The King 2 Hearts (2012): Kisah Second Lead yang Lebih Mengesankan

Sebelum seorang aktor mendapatkan peran utama, mereka harus puas menjadi pemeran pendukung atau pemeran utama kedua (second lead) yang selalu jadi korban dan nasibnya belum tentu berakhir sebahagia tokoh utama. Ada beberapa drama yang bahkan membuat penonton lebih menyukai cerita tambahan daripada cerita utamanya.

Ada banyak kisah tidak bahagia dari second lead ini, terutama kalau mereka bersaing dengan first lead alias si tokoh utama. Beberapa penonton memilih tidak meneruskan menonton filmnya karena lebih suka kalau si second lead yang mendapatkan kebahagiaan. Tapi ada juga beberapa drama di mana first lead dan second lead tidak bersaing memperebutkan orang yang sama, tapi mempunyai kisah masing-masing.

Formula drakor romcom itu biasanya selalu jelas. Biasanya akan ada setidaknya 4 tokoh utama, 2 wanita dan 2 pria. Kalau diketahui yang mana tokoh utama pertama dan tokoh utama kedua, maka yang berakhir bahagia itu pastilah tokoh utama pertama. Belum pernah ada drama di mana tokoh utama pertama sukses jadian dengan tokoh utama kedua. Makanya kadang-kadang lebih baik tidak tahu siapa yang tokoh utama pertama dan siapa tokoh utama kedua supaya tidak jadi spoiler atau berharap harap cemas.

Dalam drama dengan tema cinta bersegi-segi, biasanya karakter tokoh utama kedua bisa lebih berkualitas dari karakter tokoh utama pertama, tapi tentu saja tokoh utama pertama akan jadi pemenangnya. Contohnya saja di Don’t Dare to Dream, karakter 2 sahabat Lee Hwa-sin dan Go Jung-won, yang menyukai wanita yang sama Pyo Na-ri.

Pemirsa bisa galau bolak balik memihak Go Jung-won bisnisman di industri busana yang baik hati dan penuh kelembutan atau Lee Hwa-sin si senior news anchor yang sombong, angkuh, punya prinsip wartawan tidak boleh bohong yang membuat dia dimusuhi keluarga sendiri dan ternyata hampir terlambat menyadari perasaannya ke Pyo Na-ri.

Sebelum Jo Jung Suk mendapatkan peran utama seperti di Don’t Dare to Dream, dia juga pernah menjadi second lead yang menurut saya karakternya dan kisahnya lebih mengesankan dari kisah pemeran utamanya.

Berhubung The King 2 Hearts belum pernah saya review, jadi sekalian saja saya tuliskan untuk tulisan topik second lead ini. Tokoh utama dari drama ini ada 5 orang. Jadi selain first lead dan second lead untuk wanita dan pria, ada juga tokoh antagonis yang jahatnya ga ketulungan.

Lanjutkan membaca “The King 2 Hearts (2012): Kisah Second Lead yang Lebih Mengesankan”

Upgrade ke Mi Band 5

Mi Band 5 baru saja diluncurkan secara global tanggal 15 July 2020 yang lalu. Sebenarnya Mi Band 4 yang sebelumnya dibeli bulan September tahun lalu masih baik-baik saja dan baterainya juga masih bertahan lebih dari seminggu. Tapi karena Mi Band 3 yang dibeli Maret 2019 yang kemudian dipakai Jonathan sejak saya beli Mi Band 4 sudah semakin drop baterainya, jadi ya saya cari-cari alasan aja buat ganti ke Mi Band 5.

Mi Band 5 sudah sampai

Alasan utamanya: saya cukup puas dengan pemakaian Mi Band sebelumnya, dan saya yakin fitur dari Mi Band 5 pasti lebih oke dari yang sebelumnya. Beberapa hari lalu, Joe kasih tau kalau Mi Band 5 nya sudah ada di toko online resmi di Thailand. Dengan promosi dan voucher yang ada, harganya 931 baht (sekitar 430ribu rupiah) sudah termasuk ongkos kirim. Hari ini Mi Band 5 sudah sampai, dan langsung dicoba.

Tulisan berikut ini merupakan rangkuman kesan pertama dari Mi Band 5, karena saya sebelumnya tidak pernah membaca apa fitur-fitur baru dari Mi Band 5 dibandingkan Mi Band 4. Oh ya, ini bukan iklan ya, saya nulis tidak dibayar.

