Joshua dan Mainan Domino

Salah satu alasan kami suka memberikan mainan sejenis domino ke Joshua adalah karena dia bisa betah menyusun balok-balok domino cukup lama. Dia suka mainan jenis ini sudah cukup lama, bahkan sebelum dibelikan mainan train domino. Dia suka menyusun apapun yang bisa diberdirikan, lalu dijatuhkan dan melihat efek domino jatuh.

Susun domino menjadi huruf

Beberapa waktu lalu, dia sempat terpecah perhatiannya dan tidak terlalu sering memainkan dominonya. Tapi, belakangan ini kembali lagi dengan menyusun domino dengan susunan yang semakin rumit. Selain menggunakan domino dari train domino, dia juga suka menyusun balok jenga menjadi seperti balok domino. Selain menyusun berbentuk huruf dan angka, dia juga suka menyusun seperti bangunan tinggi, yang kalau jatuh pasti seru deh melihatnya.

apa saja yang diberdirikan disusun seperti domino

Apa saja yang bisa berdirikan, pasti akan dia susun untuk dijatuhkan. Joshua sudah tidak pernah mengandalkan train domino untuk menyusun dominonya. Dia lebih suka menyusunnya manual. Semakin banyak kepingan yang dia pakai untuk menyusun sebuah huruf/bentuk.

Lanjutkan membaca “Joshua dan Mainan Domino”

Baca buku: Kim Ji-Yeong Born 1982

Setelah minggu lalu bolos baca buku, kemarin bolos nulis karena memutuskan baca buku Kim Ji-young, Born 1982 sampai selesai. Bukunya sebenarnya tipis, cuma 196 halaman sudah termasuk halaman-halaman yang tidak perlu dibaca. Tapi karena memulainya sudah sore, dan tanggung bacanya, jadilah memilih meneruskan membaca daripada menulis.

cover buku Kim Ji Yeong, sumber: Gramedia Digital

Buku ini aslinya berbahasa Korea, terbit tahun 2016 oleh seorang wanita Korea: Cho Nam-joo, yang pernah bekerja sebagai penulis skrip acara TV. Buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia di tahun 2019 dan saya bacanya di Gramedia Digital.

Kisah dalam buku ini sudah diangkat menjadi film, tapi saya belum menonton filmnya. Tulisan ini merupakan kesan yang saya dapat dari baca bukunya. Terjemahannya terasa cukup enak dibaca, dan emosinya bisa bisa membuat saya merasa seakan-akan buku fiksi ini adalah kisah nyata dari seorang wanita yang lahir dan besar di Seoul, Korea di tahun 1982.

Walaupun buku ini berjudul Kim Ji-Yeong (KJY), tapi saya mau menuliskan kesan tentang wanita-wanita Korea lainnya yang diceritakan dalam buku ini. Selain kisah hidup KJY sejak lahir sampai tahun 2016, ada 3 wanita lain yang diceritakan dalam buku ini yang situasinya mirip dengan KJY: Ibunya Oh Man-Suk, Ketua tim di kantor yang bernama Kim Eun-sil dan istri dari psikiater yang membantunya mengatasi depresi.

Lanjutkan membaca “Baca buku: Kim Ji-Yeong Born 1982”

Ngomongin KDrama: Antara CLOY dan World Within

Drama Crash Landing of You (CLOY) sudah selesai minggu lalu, tapi sepertinya pembicaraan seputar drama ini masih ramai di forum maupun pemberitaan. Drama ini cukup populer karena walaupun kesannya drama romantis biasa, tapi latar belakang kisah cinta antara Korea Selatan dan Korea Utara yang akhirnya bisa diberi akhir bahagia mengatasi masalah politik tanpa membuat salah satu menghianati negaranya membuat drama ini semakin populer dan diberitakan di berbagai media Internasional.

Dari pengalaman menonton beberapa drama ongoing belakangan ini, baru drama CLOY ini ada penundaan tayang karena proses syutingnya belum selesai. Segitu serunya cerita tapi harus menunggu 2 minggu itu jadi dilema antara tunggu selesai semua saja baru nyusul dan gak seru kalau keliatan spoiler. Waktu diumumkan akan ada penundaan shooting, saya jadi teringat dengan drama yang dibintangi oleh pemeran CLOY Hyun Bin di tahun 2008 The World Within.

Praktek drama kejar tayang ini ternyata merupakan hal yang umum terjadi untuk produksi drama Korea. Katanya sih, terkadang untuk melihat reaksi penonton. Lalu nantinya berdasarkan ratingnya, bisa untuk menambahkan product placement. Bahkan kadang ada yang mengubah ending.

Drama World Within (WW) ini menceritakan dunia para pekerja seni yang memproduksi drama yang tinggal kita nikmati. Waktu menonton 10 menit pertamanya, saya stress sendiri. Semua orang berteriak-teriak, marah-marah, dan ada terlalu banyak tokoh digambarkan sehingga saya tidak bisa mengikuti ini ada apa semua stress banget sih hehehe.

