Flash, Arrow dan Supergirl TV Series

Dari dulu kami mengikuti banyak TV Series. Flash, arrow dan supergirl merupakan 3 contoh yang kami ikuti sejak season awal ditayangkan. Belakangan ini, kami mengurangi menonton tv series karena banyak kegiatan lainnya. Dari 3 tv series di atas, yang masih kami tonton bersama ya cuma serial Flash.

Sebenarnya cerita Flash sudah makin kurang menarik. Konsep cerita mereka yang bermain-main dengan waktu di masa depan dan masa lalu atau dengan pararel universe dan kemampuan banyak orang yang tiba-tiba muncul dengan adanya dark matter yang bisa dimanipulasi, atau musuh utamanya yang awalnya terlalu jago dan bisa mengambil atau menyalin kekuatan dari team flash dan diakhiri dengan cara yang biasa saja, terkadang bikin mulai malas nontonnya. Apalagi di The Flash, mereka terkadang bisa menghapus sebuah timeline atau mengembalikan semuanya kembali ke state awal. Film yang terlalu banyak maju mundur dengan waktu semakin kurang menarik karena semuanya seperti diselesaikan dengan mesin waktu.

Untuk serial Arrow yang berubah menjadi Green Arrow, sudah sejak lama Joe gak ikutan nonton. Dulu, saya masih mengikuti beberapa season berikutnya, tapi untuk season terakhir ini saya sudah gak mengikuti lagi karena ceritanya terlalu banyak adegan kekerasan. Musuh di film Arrow ini juga super jahat dan ada juga yang mistis dan bisa imortal tapi akhirnya kalah juga. Team Arrow yang juga berkembang dari 2 menjadi banyak bikin jadi terlalu banyak cabang ceritanya. Berbeda dengan cerita The Flash yang masih terasa kental kekeluargaannya, di film Green Arrow sepertinya yang selalu di bawa dari season ke season ya pulau Lian Yu, tempat terdamparnya Oliver Queen sebelum dia jadi Green Arrow.

Film Supergirl sudah lama saya tinggalkan. Selain ceritanya si super girlnya jadi semakin kurang sabaran dan sering terkesan sombong, saya gak suka karena di film ini terlalu banyak adegan yang dibikin bertele-tele. Kadang ceritanya juga gak ada kaitannya dengan musuhnya, tapi lebih ke menceritakan romantika kehidupan tokoh-tokohnya.

Sejak beberapa tahun lalu, ketiga serial ini jadi saling terkoneksi. Tokoh-tokohnya saling mengenal satu sama lain, dan sekali setahun ada cerita cross over yang di mulai di Flash bersambung ke Arrow dan berakhir di Super girl. Sebelumnya ada lagi sambungannya ke Legend of Tomorrow, tapi sepertinya Leged of Tomorow tidak diteruskan lagi. Saya juga dulu mengikuti awal cerita Legend of Tomorrow, tapi belakangan ini saya sudah gak mengikuti lagi.

Tadi ngikutin lagi cross over terbaru. Mulai di Flash, lanjut ke Arrow dan berlanjut ke Super Girl. Di Cross Over terbaru, mereka juga membawa-bawa tokoh superman dan kota Gotham dengan BatWoman. Saya google sekilas, sepertinya mereka sedang merencanakan di tahun 2019 menambah serial baru untuk Superman dan BatWoman. Yang saya heran adalah, sekarnag ini sudah ada serial Gotham, tapi sejauh saya ikutin Bruce Waynenya belum jadi BatMan juga, masih jadi BatBoy hihihi. Serial Gotham juga sempat saya tonton beberapa season awal, tapi lagi-lagi karena terlalu banyak kekerasan dan tokoh jahatnya super jahat dan tipenya sakit mental, saya jadi malas mengikuti serialnya lagi.

Untungnya, kalaupun ada cerita yang saling bersambung, kalau kita ga ikutin serialnya, gak bikin kita jadi gak ngerti sama sekali karena biasaya di awal cerita akan ada bagian yang menjelaskan apa yang kira-kira perlu diketahui oleh penonton yang belum pernah mengikuti serial mereka sebelumnya.

