Pandanglah ke Langit Biru

Hari ini, sebenarnya banyak yang pengen dituliskan. Tapi rasanya mata sudah ketarik-tarik minta istirahat. Jadi salah satu yang menarik hari ini adalah gumpalan awan putih di langit biru.

langit biru…awan putih…

Iya, hari ini salah satu hari yang cerah setelah beberapa minggu kemarin selalu mendung atau hujan sepanjang hari di Chiang Mai. Waktu keluar siang hari, untung Joe yang nyetir, jadi saya bisa foto-foto. Rasanya ingin merekam keseluruhan corak awan di langit biru.

Kadangkala, di 1 lokasi yang sama, kita bisa mendapatkan pemandangan langit yang berbeda ketika melihat ke kanan dan ke kiri kita.

Melihat langit biru jadi teringat lagu Sherina dan jadi pengen naik balon udara juga. Kebayang kalau langit di Chiang Mai aja begini indahnya di foto dari mobil, kalau melihatnya dari balon udara di atas bakal lebih indah lagi kali ya.

sumber dari Youtube

Langit biru
Awan putih
Terbentang indah
Lukisan yang kuasa
Ku melayang
Diudara
Terbang dengan balon udaraku
Oh sungguh senangnya lintasi bumi
Oh indahnya dunia

Lirik Lagu Balon Udara

Ada yang suka melihat dan memfoto langit juga gak sih selain saya?

Kalau Mesin Mobil Mati di Tengah Jalan

Hari ini ada pengalaman yang sempat bikin deg-degan dan panik. Ceritanya mobil kami itu mobil otomatis yang ada fitur auto-off kalau kita injak rem terlalu lama dan akan nyala sendiri ketika kita angkat kaki dari rem. Ceritanya fitur ini tuh buat menghemat pemakaian bensin. Sebenarnya dari awal agak gak suka dengan fitur ini, tapi kita bisa matikan secara manual. Tapi mematikan fitur ini gak bisa permanen, alias tiap kali menyalakan mesin harus ingat untuk menonaktifkan fitur auto-off nya.

Waktu mengantar anak-anak tadi pagi, di sebuah pertigaan tak jauh dari rumah jalannya agak macet. Oh ya saya punya kebiasaan tidak memanaskan mesin mobil, jadi nyalakan mesin dan langsung jalan deh. Nah waktu macet itu mesinnya mati, dan biasanya kalau kita angkat rem atau pencet tombol nonaktifkan auto-off, mobilnya akan menyala lagi. Tapi tadi pagi waktu saya pencet tombol auto-off, mesinnya gak mau nyala lagi! Saya pencet gas juga tetep gak nyala. Saya putar kunci matikan dan nyalakan, tetap saja mesinnya mati. Saya langsung panik karena posisi mobil persis di tengah-tengah jalan dan mobil di depan sudah mulai bergerak lagi.

Pertigaan ini punya kenangan tersendiri buat saya. Waktu Jonathan berumur sekitar 1 bulan, mobil kami sebelumnya pernah berhenti juga di situ karena masalah batere, untungnya waktu itu pak bos dari kantor Joe lagi luang waktunya dan bersedia nganterin kami dan membantu urusan mobil mogok. Tadi, waktu tadi mobil mati tiba-tiba, panik duluan menyerang dan kepikiran kayak pertigaan bermuda (eh itu sih segitiga bermuda ya). Apalagi waktu mencoba menyalakan mesin mobil beberapa kali gak langsung bisa. Antara mau langsung telepon Joe dengan tetap berusaha dan berharap bujukin mobil supaya nyala lagi.

Anak-anak gak ngerti emaknya panik untungnya hehehe. Terus ya ingat untuk menyalakan lampu segitiga dan mempersilahkan mobil di belakang lewat dengan gesture: maap mobilnya mogok.

Setelah itu tarik napas dalam-dalam sambil matikan mesin dan ngomong ke diri sendiri: “Ayo tenang dulu. Coba pikirkan apa yang harus dilakukan sebelum menyalakan mesin mobil”. Dalam hati ya tentu berdoa dan berharap.

Memang sih ya, kalau panik itu gak baik. Waktu saya agak tenang, saya langsung teringat lah ini posisi gigi masih belum di posisi P, pantesan aja mesin tidak mau menyala. Akhirnya coba lagi dan tidak lupa mematikan semua AC, radio dan kembalikan gigi ke P. Putar kunci mobil seperti biasa. Fiuh lega banget mesinnya nyala!.

