernah saya jumpai).

Situasi orang bertelepon di toilet ini beda-beda. Ada yang sambil ngobrol masuk bilik toilet. Ada yang menerima telepon ketika sudah di dalam “bilik” toilet dan ada juga yang sengaja masuk toilet untuk teleponan. Well apapun situasinya jadi terpikir begini : kalau dulu di hotel biasanya kita bisa menerima telepon di kamar mandi, kira-kira kalau di bilik toilet dibuat semacam telepon umum dengan koin ataupun kartu, yang bisa digunakan sambil duduk nongkrong, kira-kira bakal laku gak ya?

Saya bukan orang yang suka membawa-bawa telepon genggam ke toilet. Sudah banyak orang yang tidak sengaja mencemplungkan HP nya ke toilet dan saya tidak mau menambah daftar tersebut. Selain itu saya juga bukan orang yang sangat sibuk sampai-sampai sambil nongkrong di toilet saja harus menyempatkan menjawab telepon. Tapi kadang-kadang terpikir juga, duh apa serunya ya nongkrong di toilet untuk ngobrol dengan bumbu aroma yang kurang sedap dan berbagai bunyi yang ga usah saya deskripsikan di sini :P. Terus, kalau orang yang di ujung telepon satunya mendengar bunyi dan bertanya : “kamu lagi di mana sih kok bunyinya aneh-aneh?” , kira – kira bakal di jawab jujur gak yah?

Anyway, untung saja teknologi telepon genggam hanya mengantarkan suara. Apa jadinya kalau mengantarkan bau juga :P. Apakah Anda termasuk golongan orang yang suka bertelepon di toilet?

Time Flies

Wow, tak terasa waktu berlalu. Hari ini adalah hari terakhir belajar AUA – Book 1. Walau awalnya rasanya sudah tau semua, ternyata memang belajar di AUA beda dengan YMCA. Ada banyak hal baru yang didapat selama belajar di AUA, selain mendapat kemajuan dalam berbahasa Thai, sekarang juga semakin percaya diri nyetir . Bonus tambahan dengan belajar di AUA yang tidak disangka-sangka adalah mendapat kenalan yang sangat ahli merajut. Well besok mereka akan berangkat ke kota lain dari Thailand, tapi jaman sekarang ini dengan skype pasti masih bisa ketemu lagi lain kali (via skype tentunya), pelajaran merajut masih bisa dilanjutkan :).

Anyway, rencana untuk menuliskan day by day belajar di AUA masih terbengkalai. Masalahnya menuliskannya tidak mudah (memakai transliteration dengan segala cara menunjukkan tone naik turunnya). Tapi pasti akan diteruskan, tunggu aja tanggal mainnya :). Rencana berikutnya adalah melanjutkan ke buku 2 tentunya, pasti tingkat kesulitannya semakin lumayan, fiuh. Sejujurnya cape sih belajar tiap hari gini, tapi ya.. kalau mau cepet bisa harus tetap semangat *talking to myself*.

Waktu benar-benar terasa terbang. Kalau dihitung-hitung, kami di Chiang mai sudah memasuki bulan ke 7, wow setengah tahun berlalu. Sekarang Chiang Mai cuacanya semakin dingin. Tiap pagi rasanya mengigil. Kebanyakan orang keluar rumah mengenakan baju hangat, dan Joe merasa butuh jaket yang lebih tebal (soalnya dia panas-panas aja tahan pakai jaket, kalau dingin ya butuh jaket lebih tebal lah). Katanya sih, ini masih awal musim dingin. Semakin dekat akhir tahun akan semakin dingin. Tapi sih di sini masih ga sedingin negeri yang ada saljunya.

Belajar Knitting

Satu hal yang sudah lama sekali ingin saya lakukan, belajar merajut dengan 2 jarum alias knitting. Dari jaman sekolah menengah sudah belajar merajut dengan 1 jarum (crochet), dan sejak bisa merajut dengan crochet, selalu ingin tahu gimana sih caranya merajut dengan 2 jarum. Setelah bertahun-tahun cuma “kepingin” tanpa hasil (karena tidak menemukan orang yang mau mengajarkan knitting tanpa bayaran :P), akhirnya di Chiang Mai ada yang mengajari knitting (horee). Salah seorang teman di tempat kursus bahasa Thai ada yang bisa knitting, dan dia ternyata bukan cuma bisa, tapi sangat ahli dan memang biasa mengajar knitting.

Sepertinya di Chiang Mai ini jadi tempat di mana kami (saya dan Joe) belajar banyak hal. Setidaknya buat saya sendiri, saya belajar menyetir (walaupun itu mobil otomatis) dan belajar bahasa Thai di sini, lalu sekarang belajar knitting. Sebenernya sih semua itu bisa dipelajari di mana saja, tapi yah sepertinya emang kami harus ke Chiang Mai buat belajar hal-hal itu.

Sekarang ini belum ada hasil knitting yang bisa dipamerkan. Tapi…setidaknya saya sudah tahu bagaimana cara melakukannya. Well, proyek pertama mengenal berbagai jenis rajutan dan masih jauh dari bikin sesuatu yang sangat besar. Mulai dari yang sederhana saja : bikin scarf. Semoga kalau sudah selesai, saya tidak lupa untuk mengupload fotonya :).

Update 11 November 2007

hasil awal yang akan di buka lagihasil yang akan diteruskanSebelumnya sudah merajut kira-kira setengah meter, tapi ga puas, mau di buka lagi. Hasil yang baru dikerjakan (mulainya baru kemaren sore) sudah ada sekitar 20 cm.

