KMovie “Mr. Zoo: The Missing VIP” (2020)

Review film kali ini merupakan kegiatan review bareng ke-2 bersama teman-teman di WAG drakor dan literasi (iya isinya memang teman-teman yang hobi nonton drama Korea selain menulis setiap hari). Alasan memilih film ini tentu saja karena film yang baru release di awal tahun 2020 ini genrenya drama komedi yang cocok ditonton bersama dengan keluarga.

Poster Film “Mr. Zoo : The Missing VIP” (sumber: IMDB.com)

Judul dari film ini merupakan cara penulisan romanisasi dari nama tokoh utamanya, tapi sebenarnya penulisannya bukan Zoo, melainkan Joo. Tapi namanya romanisasi, tentu saja tidak harga mati. Bunyinya masih mirip-mirip lah ya Joo ataupun Zoo. Dalam ceritanya si mister ini akan punya kemampuan dengan banyak binatang, maka pemakaian kata Zoo sekalian menggambarkan kumpulan hewan yang banyak tampil di film ini.

Kalau mau cari tau apakah film berdurasi 113 menit ini cocok untuk tontonan keluarga Anda, silakan lanjutkan membaca sampai habis. Siapa tahu lagi tidak ada ide mau menonton apa di akhir pekan ini.

Lanjutkan membaca “KMovie “Mr. Zoo: The Missing VIP” (2020)”

Saya Tidak Ikut Petisi Online

Hari ini saya mendapati beberapa teman saya menyebarkan link untuk menandatangani petisi online mengenai penundaan masuk sekolah selama pandemi. Saya setuju dengan isi petisi ini, tapi saya tidak ikut menandatangani. Alasannya karena saya tidak percaya dengan petisi online.

Petisi online meminta penundaan masuk sekolah masa pandemi

Saya tidak percaya dengan petisi online, karena alamat surel saya pernah dipakai untuk menandatangani petisi yang saya bahkan tidak pernah tau petisi itu ada. Waktu itu dengan susah payah saya harus menghapus nama saya dari petisi-petisi itu, karena sebagian besar bahkan petisinya bukan hal yang saya setujui.

Tahun lalu, saya baru menyadari kalau change.org itu cuma butuh nama dan alamat surel kita tanpa verifikasi untuk menyatakan orang tersebut menandatangani sebuah petisi. Saya mendapati beberapa orang dengan nama yang bahkan tidak saya kenal menggunakan alamat surel saya untuk menandatangani petisi tersebut.

Saat ini, saya tidak berminat mencari tahu apakah change.org sudah memperbaiki sistemnya dalam mengumpulkan petisi. Mudah-mudahan sudah ya, mudah-mudahan sekarang ini kalau menandatangani petisi ada verifikasi lagi yang dikirimkan ke surel yang kita pakai. Semoga saja tidak kejadian lagi ada yang memasukkan alamat surel orang lain demi terlihat banyak yang menandatangani.

Saya tidak percaya dengan petisi online, yang hanya bermodalkan alamat surel saja. Setiap orang bisa memiliki lebih dari satu alamat surel. Jadi walau ada terlihat banyak yang tanda tangan, dari mana diketahui bahwa jumlah tanda tangan itu sama dengan jumlah orang yang menandatangani?

Kalau menurut saya, memang petisi online ini cara mudah untuk meminta persetujuan dari orang banyak. Mengumpulkan tanda tangan asli tentunya bakal butuh lebih banyak waktu dan hasilnya belum tentu juga didengarkan oleh pihak yang ditujukan.

Terlepas dari saya tidak tanda tangan dengan petisi tentang tunda masuk sekolah masa pandemi, semua hal yang dikemukakan dalam petisi ini saya setuju. Buat apa terburu-buru buka sekolah kalau akhirnya nanti kebanyakan orangtua memilih tidak mengirim anaknya ke sekolah?

Banyak kok negara yang menunda membuka sekolah. Thailand salah satunya. Seharusnya tahun ajaran baru di Thailand sudah dimulai sejak pertengahan Mei, tapi pemerintah Thailand sejak bulan April sudah membuat keputusan kalau tahun ajaran baru akan ditunda mulai Juli.

Walaupun secara resmi tahun ajaran baru mulai Juli, beberapa sekolah mempersiapkan diri dengan mengadakan uji coba kelas jarak jauh. Acara pendidikan dengan memanfaatkan TV juga sudah dimulai.

Saya juga baca berita, di Filipina sekolah tidak akan dibuka selama vaksin belum ditemukan. Padahal rencana sebelumnya mereka menunda buka sekolah yang seharusnya Juni ke Agustus, tapi berikutnya mereka memutuskan tidak buka sekolah sampai vaksin ditemukan. Katanya bahkan anak tinggal kelas tidak masalah. Padahal Agustus masih lama loh, masih 2 bulan lagi.

