Alah Bisa Karena Biasa dalam Berbahasa

Pelajaran bahasa Indonesia sering dipandang sebelah mata di masa sekolah. Rasanya dulu lebih banyak yang takut dengan pelajaran matematika dari pada pelajaran bahasa Indonesia. Padahal, buat saya, belajar bahasa itu bisa lebih sulit daripada matematika.

Untuk sebagian orang, mungkin mereka memang sudah terlatih menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sejak kecil. Tapi saya termasuk yang merasa kurang mengerti dengan penggunaan kata-kata yang terlalu baku. Saya masih merasa perlu terus menerus belajar dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Baik secara lisan maupun tulisan.

Lanjutkan membaca “Alah Bisa Karena Biasa dalam Berbahasa”

Antara Belajar Bahasa dan Belajar Desain

Di blog ini, ada 2 hal yang sering saya ceritakan saya pelajari (selain belajar seputar blog). Yaitu belajar bahasa dan belajar desain Canva dan Kinemaster.

Dari 2 hal ini, belakangan saya lebih suka dengan belajar desain. Tapi sebelum saya beritahu kenapa, saya akan ceritakan terlebih dahulu perjalanan belajar saya.

Lanjutkan membaca “Antara Belajar Bahasa dan Belajar Desain”

Bahasa dan Leluconnya

Hari ini mau menulis singkat dan iseng yang terinspirasi dari obrolan ketika sarapan tadi pagi.

Joe memberikan pertanyaan ke Jonathan dengan nada serius. “Jonathan, do you know what is the opposite of the opposite of wrong?” Jonathan diam dan berpikir sejenak dan menjawab: “left”. Terus Jonathan malah balik nanya ke papanya, “Do you know what is the opposite of the opposite of the opposite of wrong?”. Saya pikir jawabannya bakal: “right”. Ternyata bukan dong, versi Jonathan jawabannya: “arrived”.

Lanjutkan membaca “Bahasa dan Leluconnya”

Belajar Bahasa itu Sepaket Sama Tulisannya

Sebelum belajar bahasa Korea, bahasa Thailand merupakan bahasa pertama yang saya pelajari yang tidak menggunakan huruf latin. Awal belajar bahasa Thai, rasanya sangat frustasi dengan sejumlah huruf meliuk-liuk dan bunyi yang sama digambarkan dengan lambang yang berbeda. Saya berusaha memetakan huruf Thai dan padanannya dengan alfabet A-Z. Agak kaget ketika mengetahui nama saya tidak bisa dituliskan huruf demi huruf ke dalam bahasa Thai.

Setelah beberapa lama kenalan dengan bahasa Thai, saya tidak menjadi orang buta huruf Thai lagi dan akhirnya bisa juga baca bahasa Thailand sedikit demi sedikit. Saya juga mulai menerima, penulisan nama dalam huruf non latin itu ya mengikuti aturan bahasa tersebut dan hanya bisa menuliskannya sampai terdengar sama walaupun bukan dipetakan huruf demi huruf.

halo, nama saya Risna

Waktu saya berkenalan dengan bahasa Korea (sebagai efek dari menonton drakor), saya langsung merasa perlu untuk mempelajari hurufnya juga yang dikenal dengan sebutan Hangul. Romanisasi bahasa Korea, seperti halnya bahasa Thai itu tidak standar, dan yang banyak tersedia di internet itu romanisasi dari penutur berbahasa Inggris.

Lanjutkan membaca “Belajar Bahasa itu Sepaket Sama Tulisannya”

Duolingo: Aplikasi untuk Belajar Bahasa

Sekitar dua hari yang lalu, saya mendapatkan e-mail yang mengingatkan kalau saya sudah setahun memakai aplikasi Duolingo untuk belajar bahasa Korea. Sebelum memakai ini, saya sudah mencoba juga memakai Memrise yang pernah saya tuliskan di sini. Saya jadi ingat kalau saya belum pernah menuliskan tentang aplikasi Duolingo di blog.

Duoversary e-mail dari Duolingo

Walaupun aplikasi Duolingo dan Memrise sama-sama saya pakai untuk belajar bahasa Korea dan metodenya mirip, saya akhirnya meninggalkan Memrise tapi tetap meneruskan Duolingo. Beberapa alasannya karena: Memrise materinya semakin lama semakin berat dan tidak banyak petunjuk, Duolingo terasa lebih fun dan ringan karena ada banyak petunjuknya dan saya bisa mengerjakan lebih sebentar.

