Hari ini, 13 Maret 2021, ada 2 hari besar keagamaan jatuh pada hari yang sama. Umat Muslim merayakan Idulfitri, sedangkan umat Kristiani Memperingati Kenaikan Isa Al-Masih.
Saya bayangkan kalau kondisi sedang tidak pandemi, pastilah lalu lintas di Indonesia sangat ramai di pagi hari. Sebagian besar sibuk untuk pergi sholat Ied, sebagian lagi pergi ibadah ke gereja. Lalu, pulang ibadah, semua akan saling mengunjungi.
Satu hal yang cukup mengobati rindu kampung halaman selama masa pandemi dan tidak bisa pulang ke Indonesia adalah dengan adanya makanan Indonesia di Chiang mai. Lebih bersyukur lagi karena yang masak makanannya ya jadi teman juga dengan harga warung.
Ini hanya sebagian menu spesial, masih banyak menu lain yang bisa dipesan
Kalau teman saya itu tidak ada warungnya, ternyata sekarang ada lagi 1 orang lagi yang kami baru kenal di masa pandemi ini. Dia sudah hampir 3 tahun di Chiang Mai, pandemi membuat suaminya kehilangan pekerjaan dan salah satu alternatif yang terpikirkan adalah membuka warung makan.
Setelah bertahun-tahun tinggal di Chiang Mai, orang-orang Indonesia di Chiang Mai tetap merasa 17 Agustus itu spesial. Hari ini, walaupun bukan hari libur di Thailand, sebagian dari kami mengusahakan untuk merayakan kemerdekaan Republik Indonesia ke-75.
Bersyukur juga Thailand sudah bebas transmisi lokal dan cukup aman, jadi berani untuk berkumpul-kumpul begini. Setelah sekian lama di Thailand, untuk pertama kalinya berkumpul 17 Agustus-an di Chiang Mai lengkap dengan bendera merah putih.
Hari ini, untuk pertama kalinya saya terpikir untuk mencari tahu apa sih makna tumpengan itu sebenarnya. Di Indonesia, kegiatan tumpengan ini mungkin hal yang biasa setiap kali ada syukuran ya. Nah, bertahun-tahun merantau, baru belakangan ini bertemu teman yang jago masak makanan Indonesia dan bisa bikin nasi tumpeng lengkap begini. Ayo, siapa yang pernah mencari tau lebih banyak soal tumpeng dan kenapa bentuknya kerucut?
Sejak beberapa waktu lalu, Indonesia mulai melonggarkan Pembatasan Sosial Berskala besar (PSBB). Selain kegiatan bekerja kembali ke kantor, pusat perbelanjaan dan tempat-tempat wisata juga mulai dibuka.
Alasan pelonggaran ini beragam, mulai dari kurva yang katanya mulai melandai dan kita perlu mulai berdamai dengan pandemi Covid-19. Berbagai protokol mulai pemakaian masker, cuci tangan sampai ganti baju dan mandi setiap pulang ke rumah dihimbau untuk dilakukan untuk menjaga tertular dari infeksi.
Di banyak pasar yang merupakan tempat pertemuan banyak orang dilakukan rapid tes massal. Walaupun, di beberapa tempat pedagangnya kabur sebelum dites karena khawatir dengan keharusan isolasi ditempat yang kabarnya kurang layak. Hasilnya, dengan semakin banyak dilakukan tes, semakin banyak ditemukan pasien positif baru setiap harinya.
Sejak ditetapkan pelonggaran PSBB, banyak orang mulai merasa aman dengan mengikuti protokol yang dianjurkan. Tapi sebagian juga mulai lengah dan mengabaikan protokol. Padahal, protokol yang ada sekarang ini bukanlah obat ataupun anti virus. Semua protokol itu hanya langkah pencegahan.
Peluang untuk terkena infeksi Covid-19, jelas semakin besar dibandingkan ketika masa di rumah saja. Apalagi dengan semakin banyaknya orang di luar rumah dan semakin banyaknya yang tertular tanpa gejala, keluar rumah artinya sama dengan mengundang resiko tertular berbagai penyakit.