Kebayang kalau nantinya serial tv cross over 5 episode, udah jadi seperti nonton di Bioskop 2 kali. Sekarang ini belum tertarik untuk menonton Bat Woman, tapi mungkin kalau ada serial Superman, saya akan mengikuti beberapa episode awal sebelum menentukan mau nonton terus atau tidak.

Ke Pasar Warorot

Hari ini anak-anak dititipkan ke tempat di mana mereka bisa bermain dengan anak-anak lain supaya saya dan mama saya bisa jalan-jalan ke pasar Warorot. Pasar ini merupakan pasar yang sangat besar dan gak cukup 1 hari untuk mengeksplorasinya. Saya bukan orang yang sering ke pasar Warorot, terutama karena sering nyasar ketika mencari jalan ke tempat yang sebelumnya pernah didatangi untuk membeli sesuatu. Untungnya tadi ada temen yang udah paham seluk belum warorot datang menyusul bantuin jadi guide hehehe.

Area pasar warorot ini sangat luas karena seperti beberapa pasar jadi satu. Ada tempat menjual buah dan bunga, ada menjual bahan mentah untuk di masak, ada bagian menjual baju sekolah atau baju yang dipakai sehari-hari dan belakangan saya baru tahu ada tempat khusus yang menjual baju motif tradisional. Biasanya sekarang ini kalau membeli oleh-oleh ya belanjanya di area pasar kain motif tradisional ini (Hmong Market)

Foto dulu sebelum pulang dari hmong market di Warorot

Setiap kali ke pasar Warorot untuk membeli oleh-oleh, walaupun sebagian besar yang dilihat itu masih sama-sama saja dengan yang sudah pernah saya beli, tapi selalu ada saja hal baru yang sedang trend. Kalau bukan modelnya dan motifnya, ya kadang-kadang harganya baru (bisa lebih murah atau lebih mahal). Datwaktu di lewati terlihat lucu dan bagus dan pengen beli.

Kebanyakan tempat di Chiang Mai tidak dikenakan biaya parkir. Semua mall yang saya tahu tidak ada biaya parkir. Pasar warorot merupakan salah satu tempat dari sedikit tempat yang mengenakan biaya parkir. Selain 1 area yang merupakan parkir resmi dengan biaya 20baht/jam, ada beberapa tempat parkir yang dikelola pribadi dengan harga parkir bervariasi dari 30baht – 50 baht per jam.

Karena besarnya area pasar warorot, kalau ke sana biasanya saya parkir menyesuaikan dengan traffic atau barang yang ingin dibeli. Hari ini, saya dan mama saya berkeliling pasar warorot selama 4 jam lebih 3 menit menurut itungan jam di tempat parkir. Rasanya terkadang sayang banget kalau baru masuk hitungan jam berikutnya, tapi ya kalau harus keliling lagi sampai 40 menitan lagi rasanya kaki sudah lelah.

area food court juga ada banyak jualan

Sekarang ini sudah mulai ada bis dengan rute di Chiang Mai yang pasti melewati pasar warorot. Terkadang saya terpikir untuk naik bis saja kalau mau ke pasar supaya tidak bayar parkir, toh bis nya cuma 20 baht / trip. Sampai sekarang belum jadi juga naik bis ke pasar warorot karena tidak ada halte deket rumah dan kalau akhirnya harus jalan jauh dulu atau nantinya bis nya berhenti menunggu penumpang penuh, sepertinya lebih cepat waktunya langsung nyetir dan bayar parkir saja ke warorot.

Pertimbangan lain lebih enak bawa mobil sendiri ke pasar walaupun parkirnya mahal tentu saja masalah bawaan belanjaan. Kemungkinannya bisa ketinggalan kalau dipegang-pegang naik kenderaan umum. Kalau bawa mobil pribadi, mau bawa belanja sebanyak apapun, asal udah sampai di mobil pasti gak akan ketinggalan lagi.

