Manfaat Menghomeschool Anak

Udah lama gak cerita soal homeschoolingnya Jonathan. Beberapa minggu lalu, Jonathan dan Joshua ikutan summer camp jadi kegiatan homeschoolingnya diliburkan. Campnya itu mulainya jam 9 pagi dan selesai jam 3 sore. Waktu mereka ikut camp, setiap pagi jadi terasa lebih berat dari hari-hari sekolah di rumah.

Biasanya, kegiatan homeschool di rumah mulai jam 9 -an, tapi tidak ada waktu tempuh jadi ya seselesainya makan mandi baru mulai. Nah kalau kegiatannya bukan di rumah, otomatis pagi-pagi jadi harus lebih awal melakukan semuanya supaya tidak terlambat sampai ke tujuan.

Jadi terpikir, ternyata homeschooling itu jauh lebih santai daripada kirim anak ke sekolah. Selain masalah flexibilitas waktu, saya merasakan beberapa manfaat lain dari menghomeschool anak. Manfaat yang ingin saya tuliskan di sini bukan untuk anak, tapi untuk kami orangtuanya. Setidaknya ini yang kami rasakan.

Fleksibilitas

Kegiatan homeschooling kami biasanya hanya 4 hari seminggu, mulainya jam 9 pagi dan selesai jam 12 siang. Kalau Jonathan lagi agak bengong, ya kadang baru diselesaikan sekitar jam 1 siang (setelah dia selesai makan). Sekarang ini Joshua belum saya berikan pelajaran yang terstruktur, untuk Joshua setiap harinya intinya bermain dan bermain. Mau mainan mobil-mobilan, lego, playdough, piano, berantakin rumah, coret-coret di papan tulis, bebasss asalkan gak gangguin kakaknya.

Lanjutkan membaca “Manfaat Menghomeschool Anak”

Joshua dan Piano (2)

Joshua (3 tahun 10 bulan) gaya belajarnya unik, dia tidak suka diajarin berlama-lama. Kalau dia tertarik, dia yang akan minta kita berkali-kali menyanyikannya. Kalau tidak tertarik, ya dia tidak akan bisa dipaksa. Setelah bulan Februari dia belajar lagu Mary had a little lamb, dan mengerti untuk mencari do-re-mi-fa-so-la-si-do di tuts piano, saya mencoba mengajarkan dia lagu ABC (yang nadanya sama dengan twinkle-twinkle little star).

Awalnya ketika saya ajarkan, dia hanya mau menyanyikannya dan tidak mau mencoba sendiri.Dia malah menyuruh saya yang main berkali-kali. Saya suruh dia menirukan, tapi dia malah pura-pura ga melihat. Kalau saya berhenti main, dia tarik tangan saya dan letakkan di tuts piano dan bilang: lets sing it again. Setelah itu dia pergi dan bernyanyi tanpa mau mendengarkan kalau diajarin. Karena saya pikir dia tidak tertarik, ya sudah saya tidak paksa.

Beberapa hari belakangan ini, dia tertarik lagi dengan piano. Dia mulai dengan mencari d0-re-mi lagi. Saya mengajarkan lagu ABC dengan menyanyikan solmisasi (do-d0-sol-sol-la-la-do), nah Joshua ternyata ingat kata-katanya. Waktu dia menemukan piano mainan kecil (yang dibeli seharga 60 baht), dia langsung mengerti melihat ada tulisan do-re-mi nya di tutsnya. Setelah mencoba-coba sendiri beberapa kali, dia bisa 1 bait pertama.

Setelah itu saya mencoba mengenalkan mana tuts do dan sol di piano. Beberapa kali dia menolak untuk diajari. Dia memang tipe yang lebih suka coba-coba dan cari tau sendiri. Eh usahanya berhasil, kemarin dia sudah bisa membunyikan lagu ABC di piano kecilnya.

mainan piano kecil
Lanjutkan membaca “Joshua dan Piano (2)”

Joshua dan Osmo

Osmo ini dulu dibeli sebagai hadiah ulang tahun Jonathan yang ke-6. Joe pernah menuliskan reviewnya di sini. Mainan Osmo ini mainan di iPad, tapi ada mainan fisiknya.

Sejak tahun lalu, Joshua sudah tertarik pingin ikutan mainan Osmo kalau melihat Jonathan main. Tapi karena dia belum bisa dibilangin untuk rapihkan setelah main, dan mainan ini banyak bagian kecil-kecilnya, saya jarang kasih Joshua main. Mainan Osmo ini sudah lama tidak dimainkan juga dengan Jonathan. Supaya tidak hilang begitu saja, mainan ini saya simpan agak jauh dan memang jadinya agak lupa.