Lanjutkan membaca “Upgrade ke Mi Band 5”

Me and My Boys

Hari ini 23 Juli 2020 diperingati sebagai Hari Anak Nasional di Indonesia. Biasanya kami di Thailand ikutan merayakan Hari Anak Thailand yang dirayakan setiap akhir pekan ke-3 bulan Januari. Jadi, berbeda dengan di Indonesia yang merayakannya pada tanggal yang sama, setiap tahunnya, di Thailand perayaan hari anak itu setiap akhir pekan, supaya semua orang pasti libur. Orang tua tidak ada alasan tidak bisa membawa anaknya bersenang-senang, dan anak-anak juga libur dari kegiatan sekolah.

Tulisan saya hari ini bukan mau membahas perayaan hari Anaknya, tapi saya jadi ingat kalau ada tantangan menulis di grup KLIP yang belum saya kerjakan. Temanya adalah: Makna Anak Bagiku.

Dua anak cukup, hehehe

Sekilas, topik ini sepertinya mudah, masa sih seorang ibu tidak bisa menuliskan apa makna anak buat dirinya? Apalagi kalau udah jadi ibunya bukan baru setahun dua tahun. Tapi ternyata, awalnya saya merasa kehilangan kata-kata untuk menuliskan apa sih makna anak buat saya?

Lanjutkan membaca “Me and My Boys”

Dinner Mate, Lebih Indah dari Cinta Pertama

Jumpa lagi dalam obrolan Kokoriyaan. Siapa yang udah selesai menonton drama Diner Mate? Kalau belum selesai dan tidak mau terpapar spoiler, silakan kembali lagi setelah selesai menontonnya. Tapi kalau tidak keberatan dengan spoiler, yuk mari sini saya ceritakan kisah Dinner Mate yang lebih indah dari kisah standar dan menjemukan tentang cinta pertama.

Mulanya dari sering makan bareng

Ceritanya

Cerita ini bermula dengan cerita untuk mewujudkan keinginan penonton CLOY di mana Seo Dan mendapat kesempatan ke-2 berpasangan dengan Alberto Gu. Eh, gak gitu juga ding, hehehe. Tapi pemerannya kebetulan memang pemeran Seo Dan dan Alberto Gu dijadikan berpasangan sejenak. Loh kenapa sejenak? Karena Seo Ji0-hye memang jadi pemeran utama tapi Kim Jung Hyun si pemeran Mr. Gu hanya menjadi cameo di drama Dinner Mate ini.

Tokoh pria di drama ini diperankan Seo Seung-heon, berprofesi sebagai psikiater yang menggunakan makanan sebagai bagian dari terapinya. Sedangkan tokoh wanitanya berprofesi sebagai produser acara konten digital (sejenis YouTube) yang sangat mengandalkan jumlah penonton dan like dari pemirsa.

Pertemuan pertama antara tokoh wanita dan pria ini bisa dibilang awalnya tidak sengaja, tapi kemudian berlanjut menjadi takdir (eh emangnya CLOY?). Jadi si tokoh wanita terbang ke Jeju Island untuk memberi kejutan ke kekasihnya, yang diperankan si Mr.Gu. Tokoh wanita ini juga berpikir kalau si pria akan melamarnya.

Lanjutkan membaca “Dinner Mate, Lebih Indah dari Cinta Pertama”

Pandemi Masih Akan Lama Berlalu

Saya tau, sudah banyak orang tidak mau membaca cerita pandemi. Setiap membaca katanya bikin stress. Pokoknya ikut protokol kesehatan saja kalau keluar, demikian katanya. Saya masih membaca perkembangan di Thailand yang sudah hampir 50 hari tidak ada transmisi lokal, dan di Indonesia yang sejak pelonggaran rata-ratanya pasien baru rata-rata 1600 orang dalam 3 hari terakhir.

Kenapa saya masih mengikuti perkembangan Covid-19 kalau Thailand sudah aman? Karena gelombang ke-2 itu nyata adanya. Dari yang saya baca di bulan Juni, Cina sempat ada peningkatan pasien baru walau sekarang sudah terkendali, Australia saat ini menutup kota Melbourne dan Mitchell Shire karena ada lonjakan kasus di daerah tersebut. Di Tokyo, Jepang juga ada peningkatan kasus baru setelah pelonggaran. Korea yang juga termasuk sukses menangani Covid-19 mengumumkan kalau mereka menghadapi gelombang baru dari pandemi sejak akhir Juni 2020 yang lalu.

Jadi, walaupun Thailand saat ini aman, belum tentu selamanya aman dengan adanya orang-orang yang mulai diperbolehkan masuk ke Thailand. Belum lagi, saya baca berita tentang beberapa orang yang tertangkap karena berusaha untuk masuk tanpa ijin ke Thailand. Untuk yang masuk dengan ijin, jelas ada protokol pemeriksaan dan karantina 14 hari. Untuk orang yang berusaha masuk tanpa ijin ini, selalu ada kemungkinan mereka masuk membawa penyakit.