Kalau mau cari oleh-oleh dari Chiang Mai, saya pasti ke pasar warorot ini selain ke night bazaar. Beberapa benda yang sama harganya bisa sangat jauh berbeda antara night bazaar dan pasa Warorot. Hari ini saya perhatikan banyak orang asing yang berbelanja ke pasar warorot.

Di pasar warorot pedagang mulai mencantumkan harganya di hampir setiap barang. Kemungkinan mereka malas terlalu sering ditanya harganya berapa. Bedanya dengan tempelan harga belanja di mall, walau di pasar ada tempelan harga, ya kita masih tawar menawar apalagi kalau kita membeli barang agak banyak di 1 toko.

Hari ini gak berasa menghabiskan waktu 4 jam untuk mengeksplorasi sepersekian bagian dari pasar warorot. Untungnya ada food court juga di sana, jadi bisa sekalian makan siang sebelum pulang untuk menjemput anak-anak. Untungnya walau eksplorasi 4 jam, belanjanya ga banyak. Ya tujuan utamanya emang jalan-jalan cuci mata doang sih, tapi itupun ada juga beberapa kantong plastik di bawa pulang. Kalau ada yang di cari biasanya bisa-bisa lebih lama lagi karena gak tau tempat mencarinya hehehe.

Pengalaman Pemilu di Luar Negeri

Hari ini dapat surat dari panitia pemilu luar negeri perwakilan Bangkok berisi bukti pendaftaran pemilih untuk pemilu 2019. Tahun ini merupakan kali ke-3 kami mengikuti pemilu di Thailand. Kalau diperhatikan, dari masa ke masa sepertinya kegiatan sosialisasi untuk pemilu bagi kami yang merantau ini makin lama semakin baik.

Bukti sudah terdaftar ikut pemilu 2019

Karena kami jauh dari Bangkok, kami memilih lewat surat suara yang dikirimkan melalui kantor pos. Biasanya di dalamnya selain surat suara juga disediakan amplop yang sudah berisi perangko untuk mengembalikan surat suara kembali ke Bangkok. Gak ada alasan deh untuk tidak bisa ikut pemilu karena tidak berdomisili di Indonesia.

Sosialisasi pemilu yang paling banyak informasinya itu tahun ini. Sebelumnya juga sudah cukup banyak, tapi mungkin dengan semakin mudahnya akses informasi melalui HP, panitia pemilu juga berusaha untuk memanfaatkan internet untuk penyebaran informasi dan juga mengontak per orang. Buat kami yang jauh dari kedutaan, panitia pemilu juga mendatangi kami untuk memberikan informasi secara langsung (siapa tau pada malas baca website hehehe).

Awalnya biasanya dihimbau untuk mendaftarkan diri secara online. Lalu kemudian kalau ada yang tadinya ragu-ragu mau daftar atau kelewat daftar, masih ada lagi pendaftaran susulan. Panitia pemilu juga secara aktif berusaha menanyakan keberadaan warga yang punya hak pilih untuk memastikan semua orang bisa menggunakan hak pilihnya.

Pemilu tahun ini akan diadakan serentak 17 April 2019 di wilayah Indonesia, tapi untuk masyarakat Indonesia yang di luar negeri, biasanya pemilu di kedutaan di adakan lebih awal dari jadwal di Indonesia. Yang dikirimkan via pos, menerima surat suara lebih awal lagi dari jadwal pemilihan di kedutaan. Jadwal penghitungan surat suara biasanya akan disamakan dengan penghitungan surat suara di Indonesia.

Seingat saya, selain memilih presiden, kami yang di luar negeri ini juga mendapat surat suara untuk anggota DPR Pusat. Saya juga ingat, pemilu 5 tahun lalu, karena ada serombongan mahasiswa sedang mengunjungi Chiang Mai, KBRI mengatur supaya mereka tidak kehilangan hak suara dan mengirimkan panitia pemilu dari Bangkok untuk datang membawa kotak suara dan jadilah kegiatan pemilihan dengan bukti mereka menunjukkan kartu identitasnya. Buat warga Indonesia yang di Chiang Mai waktu itu juga bisa memasukkan surat suara yang sudah mereka pilih ke kotak suara yang di bawa khusus tersebut, jadi tidak perlu dikirimkan lewat pos lagi.