Karena masih kuatir, saya gak berani pencet apapun yang lain termasuk nyalakan AC atau tombol auto-off.

Sebenarnya tujuan antar anak-anak tadi pagi itu ga jauh. Jalan juga sampai, tapi jalannya tidak ada trotoarnya dan ya biar cepat makanya mengantar pakai mobil hehehe. Jadi setelah mesin menyala lagi, saya tetap matikan AC mobil dan untungnya gak ada acara macet lagi jadi mobilnya gak sampe auto-off lagi.

Sampai di tujuan, saya ga berani matikan mesin. Setelah anak-anak turun dan masuk ke tempat kegiatannya, baru deh berani nonaktifkan auto-off dan nyalakan AC. Tunggu beberapa menit sambil “cerita (kirim pesan telegram)” ke Joe biar perasaan tambah tenang. Sebenarnya waktu mobil udah bisa jalan ya sudah tenang, tapi kalau belum cerita rasanya kurang plong hehehhe.

Waktu nyetir pulang ke rumah sebenarnya masih agak khawatir. Joe saranin apa mau dibawa ke bengkel? Tapi saya yakin batere mobil masih baru karena 2 bulan lalu baru diganti dan bensin juga penuh. Jadi ya mudah-mudahan saja tadi itu masalahnya karena kebiasaan buruk gak menunggu mesin mobil panas langsung jalan.

Pelajaran hari ini buat saya adalah:

  • Jangan panik! Ini sih teorinya buat segala hal kita harus tenang, tapi ya gitu deh, namanya panik gak diundang datangnya. Tapi kalau dah tau kita panik, harus bisa menenangkan diri, tarik napas dalam-dalam dan tenangkan diri dulu.
  • Selalu mematikan AC dan Radio sebelum mematikan mesin, supaya waktu menyalakan berikutnya AC dan Radio masih mati
  • Panaskan mesin sebelum mulai jalan
  • Selalu nonaktifkan auto-off biar gak kejadian mati di tengah jalan.
  • Pastikan tidak ada lampu mobil yang menyala ketika turun dari mobil.

Mudah-mudahan kejadian begini gak terjadi lagi. Selama di Chiang Mai, rasanya mengalami mesin mobil mati di tengah jalan ini sudah ada 3 kali dan selalu masalahnya karena batere yang sudah perlu diganti. Sedangkan kejadian mesin tidak menyala ketika masih di rumah sudah ada 2 kali. Kalau mesin tidak menyala dan masih di rumah sih biasanya nggak sampai panik, paling ya batal pergi. Tapi kalau mesin mati di tengah jalan apalagi sambil bawa anak, ya rasanya lebih gimanaaa gitu.

Ada yang punya pengalaman yang sama soal mobil mati mesin di jalan begini? Kira-kira apa masalahnya selain masalah batere yang perlu diperiksa ya?

Indomie Seleraku

Disclaimer: Tulisan ini bukan iklan, cuma iseng aja.

Beberapa waktu lalu, di FB muncul foto Indomie yang saya post beberapa tahun lalu. FB juga menyebutkan post itu sebagai post saya yang paling banyak dikomen pada tahun itu. Sebenarnya yang komentar ga banyak amat, tapi saya jadi iseng baca lagi komen-komen orang mengenai Indomie.

Beberapa garis besar dari komentar yang masuk adalah:

  • Ga bagus makan mi instan termasuk Indomie
  • Lebih enak Mi Ayam Bawang daripada Indomie Kari Ayam
  • Udah lama ga makan Indomie

Sejak merantau di Thailand, Indomie sudah menjadi makanan langka buat saya. Saya pernah juga menyimpan Indomie sampai kadaluarsa karena ga begitu pengen makannya. Pernah terpikir kalau kami tidak begitu rindu dengan makanan Indonesia dan mencukupkan dengan apa yang ada di Thailand. Tapi dengan adanya anak-anak, dan mencicip ulang rasa Indomie, ternyata kami jadi kembali mencari Indomie dan merasa perlu berpesan dibawakan kalau ada yang datang haha. Dari semua kontroversi mengenai mi instan, sebenarnya mi instan ini sudah membantu banyak orang, seperti dituliskan di posting ini. Satu-satunya rasa yang kami bawa atau pesan untuk di bawa ke sini itu Indomie kuah rasa Kari Ayam. Untungnya selera saya dan Joe sama, jadi gak repot buat bawa berbagai rasa.

