Mimisan itu Genetik Ya?

Hari ini, untuk pertama kalinya, Joshua mimisan. Saya tulis di sini, supaya jadi catatan di kemudian hari. Tadi itu mimisannya hanya sebentar dan cepat berhenti, walaupun dianya sangat sulit disuruh untuk tenang dan jangan lompat-lompatan atau gerak-gerak terus.

Kembali ke judul. Joe pernah beberapa kali mimisan. Sejak jaman pacaran, saya sudah pernah liat dia mimisan. Menurut Joe, dia mimisan sejak masih SD dan dulunya agak sering. Joe sudah pernah di periksa ke dokter, tapi kata dokter itu karena pembuluh darah di hidungnya agak tipis. Sejauh ini, mimisannya Joe itu bisa dijelaskan penyebabnya, tapi ya pernah juga agak lama berhentinya, atau dalam sehari setelah berhenti tau-tau kejadian lagi.

Beberapa penyebab Joe mimisan itu diawali dengan kecapean atau kepanasan. Jadi kalau dia lagi banyak kerjaan suka lupa minum air. Terus daya tahan tubuhnya menurun. Biasanya dia jadi gampang pilek. Nah waktu pilek kan sering buang ingus tuh. Setelah beberapa saat, terjadilah mimisan itu. Atau kalau lagi demam tinggi, pernah juga tuh jadi mimisan. Yang paling mengkhawatirkan itu pernah waktu lagi sakit demam berdarah, dia agak pilek juga, dan malah jadi mimisan. Aduhai jadi bingung kan ini mimisan level yang mana, level demam berdarah atau level pilek.

Penyebab lainnya juga biasanya kalau abis kena panas-panasan lama di bawah matahari dan kurang minum atau dalam keadaan kurang fit. Mimisan ini jadi seperti penanda kalau badannya butuh istirahat dan kurang minum.

Karena sudah agak pengalaman mimisan, Joe jadi tahu dan lebih tenang menghadapi mimisan. Untuk menghentikan mimisan kita bisa memencet bagian hidung yang agak di bawah mata, duduk agak menunduk dan jangan berbaring ataupun menengadah karena bisa jadi darah masuk ke saluran pernapasan/paru-paru. Darah yang sudah keluar ya dibersihkan dengan tissue di ujung hidung. Jangan malahan dikorek-korek. Kalau terasa ada darah masuk ke tenggorokan, ya nanti bisa berkumur.

Kalau udara lagi panas, kering dan dingin, harus banyak minum. Musim kering begini, biasanya banyak debu juga, terus hidung jadi banyak kotorannya, nah membersihkan kotoran hidung juga gak boleh terlalu keras, tapi lebih baik dicuci pakai air, atau pakai saline water. Yang pasti, hidungnya jangan sampai terluka kena kotoran hidung yang kering atau karena kena kuku kita hehehe.

Nah itu kan cerita bapaknya. Sekarang cerita bagian anak-anak. Waktu Jonathan sekitar umur 2,5 atau 3 tahun, di suatu saat menjelang subuh, dia bangun dan nangis-nangis. Waktu kami datangi ke kamarnya, loh kok ada banyak darah di bajunya dan bantal. Awalnya saya sempat panik, apalagi masih dalam keadaan baru bangun. Jonathan yang juga masih mengantuk malah susah disuruh biar berhenti menangis. Semakin dia nangis dan bergerak, semakin susah menghentikan darahnya.

Waktu itu, rumah kami lokasinya sangat dekat dengan salah satu rumah sakit di Chiang Mai. Karena Jonathan masih kecil dan kami tidak tahu sudah berapa lama mimisannya sebelum kami bangun, kami kuatir ada penyebab lain. Matahari belum terbit, kami jalan menggendongnya ke Emergency Room. Untungnya, kata dokter, karena mimisannya sudah berhenti, ya tidak ada yang serius. Cuma harus diperhatikan supaya dia tidak mengorek hidungnya dan menyebabkan luka yang baru kering jadi berdarah lagi.

Setelah kejadian pertama itu, Jonathan pernah mimisan lagi di saat demam batuk pilek. Pernah juga sekali pulang main-main di bawah panas matahari. Persis bapaknya ya penyebabnya. Tapi karena dia sudah agak besar dan bisa dibilangin, kami sudah gak panik lagi dan bisa suruh dia duduk diam sambil menunggu darah mimisannya berhenti. Setelah itu disuruh kumur-kumur supaya kalau ada rasa darah di tenggorokan bisa sekalian dibersihkan. Dan tentunya setelahnya dipastikan untuk memberi asupan cairan dan memperhatikan biar dia tidak menggosok-gosok atau mengorek hidungnya.

