Kdrama Harus Berakhir Bahagia

Hari ini ngomongin Kdrama lagi, topik lanjutan dari nulis bareng teman-teman di grup drakor dan literasi. Hari ini mau menceritakan jenis Kdrama yang paling sering saya pilih sebelum menentukan apakah akan menonton sebuah drama atau tidak.

Seperti halnya film produksi manapun, sebenarnya semua jenis genre ada di drama Korea. Tapi, buat saya menonton Kdrama ini tergantung mood. Tapi biasanya butuh yang ceritanya menarik, menghibur, plotnya tidak bertele-tele dan jalan ceritanya juga tidak harus bikin kening berkerut memikirkan kenapa tiba-tiba ada scene tersebut.

Singkat kata saya biasanya mencari genre komedi romantis. Perkara apakah ada tambahan fantasi, aksi, ataupun cerita mistis di dalamnya selama ceritanya disajikan dengan alasan yang dibuat semasuk akal mungkin, ya masih oke-oke saja.

Kebanyakan orang mengira, penggemar drama Korea hanya mencari cerita romantisnya saya, lalu terbuai dengan halusinasi terhadap pemerannya. Wajah tampan bukan jaminan ceritanya menarik untuk dinikmati. Tidak semua genre komedi romantis juga menarik untuk ditonton. Cerita melodrama yang kira-kira berakhir tidak bahagia sudah pasti tidak akan masuk dalam daftar tontonan saya.

Ada begitu banyak Kdrama baru setiap bulannya. Tidak mungkin juga menonton semuanya. Biasanya sih selain tergantung mood saat memilih tontonan, selain lihat genre, lihat aktornya, plot ceritanya, dan menebak-nebak apakah akhirnya akan bahagia atau tidak.

Hidup ini sudah banyak masalah, nyari tontonan ya jangan yang nambah masalah. Kdrama itu harus berakhir bahagia. Walau kenyataannya, tidak semua Kdrama berakhir bahagia.

Lanjutkan membaca “Kdrama Harus Berakhir Bahagia”

Nonton Kdrama, Bayar atau Bajak?

Ngomongin nonton film atau serial TV, dari jaman dulu saya sudah tahu ada banyak cara para pemirsa untuk menyalurkan hobi menontonnya. Sejak jaman DVD sampai jaman internet film dan drama tersedia yang resmi maupun bajakan.

Ada yg memilih membeli DVD resmi tapi artinya harus menunggu lama sampai sebuah drama selesai tayang seluruh episode dalam 1 season di TV baru diproduksi DVD nya. Tapi ada juga yang memilih untuk menonton versi bajakannya walaupun kualitasnya kurang memuaskan.

Sekarang ini sudah bukan jaman DVD, teknologi para pembajak juga makin canggih. Tapi yang banyak tidak diketahui oleh pemirsa, kalau memang suka menonton, lebih baik cari versi berbayar daripada versi bajakan.

Beberapa alasan kenapa sebaiknya tidak mencari dari sumber ilegal (selain masalah etika dalam menghargai hasil karya orang lain):

  • Kualitas gambar tidak selalu bagus untuk dilihat.
  • Ada film yang tidak sinkron antara suara dan gambar, hal ini mengganggu kenyamanan menonton.
  • Subtitle film bajakan juga sering memberi makna yang salah atau tidak enak dibacanya.
  • Ada kemungkinan file bajakan yang didownload disusupi virus atau malware.
  • Menonton streaming dari website ilegal juga banyak jebakan iklan yang mengarah ke situs-situs porno.

Ada banyak cara menonton Kdrama yang legal. Bisa gratis atau membayar dengan jumlah yang sebenarnya tidak terlalu mahal dibandingkan mahalnya membayar kuota internet. Sebelum memutuskan mau menonton dari web streaming yang mana, pastikan Anda punya kuota internet yang lebih dari cukup.

Lanjutkan membaca “Nonton Kdrama, Bayar atau Bajak?”

Ngobrolin Kdrama: Mulanya Biasa Saja

Tulisan hari ini mau cerita kenapa sih nonton drakor, dan mulai kapan jadi drakorian alias suka nonton drama korea.