tetap jadi favorit Indomie Kari Ayam

Beberapa tahun terakhir, Indomie Goreng sudah bisa dibeli di Chiang Mai. Awalnya ketemu di swalayan yang banyak menjual makanan impor, tapi belakangan ini sudah ada di hampir semua swalayan bahkan di mini market seperti 7 Eleven. Harganya? rasanya lebih mahal dibanding harga beli di Indonesia. Harga 1 bungkus Indomie goreng rasa original itu berkisar antara 16 – 18 baht. Kalau beruntung, kadang-kadang ada sale di 7 Eleven harganya jadi tinggal 10 baht saja. Ada juga indomie goreng dalam cup, harganya 27 baht. Walau tergolong mahal dibanding mi instan lokal, harga Indomie ini masih lebih murah daripada harga mi ramen korea yang harganya mulai dari 40 baht.

Setelah Indomie Goreng rasa original, belakangan muncul juga Indomie goreng Hot and Spicy, dan rasa Barbecue Chicken Flavor. Untuk 2 rasa yang agak pedas ini anak-anak kurang bisa makannya, jadi kami jarang beli.

Nah bulan Agustus lalu, kami menemukan varian baru dari Indomie goreng yang di jual di Chiang Mai. Indomie rasa Salted Egg alias telur asin. Untuk rasa ini saya kurang suka, akhirnya Joe yang makan sendiri (belinya emang cuma sedikit buat coba).

Mi Goreng Rasa Telur Asin

Mi goreng rasa telur asin ini saya nemunya baru di Rimping saja. Harganya 18 baht sebungkusnya (sekitar 8400 rupiah).

Di Chiang Mai ada yang jual telur asin, dan ada Lays rasa telur asin juga. Joe iseng makan mi goreng telur asin pakai telur asin dan Lays rasa telur asin. Abis itu dia bilang pusing hahaha, kayaknya karena semua terlalu asin.

Triple telur asin

Nah hari ini waktu saya ke 7 Eleven, nemu lagi varian baru dari Indomie goreng di Chiang Mai, kali ini rasa Soto. Karena belum di coba, jadi belum bisa kasih komentar, walaupun agak disayangkan kenapa sih yang masuk malah mi goreng semua. Soto itu seharusnya berkuah dong ah. Tadi beli Indomie Mi Goreng rasa Soto 1 bungkusnya 18 baht, kalau Mi Goreng rasa Original 16 baht. Kemungkinan sih berikutnya beli lagi hanya kalau lagi diskon saja hahaha. Di Indonesia berapa ya sekarang harga 1 bungkus Indomie goreng?

Sebenarnya ada banyak sekali mi instan masuk ke Thailand dan dijual di Chiang Mai. Kami juga kadang-kadang iseng mencoba berbagai mi instan lokal ataupun yang dari korea. Sejauh ini anak-anak cuma mau makan Indomie Mi Goreng rasa Original, dan Indomie kuah Kari Ayam (kalau lagi punya). Iya kami memang kasih anak-anak makan mi instan juga, tapi tentunya gak setiap hari ataupun setiap minggu.

Saya tidak tahu kenapa Indomie di Thailand semuanya kategori mi goreng, padahal mi ramen korea ataupun Jepang ada juga mi kuahnya. Semoga berikutnya varian Indomie yang masuk Thailand rasa Kari ayam.

Innovation Fair di Chiang Mai

Salah satu yang tidak sengaja dilihat waktu kemarin ke mall adalah innovation fair ini. Di mall di Chiang Mai memang sering ada pameran yang ada produknya seperti ini, tapi sepertinya saya baru sekali ini melihat innovation fair.

Menurut KBBI, kata inovasi artinya sebagai berikut:

inovasi/ino·va·si/n1 pemasukan atau pengenalan hal-hal yang baru; pembaharuan: — yang paling drastis dalam dasawarsa terakhir ialah pembangunan jaringan satelit komunikasi;2 penemu-an baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya (gagasan, metode, atau alat);

KBBI.web.id

Nah, jangan bayangkan pameran inovasi ini super canggih semua. Ada banyak hal yang terlihat biasa tapi dipikir-pikir memang ada nilai baru diperkenalkan dalam produk yang dipamerkan.