Beberapa hari ini Joshua ingat lagi dengan Osmo, memang belakangan ini kami kasih kesempatan Joshua main iPad lagi. Awalnya dia tertarik dengan mainan Osmo Number. Joshua ini kalau main, seringnya gak mau diajarin, dia suka aja bikin cara main sendiri. Harusnya mainnya itu di depan ipadnya. Bisa untuk belajar penjumlahan ataupun perkalian. Tapi Joshua bikin sendiri mainannya dengan kepingan-kepingan Osmo Numbers. Misalnya bisa dilihat di gambar.

Sebelum sampai ke susunan seperti di gambar, dia menyusun mulai dari 1, lalu 1+1 = 2, dan seterusnya. Kadang-kadang saya heran, kok ya dia sabar banget ya mainan begini hahaha.

Lanjutkan membaca “Joshua dan Osmo”

Imigrasi Chiang Mai 2019

Sebagai pendatang di negeri orang, dalam setahun ada beberapa kali kami harus ke imigrasi Thailand di Chiang Mai. Setiap tahun harus perbaharui ijin tinggal (Visa paling lama berlaku 1 tahun), lalu kalau mau pulang ke Indonesia atau keluar dari Thailand harus urus ijin masuk kembali (re-entry), setiap kembali dari luar negeri dalam waktu 1×24 jam harus lapor alamat (TM 30), dan kalau tinggal lebih dari 90 hari di Thailand tanpa keluar negeri, harus lapor diri masih berada di Thailand (notify 90 days report).

Urusan ke imigrasi ini, dulunya selalu bikin stress. Antriannya panjang dan lama, apalagi waktu punya anak kecil-kecil, saya sering memaksa Joe ikutan juga ke imigrasi karena beberapa hal gak bisa diwakilkan. Urusan fotokopi dokumen juga sering bikin sakit kepala, udah dapat nomor antrian, waktu pemeriksaan dokumen kalau ada yang kurang harus lari ke tukang fotokopi (yang letaknya tentu saja bukan di dalam gedung yang sama), dan kembali lagi menunggu untuk diperiksa lagi dokumennya.

Di komunitas orang asing yang tinggal di Chiang Mai, sering ada pertanyaan: kalau saya mau urusan X, jam berapa saya harus datang ke imigrasi untuk ngantri?. Lalu muncullah orang berbisnis dengan menyediakan jasa mengambilkan nomor antrian. Namanya urusan begini, aturannya sering berubah. Ada masanya di mana untuk mendapatkan antrian, semua orang wajib datang mengantri. Cerita tentang sekeluarga ngantri dari jam 4 pagi di imigrasi bukan hal yang asing lagi di kalangan orang asing di sini.

Untuk urusan ijin tinggal, kami banyak dibantu dari kantor Joe. Kepusingan 1 tahun sekali ini kami hadapi dengan menarik napas panjang dan menyediakan diri berlama-lama di imigrasi. Untuk urusan re-entry dan TM30 kami harus urus sendiri, belakangan prosesnya sudah bisa lebih cepat walaupun ya kadang-kadang masih butuh total 2 jam di imigrasi. Untuk urusan lapor diri 90 hari, ada suatu masa saya menunggu dari jam 9 pagi sampai lewat jam makan siang. Akhirnya waktu itu kami memutuskan untuk membayar agen, mewakili kami melaporkan diri setiap 90 hari.

Melaporkan diri lewat agen ini tentunya harus bayar. Waktu itu biayanya 1 tahun 1000 baht (4 kali lapor diri). Kalau dihitung, per lapor diri 250 baht, dan waktu itu kami masih ber-3. Setelah ada Joshua, saya pikir wah lumayan juga ya setiap datang lapor diri kalau gak pakai agen saya bisa ngantongin duit 1000 baht tuh. Melaporkan diri lewat agen ini repotnya juga kita harus mengantar dan mengambil passport asli kita ke kantor agennya. Salah satu hal yang kadang mengkhawatirkan, mereka sepertinya tidak terlalu hati-hati dalam mencatat siapa yang mengambil passport kita. Padahal buat perantau, passport ini dokumen super penting yang kalau sampai hilang urusannya bisa bikin sakit kepala.