Joshua sekarang ini 4,5 tahun. Saya pikir, Joshua bakal aman dan tidak mengalami kejadian mimisan. Ternyata, tadi sore tiba-tiba dia mimisan. Dia tidak sedang demam ataupun pilek. Tapi belakangan ini, udara di Chiang Mai memang sedang panas, kering dan banyak debu. Joshua juga kadang-kadang mengorek hidungnya karena tidak nyaman dengan kotoran hidung. Sudah sering sih saya ajarin untuk mencuci hidung dengan air, tapi ya namanya anak-anak, belum terlalu mengerti walau emaknya ngomong berkali-kali.

Waktu Joshua mimisan tadi, kami bisa cukup tenang (walaupun saya tetap aja ada perasaan khawatir terulang lagi). Kami bawa Joshua ke kamar mandi untuk dibersihkan hidungnya, dan berkumur-kumur. Tapi, tantangan berikutnya adalah membuat Joshua tenang dan gak lompat-lompatan. Kami ajak baca buku, tapi ya tetap aja ga mudah membuat Joshua duduk manis baca buku. Untungnya tadi, darahnya termasuk cepat berhenti tanpa kami harus pencet hidung ataupun suruh dia duduk menunduk sekian lama. Sekarang sih dia sudah tidur. Selanjutnya harus lebih diperhatikan apakah minumnya cukup atau tidak terutama kalau abis main panas-panasan. Selain itu ya kalau dia mulai korek-korek hidung, harus dibawa mencuci hidungnya sebelum hidungnya jadi terluka dan berdarah.

Kalau saya, sejauh yang saya ingat, saya itu tidak pernah mimisan. Jadi kalau mimisan itu genetik, udah jelas asalnya dari Joe. Mungkin bukan mimisannya yang genetik ya, tapi pembuluh darah di hidung yang agak tipis itu sama kayak Joe hehehe.

Tapi saya jadi baca-baca lagi mengenai nosebleed atau mimisan. Mimisan itu umum terjadi untuk anak usia 2 – 10 tahun. Umumnya kalau mimisan bisa berhenti tidak lebih dari 20 menit, berarti ini penyebabnya tidak serius, cuma pembuluh darah di hidung nya mungkin terluka. Tapi, mimisan juga bisa menjadi indikasi penyakit yang serius. Nah karena saya gak mau nakut-nakutin diri sendiri, saya cukupkan tulisan sampai di sini.

Mudah-mudahan mimisannya Joe, Jona dan Joshua tidak terulang lagi dengan cara menjaga kesehatan, cukupkan asupan cairan dan tidak main panas-panasan berlama-lama. Untungnya kejadian mimisannya bukan pas liburan kemarin (atau mungkin ini efek kecapean dan kepanasan pas liburan kemarin).

Triple J : Joe, Jona dan Joshua

Ada yang ingin berbagi penyebab dan cara mengatasi mimisan yang pernah dialami, dan apakah ada anggota di keluarganya yang juga mengalami hal yang sama?

Game Console: Wii

Saya sebenarnya jarang main game, Joe lebih banyak main game walaupun bukan pemain game hardcore. Dari dulu, dia senang aja main game di berbagai game console. Salah satu game console yang masih dimainkan sampai sekarang itu Wii dari Nintendo. Kami membeli Wii sekitar tahun 2008 karena ada game Wii Sports, di mana kita bisa bermain dan bergerak dan bukan hanya duduk saja seperti main game lainnya. Dulu awalnya suka main game Wii Sports, ceritanya buat pengganti bayar keanggotaan di gym, mending beli Wii saja. Belakangan, setelah ada anak-anak, mulai suka main game Mario Carts, Big Brain Academy, Cooking Mama dan Just Dance.

Dalam kurun waktu 12 tahun, Wii yang kami beli itu tidak terus menerus dimainkan. Ada masa di mana kami lupa kalau kami punya Wii. Tapi game console ini sudah banyak dimainkan ketika mulai bosan dengan mainan yang lain dan atau ketika ada oppung, eyang bahkan Oma nya anak-anak datang berkunjung di Chiang Mai. Pernah juga, kami main bersama teman-teman Indonesia di Chiang Mai, ketika anak-anak masih bayi (yang main ortunya bukan bayinya). Setiap kali main Wii, selalu membawa hiburan untuk yang main maupun untuk yang menonton yang main. Kadang-kadang setelah berhari-hari main, jadi berhenti main karena kehabisan baterai untuk wiimote-nya. Pernah beli baterai yang bisa diisi ulang, tapi suka lupa buat isi ulangnya hehehe.

