“The Wonderful Wizard of Oz”, Belajar dari Tin Woodman

Buku “The Wonderful Wizard of Oz” merupakan salah satu buku klasik yang terbit tahun 1900 karya L. Frank Baum. Saya sudah sering mendengar judulnya, tapi saya belum pernah benar-benar tahu apa sih cerita dari buku ini. Waktu melihat buku ini ada di Audible Stories, saya memutuskan untuk mendengarkannya sambil membacanya. Setelah menyelesaikan mendengarkannya saya jadi memahami kenapa buku ini sangat populer dan menjadi salah satu buku yang perlu dibaca oleh anak-anak. Ada banyak yang bisa dipelajari dari tokoh-tokohnya, tulisan hari ini saya ingin menceritakan tentang Tin Woodman yang memilih ingin memiliki hati daripada otak.

Sampul buku The Wonderful Wizard of Oz (Sumber: Wikipedia)

Awalnya saya hanya mendengarkan saja bukunya di Audible Stories, tapi ketika ada bagian yang menarik dan ingin saya kutip, saya jadi ingat kalau buku ini sudah gratis dan bisa dicari di Project Gutenberg karena sudah masuk dalam domain publik. Ada berbagai format digital yang tersedia untuk buku ini di Project Gutenberg, dan saya memilih untuk mendownload versi Kindle-nya.

Buku ini merupakan novel fantasi untuk anak-anak yang oleh Audible Stories dikategorikan untuk anak level elementary (sekolah dasar). Dari segi cerita ada beberapa hal yang menurut saya anak-anak perlu didampingi untuk membacanya. Selain ceritanya mengandung cerita sihir, ada beberapa bagian di mana ada cerita kekerasan. Tapi adapun kekerasan yang terjadi merupakan bagian dari petualangan tokohnya mendapatkan apa yang mereka harapkan.

Land of Oz By L. Frank Baum (illustrated by John R. Neill) – Tik-Tok of Oz, first published in the United States in 1914., Public Domain, Link

Ringkasan ceritanya bisa dibaca sendiri di Wikipedia, singkatnya buku ini bercerita tentang seorang gadis kecil dari Kansas bernama Dorothy dan anjing nya Toto, yang terbawa oleh topan dan mendarat di negeri Munchkin, tanah Oz. Dalam usahanya untuk kembali ke Kansas, dia bertemu dengan tiga tokoh lainnya yang akan menjadi temannya selama dia mengembara di tanah Oz.

Lanjutkan membaca ““The Wonderful Wizard of Oz”, Belajar dari Tin Woodman”

Mengenal Buku Digital (2)

Tulisan hari ini sambungan dari tulisan sebelumnya. Kalau kemarin kita sudah mengetahui ada beda format statis dan format dinamis dari e-book, hari ini saya akan menuliskan tentang bagaimana memperoleh e-book format dinamis.

Sekedar mengulang sedikit, e-book dengan format statis biasanya dalam bentuk pdf. Buku yang didistribusikan oleh iPusnas dan Gramedia Digital umumnya berupa berkas pdf. E-book yang berbentuk pdf ini biasanya tidak nyaman di baca di gawai yang kecil, akan lebih nyaman membacanya di komputer atau di tablet 10 inci.

Lanjutkan membaca “Mengenal Buku Digital (2)”

Mengenal Buku Digital

Apa itu Buku Digital

Buku digital atau lebih dikenal dengan sebutan e-book, merupakan buku dalam bentuk digital/berkas dan tidak dicetak di atas kertas seperti buku biasa. Ada berbagai format e-book dan berbagai cara untuk membaca buku digital. Dalam tulisan ini saya akan coba tuliskan perbedaan dari beberapa format e-book.

E-book merupakan singkatan dari electronic book dengan kata lain, buku dalam format elektronik atau disebut juga sebagai buku digital. Sesuai dengan namanya, buku digital ini tidak dicetak di atas kertas.

Kalau kita mendengar kata e-book, apa yang pertama terbayang? Buku gratis? Buku yang tulisannya kecil dan kurang nyaman dibaca di layar HP 5 inci? Buku yang harus dibaca di komputer atau tablet? Atau buku yang bisa dibaca di mana saja tanpa harus merasa berat membawanya karena semua bisa dibawa di telepon genggam kita.