Kemarin saya ke imigrasi untuk lapor diri 90 hari. Terakhir kami ke imigrasi itu tahun lalu sebelum pulang ke Indonesia. Waktu kembali ke sini, hampir lupa dengan urusan lapor alamat telah kembali dalam waktu 24 jam, untungnya gak sampai 3 hari saya ingat dan gak dipermasalahkan. Sejak kantor imigrasi Chiang Mai selesai direnovasi, urusannya ternyata jauh lebih cepat dan mudah.

Biasanya supaya cepat, saya mengisi formulir dan memfotokopi semua dokumen dari rumah. Untuk mendapatkan nomor antrian, semua form dan dokumen harus sudah lengkap, jadi ya lebih baik semua sudah diisi supaya gak berlama-lama di sana. Tapi kemarin karena dengar kabar ada perubahan form dan peraturan, waktu datang saya belum isi form sama sekali dari rumah . Saya bertanya ke petugasnya untuk mendapatkan formulir dan apakah saya perlu fotokopi lagi. Katanya kalau memang kita melakukannya untuk diri sendiri (dan keluarga langsung), kita tidak perlu lagi memfotokopi dokumen, tapi kalau misalnya kita agen, atau mewakili orang lain, tetap saja butuh fotokopi dokumen yang ditandatangani, dan mengisi formulir.

Setelah mengisi 4 formulir ( buat sekeluarga harus diisi formulir masing-masing), saya ambil nomor antrian. Eh ternyata lumayan juga, saya dapat nomor 195 – 198 dan yang sedang dilayani itu nomor 190. Gak sampe 5 menit saya sudah dipanggil dan 5 menit kemudian semua sudah selesai.

Sekarang ini, saya juga banyak membaca pujian di komunitas orang asing di Chiang Mai mengenai perubahan kinerja imigrasi di sini. Semua bahagia karena gak perlu lebih dari 15 menit, urusannya beres di imigrasi (asalkan semua dokumen lengkap). Berbagai urusan juga bisa dilakukan online/digital. Beberapa hal malah udah gak meminta fotokopi berlembar-lembar lagi.

Terakhir kali kami urus visa, urusannya sudah semi online juga. Kami datang ke imigrasi tinggal untuk foto diri dan tandatangan saja. Urusan upload data memang sempat memakan waktu agak lama, mungkin karena namanya juga sistem baru, jadi ada saja yang belum sempurna. Dengan urusan yang semakin mudah kalau ke imigrasi begini, kami jadi lebih nyaman tinggal di sini. Gak ada lagi perasaan stress setiap kali harus ke imigrasi hehehe.

Memrise: Aplikasi Buat Belajar Bahasa

Catatan: review ini saya tulis berdasarkan opini pribadi, dan saya tidak dibayar untuk menuliskan ini.

Saya menginstal Memrise sudah lama. Jonathan malah duluan makai Memrise baru saya ikutan. Awalnya, Jonathan iseng-iseng pengen belajar bahasa Spanish katanya. Terus belakangan saya ikutan mencoba instal juga untuk melihat ada bahasa apa saja yang ditawarkan dan seperti apa sih Memrise itu.

Bisa belajar banyak bahasa sekaligus

Sekilas, memrise ini seperti flash card saja. Bedanya kalau flash card biasa itu, kita harus menyiapkan sendiri kata-katanya dan tidak ada suaranya. Dengan Memrise, selain menawarkan untuk mengulang-ulang kosa kata, ada bagian latihan mendengarkan, latihan mengucapkan, latihan mendengar orang lokal berbicara, latihan mengeja, dan juga mulai dari level kata sampai menyusun kalimat. Oh ya, kursus yang kita pilih bisa di download secara offline, jadi tidak ada alasan tidak bisa belajar karena kehabisan paket data.

Saya mulai iseng belajar Korea pakai Memrise beberapa bulan lalu. Memrise ini bisa digunakan secara gratis, tapi ada beberapa fitur yang dibatasi untuk versi gratisnya. Karena melihat saya dan Jonathan waktu itu cukup rajin, akhirnya kami memutuskan untuk membayar subscription Memrise ini. Pertimbangannya, dengan 60 USD per tahun, bisa belajar beberapa bahasa sekaligus, jauh lebih murah daripada pergi ke kursus bahasa. Sekarang ini ada penawaran lifetime subcription dengan biaya 100 USD, tapi kami belum membeli yang lifetime subscription.