Berikut ini foto dari peserta pameran inovasi ini.

Saya tidak detail bertanya untuk setiap produk yang ada, tapi mesin cuci buah saya ingat dijelaskan kalau itu cuma pakai air biasa, tapi dengan mesin tersebut bisa membersihkan sayur dan buah selama 5 menit dan lapisan yang biasanya ada dalam tanah dan dikuatirkan masih ada di kulit sayur dan buah bisa dibersihkan. Mereka juga mendemokan untuk melihat sebelum dan sesudah dicuci dengan beberapa hal yang bisa diukur.

Satu hal yang juga menarik perhatian saya adalah produk kecantikan dari buah Gac, saya bahkan baru tau ada yang namanya buah Gac. Kalau lihat di wikipedia, dalam bahasa Indonesia buah Tepurang. Tapi saya tetap baru dengar sekali ini nama buah tepurang. Memang kadang kita pikir kita sudah tahu banyak hal, tapi nama buah, sayur, ikan dan burung saja mungkin masih banyak yang saya belum tahu karena belum pernah baca atau melihatnya.

Produk yang pertama kali membuat saya tertarik melihat pameran ini menampilkan gogo board yang bisa diprogram dengan Scratch. Langsung kepikiran buat foto dan kirim ke Joe buat diajarin ke Jonathan hehehe. Saya gak beli sih, karena biasanya Joe sudah punya raspberry pi nya dan bisa bikin sendiri hehehe.

Acara pameran inovasi ini diadakan oleh Chiang Mai University. Tujuan diadakan pameran begini tentu saja memberi kesempatan untuk para enterpreneur memamerkan penemuannya dan siapa tau bisa bertemu investor untuk produksi dalam skala besar.

ada talkshow nya juga

Waktu kemarin kami di sana, sedang ada 1 grup di wawancara di panggung. Sepertinya masing-masing peserta pameran akan mendapat kesempatan untuk berbicara lebih banyak tentang penemuannya di panggung. Karena percakapannya dalam bahasa Thai, saya tidak bisa lama-lama mendengarkannya, teman-teman yang ikut ke sana gak pada ngerti soalnya hehehe.

Senang dengan kegiatan positif seperti ini. Semoga tahun depan bisa melihat lagi pameran seperti ini. Jaman dulu masih kuliah sepertinya acara seperti ini tidak ada. Mudah-mudahan sekarang di Indonesia juga ada banyak kegiatan seperti ini di kampus-kampusnya ya.

September Ceria

Entah kenapa, setiap masuk bulan September, kata pertama yang terpikir adalah: September Ceria. Jadi karena hari ini lagi banyak kegiatan seharian keluar rumah, ya sekalian aja deh jadi cerita memulai September dengan ceria.

langit biru, awan putih, dan matahari bersinar cerah!

Pagi-pagi kami udah keluar rumah buat ke dokter gigi Joshua. Sebenarnya gak pagi banget sih, jam 9.30. Biasanya sih Minggu itu hari bermalas-malasan di rumah, jadi keluar jam 9.30 itu termasuk keluar pagi hehehe. Ke dokter gigi ini bagian dari bersihkan gigi rutin saja sih, kata dokter gigi Joshua semua bagus. Cuma 20 menit di dokter gigi sudah termasuk bayar hehehe. Belum jam 10 udah di luar rumah, kalau langsung pulang pasti malas keluar lagi, jadi ya udah deh kita lanjutkan aja jalan-jalan.

masih harus dipegangin, tapi ya prosesnya udah lebih cepet dari biasanya

Bulan Agustus kemarin ada banyak sekali hari hujan, bahkan tadi malam juga masih gerimis sepanjang malam. Eh pagi-pagi hari ini matahari bersinar cerah, pilihan jatuh ke taman kota yang sudah lama tidak dikunjungi karena hujan.

