Belajar Bahasa itu Sepaket Sama Tulisannya

Sebelum belajar bahasa Korea, bahasa Thailand merupakan bahasa pertama yang saya pelajari yang tidak menggunakan huruf latin. Awal belajar bahasa Thai, rasanya sangat frustasi dengan sejumlah huruf meliuk-liuk dan bunyi yang sama digambarkan dengan lambang yang berbeda. Saya berusaha memetakan huruf Thai dan padanannya dengan alfabet A-Z. Agak kaget ketika mengetahui nama saya tidak bisa dituliskan huruf demi huruf ke dalam bahasa Thai.

Setelah beberapa lama kenalan dengan bahasa Thai, saya tidak menjadi orang buta huruf Thai lagi dan akhirnya bisa juga baca bahasa Thailand sedikit demi sedikit. Saya juga mulai menerima, penulisan nama dalam huruf non latin itu ya mengikuti aturan bahasa tersebut dan hanya bisa menuliskannya sampai terdengar sama walaupun bukan dipetakan huruf demi huruf.

halo, nama saya Risna

Waktu saya berkenalan dengan bahasa Korea (sebagai efek dari menonton drakor), saya langsung merasa perlu untuk mempelajari hurufnya juga yang dikenal dengan sebutan Hangul. Romanisasi bahasa Korea, seperti halnya bahasa Thai itu tidak standar, dan yang banyak tersedia di internet itu romanisasi dari penutur berbahasa Inggris.

Lanjutkan membaca “Belajar Bahasa itu Sepaket Sama Tulisannya”

Annyeong!

Hari ini kembali dengan tema kokoriyaan bareng grup drakor dan literasi. Tak terasa, sudah masuk tema ke-9 dari 10 tema yang ditetapkan untuk bulan ini. Harap maklum kalau dalam 3 bulan ini akan banyak cerita seputar drama Korea dan yang berhubungan dengan Korea.

Salah satu dari efek tidak langsung dari menonton drakor (seperti halnya dari menonton film berbahasa asing lainnya) adalah beberapa kata yang sering didengar jadi menempel di ingatan, dan ketika ngobrol dengan sesama penggemar drakor lainnya, terbawa deh dengan kata-kata yang sering didengar.

Walau sudah agak banyak kata-kata yang dipelajari, tapi sampai sekarang masih belum bisa juga menonton tanpa subtitle. Oh ya, jadi sejak saya menonton film itu terbiasa dengan subtitle Inggris, nonton drakor juga pakai subtitle Inggris. Baca subtitle Indonesia terkadang terjemahannya terasa aneh, hehehe.

Penonton drakor Indonesia pasti mengerti ini (sumber IG: @drakor.zone)
Lanjutkan membaca “Annyeong!”

Kenapa Nonton Drakor Bikin Lapar?

Hari ini kembali lagi dengan topik seputar kokoriyaan dari tantangan menulis di grup drakor dan literasi. Topik hari ini merupakan topik ke-8: Makanan Korea yang sudah dicoba/favorit. Topik seputar makanan ini sudah jelas merupakan efek tidak langsung dari akibat menonton drama Korea yang selalu banyak menunjukkan kegiatan masak ataupun makan bersama yang selalu terlihat sangat menggugah selera.

Di Chiang Mai ada beberapa restoran Korea, tapi saya selalu ke restoran yang sama setiap ingin makan makanan Korea. Alasannya sederhana, karena dekat dari rumah dan orangnya ramah. Waktu pertama kali ke restoran Korea, saya tidak tahu ukuran porsi makanannya.

Untungnya, pemilik restoran yang orang Korea asli mengerti ketidaktahuan kami dan mengingatkan kalau pesanan kami terlalu banyak dan tidak akan bisa dihabiskan dengan jumlah orang yang datang. Ketika makanan datang, dia juga menjelaskan bagaimana harus menikmati makanan Korea. Oh ya, waktu itu saya belum jadi pemirsa drama Korea, jadi ya nama makanannya pun selalu lupa, cuma ingat gambarnya, hehehe.

Sebenarnya saya sudah pernah menuliskan tentang makanan Korea yang pernah saya cicipi. Saya juga sudah pernah menuliskan perbandingan mi instan ramyun Korea dengan mi Instan lainnya yang bisa saya beli di Chiang Mai. Keisengan mencoba menu hanya bisa dilakukan kalau pergi ramai-ramai karena porsinya besar. Tapi hanya ada satu jenis makanan yang paling sering saya pesan kalau pergi sendiri/berdua dengan Joe saja.

Bimbimbap
Lanjutkan membaca “Kenapa Nonton Drakor Bikin Lapar?”