Belajar Bahasa Thai

Sejak awal bulan Juni, gue sudah memulai belajar bahasa Thai di YMCA Chiang Mai. Sekarang sudah bulan Oktober, artinya sudah 4 bulan belajar bahasa Thai dan sudah 5 bulan tinggal di Thailand. Salah satu pertanyaan yang paling sering muncul adalah : “gimana udah bisa ngomong bahasa Thai?” dan jawabnya adalah kalau yang diharapkan bisa seperti berbicara bahasa Indonesia, itu masih jauh, tapi kalau dalam taraf bisa memesan makanan dan mengerti kalau ditanya orang Thai sudah bisa. Target berikutnya adalah bisa menonton acara TV Thailand, dan mungkin juga film Thailand 🙂 (kemarin sih menonton sinetron Thai sudah bisa, abis intinya hampir tidak beda dengan sinetron Indonesia :P).

Rencana awal mau belajar di satu tempat sampai mahir lalu kemudian belajar baca tulis. Tapi kok ya perasaan belakangan ini ga maju-maju dan jalan di tempat. Semua disebabkan guru di tempat kursus ga bisa menjelaskan pertanyaan dengan bahasa Inggris yang baik (bahkan terkadang dia ga ngerti apa pertanyaan muridnya). Akhirnya banting setir pindah ke AUA Chiang Mai yang frekuensi belajarnya tiap hari dan bahasa Inggris gurunya lebih oke (dan gue semakin senang karena di AUA ada perpustakaan yang meminjamkan majalah dan buku-buku berbahasa Inggris, hal yang langka di Chiang Mai. Buku sih banyak, tapi kalau bisa meminjam kan jadi lebih hemat daripada beli).

Di tempat sebelumnya sebenarnya gue udah belajar selama 3×30 jam = 90 jam. Tetapi dengan pertimbangan untuk mendapatkan ilmu yang lebih lengkap, di tempat baru gue belajar lagi dari awal, dari jam ke-0. Hasilnya? tentu saja gue bisa mengikuti dengan mudah. Padahal dulu sempat takut untuk ikutan disitu karena konon kabarnya belajar di tempat ini memang belajar di kelas cuma 2 jam tapi prakteknya karena banyak PR dsb bisa-bisa jadi berjam-jam. Mungkin terlalu dini juga kalau gue bilang terlalu mudah, karena pada dasarnya gue baru mengikuti kelas sekitar 12 jam di kelas yang baru. (tapi memang dengan begini gue seperti mereview semua yang sudah gue ketahui sebelumnya sih, semoga bisa tetap mudah mengikutinya)

Karena gue merasa ini awal yang baru, dan karena gue sudah cukup mengerti apa yang diajarkan di kelas, timbullah ide untuk mendokumentasikan pelajaran di kelas dalam bentuk tulisan di blog. Ya..sekalian sebagai catatan buat gue dan juga berbagi buat siapa saja yang tertarik belajar bahasa Thai. Nah kalau tertarik untuk tau bagaimana sih bahasa Thai itu, atau sekedar mencari bacaan karena kurang kerjaan, silakan kunjungi www.risna.info . Sekarang sih isinya masih ga banyak, semoga saja saya tetap konsisten menulis setiap harinya yah :).

Modifikasi Hardware Wireless Router WRT54GL

img_1377_resized.jpg

Akhirnya setelah bersusah payah menyolder, berhasil juga memasang SD card di router WRT54GL. Ceritanya panjang sampe bisa melakukan ini.

Minggu lalu ceritanya kami pergi belanja RAM untuk laptopku, sekalian mau cari wireless access point untuk development program yang sedang kubuat. Sebelum beli access point, tadinya konfigurasinya adalah:

ADSL Modem —(via kabel ethernet)–> Laptop Acer ber-OS Linux —(via wireless)–> Macbook

Nah, sekarang Nokia E61 dan HP iPaq Risna juga mau dilibatkan disitu, dan daripada repot mensetup yang cukup ribet, sepertinya beli access point akan lebih mudah. Di Chiang Mai, toko-toko komputer relatif kecil, dan pilihan merk nggak terlalu banyak, jadi kami nggak terlalu berharap bisa dapet merk bagus dengan harga murah. Tapi tidak disangka, kami nemu Linksys WRT54GL, router yang dikeluarkan kali pertama di tahun 2005 ini katanya dah nggak dijual lagi di luar Amerika. Sejak dibeli Cisco, produk Linksys yang tadinya memakai OS Linux diganti dengan VxWorks. Nah, yang menarik dari router ini adalah bahwa router ini bisa dioprek, baik software maupun hardwarenya.

Meski sudah seminggu, baru kemarin aku nginstall firmware baru: dd-wrt, soalnya kalo nginstall di hari kerja, bakalan dioprek sampe pagi. Kemarin Risna pergi retreat, jadi pulang sendiri. Daripada Jumat malem nganggur, aku berencana menginstall dd-wrt dan memodifikasi supaya bisa mendukung SD card. Dengan SD card, router ini bisa dibiarkan menyala semaleman untuk mendownload atau mengupload file-file (daripada menyalakan laptop terus, yang pengunaan dayanya cukup besar).

Lanjutkan membaca “Modifikasi Hardware Wireless Router WRT54GL”

Antara Fiksi dan Realita

Ada pepatah bilang : “jauh berjalan banyak dilihat, lama hidup banyak dirasai”. Menurut wikiquote, artinya adalah : orang yang banyak merantau banyak pula pengalaman/pengetahuannya. Duluu untuk mengetahui dengan detail sebuah tempat, kita harus benar-benar mengunjugi tempat tersebut, tapi sekarang dengan jaman yang semakin canggih kita bisa melakukan perjalanan hanya dengan internet. Jangankan internet, bahkan dengan membaca buku fiksi saja kita bisa mendapat gambaran tentang tempat-tempat tertentu. Lanjutkan membaca “Antara Fiksi dan Realita”