Ternyata ada banyak hal baru di taman kota. Beberapa alat olahraga bertambah. Kursi-kursi untuk pengunjung juga ada yang baru. Kalau dulu umumnya kursi dari bahan kayu, sekarang bertambah kursi dari bahan besi. Selain bagian dari taman kota, ada lagi yang baru di dekat taman, yaitu: restoran! Biasanya kalau main ke taman suka bingung mau makan di mana, nah persis sebelah taman sekarang ini ada restoran baru buka jual ayam hainan. Tadi coba beli dan rasanya lumayanlah. Semoga aja restorannya bertahan lama, kadang-kadang beberapa restoran di Chiang Mai cepat banget bergantinya kalau gak laku.

restoran ayam hainan sebelah taman

Pulang dari taman setelah mampir beli makanan, kami pun pulang ke rumah. Sampai rumah belum jam 12 siang! Prestasi ya, pagi-pagi udah pergi 2 tempat dan belum jam 12 siang hahaha. Masih sempat ngurusin jemuran yang kemarin gak kering karena hujan seharian.

nongkrong bentar sambil ngobrol sebelum liat sale

Setelah makan siang, saya keluar rumah lagi dong. Tujuan kali ini: ngemall! Janjian ama temen-temen Indonesia termasuk yang bawain kopi Aroma titipan dari Bandung (cihuy). Oh ya, yang bikin cihuy juga adalah: Joe bersedia jagain anak-anak di rumah, jadi kali ini ngemall tanpa bawa buntut. Niatnya mau liat sale sebenarnya (kalau bawa anak kan ribet milih-milihnya), tapi ternyata duitnya masih milik saya, nggak ada benda yang cocok buat di beli selain makanan cemilan hahaha. Niatnya padahal belanja baju anak-anak, eh salenya gak ada bagian baju anak. Nanya sama beberapa penjaga mereka juga nggak tau malah suruh ke bagian mall yang bukan sale. Ah kalau itu sih besok-besok aja biar ada alasan kalau ke mall lagi.

Pulang dari mall masih jam 3.30 sore, idih ini jam baik hati ya hari ini, udah banyak ke mana-mana, jumlah langkah aja udah lebih dari 5000 tapi masih jam kecil hehehhe. Setelah istirahat sebentar pergi lagi ke gereja. Pulang gereja mampir belanja di Rimping dan sampai rumah belum jam 7. Abis makan baru terasa capeknya haha. Ini nulis blog juga mata mulai kerasa ketarik-tarik hehehe.

Ada 1 bagian di Rimping yang mulai mengurangi pemakaian plastik bungkusan, jadi diikat pake daun pisang.

Tapi ya senang memulai September dengan baik. Bahkan mataharipun seperti menegaskan memberi keceriaan dengan bersinar tanpa mau kalah dengan hujan (mungkin hujannya besok hahaha). Bersyukur untuk hari ini dan besok bisa berkegiatan di rumah sepanjang hari lagi hehehe.

Kdrama: Go Back Couple dan Familiar Wife

Udah lama tidak menulis seputar kdrama, sekali ini langsung bahas 2 drama yang tema nya sama. Genre nya jelas ini ada fantasinya, temanya tentang kesempatan kedua dalam kehidupan rumahtangga karena pernikahan itu gak otomatis happy ending. Tulisan ini akan banyak spoiler di sana sini, tapi saya tidak akan tuliskan terlalu detail.

Saya nonton Go Back Couple dulu baru nonton Familiar Wife. Berdasarkan tahun releasenya juga film Go Back Couple itu Oktober 2017, sedangkan Familiar Wife releasenya September 2018.

Kesamaan dari 2 drama ini adalah:

  • menikah muda setelah berkenalan beberapa waktu
  • digambarkan istri yang tadinya cantik setelah menikah jadi tidak terlihat cantik lagi
  • sudah punya anak dari pernikahannya
  • tidak ada komunikasi yang baik, baik istri dan suami merasa lelah tiap bertemu (suami lelah dengan pekerjaan, istri lelah mengurus anak dan rumah).
  • masing-masing ingin dimengerti tanpa berusaha mengerti atau mendengarkan penjelasan pasangannya
  • sangat struggle dalam urusan finansial untuk kebutuhan keluarga.
  • mereka merasa sudah memilih orang yang salah untuk jadi pasangannya.