Warga Indonesia di Chiang Mai tidak terlalu banyak, tapi ketika beberapa waktu lalu diadakan pertemuan untuk sosialisasi menghindari terdaftar sebagai pemilih ganda, yang datang kira-kira lebih 20 orang. Belum cukup banyak untuk membuat panitia pemilu mengirimkan petugasnya datang ke Chiang Mai membawa kotak suara.

Memilih dengan mengirimkan kembali via Pos sebenarnya lebih enak. Kita bisa dengan santai melihat surat suara lalu menimbang-nimbang siapa yang mau dipilih. Untuk memilih presiden mungkin gak butuh waktu lama untuk menimbangnya. Kebanyakan orang sudah bisa langsung menentukan pilihannya di masa kampanye ketika mendengarkan visi misi dan juga argumen dalam acara debat. Memilih wakil rakyat di DPR lebih sulit karena ga semua orang bisa ditemukan informasinya di google. Tapi sepertinya untuk tahun ini banyak juga caleg yang menyediakan banyak informasi melalui website ataupun media sosialnya.

Semoga acara pemilihan umum bulan April nanti berjalan dengan lancar dan siapapun yang terpilih bisa menepati janjinya dan membawa Indonesia lebih baik lagi dari sekarang, jadi kalau mudik ke Indonesia rasanya bisa lebih nyaman lagi deh. Ayo yang udah terdaftar sebagai pemilih, jangan sampai hak pilihnya gak dipakai ya.

Membaca Tulisan Lama

Berhubung hari ini lagi kurang ide, dan kebetulan lagi update cerita dengan teman yang dulu sama-sama rajin ngeblog, jadilah kepikiran bongkar-bongkar tulisan lama. Sebenarnya kegiatan membaca tulisan lama ini sudah sering dilakukan kalau lagi iseng, dan setiap kali pas membaca tulisan sendiri, malah lupa kenapa dulu nulis gitu ya?

Dulu, menulis blog itu bener-bener seperti mindahin unek-unek. Tapi demi menjaga privasi, seringkali tulisannya penuh dengan anonimitas. Nah masalahnya, sangkin anonimnya saya sendiri jadi lupa dulu itu ngomongin siapa ya? Terus baca komen-komennya, malah jadi ketawa-ketawa sendiri. Walaupun dulu sudah baca komen-komennya, tapi rasanya lupa kalau pernah baca teman-teman yang malah jadi panjang diskusi di komen padahal tulisan blognya singkat padat dan penuh anonimitas hahahaha.

Kadang-kadang waktu membaca tulisan lama, jadi ingat juga dengan beberapa hal yang terlupakan. Pernah juga pas membaca, saya pikir itu tulisan Joe, eh ternyata pas dilihat itu tulisan saya. Terus merasa heran sendiri, loh kok gaya tulisannya beda ya dari biasanya?

Kebiasaan menulis random ternyata bisa jadi hiburan buat diri sendiri juga. Tapi kalau memperhatikan tulisan sendiri, gaya bahasanya banyak berubah. Kalau dulu, ada banyak tulisan yang kurang positif, kalau sekarang saya berusaha menulis hal-hal yang lebih positif. Kalau kata Joe, kita menuliskan yang ingin kita ingat saja, kalau nulis yang kurang positif nanti gak enak pas membacanya kembali.

Dalam rangka menularkan menulis setiap hari, kemarin saya membelikan buku Diary 2019 buat Jonathan. Saya minta dia menuliskan sedikit cerita setiap harinya di diary itu dan untuk setiap tulisannya nantinya akan ada rewardnya 100B. Syaratnya tulisannya harus rapi dan menuliskannya mengikuti aturan penulisan yang benar (huruf kapital, tanda baca, dan spacing yang jelas). Tanpa disangka, karena ada rewardnya, Jonathan semangat banget buat nulis. Dia nanya apakah boleh menuliskan hal yang dia ingat di hari-hari sebelumnya? dan apakah ada rewardnya juga? waktu saya bilang boleh, diapun segera mengisi diarynya beberapa hari ke belakang.

