Thai Chana, Aplikasi Penelusuran Kontak Thailand

Sejak tanggal 18 Mei 2020 lalu, salah satu langkah yang dilakukan pemerintah Thailand untuk mengatasi penyebaran Covid-19 adalah mengenalkan aplikasi penelusuran kontak di tempat-tempat umum seperti mall, toko, restoran, taman kota, dan tempat wisata lainnya. Aplikasi ini disebut dengan nama Thai Chana.

Kita bisa saja tidak menginstal aplikasinya, karena pada dasarnya kita bisa menscan QR Code menggunakan QR Code reader apapun yang kita punya di ponsel kita, hasil scan QR Code otomatis kita akan membuka situs untuk mencatat kalau kita check-in ke tempat tersebut. Tapi untuk kepraktisan dan kemudahan check-out, saya memilih untuk menginstal aplikasinya.

Bisa mencatat nama toko di dalam Mall

Aplikasi ini dikenalkan sebagai bagian dari tahapan melonggarkan aturan untuk kembali ke normal. Sebelumnya, semua toko dan mall ditutup dan semua orang di rumah saja. Nah, setelah semua dibuka kembali, harus ada cara untuk mengetahui siapa saja ada di satu tempat pada waktu yang sama.

Sebenarnya Joe pernah menuliskan soal protokol yang disiapkan oleh Google dan Apple, akan tetapi kebanyakan orang terlalu khawatir dengan privacy. Kebanyakan orang merasa tidak suka kalau pergerakannya selalu diketahui, padahal apa sih yang mau disembunyikan, hehehe.

Aplikasi ini tujuannya apabila didapati pasien positif Covid-19, maka semua orang yang ada di tempat yang dikunjungi oleh orang tersebut pada saat yang sama akan dihubungi untuk diperiksa juga. Pada dasarnya aplikasi ini hanya mencatat nomor telepon kita. Untuk yang tidak memiliki ponsel, akan diminta untuk mencatat nama dan nomor telepon yang bisa dihubungi, ketika masuk ke tempat umum tersebut.

Reaksi awal dengan aplikasi ini, tetap saja banyak yang khawatir privasinya dilanggar. Tapi ada jaminan kalau datanya hanya disimpan selama 60 hari. Kemarin, data untuk tanggal 18 Mei 2020, sudah dihapus karena sudah 60 hari, lalu setiap hari data yang lebih dari 60 hari akan dihapus dari server.

Aplikasi ini sebenarnya mirip dengan aplikasi Foursquare, bedanya kalau Foursquare itu biasanya dilakukan buat berbagi ke teman kita di media sosial kalau kita mengunjungi tempat tertentu. Aplikasi Thai Chana ini dipakai untuk menscan QR Code dari tempat yang kita datangi, dan otomatis nomor kita beserta jam saat kita menscan akan tercatat mengunjungi toko tersebut di server.

Caranya sebenarnya hanya mempermudah kita mencatat toko apa yang kita kunjungi dan jam berapa. Bisa saja semua orang disuruh membuat catatan pergerakan masing-masing, tapi tentunya belum tentu semua membaca berita ketika ada sebuah supermarket misalnya yang dikunjunginya ternyata dikunjungi oleh pasien positif juga pada saat yang sama. Jadi dengan adanya catatan terpusat, pemerintah bisa menghubungi nomor yang tercatat berada di tempat yang sama pada saat yang sama dengan pasien positif Covid-19.

kasus Covid-19 dari orang asing yang memasuki Thailand tanpa karantina (sumber: Bangkok Post)

Contohnya ketika kemarin ada kasus tentara Mesir yang masuk ke Thailand dengan ijin khusus dan tanpa karantina 14 hari dan mengunjungi tempat umum di Rayong. Ternyata ketika sudah meninggalkan Thailand, dari hasil pemeriksaan sebelum dia berangkat, diketahui hasilnya positif. Awalnya sempat membuat banyak orang resah, bahkan sekolah di Rayong ditutup sementara untuk mencegah penularan infeksi Covid-19.

Dengan menggunakan data yang ada dari server Thai Chana, orang yang tercatat mengunjungi tempat-tempat yang dikunjungi pasien tersebut dihubungi, diperiksa dan dihimbau untuk isolasi mandiri 14 hari. Sampai hari ini, sudah lebih 6000 orang diperiksa swab Covid-19, dan sejauh ini 5200 orang hasilnya negatif, dan sisanya masih menunggu hasil. Harapan saya, semoga saja semua hasilnya tetap negatif. Kalau mau positif thinking, semoga pasien positif tersebut patuh memakai masker ketika dia ke tempat umum di Rayong.