Game console Wii kami yang pertama pernah di “hack” juga oleh Joe, dan beberapa tahun lalu, akhirnya consolenya rusak karena lama ga dimainkan dan mungkin sudah umurnya saja. Sekarang ini sudah ada generasi berikut dari Wii yaitu Wii U, tapi kami tidak membeli Wii U karena pengalaman membuktikan, kami tidak terlalu sering memainkannya dan permainan di Wii masih terasa cukup seru kalau mau main game. Jadi kami memilih cukup dengan Wii saja.

Sekarang ini, harga Wii sudah sangat murah dibandingkan 12 tahun lalu, bahkan di Chiang Mai, kadang ada yang menjual Wii nya lengkap dengan aksesori wiimote dan koleksi game dengan harga sangat murah. Tapi selama ini, setiap kali mau beli dari orang yang menjual Wii-nya, saya selalu kalah cepat. Akhirnya tahun lalu, Joe memutuskan membeli Wii lagi yang bekas dari ebay.

Beberapa hari ini, anak-anak inget lagi dengan game Wii. Game yang paling banyak dimainkan hari ini adalah game: Just Dance, Mario Party dan Big Brain Academy. Joshua belum bisa mainin game-nya dengan benar, karena dia masih belum bisa menggunakan wiimote untuk memilih menu di layar tv. Joshua suka melihat Jonathan main terutama main Just Dance.

Hari ini, Joshua main sampai keringatan, tapi gak mau berhenti. Saya aja udah cape mainnya, eh dia masih semangat terus bilang jangan berhenti mainnya. Lucu sebenarnya melihat mereka menari-nari niruin gerakan tariannya, apalagi gerakannya tentunya gak selalu benar. Tapi ya, yang penting memang semangat bergeraknya hehehe.

Pada semangat main just dance sampai keringatan

Jadi ingat, sebelum menemukan game Just Dance di Wii, saya dan teman-teman di kost dulu sering main game Dance-Dance Revolution. Awalnya membeli game console PS1 bekas dengan bonus cd game yang banyak termasuk dance-dance revolution. Setelah menemukan dance pad-nya, sering deh dulu main dance-dance revolution. Sayangnya, baik dance pad nya, PS 1 nya dan cd gamenya sudah rusak, padahal dulu sengaja dibawa ke Chiang Mai. Pengen juga mengajak anak-anak main dance-dance revolution dengan menggunakan dance pad, tapi belum menemukan lagi pengganti dance pad dan game consolenya. Di Wii, ada juga mainan seperti dance dengan menggunakan balance boardnya, tapi lebih seru main di dance pad sih.

Ngomong-ngomong, ada yang masih punya Wii gak? Biasanya suka main game apa di Wii? Atau jangan-jangan ada yang masih punya dance pad dan main dance-dance revolution di PS 1 ?

Joshua dan Osmo (Newton, Coding, Coding Jam, Detectives dan Pizza Co)

Sejak Joshua main OSMO lagi dan tidak menunjukkan tanda bosan, kami memutuskan untuk melengkapi mainan OSMO kami. Beberapa yang belakangan di beli Osmo Coding Jam, Osmo Detectives dan Osmo Pizza Co. Sebelumnya Joe memprint sendiri untuk Pizza Co nya, tapi jadinya susah menyimpannya. Dengan alasan supaya mainnya lebih enak, akhirnya kami beli juga.

Khusus untuk Osmo Newton, kami tidak membeli creative boardnya tapi hanya menggunakan white board kecil yang ukurannya mirip dengan creative board.

Tulisan ini sekilas review sekaligus biar ingat apa yang sekarang sering dimainkan Joshua.

OSMO Newton

Osmo Newton ini sebenarnya mainnya agak rumit. Jadi kita diminta untuk membuat garis supaya bola yang jatuh terpantul lagi mengikuti hukum Newton. Joshua tapi senang bikin aturan sendiri mengumpulkan bola kecilnya dan somehow dia bisa sampai level 30 an.

Osmo Newton pakai whiteboard biasa
lagi milih mau main apa
Lanjutkan membaca “Joshua dan Osmo (Newton, Coding, Coding Jam, Detectives dan Pizza Co)”

Joshua dan Mewarnai

Kalau sudah mulai sekali malas menulis, biasanya jadi keterusan malas nulis blog. Malasnya bertambah karena ada banyak yang pingin diceritakan, tapi gak punya energi menuliskan. Nah hari ini termasuk hari agak malas menulis. Dalam rangka mengalahkan kemalasan, baiklah menuliskan hasil mewarnai Joshua.