Sebenarnya, sejak tahun lalu Jonathan sudah saya ajak untuk menulis jurnal singkat setiap harinya, tapi bertahan hanya sampai February saja. Pernah juga berusaha menyuruh dia menuliskannya menjadi blog post dengan memanfaatkan fitur voice typing di HP, tapi ya akhirnya ga jadi juga. Nah sekarang ini Jonathan perlu banyak latihan menulis, jadi ya sekalian saja menulis di buku diary.

catatan reward untuk hari yang udah ada tulisannya

Baru menulis 2 hari dia udah menghitung-hitung jumlah pendapatan yang akan dia peroleh di akhir tahun. Bahkan sudah meminta ada harga ekstra kalau ceritanya baguslah, atau edisi khusus gitu. Ya, semoga saja dia tetap rajin mengisinya, setidaknya kalau dia berhasil nulis setiap hari selama 2019, di akhir tahun dia akan bisa membaca ulang tentang hari-harinya selama setahun ini. Kegiatan Jonathan ini juga buat pengingat ke diri sendiri untuk menulis setiap hari.

Suatu saat tulisan ini juga akan jadi tulisan lama. Tadi kepikiran ngasih link ke contoh tulisan lama yang sangat anonim sehingga lupa tentang siapa dan bagaimana ceritanya, tapi sepertinya kalau dibuka tulisan lama secara random, selalu saja saya ketemu hal yang bahkan saya gak ingat saya nulis tentang apa. Biar saya tulisan ini dan tulisan-tulisan jenis itu menjadi hiburan saja, dan siapa tahu menjadi inspirasi tulisan di kemudian hari hahahaha.

Hari Anak di Thailand

Hari Anak di Thailand dirayakan setiap hari Sabtu ke-2 di bulan Januari. Perayaan hari anak di Thailand sudah ada sejak tahun 1955, tapi kami baru mengikuti kegiatan hari anak setelah Jonathan berumur sekitar 4 tahun.

Kegiatan Perayaan Hari Anak setiap Tahunnya di Chiang Mai

Sebelumnya, sepertinya kami kebetulan tidak pernah keluar rumah di hari Sabtu ke-2 bulan Januari, makanya kami gak menyadari mengenai adanya perayaan hari anak ini.

Perayaan hari anak di Thailand cukup meriah, hampir semua pusat perbelanjaan mengusung tema tertentu dan memberikan kegiatan dan hadiah untuk anak-anak.

Kegiatan di Pangkalan Udara Chiang Mai

Kegiatan yang paling ramai dikunjungi di Chiang Mai setiap tahunnya di pangkalan angkatan udara yang lokasinya dekat dengan bandara Chiang Mai.

Kegiatan di sana mulai dari pesawat tempur yang mengadakan show, berbagai panggung pertunjukan dan kesempatan untuk naik ke dalam pesawat tempur dan berfoto di sana.

Tempat-tempat rekreasi dan restoran yang biasanya ramai dikunjungi oleh keluarga dengan anak-anak, biasanya semakin ramai karena pada hari Anak diberikan kesempatan masuk secara gratis untuk anak-anak (orang tuanya tetap harus bayar).

Untuk restoran mereka juga memberikan menu spesial atau bahkan bisa juga makan gratis untuk anak-anak. Intinya di hari Anak, semua orangtua wajib bawa anak-anak keluar rumah karena banyak tempat menyediakan berbagai hal supaya anak-anak bisa bersenang-senang tanpa biaya.

Tahun-tahun sebelumnya kami sudah pernah ke lapangan udara melihat dan berfoto dengan pesawat tempur. Kegiatan di sana benar-benar ramai dan banyak jalannya. Kami juga pernah terjebak macet dari rumah ke mall yang biasanya hanya 10 menit jadi 1 jam karena berangkat kesiangan.

Kegiatan kami di Hari Anak 2019

Hari ini kami sudah tahu kalau kami gak kepingin terlalu capek berjalan jauh tapi ya pingin anak-anak menikmati juga perayaan hari anak di Thailand.