Apakah wajib untuk menggunakan aplikasi Thai Chana ini? Saya perhatikan, beberapa minimarket tidak terlalu mewajibkan pengunjungnya untuk check-in dan check-out. Tapi sebenarnya, ini untuk kebaikan kita sendiri, jadi saya memilih untuk tetap menscan QR Code dari tempat yang saya kunjungi, dan tetap berharap tidak ada kasus transmisi lokal di Thailand.

Sampai tanggal 19 July 2020, sudah 55 hari tidak ada transmisi lokal di Thailand. Total pasien terdeteksi positif sebanyak 3.249 orang, sebanyak 3096 orang sudah sembuh, 95 orang masih dirawat dan 58 orang meninggal. Dengan tidak adanya transmisi lokal selama hampir 2 bulan, aktivitas anak-anak sudah kembali seperti dulu, bedanya: wajib memakai masker ketika di tempat umum.

Pandemi Masih Akan Lama Berlalu

Saya tau, sudah banyak orang tidak mau membaca cerita pandemi. Setiap membaca katanya bikin stress. Pokoknya ikut protokol kesehatan saja kalau keluar, demikian katanya. Saya masih membaca perkembangan di Thailand yang sudah hampir 50 hari tidak ada transmisi lokal, dan di Indonesia yang sejak pelonggaran rata-ratanya pasien baru rata-rata 1600 orang dalam 3 hari terakhir.

Kenapa saya masih mengikuti perkembangan Covid-19 kalau Thailand sudah aman? Karena gelombang ke-2 itu nyata adanya. Dari yang saya baca di bulan Juni, Cina sempat ada peningkatan pasien baru walau sekarang sudah terkendali, Australia saat ini menutup kota Melbourne dan Mitchell Shire karena ada lonjakan kasus di daerah tersebut. Di Tokyo, Jepang juga ada peningkatan kasus baru setelah pelonggaran. Korea yang juga termasuk sukses menangani Covid-19 mengumumkan kalau mereka menghadapi gelombang baru dari pandemi sejak akhir Juni 2020 yang lalu.

Jadi, walaupun Thailand saat ini aman, belum tentu selamanya aman dengan adanya orang-orang yang mulai diperbolehkan masuk ke Thailand. Belum lagi, saya baca berita tentang beberapa orang yang tertangkap karena berusaha untuk masuk tanpa ijin ke Thailand. Untuk yang masuk dengan ijin, jelas ada protokol pemeriksaan dan karantina 14 hari. Untuk orang yang berusaha masuk tanpa ijin ini, selalu ada kemungkinan mereka masuk membawa penyakit.

Alasan kenapa Covid-19 menyebar dengan cepat (sumber dari Facebook)

Mengamati beberapa hal sejak adanya pelonggaran dan membaca beberapa berita membuat saya menyadari kalau pandemi masih lama akan berlalu. Walau saya tidak putus berharap pandemi cepatlah berlalu, tapi ya saya harus menerima juga kalau saya seorang diri yang mengikuti dan sadar akan bahaya Covid-19, tidak cukup untuk membuat pandemi ini berlalu. Butuh kerjasama dari semua orang di seluruh muka bumi. Iya di seluruh muka bumi, karena kalau tersisa 1 atau 2 pasien saja, dan kita lengah,  bisa membuat pandemi berulang lagi.

Lanjutkan membaca “Pandemi Masih Akan Lama Berlalu”

Macam-macam Face Shield

Ketika perjalanan ke Bangkok kemarin, saya perhatikan ada beberapa orang menggunakan face shield selain masker. Sebenarnya sudah tahu lama tentang face shield ini, tapi mau beli langsung kok tidak ketemu juga. Akhirnya pulang dari Bangkok, kami membeli face shield secara online.

Secara garis besar ada 3 jenis face shield yang tersedia online. Tapi karena sekilas berbeda, kami membeli 5 face shield yang harganya mulai dari 19 baht sampai 150 baht. Saya akan mereview masing-masing faceshield tersebut.

Tipe pertama, model kacamata

model ini kebesaran untuk anak-anak

Waktu pertama kali melihat ini, datangnya berupa lembaran plastik dan kacamata yang terlepas dari plastiknya. Awalnya saya merasa aneh karena terlihat plastiknya buram dan tidak bening. Lalu saya berhasil melepas 1 lapisan di bagian luar plastiknya, tapi terlihat masih tetap buram. Akhirnya saya baru menyadari kalau ternyata ada 1 lapisan lagi di bagian dalam yang perlu dilepas. Dan sekarang plastiknya terlihat lebih bening.

