Kdrama: “Pasta” dan “Oh My Ghostess”, Kisah Cinta di Restoran Italia

Hari ini waktunya menuliskan tentang drama Korea dengan tema yang serupa tapi tak sama untuk tantangan menulis bersama teman-teman drakor dan literasi. Sebenarnya saya sudah pernah menuliskan drama senada seperti “Her Private Life” dan “What’s Wrong With Secretary Kim”, dan juga drama “Hyde, Jekyll and Me” dan “Kill Me Heal Me”. Hari ini waktunya menuliskan drama yang lain lagi.

Setelah membongkar-bongkar ingatan, mencari drama mana lagi yang sudah ditonton tapi belum dituliskan, saya jadi teringat dengan drama “Pasta (2010)” dan “Oh My Ghostess (2015)”. Dua drama bergenre komedi romantis yang ringan tapi manis dan menghibur hati dan bikin pengen makan Spaghetti.

Lanjutkan membaca “Kdrama: “Pasta” dan “Oh My Ghostess”, Kisah Cinta di Restoran Italia”

Kdrama: “The Greatest Love”, Bersakit-sakit Dahulu, Bersenang-senang Kemudian

Drama “The Greatest Love” ini merupakan drama terbaik di tahun 2011. Saya baru menontonnya di tahun 2020 karena tentu saja tahun 2011 saya belum menjadi penonton Kdrama.

Poster “The Greatest Love” dari Wikipedia

Selesai menonton drama ini, saya pikir bisa sekalian nih mereview drama dan menghubungkannya dengan topik tulisan kokoriyaan 26 bersama teman-teman di grup drakor dan literasi tentang artis multitalenta atau serba bisa.

Ceritanya

Drama ini berkisah tentang seorang wanita Gu Ae-jung (diperankan oleh Gong Hyo-jin) yang pernah menjadi idol dan merupakan anggota paling tenar dari girl band yang dia ikuti. Tapi karena satu dan lain hal, grup mereka bubar dan karena dia yang meminta grupnya bubar, maka pemirsa jadi membenci dia. Biasa banget ya, dari yang dicintai dan paling populer jadi yang paling dihujat oleh pemirsa.

Lanjutkan membaca “Kdrama: “The Greatest Love”, Bersakit-sakit Dahulu, Bersenang-senang Kemudian”

Zoom Drakor dan Literasi (3)

Akhir bulan, waktunya untuk bertemu dengan teman-teman grup drakor dan literasi. Harapannya sih bertemu beneran, sambil ngopi atau ngeteh bareng. Tapi karena jarak geografis di antara kami yang tersebar di berbagai kota, sementara ini harus mencukupkan diri bertemu virtual via aplikasi Zoom meeting.

Bulan Agustus, grup kami sudah sampai ke topik 25 dari 30 topik yang pertama kali dijadwalkan. Bulan September masih akan ada 5 topik terakhir. Ternyata, setelah di bulan Juni dan Juli kami menulis 10 topik per bulan, penurunan jumlah topik di bulan Agustus membuat ada rasa kehilangan. Tapi, kalau dipaksakan menuliskan 10 topik, sudah pasti kami akan keteteran juga.

Lanjutkan membaca “Zoom Drakor dan Literasi (3)”

Antara K-pop dan K-drama

Hari Sabtu, harinya menuliskan tentang kokoriyaan. Tidak terasa, sudah menuliskan 25 topik tentang kokoriyaan bersama teman-teman di grup drakor dan literasi. Walaupun tulisannya berkurang dari 10 topik per bulan menjadi 5 topik per bulan, obrolan di WAG sih jalan terus setiap harinya.

Dari sekian banyak anggota yang bergabung, sebagian besar terpapar K-pop dan K-drama secara bersamaan. Pakai kata terpapar sudah seperti penyakit saja ya, hehehe. Maksudnya, mereka memang sudah lama berkecimpung dengan hallyu wave dan mengenal hampir semua nama aktor dan juga artis K-pop.