Jawaban singkatnya sih, mulanya biasa saja, drama Korea itu awalnya sama saja dengan semua film yang saya suka tonton. Saya dan Joe dari dulu memang suka menonton film dan serial TV, makanya kami memutuskan untuk berlangganan Netflix. Nah karena ada Netflix, mulailah saya melihat-lihat ada apa saja di sana. Tidak terpikir untuk menonton drama Korea, karena saya tahu kalau drama Korea itu bisa bikin ketagihan.

Lalu, tidak sengaja saya membaca berita kalau drama Taiwan “Meteor Garden”, akan dibuat remakenya. Teringat masa Meteor Garden(2001) yang juga ditayangkan di TV Indonesia. Waktu itu, saya dan teman-teman di kos menonton bareng setiap minggunya. Ah masa-masa itu, bikin kangen dengan teman-teman kos jadinya.

Serial Meteor Garden itu tidak ada di Netflix, tapi saya jadi ingat kalau cerita Meteor Garden ini ada versi Jepang dan Korea juga. Nah kebetulan sekali, di Netflix ada Boys Over Flowers (2009), versi Korea dari Meteor Garden.

Lanjutkan membaca “Ngobrolin Kdrama: Mulanya Biasa Saja”

Drama Korea dan Literasi

Di grup menulis yang saya ikuti, saya menemukan ada beberapa yang hobi menonton drama Korea seperti saya. Penonton drama korea di grup KLIP ini kalau sudah mulai ngobrol, sulit dihentikan. Akhirnya, daripada membuat WAG KLIP yang isinya sudah ramai menjadi terlalu ramai dengan obrolan yang hanya dimengerti oleh pemirsa drakor, akhirnya terciptalah WAG khusus penggemar drakor dan literasi.

Buat yang hobi nonton drama Korea (drakor), ngobrolin drama Korea memang tidak ada habisnya. Mulai ngomongin plot cerita, penghayatan aktor dan artisnya, tokoh-tokoh yang disuka atau nyebelin, iklan terselubung yang berhasil bikin pemirsa tergoda membeli, sampai kadang-kadang akhir cerita yang menyebalkan dan tidak sesuai harapan. Masih mending ya ngomongin drama Korea bukan ngomongin orang lain.

Lanjutkan membaca “Drama Korea dan Literasi”

Kdrama: Ternyata Pria Bisa Kena Kanker Payudara Juga

Udah lama ya ga nulis tentang kdrama, gara-garanya sedang tidak ingin menonton drama yang topiknya cerita perselingkuhan. Tadinya mau nonton drama ongoing “Hospital Playlist” yang baru beberapa episode di Netflix. Melihat pemainnya jadi teringat lagi dengan dramanya Jo Jong Suk yang sudah pernah ditonton beberapa waktu lalu tapi ternyata belum pernah saya tuliskan.

Poster Don’t Dare to Dream (Sumber: Wikipedia)

Drama “Don’t Dare to Dream” (DDTD) atau dikenal dengan judul lainnya, “Jealousy Incarnate” (JI) ini cukup berkesan buat saya karena temanya berbeda dengan kdrama lainnya. Dari menonton drama ini saya baru tahu kalau pria juga bisa kena kanker payudara. Drama ini juga bukan kisah cinta di mana tokohnya kenal sejak mereka kecil ataupun remaja, jadi cukup berbeda dengan drama korea pada umumnya.

Drama tahun 2016 dengan jumlah 24 episode ini bergenre komedi romantis. Kisahnya banyak mengambil tempat di sebuah sebuah stasiun siaran SBC, tempat di mana tokoh utama dari drama ini bekerja.

Lanjutkan membaca “Kdrama: Ternyata Pria Bisa Kena Kanker Payudara Juga”

Ngomongin Kdrama: When the Weather is Fine dan One Spring Night

When the Weather is Fine (WWF) dan One Spring Night (OSN) ini punya beberapa kesamaan. Keduanya bergenre drama romantis dan judulnya sama-sama terkait dengan musim. Kalau WWF mengisahkan musim dingin dan menunggu cuaca yang lebih baik, OSN mengisahkan musim semi yang biasanya dalam cerita banyak kisah cinta bersemi di musim itu. Kesamaan lainnya juga salah satu tokohnya bekerja yang berkaitan dengan buku.

