Mengenal Registrar, Domain, DNS, dan web hosting

Banyak yang sudah berkecimpung di dunia IT, tapi masih sering bingung dengan masalah nama domain sampai hosting, di tulisan ini saya akan berusaha menjelaskan dengan sederhana. Hal yang membuat bingung adalah karena satu perusahaan kadang menyediakan semua layanan sekaligus.

Masalah satu perusahaan melakukan banyak hal yang sama ini bisa dianalogikan dengan tukang jahit. Jika saya ingin membuat baju di tukang jahit, saya akan menyerahkan saja semuanya, termasuk membeli bahan, mengukur dsb, bahkan andaikan ada jasa laundry setelah jahitannya selesai, akan saya minta lakukan sekalian. Padahal untuk yang mengerti kain, mereka bisa membeli kain sendiri. Sebagian orang punya polanya sendiri, sehingga tukang jahit tinggal memotong dan menjahitkannya. Sebagian mungkin datang cuma ingin minta tolong bagian tertentu karena tidak punya mesinnya di rumah.

Nama domain dan registrar

Kita membeli nama domain di sebuah registrar. Kita akan diminta mengisi data diri, dan apa nama domain yang kita mau. Setelah membeli, kita dapat nama domainnya, dan diberi isian: mau diisi dengan name server mana . Jadi tugas dan fungsi registrar hanya itu saja. Nanti akan saya jelaskan apa itu name server (atau lebih lengkapnya: name server pada DNS).

Kalau kita tidak mengisi name server mana yang akan dipakai, maka domain itu terdaftar tapi tidak bisa diakses. Biasanya karena registrar juga punya layanan lain, ini akan diisi secara default dengan name server milik perusahan tempat Anda membeli domain.

Jangan bingung kenapa ditanya dua name server, tujuannya adalah supaya ada cadangan kalau salah satu tidak bisa diakses.

Contoh isian di sebuah registrar

Nama domain ini bisa ditransfer ke registrar lain. Biasanya kita akan diminta mendapatkan key dari registrar lama, untuk dimasukkan ke registrar baru. Registrar yang baik tidak akan menghalangi proses ini, tapi yang nakal akan berusaha mempersulit proses pindah domain ke registrar lain.

Lanjutkan membaca “Mengenal Registrar, Domain, DNS, dan web hosting”

Pindah hosting ke dedicated server

Cerita akhir 2011 lalu: pindah hosting ke csoft.net, tapi kecewa jadi Februari 2012 kemudian pindah kembali ke prgmr.com. Sebenarnya selama hampir setahun terakhir ini, saya tidak menemui masalah apa-apa di server VPS saya (walaupun di server VPS yang lain kadang ada cerita-cerita horor).

Setelah berkutat cukup lama mengoptimasi server memakai kombinasi nginx, lighttpd, dan apache, akhirnya saya merasa capek juga. Saya butuh server yang lebih baik (lebih banyak RAM dan disk spacenya). Dari proyek di kantor, saya menemukan ada hosting murah di Jerman, namanya Hetzner. Dengan 42 Euro, kita bisa mendapatkan dedicated server Core i7 2600 Quad Core ,dengan RAM 16 GB, dan disk 2 x 3 TB. Catatan: sebenarnya harganya 49 Euro termasuk PPN 19%, tapi karena saya tinggal di luar uni Eropa, maka pajak itu tidak belaku.

Lompatan dari hosting 25.6 USD ke 55.4 USD sepertinya terlalu jauh, dan saya belum butuh server sepowerful itu, jadi saya memakai fitur server bidding alias lelang server bekas. Saya dapat:  AMD Athlon(tm) 64 X2 Dual Core Processor 5600+, Ram 4GB, dan disk 2 x 500 GB dengan biaya 26 EURO (dan karena tanpa pajak jadi 21.85 EURO alias 28.8 USD). Artinya dengan cuma naik: 3.2 USD, saya dapat server yang jauh lebih baik.

Saya cek dengan smartmontools, harddisknya sepertinya tidak ada masalah walaupun servernya agak tua. Tapi demi keamanan, saya membuat backup di lokal, dan juga di Amazon S3 (dengan rule untuk memindahkan file-file lama ke Amazon Glacier). O iya, kemarin saya sempat memilih server yang spesifikasinya 1/2 dari itu dengan harga 24 EURO, dan setelah dicoba-coba, saya kurang puas. Ternyata jika kita langsung menukar servernya, maka tidak dikenai biaya apa-apa.

Dengan server yang lebih powerful, saya bisa enak menggunakan apache untuk semua hosting saya. Konfigurasinya lebih mudah dan cepat. Setup untuk backup pun jadi lebih mudah. Saya juga bisa memanfaatkan mod_pagespeed untuk mengoptimasi web saya.

Tahun ini saya juga memindahkan hampir semua domain ke namecheap. Sebelumnya saya menggunakan registrar godaddy, dan gandi.net, tapi akhirnya saya memindahkan ke satu tempat agar lebih mudah mengaturnya. Namecheap saya pilih karena: murah, fiturnya lengkap (misalnya ada fitur Dynamic DNS) dan mudah dipakai (setting DNS sangat mudah, dan refreshnya sangat cepat, juga ada shortcut untuk memakai Google Apps for your domain).

Kecepatan server Jerman sangat bagus di Chiang Mai, tapi karena agak khawatir dengan kecepatan di bagian dunia yang lain, maka beberapa hari terakhir ini, saya mulai menggunakan cloudflare, (edisi gratis) untuk beberapa domain saya. Cloudflare ini adalah CDN yang sangat mudah dipakai. Cloudflare akan meng-cache objek-objek statik di web, dan mendistribusikannya ke server-server mereka di berbagai penjuru dunia. Sejauh ini saya tidak menemui adanya masalah, dan akses situs saya sepertinya tambah cepat (ini subjektif, belum saya ukur dengan tools, tapi setidaknya tidak menjadi lebih lambat).