Mwnghibur diri dari kemacetan dengan foto bareng di mobil

Walaupun kami berangkat masih cukup awal (sekitar jam 10.15), tapi lalu lintas sudah cukup macet karena arah mall yang kami tuju sama dengan arah airport di mana kegiatan paling ramai diadakan. Sampai di mall jam 11-an, mall nya juga sudah ramai banget.

Kegiatan di mall Airport Plaza di hari Anak

Tahun ini beberapa mall merayakan hari anak 2 hari. Kami tidak berencana datang lagi besok, tapi mungkin mereka membuat acaranya 2 hari supaya yang anaknya belum puas bersenang-senang bisa datang lagi besoknya.

Tema acara di mall yang kami datangi berjudul “Take Me to the Sea”. Ada panggung pertunjukan yang dihias dengan balon berbentuk seperti aneka binatang laut maupun karang laut.

Pertunjukan putri duyung

Ada juga pertunjukan putri duyung di dalam aquarium besar yang ada di dalam mall, tapi tadi kami cuma lihat dari lantai atas.

Karena lantai dasar sangat ramai, kami memilih untuk melihat-lihat di lantai atas dulu dan makan siang. Salah satu toko tempat biasanya Jonathan dan Joshua bermain lego mengadakan acara permainan sendiri dan relatif lebih sepi.

Tiap lantai ada kegiatan

Kami lebih banyak menghabiskan waktu di lantai atas daripada di lantai bawah. Joshua dan Jonathan bergantian main lego, main puzzle, dan sama-sama dapat hadiah susu, permen dan gelas.

Selesai bermain di atas, kami lihat lantai bawah sudah tidak terlalu ramai. Jonathan cuma mau ngantri untuk mendapatkan cotton candy. Joshua sudah capek jadi dia main-main dengan papanya saja sambil menunggu Jonathan ngantri cotton candy.

Sayangnya saya tidak tahu di mana toko yang menjual cotton candy selain di zoo dan atau di kegiatan-kegiatan anak-anak begini. Kalau saya tahu di mana toko yang selalu menjual cotton candy, pasti saya bujukin Jonathan untuk beli saja daripada ngantri.

Ngantrinya lumayan lama karena entah kenapa semua anak pengen cotton candy dan biasanya gak setiap hari mereka diijinkan makan cotton candy hehehe.

Dipikir-pikir, sebenarnya jadi anak-anak itu paling menyenangkan ya. Mereka sehari-hari tidak punya banyak persoalan dalam hidup. Apalagi kalau masih kecil banget dan belum sekolah, belum ada yang namanya harus bangun pagi supaya berangkat ke sekolah ataupun mengerjakan pr dari sekolah.

Penutup

Kalau udah sekolah tapi sekolah di rumah juga masih cukup enak, asalkan nurut aja pas diajarin sama emaknya hehehe. Anak-anak itu tugasnya bermain sepuas-puasnya, supaya nanti kalau sudah besar bisa lebih fokus untuk mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya dan bukannya main minesweeper atau game online di jam kerja hehehe.

Mari kita berikan anak-anak kesempatan bermain setiap harinya, jangan cuma disuruh ngerjain PR doang (ngingetin ke diri sendiri).

Target Baca Buku

Udah beberapa waktu belakangan ini, kegiatan membaca buku berkurang banyak dibanding sebelumnya. Jonathan tetap membaca banyak buku, walaupun sepertinya banyak juga yang dia bacanya sebagian-sebagian saja. Dibandingkan Jonathan, saya kalah banyak dalam hal membaca.

Setiap tahun, selalu punya target membaca 1 buku 1 bulan (teorinya 1 buku 1 minggu, tapi mari kita realistis dengan 1 buku 1 bulan), tapi kenyataannya seringkali 1 bulan berlalu tanpa menyelesaikan buku yang sudah dimulai di baca.

Waktu BBW kemarin, sudah membeli beberapa buku. Pulang ke Indonesia kemarin juga membeli beberapa buku lagi untuk di baca. Dari semua buku yang di beli, belum ada yang dibaca sampai tuntas. Lemari buku sudah hampir penuh dan perlu di reorganisasi, tapi yang lebih penting lagi buku-buku yang sudah dibeli jangan sampai gak dibaca sampai berdebu.