Lanjutkan membaca “Duolingo: Aplikasi untuk Belajar Bahasa”

Bingung Bahasa

Bingung bahasa dalam tulisan ini bukan bingung bahasa yang terjadi pada anak-anak yang besar dengan multi-bahasa. Tapi cerita bagaimana saya bingung bahasa alias lupa sama sekali kosa kata yang harusnya saya sudah tahu hehehe.

Ceritanya sejak tinggal di Thailand, saya belajar bahasa Thailand dengan menggunakan bahasa pengantar bahasa Inggris. Entah bagaimana, setiap kali menerjemahkan bahasa Thai, saya butuh bepikir dalam bahasa Inggris dulu, lalu kemudian menemukan bahasa Indonesianya.

Terkadang saya butuh untuk menggunakan bahasa Indonesia, Inggris dan Thai sekaligus. Berbeda dengan anak-anak yang bisa switch otomatis, saya sering salah dan keterusan ngomong 1 bahasa tertentu, yang dengar tentu saja jadi bingung hehehe.

Ada satu masa, di mana saya lebih bisa menemukan kosa kata dalam bahasa Thainya daripada menjelaskan bahasa Indonesianya ke Joe. Ada beberapa kata bahasa Thai yang memang tidak bisa diterjemahkan langsung ke dalam bahasa Indonesia. Masalah ini biasanya terjadi karena kosa kata dalam bahasa Indonesianya sudah lama tidak saya gunakan, jadi ya tentunya lupa.

Belakangan saya belajar bahasa Korea dan banyak menonton drama Korea. Sebenarnya kosa kata bahasa Korea saya masih sangat sedikit sekali kalau dibandingkan dengan bahasa Thai.

Seperti halnya belajar bahasa Thai, saya belajar bahasa Korea dengan pengantar bahasa Inggris. Menonton drama korea, saya menggunakan subtitle bahasa Inggris. Demikian juga dengan aplikasi Memrise dan DuoLingo yang saya gunakan untuk belajar bahasa Korea, saya menggunakan bahasa Inggris.

Untuk bahasa Thai, saya sudah bisa bilang level percakapan sehari-hari sudah lumayanlah. Terkadang saya sudah bisa berpikir dalam bahasa Thai juga. Bahasa Korea saya belum bisa dipakai untuk percakapan, buat nonton tanpa subtitle saja masih belum bisa gitu loh.

Kemarin, setelah sekian lama, saya menonton film Thai di Netflix dengan subtitle bahasa Inggris. Untuk menonton film, walaupun saya sudah bisa bahasa Thai, saya masih menggunakan subtitle, karena masih banyak kosa kata gaul dalam bahasa Thai yang saya tidak mengerti, selain terkadang volume suaranya saya pasang pelan jadi ada kata-kata yang tidak terdengar.

Kembali ke cerita nonton film Thai, saya lihat di subtitle ada frasa: “miss you”. Dan saat itu juga entah kenapa yang kepikiran malah bogo sipo alias 보고 싶어, waktu menyadari, saya pikir lah itu mah bahasa Koreanya! Hahahahaha. Ketauan ya genre tontonan drama koreanya.

Terus saya jadi mikir sendiri: eh tunggu dulu, bahasa Thainya “miss you” apa ya? Sampai beberapa menit saya tidak ingat! Bisa saja saya membesarkan volume suaranya dan ulangi beberapa menit terakhir, tapi saya pikir: lah masak itu saja gak ingat sih! Sebelum film berakhir, saya bisa ingat sih akhirnya kalau bahasa Thai nya “miss you” itu khit theung (คิดถึง).

Kalau mau bela diri: emang saya ga pernah memakai kata-kata miss you dalam bahasa Thai, karena belakangan ini saya tidak punya teman Thai yang sering diajak ngobrol. Gak mungkin kan ngomong miss you random ke orang yang baru ketemu hahaha.

Waktu Jonathan masih punya teman playgroup orang Thai, mamanya teman Jonathan jadi teman saya juga, naaah teman saya itu sering tuh ngomong: Risna kemana aja, lama ga kelihatan, kangen deh.

Bahasa itu memang bisa hilang kalau tidak dipakai. Beberapa kosa kata bahasa Thai untuk kegiatan menjahit juga dulu saya banyak tahu waktu masih rajin belajar dengan guru Thai. Belakangan ini setelah 10 tahun berhenti menjahit, saya harus mengingat lagi istilah-istilah menjahit dalam bahasa Thai. Tapi biasanya, kalau kita sudah pernah tahu, kita lebih cepat untuk mengingatnya dan terutama bisa mengerti ketika mendengarnya.