Lanjutkan membaca “Ngomongin KDrama: Antara CLOY dan World Within”

Menikmati Akhir Pekan di Rumah

Hari ini, setelah sekian Sabtu Joe harus lembur atau selalu ada urusan yang harus dikerjakan, kami bisa menikmati akhir pekan di rumah saja. Loh, kenapa gak jalan-jalan? Buat sebagian orang mungkin trend itu mengajak anak-anak staycation – nginep di hotel yang tidak terlalu jauh dari rumah, supaya suasana berbeda gitu. Tapi buat kami, hal itu tidak berlaku. Rumah itu udah paling lengkap hiburannya. Jarang sekali merasa bosan di rumah seharian, malahan rasanya santai dan bisa mengerjakan banyak hal (walaupun nulisnya akhirnya tetap dilakukan jelang tengah malam hehehe).

polusinya begini, lebih baik di rumah saja

Sebenarnya, tadi pagi kami tanyakan sih ke anak-anak, mau ke taman, ke zoo, ke mall atau di rumah saja. Jawabannya: di rumah saja! Oke deh sip, saya yang sedang agak pilek dan sakit tenggorokan juga setuju. Sepertinya, antara polusi udara yang belum berkurang, udara yang mulai panas dan penyebaran virus corona, di rumah saja memang pilihan paling tepat.

Lanjutkan membaca “Menikmati Akhir Pekan di Rumah”

Benarkah Anak Susah Tidur karena Mamanya Juga Begitu?

Sejak punya anak, setiap malam selalu jadi perjuangan untuk bisa membuat mereka tidur awal. Punya 2 anak, sulit tidurnya sama saja. Baca berbagai saran dari buku parenting, katanya perlu membuat kebiasaan tertentu sebelum tidur supaya anak tahu apa yang akan dilakukan berikutnya misalnya: mandi air hangat sebelum tidur, baca buku, berdoa, lalu tidur.

kalau tidur nempel dinding dan di atas bantal kepala ini niru siapa ya?

Ada juga teman yang dulu bilang: nanti kalau anak-anak sekolah, mereka akan adaptasi dan karena bangun pagi, maka tidur malam akan lebih cepat. Kenyataannya? Ketika kecapean di sekolah, pulang sekolah ketiduran di jalan pulang, akibatnya malam susah tidur karena sempat tidur sore. Besoknya bangun pagi jadi masalah lagi, dan siklusnya begitu saja terus.

Lanjutkan membaca “Benarkah Anak Susah Tidur karena Mamanya Juga Begitu?”

Ikutan Lomba Menulis di Kompasiana

Ceritanya, kemarin diajakin buat ikutan lomba blog estafet di kompasiana. Dari dulu sebenarnya maju mundur mau ikutan jadi kompasioner(orang yang menulis di kompasiana), tapi ya tidak ada salahnya mencoba untuk melatih diri menulis di platform lain (tapi tentunya tulisannya akan lebih banyak di blog utama). Saya menantang diri sendiri untuk menulis dengan topik tertentu.

Aturan lomba, sumber dari kompasiana

Kompasiana dan Blog

Kompasiana ini platform blog juga, tapi berbeda dengan tulisan di blog biasa, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar tulisan kita bisa tampil di sana. Syarat pertama tentunya harus punya akun yang tervalidasi. Berikutnya tulisannya juga tidak boleh berisi contekan dari tulisan orang lain (plagiat). Kalau kita menyertakan gambar, semuanya harus ada sumbernya, kalau tidak jelas akan dihapus. Jadi konsepnya bukan sekedar ngeblog.

Lanjutkan membaca “Ikutan Lomba Menulis di Kompasiana”

Terserah, tapi…

Setiap hari kita makan 3 kali sehari. Kadang-kadang sampai pusing memutuskan mau makan apa siang ini. Pergi ke food court, ada banyak pilihan, tapi malah jadi pusing mau makan apa. Dulu waktu jaman belum ada anak, setiap mau makan Joe bertanya: makan apa kita? terus saya jawab terserah. Terus Joe memutuskan makan sesuatu dan seringnya saya bilang: tapi kan itu baru kemarin. Sampai akhirnya Joe kesel dan bilang: lah katanya terserah, giliran dipilihin protes. Ya udah putuskan mau makan apa.

Kata Joshua: aku mau semuanya am nyam nyam nyam…

Nah sebenarnya pernah juga, saya lagi ga kepengen makanan tertentu, lalu bertanya ke Joe: mau makan apa kita? Dia jawab: terserah. Sebenarnya terserahnya Joe ini maksudnya apapun yang saya pilih dia gak akan protes, tapi karena sayapun lagi ga punya ide, malah jadi kesel dan bilang: kalau aku tau mau makan apa, ya gak akan nanya lah.

Kata “terserah” ini kadang-kadang memang mengesalkan. Tapi sebenarnya lebih mengesalkan kata terserah yang pertama. Kalau kita bilang terserah dan pasti ikut dengan usulan yang diberikan, ya gak masalah. Atau bisa juga mungkin pertanyaannya diganti biar tidak dapat jawaban terserah.

Lanjutkan membaca “Terserah, tapi…”