Di Depok, ada banyak buku yang kami tinggalkan juga waktu kami pindah ke Chiang Mai. Melihat buku-buku yang kami tinggalkan itu, saya jadi ingat masa-masa kami agak rajin beli buku dan baca buku. Entah kenapa, buat saya kegiatan membaca itu seperti kegiatan musiman, padahal katanya, kalau mau lancar menulis sebaiknya rajin membaca juga. Mungkin ini kenapa belakangan agak sulit menulis ya, karena udah lama ga membaca hehehe.

Bulan ini sudah 11 hari, ada 1 buku yang sudah dimulai baca. Bukunya gak tebal, tapi karena ga dilanjutkan ya ga selesai juga. Sepertinya saya perlu juga menargetkan waktu baca setiap harinya, bukan cuma membuat sehari satu tulisan saja.

Dipikir-pikir, membaca fiksi biasanya bisa lebih cepat daripada non-fiksi. Tapi, kemarin malahan banyakan beli buku non-fiksi. Pantesan saja saya kalah banyak membacanya dibandingkan Jonathan. Mungkin saya harus membuat perlombaan dengan Jonathan dalam hal membaca supaya saya juga jadi membaca buku.

Target baca buku bulan ini, saya ingin membaca 20 menit sehari. Kita lihat saja ada berapa banyak buku yang akan selesai sampai akhir bulan. Kira-kira membaca buku itu enaknya pagi, siang atau malam hari ya? Kalau menulis, sepertinya sekarang ini saya hanya bisa menulis malam, karena entah kenapa dari pagi sampai sore selalu saja gak bisa duduk dengan tenang untuk menulis.

Untuk kegiatan membaca sebenarnya ada beberapa kesempatan membaca tanpa gangguan, terutama kalau lagi nganterin Jonathan les, tapi ya kadang-kadang godaan baca sosmed lebih besar daripada baca buku. Mau ekstrim non-aktifkan paket data pas di luar rumah, tapi eh kebanyakan tempat ada WIFi nya, jadi ya godaan online tetap akan ada. Yang lebih dibutuhkan tentunya disiplin untuk melakukan apa yang direncanakan.

koleksi buku Jonathan dari Gramedia Depok

Mengenai membaca, Jonathan mulai bisa membaca bahasa Indonesia juga. Walaupun waktu membaca bersuara dia masih banyak belum bisa membaca dengan benar, tapi dia sudah bisa menikmati beberapa pilihan buku seri Why yang dia beli di Gramedia kemarin. Buku-buku ini dalamnya disajikan dalam bentuk komik. Dari beberapa buku yang dibeli, rasanya sudah hampir semua dia baca. Nantinya tinggal diulang lagi membaca bersuara sambil mengajari kosa kata bahasa Indonesia.

Mungkin level membaca bahasa Indonesia Jonathan saat ini sama dengan level membaca bahasa Thai buat saya. Jadi kemungkina saya juga perlu cari buku komik untuk melatih kemampuan membaca bahasa Thai saya. Ah sudahlah, daripada pusing baca tulisan cacing, sekarang ini latihan konsisten membaca bahasa Indonesia dan Inggris dulu saja. Kalau sudah bisa konsisten dalam waktu sebulan ini, nanti kita pikirkan untuk membaca tulisan bahasa Thai hehehe. Yuk mari ada yang mau ikutan nemenin saya membaca setiap hari minimal 20 menit?

NgeMall di Depok VS Chiang Mai

Katanya kita ga bisa membandingkan 2 hal yang memang berbeda. Depok itu bukan Jakarta, tapi tetap saja lokasinya dipinggiran kota Jakarta, beberapa hal di Depok terjadi ya gak lepas dari lokasinya yang gak jauh dari Jakarta, ibukota negara yang penduduknya sangat padat.