Lanjutkan membaca “Antara K-pop dan K-drama”

K-pop, Musiknya atau Visual yang Bikin Menarik?

Sebelum menjadi penggemar kdrama, saya tidak pernah tau apa itu K-pop. Sampai sekarang juga saya bukan penggemar K-pop. Tapi tanpa disadari, setelah sering ngobrol dengan teman-teman yang punya band idol favorit, saya ternyata sering mendengar musik K-pop dan cukup bisa menikmatinya juga.

K-pop menurut wikipedia

Kalau dulu, saya pikir, aneh banget sih beberapa orang nyanyi dan nari-nari gitu. Boyband, girl band dari dulu sudah ada, tapi kali ini anggotanya lebih banyak dari Backstreet Boys ataupun New Kids on The Block. Saya tidak bisa mengikuti lagunya karena saya tidak mengerti mereka bilang apa. Tapi ternyata, belakangan saya tahu kalau K-pop itu bisa dinikmati tanpa lirik dan tanpa visual tari-tariannya!

Lanjutkan membaca “K-pop, Musiknya atau Visual yang Bikin Menarik?”

Mereka Membuat Drama Korea Tambah Berkesan

Biasanya, ketika memilih drama untuk ditonton, saya memang melihat pemeran utama dan mengira-ngira jalan cerita dari judulnya. Kalau agak rajin, membaca resume cerita dan melihat trailernya. Tapi sebenarnya yang membuat drama cukup berkesan itu bukan hanya pemeran utama. Pemeran pendukung yang biasa jadi orang-orang di sekitar pemeran utama juga menentukan sebuah drama bisa semakin menarik atau tidak.

Tulisan kali ini, khusus membahas para pemain pendukung yang masuk kategori ahjumma dan ahjussi. Singkatnya sih mereka masuk golongan paruh baya dan bukan pemeran utama, walaupun mungkin umurnya tidak jauh berbeda dengan tokoh utama. Dari sekian banyak yang berkesan, saya hanya akan menuliskan 2 tokoh ahjumma yang menurut saya aktingnya selalu keren.

Walau sudah sering melihat aksi mereka, saya baru mencari tahu namanya sebelum menulis tulisan ini. Nasib pemeran pendukung ya, namanya tidak diingat seperti halnya pemeran utama. Tapi melalui tulisan ini, saya ingin mengacungkan jempol untuk akting mereka yang membuat drama di mana mereka terlibat di dalamnya menjadi lebih berkesan buat saya.

Lanjutkan membaca “Mereka Membuat Drama Korea Tambah Berkesan”

Kdrama: It’s Okay to Not be Okay

Drama ini baru selesai tayang hari Minggu kemarin, tapi saya baru selesai nontonnya hari Senin. Awalnya drama ini hampir saya tinggalkan karena beberapa menit pertama terkesan menyeramkan. Cerita dimulai dengan sebuah dongeng ala Rapunzel, seorang anak wanita yang dikekang seorang penyihir yang merupakan ibunya dan dikurung di sebuah kastil dan dilarang mempunyai teman.

Poster di Netflix

Saya memang tidak mencari tahu detail dari drama ini sebelum menontonnya, tapi mengambil asumsi dari judulnya kalau ceritanya akan membahas seputar psikologi manusia. Apalagi judul lainnya adalah Psycho but It’s Okay.

Waktu melihat bagian awalnya ada cerita penyihir, saya pikir drama ini akan menjadi drama horor. Saya memang tidak suka cerita fantasi yang mengarah ke horor, tapi ketika ceritanya berlanjut dengan pembacaan buku dongeng, saya pun jadi terpikat dengan drama ini.

Ada beberapa daya tarik dari drama ini yang membuat saya meneruskan menontonnya sampai akhir. Kalau Anda termasuk yang tidak suka horor seperti saya, ceritanya bukan cerita horor kok jadi coba teruskan saja menontonnya. Saya akan berusaha menuliskannya tanpa memberikan spoiler.

Lanjutkan membaca “Kdrama: It’s Okay to Not be Okay”