Gara-gara Drama Korea

Beberapa kali saya baca berita tentang seorang wanita yang merasa kecewa setelah menikah dengan pria Korea dan menyesal karena hidupnya tak seindah drama Korea. Ada lagi berita himbauan para suami untuk melarang istrinya menonton drama Korea karena nanti dibanding-bandingkan dengan lelaki Korea. Pernah juga baca diskusi di media sosial yang menuduh wanita yang sudah menikah dan menonton drama Korea itu tanda tidak bahagia dengan pilihannya.

Saya baca berita-berita seperti itu pingin ketawa. Menertawakan pintarnya wartawan mendramatisir isi berita dengan meminjam ketenaran drama Korea. Ketawa karena kalau ada wanita menikah dan berharap hidup ini seperti dalam dongeng atau dalam drama Korea itu tandanya wanita tersebut belum siap nikah. Ketawa kalau sampai ada suami yang merasa insecure banget kalau istrinya nonton drama Korea dan saya pun jadi semi menuduh dalam hati, “pantas saja istrinya tidak bahagia, segitu gak percaya dirinya jadi lelaki.”

Lupakan semua berita-berita yang kemungkinan ditulis oleh orang yang mungkin saja tidak menonton drama Korea. Terlepas dari pandangan negatif terhadap drama Korea dari yang tidak menonton, masih banyak kok hal yang bisa diambil sebagai manfaat nonton drama Korea. Tentunya manfaat ini tidak jauh berbeda dengan manfaat dari kegiatan hobi lainnya dan hanya bermanfaat kalau memandangnya sebagai manfaat.

Setiap drama ada pelajaran yang bisa diambil atau dibuang

Berikut ini contoh-contoh manfaat yang bisa diambil dari menonton drama Korea. Beberapa manfaat yang sama bisa diambil secara umum dari hobi menonton, dengan catatan ada seleksi sebelum menonton dan tidak semua asal ditonton saja. Makanya walaupun sudah banyak yang saya tonton, masih lebih banyak jenis drama yang tidak saya tonton.

Lanjutkan membaca “Gara-gara Drama Korea”

Tidak Semua Drakor itu Sama

Seperti halnya film/drama produksi manapun, tidak semua saya suka untuk ditonton. Ini salah satu penyebab terkadang kelamaan browsing Netflix, dan akhirnya berjam-jam berlalu dan tidak jadi nonton. Untuk memilih yang ingin ditonton itu perlu lama, tapi memutuskan tidak menonton itu cepat karena sudah ada garis besarnya dan alasan kenapa tidak mau menontonya.

Setiap bulan ada entah berapa judul baru yang ditayangkan, belum lagi kumpulan semua serial yang sudah ada di Netflix sejak dulu, tapi ya tetap saja walaupun sudah menonton banyak, masih banyak yang belum dan tidak akan saya tonton.

Kalau yang belum ditonton artinya sudah masuk rencana ditonton, tapi masih nanti-nantilah atau mungkin ga jadi-jadi juga ya ga masalah. Kalau yang tidak akan nonton ini ya memang tidak pengen nonton walaupun kabarnya keren banget, bagus banget dan semua orang membicarakannya. Nah drama itu masuk kategori ga akan ditonton tentu karena ada alasannya.

Melodrama

Hidup ini sudah susah, jangan ditambah lagi dengan kesedihan dari tontonan. Nonton itu yang akhirnya bahagia saja. Cerita melodrama juga umumnya berjalan sangat lambat, udah lambat banyakan nangisnya pula, aduh mana tahan nonton 16 episode penuh tangisan.

Saya hanya menonton melodrama kalau saya tidak sengaja menontonnya alias sudah terjebak dan ceritanya memang bagus. Tapi kalau udah tahu dan masih sengaja nonton itu tidak akan terjadi.

Kalau melodrama yang dimainkan aktor favorit gimana? Lihat dulu semelodrama apa ceritanya, apakah ceritanya cukup cepat dan menarik atau tidak. Apa ada faktor lain yang menarik untuk ditonton selain fakta melodramanya. Nah kalau dilihat dari daftar drakor yang sudah saya tonton sebelumnya, bisa lihat gak mana yang masuk kategori melodrama?

Setting kerajaan jaman dahulu (Saeguk)

Alasan saya tidak suka melihatnya karena aktornya jadi terlihat aneh. Yang cewe sih biasanya cantik tetap cantik, pakai baju tradisional dan hiasan kepala malah makin cantiklah, tapi cowonya jadi terlihat sangat berbeda dan jadi jelek hahaha.

Drama-drama ini contoh yang tidak akan saya tonton

Mereka umumnya pakai rambut palsu, baik itu dibiarkan gondrong dan kotor seperti tidak pernah keramas, atau disanggul diatas. Aneh sekali kan melihat lelaki sanggulan. 