Lanjutkan membaca “Memrise: Aplikasi Buat Belajar Bahasa”

Belajar Bahasa itu Proses

Sejak beberapa minggu lalu, saya pernah nulis kalau saya mulai rutin belajar bahasa Korea. Kali ini mencoba disiplin melakukannya sedikit setiap hari. Tanpa terasa, sudah 26 hari saya tidak pernah bolos mereview kosa kata bahasa Korea di Memrise.

Kemarin, akhirnya saya menyelesaikan kursus bahasa Korea pertama yang saya ikuti di Coursera. Walau udah selesai banyak modul, tapi saya merasa belum terlalu bisa nonton kdrama tanpa subtitle. Saya masih kurang latihan hehehe.

Coursera yang saya ambil kursusnya harusnya 5 minggu, tapi saya selesaikan dalam waktu kurang dari 5 minggu. Menurut saya quiz nya terlalu gampang dan bisa ditebak jawabannya. Jadi lulus 100 persen bukan berarti saya udah menguasai materi 100 persen.

Quiznya juga bisa diulang mengerjakannya walaupun dibatasi 3 kali mengulang sebelum menunggu beberapa jam untuk mencoba lagi. Kalau ada jawaban yang salah, bisa ambil quiz ulang, saya bisa mengganti jawaban dengan pilihan yang lain dan jadilah quiznya bisa lulus 100 persen. Kuisnya tidak di random ulang. Jumlah pertanyaannya juga antara 5 – 7, sangat mudah untuk mengingat apa saja jawaban kita sebelumnya.

Tapi apalah arti lulus 100 persen, kalau kenyataanya tetap gak mengerti materi ataupun gak bisa membaca hangeulnya. Tidak mengerti partikel atau akhiran apa yang harus dipakai untuk mengubah kata dasar menjadi kata kerja ataupun kata lainnya. Pada akhirnya walaupun perlu untuk lulus, tapi lebih perlu pengertian kita sebagai hasil belajar.

Belajar dari coursera ini menambah wawasan beberapa bentuk grammar bahasa Korea, tapi kadang-kadang ada bagian yang seperti melompat dan kurang banyak contoh. Tapi ya itu tugas saya untuk lebih banyak berlatih kalau memang mau bisa fasih bahasa Korea.

Target belajar bahasa Korea supaya bisa nonton kdrama tanpa subtitle masih jauh banget, kosa-kata saya masih sangat sedikit. Kemampuan membaca hangeul juga masih ga berbeda dengan kemampuan membaca bahasa Thai. Ada kalanya saya merasa malas membacanya karena merasa aduh ini apaan sih! Terus akhirnya nebak hahaha.

Mumpung masih semangat belajar bahasa Korea, saya memilih untuk melanjutkan kursus lain dari Coursera dan rencananya mau coba belajar dengan kursus gratisan yang ada di YouTube juga.

kursus berikutnya

Kalau baca dari deskripsinya, kursus berikutnya ini harus sudah terbiasa dengan alphabet Korea. Kursus sebelumnya cukup jelas memberi dasar mengenali dan membaca hangeul.

Saya belum berniat membeli buku atau belajar grammarnya secara serius, karena saya tahu kelemahan saya dalam belajar bahasa itu di grammar. Kalau dikasih terlalu banyak terminologi grammar saya merasa eneg duluan. Lagipula saya merasa belajar iseng begini lebih fun daripada pake target tinggi-tinggi hehehe.

Metode belajarnya sejauh ini ya, memakai aplikasi Memrise dengan target mengingat 15 kata per hari. Mengerjakan coursera kalau lagi rajin asal gak sampai lewat batas waktu pengerjaannya. Biasanya saya mengerjakan coursera kalau lagi menunggu Jonathan di tempat kursus.

Gak terlalu ambisius kan targetnya. Oh ya, karena buat saya belajar bahasa itu proses dan latihan, jadi kadang-kadang memang butuh repetisi berkali-kali sampai bisa mengingat makna kata ataupun grammar sebuah kalimat.

Untuk belajar menggunakan coursera, ada aplikasinya di android maupun iphone. Pelajarannya juga bisa di download, jadi bisa belajar secara offline. Jadi bisa dibuka di mana saja. Materi yang diberikan juga video-video singkat sekitar 10 – 15 menit. Selain video, ada file pdf yang merupakan ringkasan dan soal latihan dari materi yang diberikan. Lalu setiap 1 materi biasanya diberikan quiz kecil.

Dipikir-pikir, saya sebenernya telat buat belajar bahasa Korea. Saya ingat, dari jaman saya kuliah, teman-teman saya udah pada rajin nonton kdrama dan tertarik buat belajar bahasanya. Tapi ya, baru sekarang sih punya waktu nonton kdrama, jadi aja baru sekarang tertarik belajar bahasanya hehehe.