Singkatnya, di film ini digambarkan pernikahan pasangan muda dengan anak yang masih kecil-kecil. Buat yang sudah menikah dan punya anak masih kecil dan keuangan keluarga yang kejar setoran buat bayar tagihan, pasti bisa relate dengan emosi yang ada. Gimana masing-masing merasa lelah karena mungkin kaget kehidupan pernikahan tidak seperti di film-film yang bilang setelah menikah mereka akan hidup bahagia selamanya.

Cerita Go Back Couple

Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Confession_Couple

Pasangan di Go Back Couple ini digambarkan seumuran, mereka sudah menikah 14 tahun dan punya 1 anak masih balita. Si istri tidak bekerja dan ya gak sempatlah buat dandan. Suaminya sibuk kerja dan tidak pernah menceritakan permasalahan yang dia hadapi di kantor. Istri tidak tahu apa masalah suami dan suami gengsi buat cerita permasalahan di kantor.

Buat si istri, suami tidak pernah ada ketika dia membutuhkannya, misalnya waktu anak mereka sakit dan masuk rumah sakit, si istri berusaha telpon suami tapi gak diangkat juga. Suami kesal karena istrinya terkesan menuntut saja, padahal dia kerja untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Akhirnya ya dalam kemarahan terucaplah kata pisah. Cerita kesempatan ke-2 dimulai ketika mereka melepaskan cincin kawinnya setelah resmi mencatatkan perceraian di kantor catatan sipil.

Cerita Familiar Wife

sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Familiar_Wife

Pasangan di Familiar Wife baru menikah 5 tahun dan sudah punya 2 anak balita. Istrinya digambarkan usianya lebih muda beberapa tahun dari suami. Berbeda dengan pasangan pertama, pasangan ke-2 ini istrinya bekerja juga di sebuah spa. Anak-anaknya diantarkan ke penitipan anak supaya si istri bisa bekerja juga. Ibunya si istri juga ada gejala alzheimer, tapi hal ini tidak diceritakan ke suaminya, padahal mereka tinggal 1 kota. Jadi istrinya bekerja juga, urus anak dan rumah juga. Sementara suaminya ya kerja, tapi tidak ambil bagian dengan urusan rumahtangga dan terutama bagian kalau anak nangis malam-malam ya urusan istri.

Singkat cerita, dengan keajaiban dari drama Korea, mereka kembali ke titik di mana mereka bisa membuat pilihan yang berbeda untuk pasangan hidupnya.

Kesempatan Memilih yang Berbeda

Go Back Couple kembali ke masa di mana mereka masih kuliah. Sebelumnya mereka sudah berumur 38 tahun dan kembali ke masa di mana mereka masih berumur 20 tahun. Mereka seperti kembali mengulang kehidupan mereka tapi bisa membuat pilihan yang berbeda, termasuk bisa saja memilih cinta pertamanya untuk menjadi pasangannya. Bedanya, ketika mereka memilih untuk tidak memilih satu sama lain, karena mereka 1 kampus dan punya teman yang sama, mereka jadi lebih mengenal satu sama lain (mereka punya memori yang di bawa dari umur 38 tahun itu). Tentunya mereka juga jadi sudah lebih dewasa dan tanpa sadar menceritakan apa yang dulu bikin kesal. Misalnya si istri kesal waktu suaminya tidak menghibur dia ketika ibunya meninggal. Padahal suaminya berusaha mendistract si istri biar tidak terlalu sedih. Jadi bedanya, ketika mereka bukan pasangan, mereka malah lebih terbuka untuk mengungkapkan isi hatinya.

Drama Familiar Wife, yang kembali ke masa lalu awalnya dari sudut pandang si suami. Jadi suatu hari setelah dia merasa ‘lelah’ dengan kemarahan istrinya, dia dapat koin ajaib yang bisa membawa dia kembali ke hari pertama di mana dia bertemu dengan istrinya di tahun 2006. Pertemuan pertama ini menentukan kelanjutan pilihannya. Setelah dia memilih untuk menghindari pertemuan dengan istrinya, ceritanya kembali ke masa tahun 2018 dan tentunya si suami ini malah menikah dengan cinta pertamanya (sesuai harapannya waktu dia merasa kesal dengan istrinya). Di saat dia menyadari kalau pilihannya kali ini lebih seperti harapannya, ternyata si istri pertama jadi pegawai baru di kantornya, dan jadilah dia bertemu setiap hari dan tanpa sadar jadi lebih kenal dengan si istri daripada sebelumnya. Di ceritakan sang suami yang membuat pilihan ini memiliki memori utuh dari kehidupan versi sebelumnya sedangkan si istri pertama belum menikah dan tentunya masih menjadi wanita yang menyenangkan karena hidupnya belum terlalu stress kali ya hehehe.