Sepertinya sudah waktunya untuk mulai membuka-buka buku bilingual Thai – Inggris atau menonton film Thai juga. Waktunya untuk mengingat kembali berbagai kosa kata Thai yang pernah dipelajari supaya tidak jadi hilang semuanya.

Konsonan Ganda dalam bahasa Thai (4)

Tulisan ini merupakan bagian terakhir tentang pembahasan konsonan ganda dalam bahasa Thai. Untuk mengingat kembali, saya akan tuliskan resume dari 3 bagian pertama.

  1. aksonnaam อักษรนำ dimana aturan membaca silabel konsonan ke-2 tergantung dari jenis konsonan pertamanya (leading konsonan). Lebih lengkapnya baca lagi di bagian 1.
  2. อ นำ ย (o nam yo) dan หอนำ (honam). Walaupun ada 2 konsonan, kata yang dihasilkan hanya memiliki 1 silabel. Tanda baca yang ada di atas konsonan ke-2 mengikuti aturan baca dari kelas konsonan pertama. Lengkapnya baca di bagian 2.
  3. กษรควบแท้ atau akson khuap thee dan อักษรควบไม่แท้ atau akson khuap mai thee. Di bagian ini hanya ada 1 silabel yang dihasilkan oleh konsonan ganda. Lengkapnya baca di bagian 3.

Nah di bagian terakhir ini, saya hanya menambahkan beberapa contoh lain. Salah satu kesulitan dalam membaca tulisan Thai, setelah mengingat sekian banyak bentuk, harus ingat juga aturan membacanya. Kalau dalam bahasa Indonesia konsonan ganda itu biasanya akan dibunyikan bersama-sama, tapi dalam bahasa Thai tidak begitu.

Jadi jangan heran kalau membaca tulisan Thai yang tidak ada spasi dan konsonan semua beruntun ya hehehe. Menurut teman-teman yang asli Thai, setelah sering berlatih kita akan hapal dengan ejaan dari kata-kata tersebut.

Konsonan Ganda sebagai Silabel Lengkap

Masih ingat dengan vokal yang berubah bentuk? Vokal o pendek (โ-ะ) yang tidak dituliskan juga menyebabkan kita harus membaca 2 konsonan yang berurutan dengan menyisipkan bunyi o diantaranya. Konsonan pertama menjadi konsonan awal dan konsonan kedua menjadi konsonan akhir dan bunyi o pendek diantara konsonan awal dan akhir. Konsonan ganda ini tidak termasuk cluster, tapi saya tuliskan di sini karena yang terlihat oleh pembaca 2 huruf konsonan.

Berikut ini contohnya:

กบkop (nada rendah)
รสrot (nada tinggi)
ผลphon (nada naik)
ส่งsong (nada rendah)

Konsonan ganda di mana ada huruf o yang tidak dituliskan ini ada banyak sekali contoh lainnya, dan kadangkala bukan berupa 1 kata lengkap tapi menjadi bagian silabel dari kata lain.

Konsonan ganda รร yang bukan berbunyi r

Beberapa kata serapan dari sanskrit biasanya akan memiliki konsonan ganda รร yang dikenal dengan sebutan รอ หัน (ro han).

Kalau bukan bunyi r jadi bunyinya apa dong? bisa jadi bunyinya ‘an’ kalau di akhir silabel, atau ‘a’ pendek kalau ditengah-tengah 2 konsonan. Loh kok jadi jauh banget ya? Ya ini namanya kasus khusus.

Ada banyak kasus khusus dalam bahasa Thai terutama untuk penggunaan huruf ร ini, dan satu-satunya cara untuk ingat ya dihapalkan.

Untuk lebih lengkapnya saya akan tuliskan lain kali hehe. Sekarang ini saya akan memberi beberapa contoh kata dan membacanya saja ya.

Setelah belajar mengenai berbagai bentuk konsonan ganda dalam tulisan Thai, jangan heran kalau menemukan teks dengan beberapa huruf konsonan beruntun tanpa vokal sama sekali. Karena walau tidak tuliskan, di sana sini bisa jadi ada huruf vokal yang kita ketahui setelah belajar bagian konsonan ganda ini. Selain itu, kadang-kadang ada juga konsonan yang walau dituliskan tapi tidak perlu di baca. Kapan-kapan saya lanjutkan mengenai huruf yang tidak di baca dan juga mengenai kasus khusus lainnya dalam bahasa Thai.