Saya pernah membaca tulisan yang menyebutkan kalau e-book itu sebagai buku digital gratis. Padahal tidak semua e-book itu gratis. E-book merupakan salah satu bentuk lain untuk penulis mendistribusikan buku karyanya sehingga bisa menjangkau lebih banyak orang. Jadi e-book tidak selalu gratis, kita bisa membelinya dari melalui toko buku digital, yang terkenal saat ini adalah Google Play Books dan Amazon Kindle Store.

Sebelum didistribusikan, untuk mencegah pembajakan buku, berkas e-book biasanya diberi tambahan DRM (Digital Rights Management). Saya tidak akan membahas masalah bajak membajak buku di sini, saya asumsikan semua orang sudah punya kesadaran untuk tidak lagi membeli/mencari buku bajakan dan mau membayar buku untuk memberi apa yang menjadi hak penulis.

Kelebihan dan Kekurangan E-book

Karena bentuknya berupa berkas yang bisa diunduh, penulis bisa memangkas biaya produksi cetak di kertas dan ongkos pengiriman sehingga biasanya e-book bisa dijual dengan harga lebih murah. Akan tetapi, karena e-book rentan terhadap pembajakan, banyak penulis yang tidak mau menjual bukunya melalui jalur ini. Untuk jenis buku yang memiliki banyak skema dan gambar yang terkadang membutuhkan dua halaman, bentuk e-book ini tidak terlalu jadi pilihan dan tetap lebih nyaman dibaca di buku biasa.

Untuk orang yang gemar membaca tapi memiliki keterbatasan penyimpanan buku di rumah, membaca buku dalam bentuk digital tentu tidak membuat kegiatan membaca berkurang kenikmatan. Mereka tidak perlu juga memikirkan di mana buku yang terakhir saya beli, karena semua bisa disimpan di gawai yang selalu mereka bawa setiap hari. Buku yang berupa novel, atau buku yang tidak memberikan gambar diagram yang banyak biasanya tidak akan membuat terasa perbedaannya ketika dibaca di atas kertas ataupun di layar.

Sebagian orang masih mengeluhkan ketika membaca e-book di gawai, matanya cepat lelah atau terlalu banyak distraksi dari notifikasi lain yang masuk terutama kalau membacanya di telepon genggam. Untuk orang yang memang sangat suka membaca, ada pilihan untuk membeli gawai khusus untuk membaca e-book, sehingga tidak perlu terganggu dengan notifikasi lain. Dalam satu e-reader, kita bisa mengunduh banyak sekali e-book ke dalamnya.

Beberapa orang masih lebih suka dengan buku fisik, karena ada aroma bukunya. Ada juga teman saya yang bilang, lebih puas mencoret/memberi warna di buku fisik daripada menambahkan catatan atau memberi highlight di e-book.

Perbedaan format e-book

Kita bisa mengelompokkan format e-book menjadi dua jenis yaitu format statis dan format dinamis. Format statis yang saya maksudkan di sini formatnya sudah tidak bisa diubah lagi, sedangkan format dinamis tentunya masih bisa diubah berbagai pengaturan teks untuk kemudahan membacanya.

Format statis

Format yang paling umum dikenal dan bisa dibaca di berbagai gawai adalah format PDF (Portable Document Format). Format ini merupakan format yang dikembangkan oleh Adobe untuk menyimpan dokumen yang siap untuk dicetak. Dalam format PDF ini, semua gambar dan tulisan di dalamnya mulai dari ukuran huruf, aturan spasi dan tata letak teks dan gambar yang ada didalamnya sudah diatur. Ketika dokumen berformat PDF ditampilkan di gawai manapun akan selalu terlihat sama, termasuk ketika kita cetak ke kertas.

Membuat dokumen kita menjadi dokumen berformat .pdf ini sangat mudah. Kita selalu bisa membuat pilihan mencetak ke bentuk pdf. Proteksi dari file pdf ini bisa dilakukan dalam bentuk memberi password sebelum membuka file pdfnya. Kita bisa membuka format pdf ini dengan menginstal aplikasi pdf reader di telepon genggam ataupun komputer kita.

Format dinamis

Format dinamis yang paling banyak dipakai saat ini adalah berkas berakhiran .mobi dan .epub. Kedua format ini memiliki kesamaan buku yang kita baca bisa diubah ukuran dan jenis hurufnya maupun pengaturan spasinya. Bayangkan saja format buku ini sebenarnya berupa hormat HTML (Hypertext Markup Language) yang isinya hanya file teks yang dikecilkan dengan teknik kompresi yang disepakati, lalu nama berkasnya diberikan akhiran .mobi atau .epub.