Ceritanya tentu tidak berakhir di situ, lambat laun istri yang disangka ideal ternyata tidak ideal dan terlalu mengatur karena punya uang banyak. Si mantan istri yang sekarang jadi rekan kerja malah terlihat makin manis karena kelakuannya ya seperti masa mereka masih pacaran yang ramah dan ceria. Dari interaksi sebagai rekan kerja, si suami jadi tau beberapa hal baru tentang istrinya. Karena cerita familiar wife ini 16 episode (dibanding Go Back Couple yang 12 episode), akhirnya ada twist baru lagi untuk memberi happy ending tanpa ada cerita perceraian. Tentu saja dengan koin ajaib yang kali mereka sama-sama kembali ke hari pertama pertemuan mereka. Aduh panjang ya ceritanya hehehe. Nonton aja deh sendiri sebelum saya spoiler abis-abisan.

Kesimpulan?

Langsung ke kesimpulan aja gimana? Kalau ditanya film mana yang lebih bagus? saya lebih suka Go Back Couple. Kenapa? karena di Go Back Couple, mereka kembali ke hari setelah mereka mengurus perceraian mereka. Secara status berkas sudah masuk tapi masih bisa dibatalkan. Mereka juga kembali ke anaknya dan sekarang sudah lebih mengenal satu sama lain dan tau kesalahan mereka di mana. Sedangkan di familiar wife, ada 2 kali perubahan jalan cerita, dan perubahannya permanen dan tidak membawa tokohnya kembali ke titik awal. Walaupun akhirnya mereka menikah dan punya 2 anak juga, tapi jadinya ketika mereka menikah yang ke-2 kalinya mereka sudah lebih dewasa secara umur dan pemikiran, dan juga sudah lebih mapan secara finansial karena pengalaman kerja lebih banyak (dan istrinya juga sekarang bukan sekedar kerja di spa, tapi kerja di bank dengan posisi yang malah lebih baik dari suaminya).

Percakapan yang berkesan

Dalam 2 drama ini ada banyak hal yang bisa dipelajari terutama kalau kita ada dalam posisi mereka. Tapi yang paling menarik buat saya misalnya percakapan di Go Back Couple antara bapak dan ibu si suami. Bapak dan ibunya tentunya sudah lebih lama menikah dari mereka, digambarkan masih ada saja kesalahpahaman diantara mereka, tapi ya mereka tidak langsung minta pisah juga. Sekali ketika lagi marah ibuya bilang: “Masa yang kayak gitu aja harus aku bilang lagi sih?” terus bapaknya akan jawab: “Ya iyalah, kalau kau gak bilang, gimana aku bisa tahu, emangnya aku bisa baca isi kepalamu tanpa kau bilang?”. Seringkali, setelah kita menikah atau mengenal orang bertahun-tahun, kita berharap mereka bisa langsung tahu apa isi hati kita tanpa kita perlu menyebutkannya. Padahal, apa sih susahnya mengungkapkan apa isi hati kita daripada tebak-tebak buah manggis? Cerita di Go Back Couple juga ributnya karena masing-masing gengsi, gak mau kasih tau apa kesulitan yang dialami ke pasangannya tapi berharap dimengerti. Lah gimana mau ngerti kalau gak tau masalahnya apa, ya nggak?

Nah kalau dalam drama Familiar Wife, digambarkan setelah kesempatan ke-3, si suami jadi lebih mengerti bagaimana menghadapi istri yang sedang marah dan tidak membuat tambah marah (dan hal ini berlaku juga untuk istri ketika suami marah) . Termasuk bagian ikut turun tangan dan bekerja sama dalam menyelesaikan pekerjaan rumah termasuk urusan anak.

Penutup

Jadi jelas ya kesimpulannya, kalau pernikahan itu gak otomatis hidup bahagia selamanya, tapi kita harus tetap menjaga komunikasi, menceritakan apa yang kita rasakan dan bekerjasama untuk menyelesaikan masalah dalam rumahtangga bersama. Karena ketika kita menikah, hidup kita sudah menjadi bagian dari pasangan kita dan berbagi hidup itu bukan berbagi yang indahnya saja tapi juga berbagi duka.