Chiang Mai lokasinya jauh dari Bangkok, walaupun disebut sebagai kota terbesar di utara Thailand, tapi kalau dibandingkan sama Bangkok, jauh lebih kecil dan bahkan masih bisa ditemukan sawah di sini. Saya mau membandingkan dari kesan selama liburan kemarin di Depok dan Jakarta.

Walaupun Depok bukan Jakarta, tapi kesan banyaknya volume kendaraan di jalanan ya selama di Indonesia hampir sama aja, banyak mobil dan terutama motor. Setelah seminggu kembali ke Chiang Mai, saya bisa merasakan kalau Chiang Mai ini sangat sepi kalau dibandingkan dengan Depok.

Untuk kegiatan jalan-jalan ke Mall, di Depok dan Jakarta itu jauh lebih mahal dibandiingkan di Chiang Mai. Banyak hal di mall di Chiang Mai merupakan fasilitas gratisan terutama seputar tempat bermain untuk anak-anak sampai dengan kereta api yang muterin mall.

main lego gratisan

Kalau di Chiang Mai, kami bisa ke mall itu cuma keluar duit untuk makan. Makannya juga cukup kurang dari 800 baht untuk 1 keluarga dan sudah termasuk makan di restoran yang mahal. Untuk kegiatan bermain, anak-anak bisa naik kereta api gratis, main di playground gratisan dan termasuk bermain lego di salah satu toko yang menjual permainan anak-anak.

indoor train di Margo City Depok

Di Depok dan Jakarta, main ke mall itu habisnya lumayan mahal, untuk bermain di tempat bermain harus membayar mulai dari 100rebu/anak. Untuk makanan, biasanya duit yang setara 800 baht itu belum makan kenyang. Saya jarang menemukan tempat bermain gratis di mall Depok dan Jakarta, dan untuk naik kereta api yang keliling mall juga tidak ada yang gratis. Oh ya waktu kami ke Jakarta Aquarium kami menemukan tempat bermain gratis di dalam Central yang sepertinya Central yang sama dari Thailand.

indoor train gratisan di Central Aiport Plaza Chiang Mai

Perbedaan kegiatan ngemall yang cukup berasa adalah waktu masuk parkiran, di Depok dan Jakarta, mencari parkiran itu butuh keahlian supaya dapat. Bayar parkir di mall juga cukup berasa untuk kantong, sedangkan kalau di Chiang Mai, parkir di Mall itu gratis. Beberapa mall di Chiang Mai menerapkan gratis hanya untuk 5 jam pertama, tapi ya kalaupun ngemall sampai lebih dan bayar, udah wajar lah ya rasanya. Mall yang sering kami kunjungi sih bebas parkir walau lebih dari 5 jam, tapi ya tidak diijinkan untuk meninggalkan mobil menginap di parkiran mall.

Di Depok dan Jakarta, waktu masuk ke dalam mall selalu ada pemeriksaan tas dan barang bawaan. Mobil sebelum masuk ke dalam komplek mall juga sering di minta untuk di cek bagian bawahnya. Selama bertahun-tahun tinggal di Chiang Mai, saya tidak pernah ingat ada pemeriksaan mobil ataupun tas waktu masuk ke dalam mall.

Satu hall yang saya heran, mall di Indonesia di akhir pekan padat sekali. Ya di Chiang Mai juga pernah sih melihat mall padat, terutama waktu mall nya baru buka, tapi sepadat-padatnya mall di Chiang Mai, rasanya mall di Indonesia jauuuuuuh lebih padat. Mungkin karena perbedaan kepadatan penduduknya juga ya, dan kalau semua orang kegiatan akhirn pekannya ngemall, ya akhirnya sudah pasti mall nya juga padat.

Sebagai kesimpulan, sepertinya kalau kami tinggal di Depok/Jakarta, saya gak akan suka kalau harus tiap minggu ke Mall mengantar anak kursus tertentu. Lebih baik mencari tempat kursusnya yang bukan di area mall. Tapi kalau di Chiang Mai, kegiatan ngemall untuk anter anak kursus itu masih cukup oke dan bahkan kadang saya anggap sekalian hari libur masak dan makan di luar hehehehe.