Format .mobi pertama sekali dikembangkan sejak jaman mobipocket lalu dibeli oleh Amazon dan ditambahkan DRM untuk mendistribusikan buku di Kindle Store. Format .epub merupakan format yang lebih umum dipakai saat ini untuk e-book. Kata epub sendiri diambil dari singkatan electronic publication. Untuk membuka file bertipe .epub kita membutuhkan aplikasi epub reader.

Format dinamis ini lebih nyaman untuk dibaca karena kita selalu bisa mengatur ukuran hurufnya lebih besar. Saya pribadi lebih suka membaca e-book yang formatnya dinamis daripada format statis.

Layanan untuk mendapatkan buku (membeli atau meminjam)

Ada berbagai tempat untuk mendapatkan e-book. Ada yang menampilkan buku dalam format .pdf, ada juga yang menampilkan dalam format .mobi dan .epub. Saat ini untuk buku-buku yang saya sering pinjam dari ipusnas ataupun gramedia digital semua bukunya berupa pdf. Untuk membacanya dengan nyaman, saya membutuhkan tablet 10 inci atau di komputer. Membaca format pdf di telepon genggam yang hanya berukuran 5 inci sangat menyiksa mata.

Pilihan lain adalah membeli buku dari kindle store atau google playbook. Untuk 2 tempat ini, akan saya ceritakan di tulisan terpisah.

Baca Buku: Susahnya jadi Ibu

Masih ada yang belum tau ipusnas? Ipusnas itu aplikasi dari perpustakaan nasional di mana kita bisa meminjam buku digital. Saya pernah menuliskan reviewnya di sini. Sejak mengenal aplikasi ini, sudah banyak buku berbahasa Indonesia yang saya pinjam dan berhasil selesaikan termasuk buku untuk anak-anak.

Di masa di rumah saja, aplikasi seperti ipusnas (selain Kindle dan Gramedia Digital), sangat bermanfaat sekali untuk mengalihkan perhatian dari berita-berita soal pandemi. Ada banyak buku dari berbagai kategori bisa kita baca.

Kemarin, setelah sesi Rabu buku KLIP via Zoom, saya iseng mencoba mencari Buku Grace Melia di ipusnas, tapi malah nemu bukunya yang lain yang dia tulis berdua dengan temannya Annisa Steviani. Awalnya dari melihat judulnya saya pengen tahu apa sih susahnya jadi ibu, sama gak ya dengan apa yang saya pikirkan.

Cover buku Susahnya jadi Ibu (sumber: ipusnas)

Mungkin kalau saya bacanya sebelum mengalami jadi ibu dari 2 anak, saya akan berpikir: “ah masa sih gitu aja susah?”. Tapi karena saya sudah mengalami tahapan-tahapan yang diceritakan dalam buku ini, saya hanya senyum-senyum setuju waktu membacanya dan berharap buku ini dibaca oleh para calon ibu atau ibu muda untuk persiapan apa yang akan dihadapi di depan mata.

Lanjutkan membaca “Baca Buku: Susahnya jadi Ibu”

Rabu Buku KLIP: Ceritakan Buku yang Sedang Kamu Baca

Ada yang baru di komunitas Kelas Literasi Ibu Profesional (KLIP) untuk sesi Rabu Buku. Berawal dari adanya aturan di rumah saja, semakin banyak yang menginstal aplikasi Zoom untuk keperluan belajar ataupun bekerja dari rumah.

Sekitar 2 minggu lalu, terbitlah ide untuk berbagi cerita tentang buku yang sedang di baca minggu ini sambil bertemu muka melalui aplikasi Zoom. Komunitas ini memang sudah terbentuk sejak tahun lalu, tapi baru sekarang terpikir untuk berbagi buku sambil hitung-hitung bertemu muka.

Pertemuan pertama, yang bergabung jauh lebih banyak. Buku yang dibahas juga lebih banyak dan waktunya tentu saja agak lebih lama karena agak sulit menghentikan kami kalau sudah saling bercerita (ya iya, biasanya tulisannya juga rata-rata di atas 500 kata).

Pertemuan hari ini, lebih sedikit yang bisa hadir. Beberapa ada yang masih di perjalanan pulang, ada yang lagi ngurusin anak, ada yang masih sibuk di dapur untuk menyiapkan cemilan sore buat anak yang abis belajar.

Siap untuk berbagi cerita tentang buku yang dibaca (dokumentasi KLIP /mbak Shanty Dewi Arifin)
Lanjutkan membaca “Rabu Buku KLIP: Ceritakan Buku yang Sedang Kamu Baca”