Memulai Hari dengan Sarapan Pagi di Rumah

Sejak kecil, saya terbiasa untuk sarapan bersama seluruh anggota keluarga. Saya ingat, mama saya akan sibuk di dapur menyiapkan sarapan untuk kami sambil berusaha membangunkan kami dan menyuruh mandi. Karena mama saya wanita bekerja, dia akan masak sarapan pagi sekaligus untuk makan siang, sedangkan untuk makan malam akan dimasak sepulang kerja.

Setiap orang memilih sarapan yang berbeda

Sarapan Itu Penting

Sarapan itu memberikan energi untuk kegiatan di pagi hari. Saya pernah baca, salah satu jenis diet yang menyarankan skip sarapan pagi. Dalam bahasa Inggris, sarapan pagi itu memakai kata breakfast, yang katanya artinya berbuka puasa dan tidak harus dilakukan pagi-pagi. Katanya bisa saja makan pertama itu dimulai jam 12 siang. Tapi buat saya, lebih baik tidak makan malam daripada tidak sarapan pagi.

Lanjutkan membaca “Memulai Hari dengan Sarapan Pagi di Rumah”

Meneruskan Blog Lama atau Bikin Blog Baru?

Saya mengenal blog dari sejak tahun 2002. Blog ini bukan blog pertama saya. Sebelum menulis bareng Joe, kami masing-masing punya blog sendiri. Setelah punya blog bersama ini, kami juga masih punya halaman sendiri-sendiri. Kami juga pernah menulis untuk blog anak-anak kami. Sekarang ini, saya dan Joe menulis hanya di blog bersama ini.

Beberapa blog yang sudah lama tidak diupdate
Lanjutkan membaca “Meneruskan Blog Lama atau Bikin Blog Baru?”

Game “Human Resource Machine” dan “7 Billion Humans”

Dari dulu, yang suka main game di rumah kami itu Joe, walaupun dia bukan pemain game serius yang tidak bisa berhenti main game. Saya pernah suka main game The Sims, tapi sudah lama pensiun main game karena kalau sudah mulai main saya susah berhenti.

Game yang sering dipilih Joe seringnya tipe puzzle. Salah satu game yang paling jadi favoritnya Seri Game Professor Layton. Game Professor Layton ini tipenya ada cerita misterinya dan juga memecahkan persoalan dengan berpikir komputasional.

Salah satu game yang juga pernah dimainkan Joe namanya Human Resource Machine. Game ini menggunakan konsep pemrograman sederhana dan menggunakan animasi yang lucu.

Contoh Puzzle Human Resource Machine
Lanjutkan membaca “Game “Human Resource Machine” dan “7 Billion Humans””

Jauh di Mata, Dekat di Hati

Pertama kali saya merantau jauh dari orang tua dan keluarga itu ketika saya diterima kuliah di Bandung. Saya butuh waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan baru dan teman-teman baru. Masa itu akses internet belum seperti sekarang yang tersedia dalam genggaman setiap orang. Ponsel pun masih belum seperti sekarang yang menjadi hal yang sepertinya bawaan wajib setiap orang.

Lanjutkan membaca “Jauh di Mata, Dekat di Hati”

Susahnya Menulis Fiksi

Buat sebagian orang, menulis fiksi itu hal yang mudah. Kenapa? karena bisa menyalurkan imajinasi seluas mungkin dan tidak harus masuk akal. Selalu ada pembelaan: namanya juga fiksi. Lalu, kalaupun ceritanya terkadang mirip dengan kisah seseorang, bisa kasih disclaimer kalau semua kemiripan tokoh dan nama hanya kemiripan semata. Teorinya, menulis fiksi itu gampang, segampang berangan-angan di siang bolong.

Tapi buat saya, menulis fiksi itu sulit. Sudah banyak membaca cerita fiksi, sudah banyak menonton drama dan film-film. Sudah banyak melatih imajinasi. Tapi, berkomentar dan menuliskan apa yang kurang atau lebih dari suatu karya fiksi itu tidak sama dengan menghasilkan karya fiksi sendiri.

Lanjutkan membaca “Susahnya Menulis Fiksi”

Langit Biru Setelah Banjir Berlalu di Chiang Mai

Langit Chiang Mai hari ini biru sekali. Tentu saja saya langsung mengabadikannya dengan jepretan kamera ponsel saya. Mengabadikan birunya langit yang ada ditengah musim hujan dan badai tropis yang melewati sebagian daerah Thailand termasuk Chiang Mai.

langit biru, awan putih, bikin pengen nyanyi
Lanjutkan membaca “Langit Biru Setelah Banjir Berlalu di Chiang Mai”

Mencoba Bel Pintu Tanpa Baterai

Dari sejak ngontrak rumah di Chiang Mai, rumah yang kami tempati sistem belnya sudah rusak kabelnya. Jadi kami selalu mengakali dengan membeli bel tanpa kabel. Biasanya bel tersebut butuh baterai, baik untuk bagian penerima yang mengeluarkan suara maupun yang dipencet. Masalah berikut yang muncul adalah: baterainya tidak tahan lama dan lama-lama jadi malas ganti baterai. Nah sekarang ini kami mencoba memakai bel pintu yang tanpa baterai.

Bel yang di pencet tanpa baterai, penerimanya dicolok di rumah

Teorinya, bel ini bisa tanpa baterai karena ketika tombolnya dipencet, tenaga yang dihasilkan dari gerakan pencet itu cukup untuk mengirimkan sinyal ke penerimanya. Lalu bagian penerimanya tentu saja butuh listrik untuk membunyikan melodi yang bisa kita dengar. Jadi tidak ada lagi kebutuhan akan baterai.

Lanjutkan membaca “Mencoba Bel Pintu Tanpa Baterai”