Lanjutkan membaca “Macam-macam Face Shield”

Pengalaman Terbang Domestik di Thailand (Masa Pandemi Covid -19)

Hari ini, kami sekeluarga terbang dari Chiang Mai ke Don Mueang Bangkok untuk mengurus paspor saya dan anak-anak ke kedutaan di Bangkok. Sayangnya, paspor Joe masih belum bisa, tapi ini cerita untuk esok hari.

Sejak minggu lalu, kami sudah pesan tiket dan hotel untuk ke Bangkok dan mencari tau situasi penerbangan saat ini. Kami perlu menginap 1 malam di Bangkok, herannya waktu cari hotel kok family room pada penuh ya.

Dengan tidak adanya kasus transmisi lokal lebih dari sebulan di Thailand, perasaan agak tenang untuk perjalanan membawa anak-anak. Tidak ada kewajiban untuk test Covid-19 dulu dan tidak ada karantina di tempat tujuan. Protokol kesehatan seperti pemakaian masker dan social distancing tetap ditekankan.

Pesawat paling pagi dari Chiang Mai itu berangkat jam 8.30, karena rumah cukup dekat kami berangkat jam 7 dari rumah. Suasana di luar airport sangat sepi, pintu masuk ke bagian internasional malahan kosong sama sekali.

penerbangan internasional kosong

Masuk ke bagian domestik masih seperti biasa, tidak ada antrian terlihat. Walau sudah check-in online, kami belum print boarding pass, jadi saya ke counter Air Asia untuk cetak boarding pass.

Lanjutkan membaca “Pengalaman Terbang Domestik di Thailand (Masa Pandemi Covid -19)”

New Normal yang Tidak Normal, Mendingan di Rumah Saja

Hari ini, terlepas dari kasus infeksi Covid-19 harian yang masih merayap naik, saya membaca protokol tentang normal baru untuk Indonesia dalam upaya berdamai dengan Covid-19. Protokol yang sangat banyak dan merepotkan seperti kalau naik angkutan umum harus mandi ketika tiba di tempat tujuan, atau setelah sekian kali memakai hand sanitizer disarankan mencuci tangan, sampai jangan menyentuh masker dengan tangan yang tidak bersih membuat saya merasa lebih baik di rumah saja.

new Normal

Setelah berbulan-bulan di rumah saja, beberapa negara mulai menunjukkan keberhasilan mengendalikan penyebaran infeksi Covid-19. Setelah kurva pertambahan infeksi mulai melandai dan bahkan tidak ada penularan infeksi lokal, banyak aturan-aturan ditetapkan untuk menghindari terjadinya infeksi gelombang ke-2. Aturan seperti tetap jaga jarak aman dan memakai masker paling banyak disebutkan untuk menjadi bagian dari normal yang baru.

Lanjutkan membaca “New Normal yang Tidak Normal, Mendingan di Rumah Saja”

Mengajar Kuda Terbang, Sampai Pandemi Berlalu

Akhir tahun 2017, di saat sedang di tengah ketidakpastian akan sesuatu, saya membaca kutipan cerita dari buku Doa Sang Katak 2, tentang seorang lelaki yang akan dihukum mati oleh seorang raja di India. Lelaki ini mengajukan satu hal mustahil untuk mendapatkan hidup satu tahun lagi. Dia bilang dia akan mengajarkan kuda sang raja terbang dalam setahun. Sang raja mengabulkan, dan dia hidup paling tidak untuk satu tahun lagi.

Melatih kuda terbang dalam setahun?

Sampai sekarang kudanya belum bisa terbang, ketidakpastian itu masih tetap tidak pasti. Tapi banyak hal terjadi sejak saat itu, dan ternyata tidak ada gunanya kekhawatiran berlebihan dan sampai sekarang semuanya masih bisa berjalan baik.

Sumber: “Doa Sang Katak 2, Meditasi Dengan Cerita”, Anthony de Mello, SJ
Lanjutkan membaca “Mengajar Kuda Terbang, Sampai Pandemi Berlalu”

April 2020 tanpa Perayaan Songkran di Thailand

Hari Songkran, merupakan hari perayaan tahun baru Thailand yang biasanya diperingati setiap tanggal 13 – 15 April. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, di tahun 2020 ini, perayaan Songkran ditunda sampai waktu yang belum ditentukan. Gara-gara apa? apalagi kalau bukan pandemi Covid-19. Saya sudah beberapa kali menuliskan cerita Songkran di Chiang Mai, tapi kalau untuk membaca lengkapnya bisa cek di wikipedia.

Lanjutkan membaca “April 2020 tanpa Perayaan Songkran di Thailand”