Kalau baca berita, Indonesia rencana mulai tahun ajaran baru pertengahan Juli 2020. Ya sebenarnya tidak apa sih tahun ajaran baru dimulai, tapi semoga tetap ada pilihan untuk belajar daring juga. Jadi ya sama saja gaya belajarnya seperti yang sudah dilakukan tiga bulan kemarin.

Tapi apapun keputusan yang diambil pemerintah Indonesia, dan apapun keputusan tiap orang tua mengirim anak ke sekolah di masa pandemi, saya harapkan semua sudah memikirkan resiko masing-masing.

Tidak sekolah bukan berarti tidak belajar. Tidak duduk di dalam ruang kelas, bukan berarti tidak bisa mendapatkan pendidikan. Saatnya orang tua mengambil kendali terhadap pendidikan anak, terlepas dari apapun keputusan pembukaan sekolah nantinya.

Bagaimana Memulai Homeschool?

Dari tulisan saya sebelumnya tentang sekolah dari rumah vs homeschooling, beberapa teman mulai mempertimbangkan untuk mencari tahu tentang homeschool (HS). Tulisan kali ini, saya akan coba menuliskan hal-hal yang perlu diketahui untuk persiapan jika memang memutuskan menghomeschool anak di masa pandemi Covid-19 yang menyebabkan ketidakpastian kapan sekolah mulai dibuka lagi.

Tidak semua cocok dengan homeschool

Hal pertama yang perlu dicari tahu adalah, apakah visi dari keluarga Anda. Kemudian mencari tahu apakah HS cocok dalam mencapai visi untuk keluarga Anda.

Beberapa syarat utama untuk menjadi keluarga HS adalah:

  • Komitmen orangtua dan anak dalam kegiatan homeschool. Ayah dan Ibu harus bekerjasama dalam menentukan siapa yang mengajarkan apa. Kalaupun ada yang dirasa perlu memanggil guru tutor, orangtua menentukan guru dipanggil ke rumah, atau anak mengikuti kelas kursus tertentu. Pelajaran yang dipelajari nantinya bukan hanya akademik, tapi juga budi pekerti dan pelajaran untuk menjadi lebih mandiri.
  • Kemauan mencari dan memahami informasi tentang berbagai metode kegiatan homeschool. Menjadi orangtua dari anak HS, kita harus mau belajar terlebih dahulu dan tidak cepat bertanya dan terima beres seperti mengirim anak ke sekolah.
  • Orangtua perlu mencari komunitas homeschooler lokal untuk berkegiatan bersama secara berkala dan komunitas online untuk menambah tempat bertukar pikiran sesama keluarga HS.
  • Pahami tipe belajar anak untuk menemukan suasana belajar yang tepat. Ada anak yang bisa diberikan buku, lalu bisa paham dan mengerjakan tugas sekolah dengan mudah. Ada anak yang membutuhkan alat peraga sebelum memahami sebuah konsep. Orangtua harus mengenali anaknya tipe pembelajar seperti apa supaya proses belajar berjalan baik.
Belajar (bermain) elektromagnetik sebelum tidur

Sebelum memutuskan untuk memilih HS, orangtua harus mengkomunikasikan dengan anak tentang kegiatan HS itu seperti apa. Orangtua harus secara aktif mencari tahu terlebih dahulu bagaimana bentuk kegiatan belajar yang sesuai untuk anak. Selama tiga bulan mendampingi kegiatan sekolah dari rumah, kemungkinan sudah mulai mengenali lebih banyak mengenai gaya belajar anak.

Ada anak yang lebih cocok dalam lingkungan yang penuh kompetisi, atau anak yang senang melakukan kegiatan berorganisasi, kegiatan ekstrakurikuler dan bukan hanya akademik saja. Untuk anak-anak seperti ini, mereka lebih sesuai dikirim ke sekolah.

Lanjutkan membaca “Bagaimana Memulai Homeschool?”

New Normal yang Tidak Normal, Mendingan di Rumah Saja

Hari ini, terlepas dari kasus infeksi Covid-19 harian yang masih merayap naik, saya membaca protokol tentang normal baru untuk Indonesia dalam upaya berdamai dengan Covid-19. Protokol yang sangat banyak dan merepotkan seperti kalau naik angkutan umum harus mandi ketika tiba di tempat tujuan, atau setelah sekian kali memakai hand sanitizer disarankan mencuci tangan, sampai jangan menyentuh masker dengan tangan yang tidak bersih membuat saya merasa lebih baik di rumah saja.

new Normal

Setelah berbulan-bulan di rumah saja, beberapa negara mulai menunjukkan keberhasilan mengendalikan penyebaran infeksi Covid-19. Setelah kurva pertambahan infeksi mulai melandai dan bahkan tidak ada penularan infeksi lokal, banyak aturan-aturan ditetapkan untuk menghindari terjadinya infeksi gelombang ke-2. Aturan seperti tetap jaga jarak aman dan memakai masker paling banyak disebutkan untuk menjadi bagian dari normal yang baru.