Sejak ikut Global Art, Joshua mulai agak rajin mewarnai di rumah. Kalau dulu, dia hanya mau menulis ABC atau 123 saja. Tapi sekarang, walau kadang harus ditemenin atau disemangati, dia mulai mau menyelesaikan 1 halaman 1 hari. Objek yang diwarnai juga bukan hanya huruf atau angka saja.

Lanjutkan membaca “Joshua dan Mewarnai”

Jonathan Belajar Membaca Bahasa Indonesia

Jonathan sudah hampir 9 tahun. Sampai sekarang belum pernah saya kasih pelajaran khusus untuk membaca bahasa Indonesia. Harapannya memang dia bisa belajar sendiri hehehe. Hari ini bangun tidur siang saya menemukan buku pelajaran membaca bahasa Indonesia yang kami beli beberapa tahun lalu. Ternyata, anak kalau sudah bisa bahasa Indonesia lebih mudah membaca bahasa Indonesia tanpa diajari. Tapi tentunya beberapa kata yang jarang digunakan dalam percakapan sehari-hari akan lebih sulit dibacanya.

Bukunya untuk umur 4 – 6 tahun

Menurut tulisan di sampulnya, buku ini untuk umur 4 – 6 tahun. Tapi untuk anak yang selama ini hanya bisa baca bahasa Inggris dan bahasa Indonesianya cuma dengan kami orantuanya, tidak ada salahnya dicoba suruh baca untuk mengetahui juga pemahamannya terhadap kata-kata dalam bahasa Indonesia.

Lanjutkan membaca “Jonathan Belajar Membaca Bahasa Indonesia”

Mengajari Anak Menunggu 1 Minggu

Ceritanya minggu lalu Joe pergi 1 minggu ke Abu Dhabi. Perginya Senin dan pulangnya Minggu. Nah, biasanya kami kalau pergi selalu bareng, dan Joe pergi sendiri itu bisa dihitung jari 1 tangan belum abis. Sebenarnya sejak Joshua lahir, pergi kali ini udah yang ke-2 kali, tapi yang pertama gak sampe seminggu dan Joshua belum terlalu mengerti.

Awalnya saya pikir, Joshua akan biasa aja, karena seharian juga biasanya sama saya (kalau Jonathan sudah mengerti arti 1 minggu jadi ya cuma merasa sepi tapi ga terlalu sulit menjelaskannya). Tapi ternyata, saya salah. Udah beberapa waktu belakangan ini memang Joshua manja banget sama Joe, kalau ada Joe, mamanya ga laku deh. Semua hal maunya sama papanya. Saya sih seneng aja, jadi bisa ngerjain yang lain waktu Joshua nempel sama papanya.

Waktu anter Joe pergi ke airport, kami gak turun karena Joshua juga lagi ikutan kegiatan liburan dari Senin sampai Jumat jam 9 pagi sampai 3 sore di Mind Brain and Body (MBB). Pesawat Joe berangkatnya juga pagi, jadi ya sekalian deh anter ke airport, terus anter Joshua. Walau gak banyak dikasih tau, Joshua kayak ngerti, dia ga mau lepasin tangan papanya waktu papanya turun dari mobil dan nangis dikit. Terus dikasih tau kalau Joshua harus ke MBB, nanti Joshua jemput papa setelah 5 kali MBB, masih agak lama juga bujukin biar ga nangis tapi akhirnya dia diam saja.

nangis waktu papanya pergi

Sore harinya, waktu saya jemput dari kegiatan liburannya dia langsung bilang: ayo jemput papa ke airport. Saya harus jelasin lagi kalau Joshua masih harus ke MBB lagi beberapa kali baru jemput papa. Tapi ya seperti biasa walau dia udah ngerti dikit, dia masih nanya lagi: papa di mana? ayo jemput papa. Baru nanya di jawab, beberapa menit kemudian nanya lagi.

Waktu mau tidur, dia juga nyari lagi, mana papa. Di hari Selasa juga begitu lagi, bahkan dia nangis waktu liat pintu rumah udah ditutup dan papanya belum ada di rumah. Akhirnya saya kepikiran bikin tabel yang bisa dia isi supaya dia mengerti titik mana papanya pulang.