Pameran Kebudayaan Etnis di Chiang Mai

Kemarin anak-anak lagi ikutan grup homeschool dari jam 9 pagi sampai sore. Saya ada kesempatan deh buat jalan-jalan dengan teman-teman yang juga anak-anaknya lagi sekolah.

Di Chiang Mai sering sekali ada berbagai pameran yang temanya tentang Thailand Utara. Biasanya di setiap pameran, selain ada pameran hasil kerajinan yang unik, juga ada makanannya. Jadi misi kali ini ya jalan-jalan sambil cari makan siang hehehe.

Baliho acara pamerannya

Walaupun judulnya pameran ini untuk mempromosikan tourism, kemarin waktu kami datang pengunjungnya tidak begitu banyak. Mungkin juga karena kami datangnya hari kerja dan belum jam makan siang. Atau mungkin juga, turis yang jadi sasaran pameran ini belum tau tentang acara ini. Tapi ya acara ini masih akan berlangsung sampai hari Minggu tanggal 1 September 2019. Kemungkinan diharapkan ramainya itu di akhir pekan.

Jadi, ada apa saja di sana? Mari kita melihat gambar saja.

Pameran seperti ini sering diadakan di Chiang Mai. Kadang-kadang sangat ramai dan banyak yang bisa dilihat, tapi kadang tidak terlalu ramai. Kemarin itu acaranya tergolong tidak terlalu ramai pengisinya. Tapi saya menemukan banyak hal menarik di sana.

Beberapa hal yang kami beli (walau tidak ada fotonya): snack dari kacang, biji wijen dan madu. Rasanya enak! Manisnya dari madu, katanya sih asli hehehe. Terus ada madu yang diambil dari lebah yang dipelihara di kebun kopi. Madunya jadi rasa kopi kali ya hehehe. Ada biji kopi juga tentunya. Ada sabun dari madu dan bubuk kopi. Ada shampo natural dari buterfly pea. Saya membeli kain tenun buat tutup piano.

Selain yang kami beli ada juga yang menjual kerajinan bambu, balsem dari buah lengkeng, lotion dan pelembab dari sari buah lengkeng, kunyit dan minyak esensial oil.

Datang ke pameran begitu bikin saya kagum dengan kreativitas manusia. Bisa aja gitu kepikiran membuat sesuatu dengan bahan yang ada di alam dan bisa dijadikan produk yang bisa dijual. Tapi saya suka kasian dengan ibu-ibu tua yang menjaga pameran. Mereka kelihatan bosan karena pengunjungnya kurang banyak. Sambil menunggu jualannya mereka tetap berkarya. Ada yang bertenun, menggambar di kain seperti membatik, menyulam manik-manik, atau sekedar menggulung benang untuk dirajut.

Saya sempat ngobrol dengan salah satu ibu-ibu yang jaga pameran sambil menenun kain. Saya bertanya berapa lama dia menyelesaikan 1 lembar kain. Katanya kalau sekedar kain selendang kecil 2 hari juga bisa selesai, tapi kalau kain lebar yang bisa untuk baju itu bisa butuh waktu sebulan, apalagi kalau yang bahannya dari benang sutra. Tentunya karena waktu pengerjaan dan bahan yang digunakan sutra, kain seperti itu harganya juga tidak bisa murah. Ada salah satu yang dia tunjukkan harganya 1 lembarnya 3500 baht. Dan itu bukan kualitas paling mahal ya. Mungkin kalau dibandingkan ya seperti harga kain songketlah, mana ada sih kain begitu harganya murah.

Oh ya seperti biasa, awalnya mereka akan mengajak ngobrol dengan bahasa Thailand Utara, setelah mereka perhatikan saya dan teman-teman ngobrol bukan dalam bahasa Thai baru deh mereka ganti ke bahasa Thai central. Sampai sekarang saya belum bisa bahasa Thai Utara, lah bahasa Thai Central saja kadang-kadang masih ada kata yang saya tidak mengerti hehehe.

Mudah-mudahan pameran berikutnya yang mengisi lebih ramai dan saya ada kesempatan lagi jalan-jalan santai seperti kemarin hehehe.