Ada yang mau belajar bahasa Korea bareng dengan saya? biasanya kalau ada temannya, yang iseng-iseng begini jadi lebih seru. Biasanya yang tertarik belajar bahasa korea ini karena nonton kdrama atau pengen dengerin lagu-lagu kpop.

Persiapan Songkran

Festival Songkran merupakan perayaan tahun baru di Thailand. Setiap tahunnya Songkran dirayakan di akhir pekan sekitar 13 – 15 April. Biasanya setiap bulan April akan ada libur panjang disekitar hari Songkran. Untuk tahun ini liburnya mulai 12 April sampai hari rabu 17 April. Perayaan Songkran ini lebih meriah daripada perayaan tahun baru Masehi.

Karena liburnya cukup panjang, kebanyakan orang Thai akan berkumpul bersama dengan keluarga besar atau dengan teman-teman. Makan dan minum bersama atau pergi bersama-sama ke tempat di mana orang siram-siraman. Budaya di sini, orang-orang suka berkumpul untuk makan bersama sambil minum bir, karaoke-an atau sekedar ngobrol sampai pagi.

Waktu belanja kemarin, di Makro sudah terlihat menjual perlengkapan yang biasanya dibutuhkan untuk menyambut festival Songkran. Berikut ini benda-benda yang banyak terlihat di banyak tempat di masa perayaan Songkran.

baju motif bunga-bunga

Hampir setiap orang mengenakan baju bermotif bunga-bunga ala Hawaii ini. Petugas kasir di pusat perbelanjaan juga biasanya akan mengenakan seragam khusus dengan motif bunga-bunga ini. Baju motif ini hanya keluar dalam masa Songkran ini saja, sisanya disimpan di lemari hehee. Saya dan Joe sampai sekarang tapi belum punya baju begini hehehe, soalnya di masa Songkran kami malah sering liburan ke Indonesia mumpung liburnya panjang.

Perlengkapan yang dibutuhkan untuk perang air adalah pistol air dan ember besar untuk persiapan refill air. Anak muda di sini kebiasaanya pergi dengan mobil pick up terbuka, membawa ember besar berisi air dingin dan pistol air. Sambil naik mobil keliling pusat kota dan perang air dengan yang lain yang juga melakukan yang sama. Orang asing yang datang berkunjung ke Thailand juga suka ikut-ikutan dengan perang air ini. Makin basah makin seru hehehe.

Selain di pusat kota, kadang-kadang ada juga yang hanya pergi ke jalan besar terdekat dari rumahnya, berkumpul sambil makan dan minum di rumah yang dekat ke jalan besar dan menyirami mobil yang lewat dipinggir jalan. Kalau jalanan macet, ya lumayan bisa banyak yang disiram.

Perlengkapan yang juga dibutuhkan di masa songkran adalah galon minuman untuk membawa air minum dingin dan juga cooler box biasanya untuk membawa bir atau minuman soda lainnya.

Karena kebiasaan perang air sambil minum bir, kadang-kadang ada saja kecelakaan mobil terjadi di masa Songkran. Sejak beberapa tahun terakhir, saya sering melihat peringatan untuk tidak minum alkohol sambil perang air. Tapi ya, masih ada saja yang tidak sayangi diri dan merasa jagoan tidak akan terpengaruh alkohol sambil main air ini.

Tahun lalu dan tahun ini kami tidak pulang ke Indonesia di masa libur Songkran. Jonathan sudah berencana ikut main air di pusat kota. Biasanya yang menemani Jonathan main air itu papanya, saya dan Joshua milih ngadem aja deh di taman dekat tempat orang siram-siraman.

Polusi udara di sekitar hari Songkran biasanya sudah mulai berkurang banyak, apalagi karena beberapa hari menjelang Songkran ada hujan deras, efek dari badai kiriman dari negara sekitar Thailand. Mudah-mudahan tahun ini juga polusi segera berkurang dan nantinya bisa ikutan melihat orang main air tanpa harus pake face mask hehehe.

Buat yang mau ikutan main air, udah taukan apa saja yang harus disiapkan, nah segera booking tiket pesawat ya, masih 2 minggu lagi kok hehehe. Kalau gak mau kena polusi, bisa ikutan main airnya di Bangkok saja. Perang-perangan air ini ada hampir di setiap kota di Thailand kok, bukan cuma di Chiang Mai saja.