Lanjutkan membaca “New Normal yang Tidak Normal, Mendingan di Rumah Saja”

Sekolah dari Rumah VS Homeschooling

Pandemi Covid-19 membuat banyak gedung sekolah ditutup dan murid-murid harus sekolah dari rumah. Sudah hampir 3 bulan orangtua mendadak repot mendampingi anak belajar dari rumah karena sekolah dipindahkan ke rumah. Kerepotan itu tidak terjadi pada kami yang memang memilih jalur homeschooling.

Tahun ajaran sekolah sudah akan berganti, tapi belum ada tanda-tanda kepastian kapan anak-anak kembali bersekolah di gedung sekolah. Mungkin saatnya mempertimbangkan beralih ke homeschooling.

Tulisan saya ini membedakan sekolah dari rumah dengan homeschooling. Walaupun pada dasarnya siswa sama-sama belajar di rumah dan di bawah pengawasan orangtua. Sekolah dari rumah merupakan kegiatan belajar yang diarahkan guru sesuai dengan kurikulum dan jadwal dari sekolah dan didampingi oleh orangtua. Penilaian akhir metode ini ada dari pihak sekolah.

Anak homeschool, belajar tidak harus duduk di meja

Homeschooling yang saya maksud di sini, siswa belajar di rumah di mana orangtua yang menyusun sendiri kurikulum dan target pembelajaran anak dengan jadwal lebih fleksibel dalam satu tahun ajaran akademik. Dalam pelaksanaannya, orangtua bisa menjadi guru atau membayar guru untuk mata pelajaran yang tidak dikuasai orangtua. Penilaian akhir homeschool ada di orangtua.

Lanjutkan membaca “Sekolah dari Rumah VS Homeschooling”

Keseruan Review Film Bareng

Belakangan ini saya lagi agak rajin menulis review film, drama ataupun buku. Manfaat menuliskan review ini biasanya untuk diri sendiri sih, harapannya juga bisa bermanfaat memberikan informasi untuk orang lain yang sedang mempertimbangkan menonton film atau membaca buku. Tulisan kali ini catatan buat saya pengalaman mereview film Korea “Exit” ( 2019) bersama teman-teman sesama pecinta film dan drama Korea.

Menulis review tidak selalu mudah, apalagi kalau kita ingin menjaga jangan sampai menuliskan spoiler. Banyak orang yang tidak mau membaca review karena takut jadi tidak bisa menikmati filmnya kalau ada spoilernya, ada juga yang sengaja mencari review dan bagaimana akhir sebuah cerita supaya bisa menikmati film tanpa banyak bertanya-tanya dan tinggal menikmati visualisasi yang ada.

Kalau buat saya, menulis review ini seperti catatan akan hal-hal yang menarik dari film tersebut. Selain itu tentunya catatan kalau ada pelajaran yang didapatkan dari sebuah film. Sedapat mungkin saya berusaha menuliskan tanpa detail bagaimana akhir dari ceritanya.

Beberapa waktu lalu, saya dan teman-teman sesama penonton drama Korea bikin kegiatan mereview film dan saling menambahkan link. Ternyata, kegiatan mereview bareng seperti itu terasa lebih seru dibandingkan mereview sendirian. Tentunya, saya membaca review teman-teman saya setelah saya menonton dan menuliskan review ala saya.

Lanjutkan membaca “Keseruan Review Film Bareng”

Film “Radius” (2017), Jaga Jarak Aman atau Mati

Bukan, ini bukan film tentang pandemi. Dalam tulisan ini saya mau review film “Radius” (2017), jadi bukan mau bahas pandemi Covid-19. Tapi harap maklum kalau dalam tulisan ini di sana sini akan ada beberapa hal yang dikaitkan dengan situasi saat ini.

Poster film Radius (2017) (Sumber: IMDB.com)

Film produksi Kanada bergenre science-fiction thriller tahun 2017 ini dibintangi oleh Diego Klattenhoff, seorang aktor yang dikenal sebagai agen Ressler dalam TV Seri Amerika, “The Blacklist“. Film berdurasi 87 menit ini dari awal sampai akhir cukup menarik untuk disimak karena ada misteri yang membuat saya menonton sambil bertanya-tanya bagaimana kelanjutannya dan cara mereka menyelesaikan persoalannya.

Ceritanya

Ceritanya di mulai dengan tokoh pria yang baru tersadar dari kecelakaan mobil dan kehilangan ingatannya. Dalam keadaan masih setengah sadar, dia semakin bingung karena setiap ada orang atau hewan berada di dekatnya, semuanya langsung jatuh dan mati. Bukan cuma orang yang lewat, bahkan burung yang terbang juga kalau kurang dari jarak tertentu, bisa tiba-tiba jatuh ke tanah.

Lanjutkan membaca “Film “Radius” (2017), Jaga Jarak Aman atau Mati”