Menulis Review

Hari ini merupakan hari pertama dari tantangan #SehariSatuTulisan dari ODOPfor99days. Setelah tantangan November selesai, sebenarnya ada keinginan untuk menarik napas sejenak dan melanjutkan tantangan lagi setelah tahun baru, tapi mungkin karena sudah terbiasa menulis tiap hari, rasanya sayang kalau berhenti menulis setiap harinya. Awal gabung di komunitas ODOP ini saya agak minder, karena banyak pesertanya yang sudah menerbitkan buku, tulisannya dalam menyampaikan ide juga super tertata dengan rapi dan enak dibaca. Beberapa juga sudah sering menuliskan novel/cerita pendek. Sedangkan saya, sampai sekarang masih penulis mood-moodan, alias hanya bisa menulis panjang lebar kalau topik yang dituliskan itu sedang sesuai dengan mood saya. Untuk melatih diri sendiri, saya menambahkan tantangan ke diri sendiri, saya mau menuliskan berdasarkan topik tertentu, bukan berdasarkan mood saja.

Sempat kepikiran menulis di buku saja, tapi setelah dicoba menuliskan 3 halaman, rasanya tangan keram dan gak puas karena tulisan jelek. Jadi baiklah mari kita kembali ke platform blog saja. Lagian kalau nulis manual, gak bisa masukkin foto-foto. Tulisan tanpa gambar itu sepeti masakan tanpa garam (walau beberapa tulisan saya akhir-akhir ini ga pake gambar lagi).

Percobaan menulis di buku yang bikin tangan keram
Lanjutkan membaca “Menulis Review”

30 Hari Mencari Ide Blog

Kalau dulu ada film 30 hari mencari cinta, sepanjang bulan November ini buat saya 30 hari mencari ide untuk menulis. Ikut tantangan menulis selama 30 hari sepanjang bulan November yang digagas dari grup ODOP. Hasilnya? walau kadang ide itu datangnya menjelang tengah malam, 29 dari 30 berhasil saya lakukan. Absen 1 hari karena ikut ketiduran pas nemenin Joshua tidur hahaha.

Awalnya saya sering diprotes ama Joe karena mulai jarang nulis blog. Dalam setahun kadang saya cuma nulis 3 post: menyambut tahun baru, mengingat betapa tahun di Chiang Mai dan ya kadang topik random. Berbagai alasan sih yang bikin berhenti ngeblog, diantaranya ya ga mood.

Beberapa bulan lalu, saya tergerak buat ikut ODOP99days. Walau namanya one day one post alias sehari 1 posting, tapi persyaratannya minimal 1 minggu 1 postingan 500 kata atau lebih dengan topik bebas. Saya pikir, ini pemanasan yang bagus buat saya. Targetnya ga muluk-muluk, asal terpenuhi syarat minimum aja udah bagus dong. Selama beberapa bulan saya berhasil menuliskan 1 blog 1 minggu. 

Lanjutkan membaca “30 Hari Mencari Ide Blog”

Big Bad Wolf di Chiang Mai

Hari yang ditunggu-tunggu sudah tiba. Sejak beberapa minggu lalu sudah berencana buat ke acara Big Bad Wolf Book Sale yang pertama kali diadakan di Chiang Mai. Selama ini cuma dengar ceritanya saja. Sebenarnya, buku di rumah sudah banyak, masih banyak juga yang belum selesai dibaca, tapi rasanya sulit menolak kesempatan melihat lautan buku.

Lautan Buku BBW Chiang Mai

Jadwal BBW itu seharusnya dimulai tanggal 30 November – 9 Desember 2018, tapi untuk hari ini mereka membuka untuk presales buat sebagian yang mendapatkan VIP Pass. Tapi kalau dilihat lagi, mereka tidak terlalu mengecek apakah yang datang punya VIP Pass atau tidak. Bagusnya datang hari ini masih belum terlalu ramai dan bisa lebih leluasa untuk browsing buku.

Lanjutkan membaca “Big Bad Wolf di Chiang Mai”

SosMed, Dulu dan Sekarang

Ini masih nyambung dengan nostalgia dulu dan sekarang e-mail, tapi sekarang mau bahas jejaring pertemanan alias sosmed. Masa awal internet mulai bisa dipakai umum, dengan segala pembahasan positif dan negatif, kebanyakan orang masih menjaga anonimitas. Sekarang ini dunia online sudah jadi ekstensi keberadaan kita di dunia nyata.

Pertama kali join jaringan pertemanan Friendster. Friendster awalnya jauh berbeda dengan Facebook sekarang. Jari kita menambahkan teman, dan diharapkan kita memberi testimony mengenai teman kita tersebut. Friendster berusaha menggabungkan platform blog juga ke jaringan pertemanannya, saya juga sempat ngeblog di Friendster, tapi pada akhirnya saya memilih kembali ke blog ini.

Lanjutkan membaca “SosMed, Dulu dan Sekarang”

E-mail, Dulu dan Sekarang

Saya punya e-mail pertama dulu di layanan e-mail gratisan yahoo. User id e-mail pakai nick name karena merasa anonimity di Internet itu penting. Sempat punya beberapa e-mail gratisan dari layanan lainnya termasuk forwarder supaya e-mailnya lebih singkat ataupun terasa lebih keren. Dari sekian banyak alamat e-mail yang dipakai, yang akhirnya bertahan ya cuma yang pertama dibuat itu. E-mail itu bertahan karena user id nya dipakai juga untuk Yahoo Messenger. 

credit: foto dari huffpost.com
Lanjutkan membaca “E-mail, Dulu dan Sekarang”

Kota Mana di Indonesia?

Awal datang ke Chiang Mai kami ga kepikiran bakal tinggal lama dan betah di sini. Waktu itu kontrak kerja Joe diawali dengan 4 tahun, dan karena kami baru menikah dan belum punya anak, ya saya bilang sama Joe kalau kita tinggal di sini sampai kalau anak-anak masuk SD. Waktu itu saya belum tahu apa itu homeschooling dan tidak terpikir bakal betah di kota yang bahasanya susah dibaca dan susah diucapkan.

Saya gak tahu, kapan persisnya kami akhirnya merasa betah di Chiang Mai dan malah mulai prefer stay di sini daripada pulang. Masalahnya, kalau ditanya: kapan pulang dalam arti kapan kembali ke Indonesia? saya sekarang tergantung pekerjaan Joe saja. Sekarang ini kontrak kerja Joe sifatnya permanen alias selama masih mau kerja di perusahaan di sini. Tapi jawaban yang kami belum bisa tentukan adalah: kalau pulang ke Indonesia bakal tinggal di mana?

Lanjutkan membaca “Kota Mana di Indonesia?”

Produk Makanan Homemade atau Pabrikan?

Belakangan ini banyak orang mulai aware dengan kesehatan. Salah satu faktor yang diperhatikan selain berolahraga ya makanan yang dikonsumsi. Banyak yang klaim produk makanan homemade lebih sehat dibanding pabrikan.

Kadang-kadang produk homemade dijual agak mahal dibandingkan produk pabrikan dengan alasan karena bukan diproduksi secara massal maka harga produksinya juga lebih mahal, bahan bakunya juga pilihan. Tapi ada juga beberapa produk tanpa brand yang malah jadi lebih murah. Alasannya? karena mereka ga harus bayar untuk ijin produksi ataupun marketing produk. Kadangkala orang langsung cepat bikin kesimpulan homemade pasti lebih baik. Benar ga sih begitu?

Lanjutkan membaca “Produk Makanan Homemade atau Pabrikan?”