Alasan kenapa Covid-19 menyebar dengan cepat (sumber dari Facebook)

Mengamati beberapa hal sejak adanya pelonggaran dan membaca beberapa berita membuat saya menyadari kalau pandemi masih lama akan berlalu. Walau saya tidak putus berharap pandemi cepatlah berlalu, tapi ya saya harus menerima juga kalau saya seorang diri yang mengikuti dan sadar akan bahaya Covid-19, tidak cukup untuk membuat pandemi ini berlalu. Butuh kerjasama dari semua orang di seluruh muka bumi. Iya di seluruh muka bumi, karena kalau tersisa 1 atau 2 pasien saja, dan kita lengah,  bisa membuat pandemi berulang lagi.

Lanjutkan membaca “Pandemi Masih Akan Lama Berlalu”

Mempertanyakan Pelonggaran PSBB di Indonesia

Sejak beberapa waktu lalu, Indonesia mulai melonggarkan Pembatasan Sosial Berskala besar (PSBB). Selain kegiatan bekerja kembali ke kantor, pusat perbelanjaan dan tempat-tempat wisata juga mulai dibuka.

Alasan pelonggaran ini beragam, mulai dari kurva yang katanya mulai melandai dan kita perlu mulai berdamai dengan pandemi Covid-19. Berbagai protokol mulai pemakaian masker, cuci tangan sampai ganti baju dan mandi setiap pulang ke rumah dihimbau untuk dilakukan untuk menjaga tertular dari infeksi.

Di banyak pasar yang merupakan tempat pertemuan banyak orang dilakukan rapid tes massal. Walaupun, di beberapa tempat pedagangnya kabur sebelum dites karena khawatir dengan keharusan isolasi ditempat yang kabarnya kurang layak. Hasilnya, dengan semakin banyak dilakukan tes, semakin banyak ditemukan pasien positif baru setiap harinya.

Sejak ditetapkan pelonggaran PSBB, banyak orang mulai merasa aman dengan mengikuti protokol yang dianjurkan. Tapi sebagian juga mulai lengah dan mengabaikan protokol. Padahal, protokol yang ada sekarang ini bukanlah obat ataupun anti virus. Semua protokol itu hanya langkah pencegahan.

Peluang untuk terkena infeksi Covid-19, jelas semakin besar dibandingkan ketika masa di rumah saja. Apalagi dengan semakin banyaknya orang di luar rumah dan semakin banyaknya yang tertular tanpa gejala, keluar rumah artinya sama dengan mengundang resiko tertular berbagai penyakit.

Jalur Puncak Bogor sering macet oleh wisatawan sejak pelonggaran PSBB ( Sumber: KOMPAS.COM/ AFDHALUL IKHSAN )
Lanjutkan membaca “Mempertanyakan Pelonggaran PSBB di Indonesia”

Kegalauan Orang Tua Anak Usia Dini di Masa Pandemi

Menjelang tahun ajaran baru 2020/2021, ada banyak ketidakpastian apakah anak-anak harus kembali belajar di sekolah atau masih dari rumah saja. Mengingat angka infeksi Covid-19 belum juga menunjukkan penurunan saat ini, sepertinya rumah adalah tempat paling aman untuk anak dan seluruh keluarga. Akan tetapi proses belajar jarak jauh melalui internet yang dilakukan dirasakan tidak optimal.

Beberapa orang tua yang anaknya hampir 7 tahun juga jadi ragu-ragu untuk memulai mendaftarkan anak masuk SD. Untuk orangtua yang anaknya masih di jenjang pendidikan anak usia dini (PAUD) merasa malah jadi repot dengan tugas-tugas sekolah yang terkadang dirasakan terlalu banyak untuk anak di bawah 6 tahun.

Beberapa sekolah sudah mengumumkan tanggal dimulainya kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah. Beberapa teman bercerita, kalau sekolah anaknya akan memulai KBM di sekolah untuk tingkat PAUD dan SD mulai akhir bulan Juli, sedangkan untuk tingkat SMP dan SMA melanjutkan belajar dari rumah. Teman yang lain bercerita kalau di sekolah anaknya malah kebalikannya. KBM di sekolah hanya untuk tingkat SMP dan SMA, sedangkan tingkat PAUD dan SD melanjutkan belajar dari rumah.

Perbedaan kebijakan sekolah ini membuat saya berpikir sendiri. Setiap sekolah ini pastilah ada pertimbangan masing-masing, maka membuat keputusan yang berbeda. Tapi saya pribadi lebih setuju kalau yang belajar di sekolah itu untuk anak yang memang sudah lebih mengerti untuk menjaga jarak.

Lanjutkan membaca “Kegalauan Orang Tua Anak Usia Dini di Masa Pandemi”