Tabelnya sederhana saja, isinya pagi hari dia ke MBB, malam hari tidur. Sekalian ngajarin nama-nama hari. Karena intinya saya mau jelasin dia berapa kali harus MBB dan tidur, saya bikin lah tabel dadakan dan gak rapih yang ternyata cukup berhasil membuat dia gak terlalu nyariin lagi setelah liat tabelnya. Tiap pagi dia kasih tanda sleep, dan pulang dari MBB dia tandain MBB. Jadi dia saya suruh kasih tanda setelah suatu kegiatan dilakukan.

Hari Sabtu, Joshua ada kelas art 1 jam, jadi lebih gampang lagi bikin tabelnya. Tiap dia nanya di mana papa, saya akan kasih tunjuk tabelnya dan bilang, ini kan belum selesai semua. Masih sekian kali MBB dan sekian kali tidur baru kita jemput papa.

Ternyata cara itu membuat dia ga nanya lagi dan gak disuruh juga dia kasih tanda tabelnya. Cara ini juga berhasil menghilangkan kegelisahan lihat pintu rumah ditutup padahal papanya belum pulang. Waktu awalnya Joe video call, Joshua kayak marah dan gak mau ngobrol, tapi setelah ada tabel dia jadi mau ngobrol dikit walau sambil lanjutin main (mulai ga kecarian hahaha).

Yay, Akhirnya papanya pulang.

Hari Minggu, hari yang ditunggu-tunggu Joshua. Waktu saya bilang ayo siap-siap jemput papa, dia langsung ambil sepatu dan ke mobil. Waktu saya manasin mobil, dia gak sabar dan bilang: ayo mama drive, kita jemput papa. Airport di sini itu deket banget dari rumah, saya sengaja jemputnya nunggu Joe udah dapat bagasi dulu biar ga harus turun parkir. Jadi waktu udah tau Joe turun dari pesawat dan nunggu bagasi, saya baru bergerak dari rumah, itupun sengaja melambat-lambatkan diri hehehehe.

Jam jemput papanya itu jam 1.30, jam abis makan siang dan jam nya Joshua tidur siang. Segitu dia gak sabar nunggu mobil jalan, eh waktu mobil jalan dia malah tidur hahahaha. Jadi waktu Joe naik ke mobil, Joshua udah tidur dan gak lihat malahan papanya dijemput. Ketika kembali lagi ke rumah, Joshua menolak waktu papanya mau gendong dia turun dari mobil. Mungkin itu ekspresi ngambeknya kenapa pergi lama banget hehehe. Tapi Joshua ngambek gak pernah lama, sebentar kemudian dia udah biasa lagi dan waktu nerima oleh-oleh juga tambah kesenangan.

Setelah papanya di rumah dan buka oleh-oleh, dia baru ingat belum kasih tanda di tabel penantiannya. Dia warnai deh bintangnya dan di bawah kasih tanda centang (mungkin niruin saya kasih tanda centang kalau semua udah selesai).

Sebenarnya, cara membuat tabel ini bisa untuk berbagai hal, termasuk untuk mengajari anak rutin harian. Anak-anak lebih mudah mengerti kalau melihat (visualisasi) apa yang dilakukan berikutnya. Bisa juga selain dikasih tanda hati, kita nempelin stiker. Tapi saya ga ingat nyimpan stiker di mana, dan tabel asal-asal saya ternyata udah cukup buat Joshua, jadi saya gak nyari deh itu stiker ada di mana hehehe.

Joshua dan Global Art

Kalau dulu pernah cerita soal Jonathan belajar di Global Art. Sekarang Joshua sudah kami ikutkan juga. Awalnya masih agak ragu-ragu mendaftarkannya karena di rumah saja kalau diajakin mewarnai masih sulit dan ujung-ujungnya malah nulis ABC lagi.

Jadi sejak 3 minggu lalu, dicobalah bawa Joshua ke Global Art. Untuk anak umur Joshua (4 tahun) program yang diberikan ada 2 pilihan: 1 kali seminggu atau 2 kali seminggu dengan durasi setiap pertemuan maksimum 1 jam. Sebelum masuk juga diberikan sejenis assesment dulu untuk melihat apakah anaknya sudah bisa ikutan kelas atau tidak.

Awalnya, tentu saja karena Joshua belum kenal gurunya, agak sulit mengarahkan dia untuk mengerjakan tugasnya. Tapi tanpa disuruh, Joshua kadang-kadang langsung mengerjakan lembar assesment lalu beralih ke lembar lain untuk menulis ABC hehehe. Tapi akhirnya kembali lagi dan menyelesaikan assesmentnya.

Lanjutkan membaca “Joshua dan Global Art”