Pertanyaan yang paling banyak muncul dalam bulan ini adalah: “Gimana rasanya menikah?” Well, jawabannya singkat saja: “menyenangkan”. Pertanyaan berikutnya: “Udah isi belum?”. Nah pertanyaan ini adalah pertanyaan standar, akan dijawab dengan: “mau isi apa? isi lemak? daging? atau apa?”, sok bego hihhihi.. Ada juga yang membandingkan dengan pengalamannya yang “langsung jadi”. Tapi yang pasti, setelah menikah kami berdua jadi tambah ndut, apalagi kalau bukan karena masakanku yang sangat… tepat waktu hihihi. Tepatnya kami jadi hidup lebih teratur, bangun tidur sarapan, mandi, makan siang, tidur siang, nyemil sore, makan malam, tidur lagi. Hebat..hebat.. mau jadi apa makan tidur doang? :p
Ah ga sehiperbola itulah. Anyway, senang rasanya menemukan potensi diri yang selama ini tak pernah dilakukan. Dulu.. mamaku selalu khawatir anaknya tak pernah ke dapur, tak pernah memasak, gimana nanti setelah menikah, mau makan diluar terus? aduh..jangan-jangan dipulangkan nanti sama mertuanya. Ternyata… semua orang bisa memasak, yang jadi masalah adalah mau mencoba atau tidak. Jadi buat para wanita karir yang saat ini dituntut untuk “bisa memasak” atau “diputuskan” oleh sang pacar, mendingan bilang ama dia: kalau putus lu rugi sendiri, soal masak, keciiiiil huehuehueue… ada banyak bumbu instan beredar di pasaran, atau kalau ada waktu bikin bumbu sendiri juga bisa. Ga masyalah toh!. Apalagi jaman sekarang begitu banyak majalah ataupun buku panduan memasak, belum lagi sumber-sumber diinternet mulai dari masakan yang bumbunya hanya 3 jenis sampai semua bumbu dapur masuk ke kuali :). Yang penting, mau mencoba dan ada waktu untuk mencoba. Kalau sibuk emang sulit sih ya…
Ah ya, dua bulan waktu yang sangat singkat. Kadang-kadang masih ga biasa dengan sebutan: suami saya, dan kadang-kadang lupa kalau sudah menikah, perasaan masih pacaran aja hehehe.. “Bedanya pacaran dengan menikah apa dong?” ya beda! Setelah menikah ada yang namanya komitmen. “Kan pacaran juga pake komitmen?” oke deh, bedanya kalau pacaran sangat mungkin putus, sedangkan kalau sudah menikah, dalam hal ini dipersatukan Tuhan, tidak ada yang dapat memisahkan. “Jadi..ga boleh cerai?” ya ga bolehlah!! gimana sih? buat apa nikah kalau masih mikirin cerai? hairan deh…. “Terus.. kalau ternyata, suatu hari nanti..terjadi apa-apa, ga boleh cerai?” komitmennya adalah untuk selalu bersama (dalam segala kondisi) bukan sementara ini bersama kalau sudah tidak ada kecocokan lagi kita berpisah, gimana seh!!. “Terus kalau berantem gimana dong?” Ya diselesaikan lah!, bedanya lagi, waktu pacaran misalkan kita marah pasti terpikir udah ah putus aja, pusing begini terus. Nah kalau sudah menikah lalu berantem ga boleh mikir gitu, malah mikirnya, gimana ya biar masalah ini selesai dan kami menjadi semakin mesra.
Ah.. mungkin terdengar seperti teori. Apalah artinya 2 bulan, pengalaman kami masih sangat sedikit. Tapi..dengan itikad baik, semoga semuanya tetap baik.
tolong gw masih terlibat rutinitas naik turunin banner di kompas.com,
apakah ada yang mao ngeggantiin posisi gw heheheeh
semoga damai sejahtera sampai kakek nenek