Dari sejak awal, saya sudah ragu mengikuti WWF berdasarkan pengalaman nonton OSN. Memang jalan ceritanya tidak sama, tapi entah kenapa akhirnya buat saya tetap sama: saya berhenti di episode 8. Berhenti ketika tokoh utamanya akhirnya in relationship setelah 7 episode mereka tarik ulur dengan perasaan masing-masing walaupun dari awal terlihat sama-sama saling tertarik.

Jarang-jarang saya meninggalkan tontonan di tengah jalan, bahkan drama Melt Me Softly yang saya akui eksekusinya jelek, masih membuat saya penasaran dan pengen tahu kelanjutan dari kisah dramanya dan saya tonton sampai episode terakhir. Terus kenapa saya meninggalkan 2 drama terkait cuaca dan musim ini? Saya sampai berpikir: kalau ada drama lain yang berjudul seputar cuaca, jangan-jangan bakal sebelas dua belas nih. Sebelum menjawab kenapanya, saya tuliskan dulu resensi ceritanya (yang akan penuh spoiler).

Lanjutkan membaca “Ngomongin Kdrama: When the Weather is Fine dan One Spring Night”

Ngobrolin Kdrama: Itaewon Class

Siapa yang sudah nonton drama Itaewon Class ini? Kalau belum, tontonlah. Ada banyak yang bisa dijadikan quote dari drama itu. Seperti halnya semua drama, akan ada saja hal-hal yang kurang pas dengan prinsip kita, tapi daripada putar ulang CLOY melulu, lebih baik kita nonton drama baru.

Saya menonton ini tanpa ekspektasi apapun. Belum pernah baca sama sekali ataupun melihat video teasernya. Saya mulai mengikuti setelah dramanya ada 6 episode. Kalau lihat posternya di Netflix, saya sebenernya mikir: ah ini cerita anak muda pada hangout malam-malam di daerah klub malam ngapain sih, gak bagus nih pasti ceritanya. Iya, kadang-kadang saya cuma lihat sekilas terus bikin kesimpulan sendiri. Tapi karena waktu itu namanya lagi iseng, saya tonton deh episode 1 nya. Dan…loh kok ternyata alur ceritanya menarik ya. Genrenya bukan romcom pastinya, lebih ke cerita kehidupan tapi bukan melodrama – ah bener-bener males nyari info banget sih.

Tulisan kali ini mungkin akan banyak semi spoiler. Semua foto berisi quote yang ada saya ambil dari internet (dengan kredit tentunya), jadi ada kemungkinan bisa menebak sendiri. Tapi yang pasti, walaupun endingnya ketebak, jalan ceritanya tetap menarik untuk diikuti.

Drama ini ada beberapa bagian berisi adegan kekerasan dan terasa emosional tapi juga ada prinsip yang diajarkan seorang ayah ke anaknya. Anak yang melakukan prinsip yang diajarkan ayahnya, dan Ayah yang bangga dengan prinsip anak walaupun sebenarnya ada jalan yang lebih mudah untuk keluar dari situasi yang dihadapi.

Ceritanya dimulai ketika Park Sae Roi (PSR) pindah sekolah dari kota besar ke kota kecil. Di hari pertama dia masuk sekolah, dia melihat ada anak lagi dibully. Dia bantuin tuh yang dibully dan malah jadi berantem sama pembully. Naaah, ternyata si pembully ini anak orang kaya dan punya kekuasaan, makanya dia biasa bebas membully siapapun. Guru-guru dan teman sekelasnya tidak ada yang berani sama dia, kecuali PSR si murid baru.

Begini mulanya: Prinsip yang membuat ayahnya pun harus berhenti bekerja (sumber: @drama_johaa)
Lanjutkan membaca “Ngobrolin Kdrama: Itaewon Class”