Lanjutkan membaca “Tidak Semua Drakor itu Sama”

Drama Korea yang Sudah Ditonton

Dari dulu berencana bikin daftar drama yang sudah ditonton, biar ingat mana yang sudah direview dan mana yang belum. Nah kali ini mumpung ingat, baiklah saya coba mulai mendaftarkan dramanya.

Berhubung waktu mulai menonton ada yang ditonton agak random (dan waktu itu belum bisa bedakan siapa pemainnya), kemungkinan ada yang terlupakan udah ditonton, bahkan kadang-kadang ingat judulnya sudah ditonton, gak ingat akhir ceritanya gimana. Saya ingatnya cuma berakhir bahagia dengan baik atau akhir yang tidak masuk akal dan mengecewakan dan terburu-buru.

Buat saya, kadang-kadang menentukan memulai nonton Kdrama itu juga tergantung banyak hal, antara lain:

  • tergantung mood pas baca ringkasan ceritanya
  • rekomendasi Netflix berdasarkan yang sudah saya tonton sebelumnya
  • direkomendasikan teman
  • asal milih berdasarkan klip yang dilihat sekilas
  • drama yang sedang ramai dibicarakan dan cukup menarik episode pertamanya
  • rasa penasaran dengan drama yang mendapatkan baeksang award
  • drama yang pemerannya dari drama yang sudah ditonton sebelumnya

Awalnya, seperti kebanyakan orang yang tidak bisa membedakan wajah-wajah aktor dan aktris Korea, saya juga tidak bisa membedakan mereka. Lalu, setelah menonton beberapa judul drama, akhirnya mulai mengenali namanya.

Belakangan, setelah mengenal namanya dan aktingnya cukup berkesan di drama sebelumnya, saya akan mencoba mencari dramanya yang lain. Dan sekarang, saya jadi mulai bisa mengelompokkan drama yang sudah saya tonton berdasarkan para pemainnya.

Daftar ini bukan urutan dalam menontonnya, tapi hanya sekedar catatan dan bagaimana akhirnya ketemu dengan drama-drama tersebut. Saya akan memberikan tautan ke tulisan saya kalau drama tersebut sudah pernah saya tulis reviewnya. Tulisan ini kalau ingat akan saya tambahkan tautan kalau suatu saat dramanya saya review.

Review terbanyak itu dari serial Ghost/Phantom (2012), karena Joe ikut nonton dan dia menuliskan tentang sudut pandang hackingnya. Ini satu-satunya drakor yang ditonton Joe dan bukan saya yang ngasih usulan hehe.

Lanjutkan membaca “Drama Korea yang Sudah Ditonton”

Kdrama Harus Berakhir Bahagia

Hari ini ngomongin Kdrama lagi, topik lanjutan dari nulis bareng teman-teman di grup drakor dan literasi. Hari ini mau menceritakan jenis Kdrama yang paling sering saya pilih sebelum menentukan apakah akan menonton sebuah drama atau tidak.

Seperti halnya film produksi manapun, sebenarnya semua jenis genre ada di drama Korea. Tapi, buat saya menonton Kdrama ini tergantung mood. Tapi biasanya butuh yang ceritanya menarik, menghibur, plotnya tidak bertele-tele dan jalan ceritanya juga tidak harus bikin kening berkerut memikirkan kenapa tiba-tiba ada scene tersebut.

Singkat kata saya biasanya mencari genre komedi romantis. Perkara apakah ada tambahan fantasi, aksi, ataupun cerita mistis di dalamnya selama ceritanya disajikan dengan alasan yang dibuat semasuk akal mungkin, ya masih oke-oke saja.

Kebanyakan orang mengira, penggemar drama Korea hanya mencari cerita romantisnya saya, lalu terbuai dengan halusinasi terhadap pemerannya. Wajah tampan bukan jaminan ceritanya menarik untuk dinikmati. Tidak semua genre komedi romantis juga menarik untuk ditonton. Cerita melodrama yang kira-kira berakhir tidak bahagia sudah pasti tidak akan masuk dalam daftar tontonan saya.

Ada begitu banyak Kdrama baru setiap bulannya. Tidak mungkin juga menonton semuanya. Biasanya sih selain tergantung mood saat memilih tontonan, selain lihat genre, lihat aktornya, plot ceritanya, dan menebak-nebak apakah akhirnya akan bahagia atau tidak.

Hidup ini sudah banyak masalah, nyari tontonan ya jangan yang nambah masalah. Kdrama itu harus berakhir bahagia. Walau kenyataannya, tidak semua Kdrama berakhir bahagia.

Lanjutkan membaca “Kdrama Harus Berakhir Bahagia”